Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN

TENTANG ALAT TANGKAP IKAN

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Sweking Gandi, MS

Oleh:

Yuly Rumondang Wulan Siallagan CDC 118 009

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar - besar nya kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Teknologi Penangkapan Ikan yaitu Bapak Dr. Ir. Sweking Gandi, MS sebagai dosen
pengajar yang telah meluangkan waktu untuk mengajar kami mahasiswa angkatan 2018.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu
saya berharap kepada pembaca untuk bersedia menyampaikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebaik-baiknya. Terimakasih.

Palangka Raya, 20 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................ii

Daftar Isi ........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................1

1. 1 Latar Belakang ...................................................................................................1


1. 2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1. 3 Tujuan dan Manfaat ...........................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................4

2. 1 Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan .......................................4


2. 2 Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO.................................8
2. 3 Alat Tangkap Payang .........................................................................................15
2. 4 Cantrang .............................................................................................................19
2. 5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan .......................25

BAB 3 PENUTUP .........................................................................................................26

3. 1 Kesimpulan ........................................................................................................26
3. 2 Saran ..................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................27

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable
fisheries cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab
(FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati
laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).

Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa
5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus,
16 % telah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 %
telah penuh eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat
ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah
tingkat eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui
program-program konservasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan perlu


dikaji penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi
pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya sesuai
dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggungjawab atau Code of Conduct for
Responsible Fisheries (CCRF). Kedepan, trend pengembangan teknologi penangkapan ikan
ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (environmental friendly
fishing tecnology) dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara
berkelanjutan. Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang
tidak memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap
tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif terhadap biodiversity, target
resources dan non target resources

Di Indonesia saat ini dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang pertama :
menurut klasifikasi A. Von Brandt, (1964), Kedua : klasifikasi statistik internasional alat
tangkap standar FAO, yang ketiga : klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik
perikanan Indonesia (Anonim, 2007).

Makalah ini bertujuan untuk mengkaji keramahan alat tangkap menurut klasifikasi
statistik internasional standar FAO. adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995)

1
sesuai dengan standar Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9
(sembilan ) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :

Pembangunan teknologi penangkapan ikan mengalami perkembangan yang signifikan


dari waktu ke waktu seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
awalnya penangkapan ikan masih menggunakan alat-alat yang sederhana, tetapi setelah
adanya penemuan-penemuan besar di abad pertengahan seperti mesin uap, pembuatan kapal
baja dsb, maka bidang perikanan pun mengalami kemajuan dengan dioperasikannya kapal
penangkap ikan bermesin uap yang dapat melayari perairan yang jauh. Pembangunan
teknologi perikanan senantiasa berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dari berbagai disiplin ilmu yang memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan. Namun penggunaan teknologi yang ada harus dilakukan secara bijaksana
sehingga tidak terjadi tragedi teknologi dalam bidang perikanan seperti halnya tragedi bom
atom, teknologi menyebabkan kerusakan bagi manusia.

Oleh sebab itulah dirancanglah bermacam – macam alat tangkap yang ramah
lingkungan sehingga dapat mengurangi kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada saat
penangkapan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Ada beberapa pendapat para
ahli tentang klasifikasi jenis-jenis alat tangkap yang ramah lingkungan, seperti klasifikasi dan
standar internasional FAO (Food Agriculture Organization).

Dalam rangka Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, baik perikanan skala kecil


maupun perikanan skala menengah dan skala besar (industri) pihak pemerintah selalu
berupaya melakukan pembaharuan atau modifikasi alat tangkap dan penerapan regulasi
perikanan yang sesuai dengan perkemabangan ilmu pengetahuan dan teknologi penangkapan,

Sedangkan pihak masyarakat dan perusahaan perikanan diharapkan dapat memenuhi


dan mentaati atau mematuhi regulasi perikanan, sehingga diharapkan terciptanya pengelolaan
sumberhayati perikanan yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Sehingga dari penjelasan diatas maka perlu untuk memahami dan mengetahui penggunaan
alat tangkap sehingga tidak merusak biota, habitat, dan sumberdaya yang lainnya.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang ?


2. Bagaimana cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan payang?
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan pada alat
tangkap cantrang dan payang!

C. Tujuan Dan Manfaat


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan di perairan


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang.
3. Untuk mengetahu\i factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan payang.
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan bacaan dan referensi daslam penyusunan tugas-tugas yang
berhubungan dengan alat tangkap cantrang dan payang
2. Sebagai bahan bacaan utntuk menambah wawasan mahasiswa dalam memahami
penggunaan alat tangkap cantrang dan payang di perairan

3
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan


Di Indonesia saat ini, telah banyak dikembangkan metode penangkapan yang tidak
merusak lingkungan (Anonim. 2006). Selain karena tuntutan dan kecaman dunia
internasional yang akan memboikot ekspor dari negara yang sistem penangkapan ikannya
masih merusak lingkungan, pemerintah juga telah berupaya untuk melaksanakan tata cara
perikanan yang bertanggung jawab.

Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan


Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995
mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code
of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF).

Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan
ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.

Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap ikan/organisme


lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub
kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis. Sub kriteria ini terdiri dari (yang
paling rendah hingga yang paling tinggi):

- Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama.
- Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang
biak ikan dan organisme lainnya.

Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas
dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah
sebagai berikut (dari yang rendah hingga yang tinggi):

- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas


- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
- Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit

4
- Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).

Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena bagaimana pun,


manusia merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang produktif.
Pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin
dialami oleh nelayan, yaitu (dari rendah hingga tinggi):

- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen)
pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang
sifatnya sementara
- Alat tangkap aman bagi nelayan
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik.

Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk.
Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara
morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi) adalah sebagai berikut:

- Ikan mati dan busuk


- Ikan mati, segar, dan cacat fisik
- Ikan mati dan segar
- Ikan hidup
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.

Ikan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau racun sianida
kemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan tingkat
bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus menjadi pertimbangan adalah (dari
rendah hingga tinggi):

- Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen


- Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen
- Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen
- Aman bagi konsumen

5
6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum.

Alat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang
bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan alat yang tidak selektif, hasil tangkapan
yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap.
Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan
kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):

- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang
tidak laku dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku
dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di
pasar.
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).

Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (dari rendah hingga
tinggi):

- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan
merusak habitat.
- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak
habitat
- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak
merusak habitat
- Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.

Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undangundang


ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:

- Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat


- Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat
- Ikan yang dilindungi .pernah. tertangkap
- Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap

6
9. Diterima secara sosial.

Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantung pada
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima secara sosial oleh
masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak
bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pembobotan Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang
rendah hingga yang tinggi):

- Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas


- Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
- Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
- Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas

Bila ke sembilan kriteria ini dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan, maka dapat dikatakan ikan dan produk perikanan
akan tersedia untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal yang penting untuk diingat
bahwa generasi saat ini memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan ketersediaan
sumberdaya ikan bagi generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang
berkesinambungan dan lestari. Perilaku yang bertanggung jawab ini dapat memelihara,
minimal mempertahankan stok sumberdaya yang ada kemudian akan memberikan
sumbangan yang penting bagi ketahanan pangan (food security), dan peluang pendapatan
yang berkelanjutan.

7
B. Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)

Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip


penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap menggunakan jaring
yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung sarana alat bantu penangkapan
sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengoperasiannya. Desian dan konstruksi
jaring ingkar berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki,
sehingga terdapat bergagai bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana apung maupun alat
bantu penangkapan yang digunakan.

Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan.
Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui
cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut
bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk
semacam “mangkuk”.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar
terdiri dari ; 1. With purse lines (Purse seines), 2. One boat operated purse seines, 3. Two
boats operated purse seines, 4. Without purse lines (lampara).

2. Seine net (Pukat)

Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong
tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan
dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui
kedua bagian sayap tali selambar.

Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik
terdiri dari :

- Beach seines

8
- Boat or vessel seines

a. Danish seines

b. Scottish seines

c. Pair seines

- Seine nets (not specified)

Pukat (Sumber: Subani dan Barus 1989)

3. Trawl

Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG (International
Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO (Nedelec and Prado 1990) “Trawl”
adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan
maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik
yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring
(pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan
rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c)
Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.

Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya
perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan dengan
ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan
ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all
point dan all mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih
tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka
mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad
kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau
pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri
dari:

- Bottom trawls

9
a. beam trawls

b. otter trawl

c. pair trawls

d. nephrops trawls

e. shrimp trawls

f. bottom trawls (not specified)

- Midwater trawls

- Otter twin trawls

- Otter trawls (not specified)

- Pair trawls (not specified)

- Other trawls (not specified)

4. Dredge (Penggaruk)

Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi
atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya.
Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu
untuk menangkap kekerangan dan biota lainnya.

Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap penggaruk
terdiri dari : 1 ). Boat Dredges dan; 2). Hand Dredges.

Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela


pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan
lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.

5. Lift net (Jaring Angkat)

10
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal.
Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena
ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada
bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.

Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk
mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.

Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu,
bagan tancap (termasuk kelong), dan serok

Jaring Angkat (Sumber: Subani dan Barus. 1989)

6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)

Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang
pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan
dengan atau tanpa kapal.

Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan disesuaikan dengan target
ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat berbagai bentuk dan
ukuran serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut
International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan
oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan
terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).

7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)

Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi
panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali
ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah.

Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya
gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian
belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap
dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu
aktif.

11
8. Trap (perangkap)

Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan


dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang
dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.

Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap
terdiri dari:

- Stationary uncovered pounds nets

- Pots

- Fyke nets

- Stow nets

- Barriers, fences, weirs, dll

- Aerial traps

- Traps (not specified)

9. Hook and line (pancing)

Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang
dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.

Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and
lines ini terdiri dari:

12
- Handlines and pole-lines (hand operated)

- Handlines and pole-lines (mechanized)

- Set longlines

- Drifting longlines

- Longlines (not specified)

- Trolling lines

- Hook and lines (not specified)

10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)

Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat penangkapan ikan yang
mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau
membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal.
Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah
satu ujungnya.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan
alat yang melukai ini adalah harpoon.

11. Harvesting machine (mesin pemanen)

Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan
jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill
plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter
dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi .

12. Alat tangkap lainnya.

Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam
penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara
menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau
membunuh sasaran tangkap.

13
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan konstruksi yang bentuknya
tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya. Sehingga dapat digolongkan sebagai
kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan mengalami perkembangan sesuai dengan
modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap
ikan ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang
ada.

Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG)


yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap lainnya ini
adalah: Miscellaneous Gear. Sebagai informasi, di Indonesia alat tangkap muro ami, serok
teri dan alat penangkap lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini.

Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap ikan ini dengan
pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik dari suatu alat tangkap
menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO dengan ke-9 (sembilan) kriteria
keramahan menurut standart FAO. Disebabkan karena banyaknya jenis alat tangkap dalam
suatu klasifikasi, maka untuk memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat
tangkap saja yang disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat
tangkap tersebut.

Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat


tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk
meningkatkan keramahannya.

Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap
surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang
ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :

1. Selektifitas, khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk
mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch
(panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja
diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula,

2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan

Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan


keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva

14
selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok
nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.

C. Alat Tangkap Payang


Peranan ikan laut sebagai sumber protein hewani dewasa ini semakin penting, karena
semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan daging ternak seperti
masalah penyakit menular dari hewan ternak serta semakin tingginya harga daging ternak.
Sementara keberadaan ikan laut di Indonesia sangat melimpah. Ikan laut merupakan
kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat mengelola dengan baik karena di laut
yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat akan pentingnya laut semakin baik, berbagai
proses perbaikan stok ikan baik melalui pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain.
Ikan yang ada di laut ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan
ikan. Untuk melakukan penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan
karakteristik tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut.

Keberadaan ikan dalam suatu kawasan perairan umumnya dihuni oleh berbagai jenis
dan macam ikan yang terjalin dalam suatu rantai makanan. Ikan-ikan tertentu yang
popolasinya besarnya umumnya muncul secara periodik berdasarkan musimnya.

Berbagai jenis alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah


proses penangkapan ikan di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah
laku jenis ikan dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat tersebut, sumber daya
ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan
demersial (ikan dasar). Ikan pelagis umumnya memiliki jumlah populasi yang sangat banyak
sehingga untuk melakukan penangkapan diperlukan alat tangkap yang paling efektif
diantaranya adalah jaring. Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan
pelagis,kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti : jaring payang, gillnet,
pursein dan trawll.

Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif
digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan
Indonesia. Namun demikian kadang kala tiap daer kan modifikasi, sebagai contoh bahwa
jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung dengan ukuran yang
agak berbeda.

15
Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan
yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran
standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.

Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang
memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan
dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Sebagian
besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.

Gambar 1. Alat Tangkap Payang

sumber : http://tadjuddahmuslim.wordpress.com/2009/01/28/kajian-keramahan-lingkungan-
alat-tangkap-menurut-klasifikasi-statistik-internasional-standar-fao/

Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan
Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan
permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan
serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan
melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.

Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang
berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di
pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara),
payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura,
Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah
(Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel),

16
panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo,
Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).

Konstruksi

Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian
kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing). Namun ada juga
pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu kantong dan kaki. Bagian kantong
umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri.
Namun bagian-bagian ini untuk tiap daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-
masing.

Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda,
bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm. Berbeda dengan jaring
trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang,
maka untuk payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang.
Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan
pelagik yang biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan
mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena
bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi
terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.

Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat. Sedangkan bagian
atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar
ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap
disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (tali hela/tali tarik).

Metode pengoperasian

Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun siang
hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan)
dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Sedang
penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish
aggregating device) atau kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-
duga ditempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan. Kalau gerombolan
ikan yang diburu tadi kebetulan tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol.

17
Penggunaan rumpon untuk alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih.

Penangkapan dengan payang dan sejenisnya ini dapat dilakukan baik dengan perahu
layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang
berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar.

Daerah penangkapan

Daerah penangkapan dan payang ini pada perairan yang tidak terlalu jauh dan pantai
atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil tangkapan terutama jenis-jenis pelagik
kecil (layang, solar, kembung, lemuru, tembang japuh dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat
tergantung keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon.

Musim penangkapan

Musim penangkapan dan payang ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu
di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat.

Pemeliharaan alat

Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar,
bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara
langsung dan disimpan ditempat yang bersih.

Pengadaan alat dan bahan jaring

Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko penlengkapan nelayan di lokasi
terdekat atau bisa dipesan dan pabnik janing “PT. Anida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di
Ranca Ekek Bandung. Payang termasuk alat yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir
diseluruh daerah perikanan laut Indonesia, namun yang paling banyak adalah di pantai utara
Jawa termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.

18
D. Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya
tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan
menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau
tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih
nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging
adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain
dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).

Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang
sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia
dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan
masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi
operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap
berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.

Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring,
tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.

George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan
beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.

Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl


di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan
demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki
kesamaan dengan jaring trawl.

19
Gambar. Alat tangkap cantrang

Kontruksi Alat Tangkap

Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :

a) Kantong (Cod End)

Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak
mudah lolos (terlepas).

b) Badan (Body)

Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-
ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil
yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.

c) Sayap (Wing).

Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan
badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan
supaya masuk ke dalam kantong.

20
d) Mulut (Mouth)

Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada
mulut jaring terdapat:

1) Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan


daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir
atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-
bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya
(dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
4) Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.

e) Tali Penarik (Warp)

Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.

f) Karakteristik

Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya
alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan
hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan
demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu
penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang.
Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau
kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung
kaki sekitar 8-12 m.

Bahan Dan Spesifikasinya

1. Kantong, Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1
inchi.
2. Badan Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
3. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
4. Pemberat, Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.

21
5. Tali ris atas Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
6. Tali ris bawah, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
7. Tali penarik, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.

Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis
ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah,
pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).

Daerah Penangkapan

Langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah
penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:

1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.


2. Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai
yang membahayakan.

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan
Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl
antara lain adalah sebagai berikut:

- Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari
pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang
mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam,
bekas-bekas tiang dan sebagainya.
- Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
- Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.

22
Alat Bantu Penangkapan

Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan
alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat.
Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih
ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih
ditingkatkan.

Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan
penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar
untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.

Teknik Pengoperasi (Setting dan Houling)

1. Persiapan

Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan
fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-
bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.

2. Setting

Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah
mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan
mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat
tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus
menentang pergerakan dari ikan.

Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran
jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan
penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar
pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali
salambar kanan diturunkan →sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong →
badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak
terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal
bergerak melingkar menuju pelampung tanda.

23
3. Hauling

Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit
untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling
tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring,
kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat
gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal
sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama
dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan
sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk
kedalam kantong jaring.

Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat
mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali
salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan →
mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal
bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat
setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan →
bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal
→ badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan
dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali
ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak
mengalami kesulitan.

24
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.

2. Arus

Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan
bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.

3. Arah angin

Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan
dilakukan.

25
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong
tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari
gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar
atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
2. Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif
digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh
perairan Indonesia. Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring
penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata
jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh
pemerintah.
3. Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap
jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki,
mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
4. Factor-faktor yang mempengaruhi penangkapan yaitu kecepatan dalam menarik jaring
pada waktu operasi penangkapan, arus, dan arah angin.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , oleh sebab itu
kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan
makalah-makalah berikutnya.

26
DAFTRAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan. Ramah Lingkungan. COREMAP II.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan
Perikanan. Jakarta.

Brant A Vont,1984. Fish Catch Methods of the World, Fishing News Book Ltd England

Baskoro,S.B,2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan) Fakultas


Perikanan dan ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears Categories.
FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries Industries Division,
Rome. 92p.

Nomura,M 1985. Fishing Techniques 1,2,3, Kanagawa International Training Center , JICA,
Tokyo

Subani, W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indoensia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut, BPPL, BPPP, Departemen Pertanian, Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai