OLEH KELOMPOK 3
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Potensi Sumberdaya Kemaritiman Dan
Ekonominya”. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
PENDAHULUAN
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan laut Indonesia
sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam (natural carrying
capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan
suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati laut
sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi geografis
yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi besar baik
dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan barang dan
jasa yang diangkut kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75% wilayah Indonesia
berupa laut dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan sumberdaya alam yang
kaya dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor strategis bagi pembangunan
ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi minyak dan gas nasional berasal dari
wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya hidrokarbon, khususnya minyak dan
gas yang tersedia di 60 titik cekungan masih sangat besar sedangkan yang sudah
dieksploitasi relatif masih sedikit. Minyak, tersedia 86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan
untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan yang sudah diproduksi baru mencapai
0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan
185,8 TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Posisi geografis Indonesia yang memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan
manfaat ekonomi politik yang lebih besar tersebut hanya dapat diraih bila Indonesia
memiliki geo-politik, geo-ekonomi dan geo-strategis yang jelas dan terarah. Agar peran
ekonomi kelautan dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran bangsa
dan selanjutnya memanfaatkan posisi geografis yang strategis maka diperlukan sebuah
pergeseran paradigma pembangunan yang lebih memahami jati diri bangsa Indonesia
sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia serta memadukan
kekuatan ekonomi berbasis darat dan laut sebagai sinergi kekuatan ekonomi nasional.
Perubahan pemikiran tersebut harus segera dilakukan mengingat perubahan lingkungan
1.4.1 Agar pelajar mengetahui tentang paradigma kemaritiman dan jejak sejarah
maritim yang terhapus.
1.4.2 Menambah wawasan pelajar tentang kemaritiman .
1.5.1 Penulis mencari sumber melalui buku, pdf , ebook dan jurnal.
1.5.2 Penulis mencari sumber melalui website yang tersedia di internet.
Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal
di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan
besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan
kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC)
mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan
kemakmuran bangsa Indonesia.Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang
dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi
geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua,
Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia.
Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis
pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2.Wilayah laut
Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil
dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982,
wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km2
terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan
ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia,
dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya.
Wilayah laut sangat penting dengan dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan
didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan. Undang-undang no. 22 dan 25 tahun
1999 juga mencantumkan kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah. Sangat penting
bahwa kawasan laut perlu diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional,
provinsi dan tingkat kabupaten.
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi daya,
wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan
sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan Maritim
Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia berdasarkan
Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen pemerintahan
dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi pertimbangan
pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.
Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya
ikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena
memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia
mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut
5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2.
Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber
daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non
hayati kelautan terbesar.
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di
perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun.
Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia),
budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput
laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya
mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari perairan umum
(danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta
bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan
seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih
ikan dan udang serta industri bahan pangan. Besaran potensi hasil laut dan
perikanan Indonesia mencapai 3000 triliun per tahun,
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun yang
menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi seperti
ikan pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi. Sedangkan
untuk vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan hutan
mangrove. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih
sering kita salah tafsirkan sebagai sumber daya yang dapat eksploitasi secara
terus menerus tanpa batas. Dalam data Ditjen Perikanan, (1995), Potensi sumber
daya perikanan laut di indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
Sementara itu, potensi vegetasi biota laut juga sangat besar. Salah satunya
adalah terumbu karang. Dimana terumbu karang ini memilki fungsi yang sangat
startegis bagi kelangsungan hidup ekosistem laut yakni fungsi ekologis yaitu
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan,
tempat bermain dan asuhan berbagai biota. Terumbu karang juga menghasilkan
produk yang memiliki nilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang,
udang karang, alga, teripang dan kerang mutiara Data Ditjen Perikanan tahun
1991 menunjukan, potensi lestari sumber daya ikan pada terumbu karang di
perairan indonesia diperkirakan sebesar 80.802 ton/km2/tahun, dengan luas total
terumbu karang 50.000 km2. Vegetasi lainnya adalah rumput laut. Rumput laut
memiliki potensi lahan untuk budidaya sekitar 26.700 ha dengan kemampuan
potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun (Ditjen Perikanan, 1991).
Potensi lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan wilayah pesisir dan
laut sebagai penghasil daya energi, belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal
wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu sumber energi
Gambaran potensi wilayah laut dan pesisir kita tersebut hanyalah sebahagian
kecil yang dimanfaat secara optimal. Tentunya masih banyak potensi lain yang
dapat dikembangkan guna kemakmuran rakyat. Namun sangat disayangkan
potensi sumber daya pesisir dan lautan belum bisa mewujudkan kesejahteraan
bagi masyarakat khususnya nelayan. Hal yang terjadi justru sebaliknya, ditengah
kebanggaan kita sebagai bangsa bahari, justru nelayan kitalah yang paling
termarjinalkan. Suatu fenomena yang kontras. Rohmin Dahuri pernah
mengatakan, seandainya saja potensi wilayah pesisir dan laut dikelola secara
baik maka hasilnya akan mampu membayar utang luar negeri kita yang sampai
hari ini belum bisa terbayarkan. Namun apa boleh buat, model pengelolaan
wilayah pesisir dan laut selama ini sangat berorientasi pada aspek eksploitasi.
Hal ini terlihat jelas selama pemerintahan orde baru. Kegiatan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut hanya sebatas untuk pemenuhan pundi uang bagi negara.
Sementara pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan belum sepenuhnya
dilakukan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan
bisa jadi suatu saat nanti akan menjadi penyedia primer bahan pangan. Tidak
berlebihan kiranya, mengingat jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya
serta semakin kurangnya lahan pertanian akibat adanya aktivitas pembangunan
perumahan dan jalan. Dengan demikian mau tidak mau, suka tidak suka potensi
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan akan menjadi kiblat ekonomi indonesia
masa depan. Jika potensi kekayaan ini dibiarkan merana tidak dikelola dengan
baik, maka indonesia sebagai negara bahari bisa jadi hanya tinggal nama
Minapolitan, berasal dari kata MINA dan POLITAN. Mina adalah ikan dan
Politan adalah kawasan. Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem minabisnis. Minabisnis merupakan suatu
kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif mulai dari hulu sampai
hilir (pengadaan dan penyaluran minainput, proses produksi, pengolahan, dan
pemasaran).
Berdasarkan issue dan permasalahan perdesaan yang terjadi di Indonesia,
pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan alternatif solusi untuk
pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Konsepm
pembangunan tersebut sejalan dengan Arah Umum Pembangunan Nasional dan
Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan dan Pengembangan Kawasan
sebagaimana tertuang di dalam Buku I RPJM Tahun 2010-2014. Sejalan dengan
arah kebijakan nasional tersebut, pembangunan sektor kelautan dan perikanan
perlu dilakukan dengan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi unggulan
menjadi lebih produktif dengan konsep Kawasan Minapolitan. Pengembangan
Kawasan Minapolitan di Indonesia diindikasikan oleh ketersediaan lahan
perikanan dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skill)
dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar pembudidayaan, jaringan
(network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi. Kondisi seperti ini
merupakan sebuah keuntungan kompetitif untuk Indonesia dalam
pengembangan Kawasan Minapolitan daripada negara lain. Pengembangan
Kawasan Minapolitan ini menggunakan potensi lokal, sehingga konsep ini
sangat mendukung perlindungan dan pengembangan budaya sosial lokal
Indonesia.
Konsep Minapolitan adalah pengembangan kawasan ekonomi yang
terintegrasi dengan perikanan budidaya sebagai basis usaha. Konsep ini
bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan sumber
daya alam serta sekaligus memberdayakan masyarakat di suatu kawasan,
Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan produksinya
semakin menurun. Sepanjang sejarah Republik Indonesia merdeka, puncak produksi
minyak terjadi sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1977 dan 1995 dimana produksi minyak
bumi masing-masing sebesar 1,68 juta bpd dan 1,62 juta bpd. Setelah 1995 produksi
minyak Indonesia rata-rata menurun dengan natural decline rate sekitar 12% per tahun.
Namun sejak tahun 2004 penurunan produksi minyak dapat ditahan dengan decline rate
sekitar 3% per tahun.
Pada tahun 2014, produksi minyak bumi hanya sekitar 789 ribu bpd atau menurun
menjadi 96% dibandingkan tahun 2013 sebesar 824 ribu bpd. Sejak tahun 2010 s.d. 2014
terjadi penurunan produksi rata-rata sekitar 4,41% per tahun. Penurunan produksi tersebut
lebih disebabkan selain usia lapangan minyak Indonesia yang sudah tua, dan adanya
kendala teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan peralatan, kendala
subsurface dan gangguan alam. Selain itu, terdapat kendala non teknis masih terjadi
seperti perizinan daerah, lahan, sosial dan keamanan. Selain itu, terlambatnya peak
production dari the giant field-Blok Cepu, akibat pembebasan lahan yang berlarut-larut
menyebabkan onstream proyek mundur menjadi tahun 2015.
Meskipun produksi minyak bumi tahun 2014 hanya sekitar 789 ribu bpd, namun jika
dilihat minyak dan gas bumi as a single comodity, produksinya mencapai 2,01 juta barrel
oil equivalen per day (boepd). Bahkan jika dilihat energi fosil sebagai satu kesatuan
mencakup migas dan batubara, maka produksi energi fosil Indonesia tahun 2014
mencapai 7,25 juta boepd, hampir mendekati produksi minyak negara di Timur Tengah,
dimana mereka lebih dominan memiliki migas tetapi tidak batubara sebagaimana
Indonesia.
Sebaliknya, produksi gas bumi Indonesia relatif meningkat sejak tahun 1970-an,
meskipun akhir-akhir ini produksinya cederung stagnan pada level kisaran 8.000 mmscfd.
Pada tahun 2014 produksi gas bumi sebesar 8.177 mmscfd. Angka produksi gas tersebut
berbeda dengan angka lifting gas bumi yang pada tahun 2014 sekitar 6.838 mmscfd atau
1.221 ribu boepd. Produksi, merupakan volume gas yang tercatat di wellhead dikurangi
pemakaian sendiri (own use) yaitu untuk gas reinjeksi dan gas lift.
Indonesia memiliki potensi hidrokarbon di 60 cekungan sedimen. Bahkan hasil
penelitian Badan Geologi terakhir diidentifikasi cekungan migas sebanyak 128 cekungan.
Cadangan terbukti minyak bumi tahun 2014 sebesar 3,6 miliar barel dan
3. Sumberdaya Mineral
Sumber daya mineral atau bahan galian adalah sumber daya yang telah disediakan
oleh kulit bumi sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah tertentu. Sumber daya
ini jika diolah akan menghasilkan logam dan berbagai bahan keperluan proses industri
untuk menunjang kehidupan manusia.
Sumber daya mineral yang tergolong tidak dapat diperbarui di antaranya logam mulia
(emas, perak, platina), bukan logam mulia (tembaga, timbal, seng, timah, besi, mangaan,
nikel), dan bahan galian industri (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir kuarsa, oker,
lempung, mangaan, diatomae, gips, dan anhidrid).
Berdasarkan ketentuan pasal 14 UUPP, usaha pertambangan bahan galian terdiri atas
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1) Tahap Pertama
a. Golongan bahan galian stategis juga dikenal dengan sebutan bahan galian
golongan A, jenisnya antara lain batubara, minyak bumi, gas alam, uranium, nikel,
dan timah.
b. Golongan bahan galian vital juga dikenal dengan sebutan bahan galian golongan
B, jenisnya antara lain besi, mangaan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, perak,
intan, platina, yodium, dan belerang.
c. Golongan bahan galian lainnya dikenal dengan sebutan bahan galian golongan C,
jenisnya antara lain fosfat, asbes, mika, tawas, okek, batu permata, pasir
1) Golongan pertama, yaitu mineral organik yang terdiri atas minyak bumi, gas alam,
batubara, dan aspal.
2) Golongan kedua, yaitu bijih logam yang terdiri atas timah, emas, perak, bauksit,
nikel, mangaan, tembaga, seng, dan platina.
3) Golongan ketiga, yaitu mineral anorganik bukan bijih logam, seperti fospat, belerang
(sulfur), yodium, gamping, dan air raksa.
Berikut akan dijelaskan beberapa bahan galian yang cukup penting dan sudah
diusahakan, di antaranya sebagai berikut.
1) Bijih Timah
Daerah penghasil timah terdapat di daerah Riau (Pulau Lingga, Singkep, Karimun,
Kundur, dan Bangkinang), Pulau Bangka, dan Pulau Belitung. Pengeksploitasian
timah di Indonesia seluruhnya dilakukan oleh PT Timah Tbk. yang berpusat di Pangkal
Pinang (Pulau Bangka). PT Timah Tbk dalam kegiatan operasionalnya dibantu oleh
PT Tambang Timah dan PT Koba Tin (keduanya anak perusahaan PT Timah Tbk.).
Hasil eksploitasi timah berupa bijih timah, kemudian diolah oleh pabrik peleburan
timah sehingga menjadi timah batangan atau logam timah. Pusat peleburan timah di
Indonesia terdapat di Muntok (Pulau Bangka).
Pemanfaatan timah di dalam negeri antara lain digunakan untuk pembuatan kaleng,
pipa saluran, pembungkus rokok, mata peluru, dan solder.
Cadangan timah terdapat dalam urat-urat kuarsa dalam batuan granit dan skis, juga
dalam endapan atau lapisan aluvial dan eluvial. Cadangan timah di Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar satu juta ton, jumlah ini mungkin bertambah jika telah
dilakukan inventarisasi sumber daya yang lebih saksama.
2) Nikel
Nikel kali pertama ditemukan di daerah Pomala (Sulawesi Tenggara) yaitu sekitar
1909. Deposit tersebut mulai dieksplorasi pada 1934 dan mulai berproduksi pada
Hasil penambangan nikel adalah bijih nikel, nikel matte, (bijih nikel yang sudah
dipisahkan dengan bahan buangannya), dan ferronikel (campuran yang mengandung
nikel 78% dan besi 0,7%).
Emas dan perak banyak dipergunakan untuk membuat barangperhiasan dan obat-
obatan. Pada umumnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran. Pada abad ke-16
dan-17 manusia banyak yang berlomba mencari emas ke berbagai daerah atau negara
yang dianggap sebagai negara emas, terutama orang-orang Spanyol.
Negara yang banyak kandungan emasnya di antaranya Afrika Selatan (merupakan
daerah terpenting penggalian emas di seluruh dunia, yang berpusat di kota
Johannesburg), Rusia, Amerika Serikat (bagian barat Amerika Serikat, Alaska,
Kanada), dan Australia.
Cadangan perak jumlahnya jauh lebih banyak daripada emas sehingga harganya
jauh lebih murah. Negara yang paling banyak kandungan peraknya adalah Meksiko.
Logam emas dan perak sering terdapat bersamaan dan berasosiasi dengan logam-
logam tembaga, besi, seng, dan logam platina. Logam emas paling mudah dikenali
karena warnanya kuning, lunak, dapat ditempa, tahan terhadap asam, dan tidak mudah
teroksidasi.
Emas banyak ditemukan di urat-urat batuan atau gang di dalam batuan. Proses
pengikisan pada saat erosi dapat menyebabkan kikisan emas yang akan terakumulasi
di daerah endapan sekitar muara sungai. Oleh karena itu, terdapat beberapa pasir
endapan yang bercampur emas. Dapat juga batuan yang bercampur emas kemudian
mengendap ke tempat lain sehingga terjadi lapisan emas baru.
Potensi tambang emas di Indonesia terdapat di wilayah Sumatra Utara, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, dan
Maluku (Pulau Halmahera dan Pulau Obi). Pengusahaan tambang emas di Indonesia
sudah dilakukan sejak lama, seperti yang dilakukan di Rejang Lebong (Bengkulu),
Cikotok (Jawa Barat), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), dan Sambas
(Kalimantan Barat). Eksploitasi tambang emas di Indonesia dilakukan oleh PT
Antam, di antaranya di Jawa Barat dan Kalimantan Selatan. Adapun di Nanggroe
Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah dilakukan oleh pihak
perusahaan swasta.
5) Tembaga
Tembaga merupakan kelompok logam bukan besi yang telah dipergunakan sejak
3.500 SM oleh orang-orang Mesir. Tembaga dipadu dengan besi menjadi perunggu,
sedangkan jika tembaga dipadu dengan seng menjadi kuningan.
Tambang tembaga di Indonesia terdapat di Kalimantan, Pulau Sram, Papua, dan
Maluku. Jumlah cadangan diperkirakan ada 170 juta ton dengan kadar tembaga 1%.
Di Papua terdapat cadangan tembaga sebanyak 33 juta ton dengan kadar tembaga
2,5% dan besi 40,6%. Potensi tembaga terbesar di Indonesia berada di Tembagapura
(Papua), yang pengelolaannya bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia Company
(Amerika Serikat) sejak 3 Maret 1973.
6) Intan
Intan sering dijumpai di dalam batuan vulkanik karena terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan ultrabasik, misalnya dunite, peridotite, dan Piroxenite.
Kristalisasi intan terbentuk akibat pembekuan magma di bagian dalam (batu-batu
intrusif ), yaitu batu magma yang terbentuk selama proses pembekuan magma jauh di
dalam lapisan kerak bumi.
Intan merupakan batuan yang memiliki kekerasan paling tinggi, sehingga sekeras
apapun benda jika digores dengan intan akan tergores. Intan merupakan satu- satunya
batu permata yang memiliki formula satu unsur, yaitu karbon (C).
Intan akan muncul ke permukaan bumi karena adanya gerakan kulit bumi sehingga
muncul ke permukaan atau akibat erosi yang terus menerus sehingga tersingkap ke
permukaan. Penambangan intan dapat dilakukan dengan cara memisahkan batuan
dengan unsur intan, atau dilakukan di antara batu dan pasir yang mengendap di sungai,
seperti di Martapura. Tempat penemuan intan di Indonesia antara lain di Sumatra
Barat dan Riau (Sungai Siabu, Kampar, dan Bangkinang), Kalimantan Barat (Muara
Mengkiang dan Ngabang), Kalimantan Tengah (Sungai Gula, Pucukcau,
Murungraya, Sei Pinang), Kalimantan Selatan (Martapura dan Simpang Empat), dan
Kalimantan Timur (Sekatak Bunyi, Kabupaten Kutai, dan Longiran).
Pengertian wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan
rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan kasil karya
/ buatan manusia. Manusia sudah mulai jenuh dengan kehidupan perkotaan yang
sibuk oleh berbagai kegiatan industri dan bisingnya kota. Akibatnya tempat- tempat
rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan
kenyamanan semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Meningkatnya kegiatan
wisata alam, termasuk wisata bahari, ini ada kaitannya dengan perubahan pola hidup
masyarakat, meningkatnya taraf kehidupan, adanya pertambahan waktu luang dan
semakin meningkatnya fasilitas, sarana dan prasarana sehingga dapat menjangkau
tempat-tempat dimanapun lokasi wisata berada. Untuk mengimbangi peningkatan
kebutuhan di bidang rekreasi diperlukan usaha penggalian terhadap obyek-obyek
wisata alam baru, yang belum dikelola dan punya potensi layak untuk
dikembangkan, agar permintaan terhadap wisata alam dapat dapat terpenuhi.
Hal yang mendasar bagi kepariwisataan yaitu daya tarik wisata. Adanya daya
tarik wisata disuatu daerah bisa menunjang kepariwisataan didaerah tersebut. Daya
tarik wisata yang tidak atau beum dikembangkan semata-mata hanya merupakan
sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata apabila
belum dikembangkan dengan optimal.
Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika
disuatu daerah tersebut memiliki lebih dari suatu jenis daya tari wisata sehingga
dapat dikembangkan potensi yang ada. Hal ini perlu diperhatikan dalam
pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial dengan dilakukan penelitian
dan evaluasi sebelum fasilitas sarana dan prasarana wisata dikembangkan suatu
daerah tertentu.
Menurut (Yoeti, 1990) bahwa ada tiga faktor yang dapat menentukan
berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai suatu industri, ketiga faktor tersebut
diantaranya : tersedianya objek dan daya tarik wisata (attraction), kemudahan dalam
mencapai daerah tujuan wisata baik secara geografis atau kecepatan teknis, serta
tersedinya sarana transportasi ke tujuan tersebut (accessibility) dan tersedianya
fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan serta komunikasi
(amenities).
5. Transportasi Laut
Transportasi laut adalah sebagai mobilitas manusia, barang dan jasa baik lokal,
regional, nasional mauoun international. Jasa industri angkutan menggunakan kapal
laut merupakan jasa angkutan yang bergerak dalam pengakutan penumpang dan
barang (cargo).
Dalam melakukan perdagangan intrnational dan domestik banyak pemilik
barang (shipper) menggunakan jasa transportasi laut, hal ini di karenakan jumlah
barang yang akan diangkut relatif dalam jumlah yang besar serta ongkos
pengangkutannya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan moda lainnya.
6. Garam Industri
Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari- hari.
Pembuatan garam sebagian besar dilakukan secara tradisional olehpetani rakyat
disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas produksi garam dalam
negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama garam yang dihasilkan dari
petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah mutu II menurut spsifikasi
SNI/SII No.140-76.
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa
lainnya, seperti Magnesium Chlorida,Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida.
Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit
dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001).
Menurut Desrosier (1988) dalam Amalia (2007), ada tiga sumber utama garam,
yaitu :
1) Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari air
garam baik yang dari laut maupun yang dari danau garam daratan.
Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi
organisme ini.
1. Jenis dan manfaat garam
Menurut Zaelaniat (2013),garam terdiri dari beberapa jenis dan memiliki banyak
manfaat. Adapun jenis-jenis garam yaitu sebagai berikut:
a. Garam industri
Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97%
dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta ketoran
lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industry antara lain untuk
industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan kulit dan
pharmaceutical salt
b. Garam konsumsi
Garam konsumsi merupakan jenis garam dan kadar NaCl sebesar 97%
atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impurities (sulfat,
magnesium dan kalsium) sebesar 2% dan kotoran lainnya (lampu, pasir)
sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan
garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industry
makanan, industry minyak goreng, industry pengasinan dan pengawetan
ikan.
c. Garam pengawetan
c. Tanah
- Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan
(kebocoran) air laut kedalam tanah yang di meja.
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung
garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk
mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat
menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi
antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
a. Definisi Energi
Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat
dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan
definisi ini,maka bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di
dalamnya.(wikipedia)
c. Sumber Energi terbarukan
1.) Energi panas bumi
Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktifdi pusat Bumi, yang
membuat Bumi panas dari dalam, serta dari panas matahari yang membuat
panaspermukaan bumi. Panas bumiadalah suatu bentuk energi
Energi surya adalah energi yang dikumpulkan secara langsung dari cahaya
matahari.Tentu saja mataharitidak memberikan energi yang konstan untuk
setiap titik di bumi, sehingga penggunaannya terbatas. Sel surya sering
digunakan untuk mengisi daya baterai, di siang hari dan daya dari baterai
tersebut digunakan di malam hari ketika cahaya matahari tidak tersedia
3.) Tenaga Angin
Energi air digunakan karena memiliki massa dan mampu mengalir. Air
memiliki massa jenis 800 kali dibandingkan udara. Bahkan gerakan air
yang lambat mampu diubah ke dalam bentuk energi lain. Turbin air
didesain untuk mendapatkan energi dari berbagai jenis reservoir, yang
diperhitungkan dari jumlah massa air, ketinggian, hingga kecepatan air.
Maritim bukan hanya persoalan perikanan dan kelautan saja, akan tetapi
maritim adalah segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan
kemaritiman/kelautan baik yang langsung maupun tidak langsung. Sebagai
contoh misalnya dari industri maritim; galang kapal, teknologi perkapalan,
desain kapal, perbaikan kapal, manufaktur komponen kapal dan lainnya.
Kemudian jasa maritim dari aktifitas ekspor/impor; pemeliharaan, penyediaan,
3.1 Kesimpulan
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan laut Indonesia
sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam (natural carrying
capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan
suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati laut
sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi geografis
yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi besar baik
dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan barang dan
jasa yang diangkut kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75% wilayah Indonesia
berupa laut dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan sumberdaya alam yang
kaya dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor strategis bagi pembangunan
ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi minyak dan gas nasional berasal dari
wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya hidrokarbon, khususnya minyak dan
gas yang tersedia di 60 titik cekungan masih sangat besar sedangkan yang sudah
dieksploitasi relatif masih sedikit. Minyak, tersedia 86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan
untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan yang sudah diproduksi baru mencapai
0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan
185,8 TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi
daya, wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan
Maritim Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia
berdasarkan Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
pemerintahan dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi
3.2 Saran
Indonesia memiliki potensi sumberdaya maritim yang besar. Baik dari segi
sumberdaya mineral, sumberdaya migas, garam industri, energi terbarukan, dsb. Potensi
sebesar ini akan sangat berguna jika digunakan dengan semestinya; jika semua hambatan
diselesaikan. Hal ini akan sangat membantu Indonesia dalam mecapai tujuannya sebagai
negara bahari dan negara maritim.
Hani S.Handayawati, dkk. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari. PM PSLP PPSUB
Agustus 2010.
A. Firdaus, Darsiharjo, dan Nandi. 2015. Potensi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Bahari Di Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Agung Prasteyo ,Kongres Maritim Indonesia di Balai Senat Universitas Gadjah Mada
Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan (24 September 2014)
www.kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia/
https://www.academia.edu/7305992/Potensi_Kelautan_Indonesia