Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL INTERNATIONAL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

FISHERIES DEVELOPMENT STRATEGIES OF BIAK NUMFOR REGENCY,


INDONESIA (STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN KABUPATEN BIAK
NUMFOR, INDONESIA)

PAPER

Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Memenuhi mata kuliah Pengambilan Keputusan

Oleh:

Moch Denta Baihaqi Pramudya

57216113942

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAN

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

BOGOR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II ISI & PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
2.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 2
2.2 Analisis SWOT ......................................................................................... 2
2.3 QSPM.......................................................................................................... 3
2.4 Hasil Pembahasan Analisis SWOT ..................................................... 3
2.5 Strategi Alternatif .................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Biak Numfor mempunyai potensi sumber daya perikanan


yang tinggi. Perairan laut Kabupaten Biak Numfor tergolong rendah
pencemarannya. Kabupaten Biak Numfor juga memiliki beberapa perairan
lindung yang potensial untuk dikembangkan untuk budidaya ikan laut, seperti
ikan kerapu, ikan kakap, dan ikan napoleon. Beberapa perairan laut Biak
Numfor Kabupaten ini juga dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya
rumput laut. Kabupaten Biak Numfor berbatasan dengan Samudera Pasifik
sehingga mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan industri
perikanan.

Namun industri perikanan di Kabupaten Biak Numfor belum


dikembangkan secara optimal. Kabupaten Biak Numfor belum memiliki
pelabuhan perikanan laut (PPS). Kabupaten Biak Numfor masih memiliki
Tempat Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Bosnik dan Kecamatan Fandoi.
Usaha perikanan di Kabupaten Biak Numfor masih didominasi oleh perikanan
rakyat (kapal tanpa motor dan motor tempel) yang dapat dioperasikan sehari-
hari. Budidaya ikan secara intensif belum berkembang di Kabupaten Biak
Numfor. Oleh karena itu, diperlukan upaya percepatan pembangunan
perikanan di Kabupaten Biak Numfor untuk mengoptimalkan potensi
perikanan yang dimiliki Kabupaten Biak Numfor

1.2 Tujuan

Dalam latar belakang tersebut, tujuan pengambilan keputusan


kelompok mempengaruhi situasi dan kondisi individu meliputi beberapa hal, di
antaranya yaitu Menyusun strategi pengembangan perikanan di Kabupaten
Biak Numfor. Strategi pembangunan perikanan di Kabupaten Biak Numfor
harus memperhatikan faktor internal dan eksternal.

1
BAB II
ISI & PEMBAHASAN

2.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data


primer dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam
dengan para pemangku kepentingan. Responden dalam penelitian ini meliputi
pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab (tiga orang), pegawai
produsen benih ikan (satu orang), nelayan (lima orang), pedagang ikan (empat
orang), pengolah ikan (empat orang), ikan petani (tiga orang), pegawai PLN
(satu orang), dan pegawai PDAM (satu orang). Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari publikasi dan dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas yang
berwenang.
2.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk menginventarisasi kekuatan (S),


kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T). Kekuatan dan kelemahan
berasal dari lingkungan internal, termasuk sumber daya yang ada dari para
pemangku kepentingan, baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan
infrastruktur sebagai faktor masukan dalam pembangunan perikanan di
Kabupaten Biak Numfor. Lingkungan eksternal merupakan sumber peluang
dan ancaman, termasuk pasar, persaingan usaha dan dukungan politik yang
tidak dapat dikendalikan oleh para pemangku kepentingan.

Penelitian yang menggunakan analisis SWOT untuk menyusun suatu


strategi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, baik terhadap strategi bisnis
(Abdi dkk., 2013; Agarwal dkk., 2012; Chan, 2011; Dyson, 2004; Ommani,
2011; Shojaei dkk., 2010; Wang et al., 2014) dan strategi kebijakan publik
(Adepoju dan Famade, 2010; Chen, 2014; Jamshidi et al., 2012; Kantawateera
et al., 2013; Sayyed et al., 2013). Mengembangkan strategi perikanan
menggunakan matriks TOWS. Dalam matriks TOWS terdapat empat jenis
strategi, yaitu strategi SO (mengintegrasikan kekuatan dan peluang), strategi
ST (mengintegrasikan kekuatan dan ancaman), WO (mengintegrasikan

2
3

kelemahan dan peluang), dan WT (mengintegrasikan kelemahan dan


ancaman).
2.3 QSPM

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) digunakan untuk


menentukan prioritas strategis. Dalam QSPM, setiap strategi alternatif dinilai
kepatuhannya terhadap faktor-faktor kunci. Masing-masing faktor kunci
memiliki bobot faktornya. Strategi diberi nilai 1 jika tidak berhubungan dengan
faktor kunci, maka nilai 2 jika relevansinya kurang, nilai 3 jika relevan dengan
faktor kunci, dan nilai 4 jika relevansinya tinggi dengan faktor kunci. faktor.
Beberapa peneliti juga menggunakan QSPM untuk menentukan prioritas
strategis, termasuk Ommani (2011) dan Shojaei et al. (2010). Dalam penelitian
ini faktor kunci yang digunakan adalah sumber daya alam, sumber daya
manusia, infrastruktur, regulasi, pasar dan teknologi.
2.4 Hasil Pembahasan Analisis SWOT

a. Kekuatan, Stakeholder dapat menggunakan kekuatan yang dimilikinya


untuk mengoptimalkan pembangunan perikanan Kabupaten Biak Numfor.
Kabupaten Biak Numfor yang berbatasan dengan Samudera Pasifik
memiliki potensi sumber daya perikanan. Pemerintah Indonesia
menetapkan perairan laut Kabupaten Biak Numfor sebagai bagian dari
Wilayah Pengelolaan Perikanan 717 (WPP 717) yang mempunyai potensi
sumber daya ikan pelagis besar sebesar 13.921 t · thn–1 , ikan todak
sebesar 9.243 t · thn – 1 , ikan pelagis kecil sebanyak 384.750 t · thn–1 ,
ikan demercal sebanyak 97.800 t · thn–1 , ikan karang sebanyak 3.854 t ·
thn–1 , udang sebanyak 8.656 t · thn–1 , lobster sebanyak 1.051 t · thn–1
, cumi sebanyak 1.515 t · thn–1 dan total jumlahnya mencapai 520.790 t ·
thn–1 sebagaimana hasil penelitian Komisi Nasional Pengkajian Stok
Sumber Daya Ikan (Komnaskajiskan) pada tahun 2013 (P4KSI, 2014 ).
Namun usaha penangkapan ikan di Kabupaten Biak Numfor masih
didominasi oleh penangkapan ikan skala kecil dengan menggunakan alat
tangkap sederhana, kapal kecil dan one day fishing.
b. Kelemahan, Meskipun WPP 717 mempunyai potensi sumber daya
perikanan yang tinggi, khususnya sumber daya ikan pelagis besar
(termasuk tuna), namun penelitian Komnaskajiskan pada tahun 2013
membuktikan bahwa beberapa jenis sumber daya ikan telah dieksploitasi
4

secara berlebihan, yaitu: ikan pelagis kecil, dan lobster. Sumber daya ikan
karang, cumi-cumi dan tuna telah dimanfaatkan sepenuhnya (P4KSI,
2014). Oleh karena itu, eksploitasi terhadap jenis sumber daya perikanan
tertentu harus dikontrol secara ketat. Apalagi daya saing sumber daya
manusia (SDM) pelaku usaha perikanan masih tergolong lemah dalam hal
pendidikan, pengetahuan dan jaringan. Perikanan penangkapan di
Kabupaten Biak Numfor didominasi oleh usaha skala mikro, menggunakan
perahu tanpa motor dan perahu tempel (ukuran di bawah 5GT), melakukan
one day fishing, dan fishing ground di wilayah pesisir.
c. Peluang, Pembangunan perikanan Biak Numfor dapat memanfaatkan
peluang kemajuan lingkungan eksternal, yaitu terkait dengan pasar,
teknologi, dan politik. Jumlah penduduk Indonesia berada pada peringkat
keempat dunia dan terus berkembang sehingga merupakan pasar yang
besar bagi produk perikanan nasional, termasuk produk ikan dari
Kabupaten Biak Numfor. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014
berjumlah 253,60 × 106 jiwa dan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar
1,5 % · thn–1. Konsumsi ikan per kapita Indonesia sebesar 35,6 kg per
orang pada tahun 2013, dan diperkirakan menjadi 54,5 kg per orang pada
tahun 2019. Demikian pula dengan permintaan ikan di dunia yang terus
meningkat. Konsumsi ikan dunia mencapai 136,2×106 t (penduduk dunia
7,1×109 jiwa), sehingga konsumsi ikan per kapita dunia sebesar 19,2 kg
per kapita per tahun pada tahun 2012, dan konsumsi ikan per kapita di
negara maju mencapai 27,4 kg per kapita pada tahun 2012. . Sementara
itu, permintaan ikan untuk konsumsi non manusia mencapai 21,7×106 t
pada tahun 2012. Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok merupakan
importir ikan terbesar di dunia, sedangkan Korea Selatan berada di
peringkat kesembilan, dan Hong Kong berada di peringkat kesembilan. 10.
Volume impor Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Hong Kong dan
negara-negara Eropa (Spanyol, Perancis, Italia, Jerman dan Inggris)
sedang mengalami peningkatan. Sayangnya, Indonesia belum masuk
dalam 10 besar eksportir ikan dunia, masih di bawah Thailand dan Vietnam
(FAO, 2014).
d. Ancaman, Kabupaten Biak Numfor juga harus menghadapi beberapa
ancaman dari lingkungan eksternal. Para importir ikan menginginkan
standar kualitas yang tinggi (misalnya: HACCP, ISO, dll) dan itu termasuk
5

ancaman bagi pengusaha perikanan di Kabupaten Biak Numfor jika tidak


mampu memenuhinya. Kurangnya modal dan kompetensi menyebabkan
kualitas ikan tidak terjaga, baik penanganan ikan di kapal, proses
pemuatan ikan, maupun penyimpanan ikan. Pelaku usaha perikanan
tradisional masih kurang menerapkan prinsip hygine dan sanitasi. Thailand,
Filipina, Tiongkok, dan Vietnam juga terus meningkatkan daya saing
globalnya. Apabila para pelaku usaha perikanan di Kabupaten Biak Numfor
tidak berbenah diri maka akan kalah dalam persaingan global. Tingkat
persaingan perdagangan ikan antar daerah juga tinggi. Daerah lain yang
juga merupakan penghasil ikan di Indonesia antara lain Merauke,
Kepulauan Maluku, dll. Apabila pengusaha perikanan di Kabupaten Biak
Numfor kurang berdaya saing maka akan kalah, baik di pasar nasional
maupun lokal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan
produk perikanan juga cenderung meningkat. Meskipun permasalahan
formaldehida dan bahan berbahaya lainnya tidak terdapat di Kabupaten
Biak Numfor, namun bukan berarti Kabupaten Biak Numfor tidak memiliki
permasalahan dalam keamanan pangan.
2.5 Strategi Alternatif

Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk mengembangkan alternatif


strategi dengan menggunakan matriks TOWS. Alternatif strategi dapat dibagi
menjadi empat kelompok strategi, yaitu strategi SO, ST, WO dan WT.
6

Pengembangan industri pengolahan ikan juga diperlukan untuk


meningkatkan nilai tambah, baik pada PPS Wadibu, PPI Fandoi dan PPI
Bosnik. PPS Wadibu dapat dikembangkan sebagai pusat industri pengolahan
ikan dalam skala menengah dan besar, seperti pengolahan filet tuna, tuna
beku, udang beku, dll. Sedangkan PPI Bosnik dan PPI Fandoi dapat
dikembangkan sebagai pusat pengolahan ikan secara mikro dan mikro. skala
kecil, seperti ikan asap dan ikan kering.
7

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat 22


alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk optimalisasi pengembangan
perikanan di Kabupaten Biak Numfor. Masing-masing alternatif strategi tidak
bertentangan, namun dapat disinergikan. Pengembangan kawasan PPS
Wadibu, PPI Fandoi dan PPI Bosnik dapat diprioritaskan, dimana PPS Wadibu
sebagai sentra industrialisasi perikanan skala menengah dan besar,
sedangkan PPI Fandoi dan PPI Bosnik sebagai sentra industri perikanan
skala mikro dan kecil. Pengembangan industri perikanan skala menengah dan
besar tidak mengorbankan perikanan skala mikro dan kecil. Industri perikanan
skala mikro dan kecil di kawasan PPI Fandoi dan PPI Bosnik harus dilindungi,
dimana ikan yang didaratkan di PPS Wadibu tidak didistribusikan ke pasar
ikan Fandoi dan Bosnik. Meskipun industri perikanan selama ini menjadi
tulang punggung perekonomian subsektor perikanan di Kabupaten Biak
Numfor, namun industri perikanan budidaya harus terus dikembangkan.
Dengan demikian, Kabupaten Biak Numfor memiliki portofolio industri yang
beragam sebagai sumber pertumbuhan ekonomi pada subsektor perikanan,
yaitu perikanan, pengolahan ikan, dan budidaya perikanan.
DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, Aspizain., 2017, Teknik Pengambilan Keputusan, Lentera Ilmu


Cendekia, Jakarta
Abdi, A., Ashouri, M., Jamalpour, G., Sandoosi, SM, 2013. Gambaran Umum
Metode Analisis SWOT dan Penerapannya dalam Organisasi.
Adepoju, TL, Famade, OA, 2010. Penerapan Analisis Kekuatan, Kelemahan,
Peluang dan Ancaman (SWOT) Untuk Mengelola Program Pendidikan
Kejuruan dan Teknik (VTE) untuk Peningkatan Efisiensi di Nigeria.
Penelitian dan Tinjauan Pendidikan 5(7), 354–361.
BPS Kabupaten Biak Numfor. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Biak Numfor
2015. [Statistik Daerah Kabupaten Biak Numfor, 2015]. BPS Kabupaten
Biak Numfor. P. 47 [Bahasa Indonesia].

Anda mungkin juga menyukai