Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar - besar nya kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Teknologi Penangkapan Ikan yaitu Bapak Dr. Ir. Sweking Gandi, MS sebagai dosen
pengajar yang telah meluangkan waktu untuk mengajar kami mahasiswa angkatan 2018.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu
saya berharap kepada pembaca untuk bersedia menyampaikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebaik-baiknya. Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3. 1 Kesimpulan ........................................................................................................26
3. 2 Saran ..................................................................................................................26
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable
fisheries cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab
(FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati
laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).
Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa
5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus,
16 % telah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 %
telah penuh eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat
ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah
tingkat eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui
program-program konservasi.
Di Indonesia saat ini dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang pertama :
menurut klasifikasi A. Von Brandt, (1964), Kedua : klasifikasi statistik internasional alat
tangkap standar FAO, yang ketiga : klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik
perikanan Indonesia (Anonim, 2007).
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji keramahan alat tangkap menurut klasifikasi
statistik internasional standar FAO. adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995)
1
sesuai dengan standar Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9
(sembilan ) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
Oleh sebab itulah dirancanglah bermacam – macam alat tangkap yang ramah
lingkungan sehingga dapat mengurangi kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada saat
penangkapan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Ada beberapa pendapat para
ahli tentang klasifikasi jenis-jenis alat tangkap yang ramah lingkungan, seperti klasifikasi dan
standar internasional FAO (Food Agriculture Organization).
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
3
BAB 2 PEMBAHASAN
Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan
ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
- Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama.
- Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang
biak ikan dan organisme lainnya.
Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas
dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah
sebagai berikut (dari yang rendah hingga yang tinggi):
4
- Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen)
pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang
sifatnya sementara
- Alat tangkap aman bagi nelayan
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk.
Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara
morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi) adalah sebagai berikut:
Ikan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau racun sianida
kemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan tingkat
bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus menjadi pertimbangan adalah (dari
rendah hingga tinggi):
5
6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
Alat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang
bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan alat yang tidak selektif, hasil tangkapan
yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap.
Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan
kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang
tidak laku dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku
dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di
pasar.
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (dari rendah hingga
tinggi):
- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan
merusak habitat.
- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak
habitat
- Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak
merusak habitat
- Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
6
9. Diterima secara sosial.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantung pada
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima secara sosial oleh
masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak
bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pembobotan Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang
rendah hingga yang tinggi):
Bila ke sembilan kriteria ini dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan, maka dapat dikatakan ikan dan produk perikanan
akan tersedia untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal yang penting untuk diingat
bahwa generasi saat ini memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan ketersediaan
sumberdaya ikan bagi generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang
berkesinambungan dan lestari. Perilaku yang bertanggung jawab ini dapat memelihara,
minimal mempertahankan stok sumberdaya yang ada kemudian akan memberikan
sumbangan yang penting bagi ketahanan pangan (food security), dan peluang pendapatan
yang berkelanjutan.
7
B. Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan.
Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui
cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut
bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk
semacam “mangkuk”.
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong
tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan
dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui
kedua bagian sayap tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
- Beach seines
8
- Boat or vessel seines
a. Danish seines
b. Scottish seines
c. Pair seines
3. Trawl
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG (International
Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO (Nedelec and Prado 1990) “Trawl”
adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan
maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik
yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring
(pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan
rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c)
Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya
perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan dengan
ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan
ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all
point dan all mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih
tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka
mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad
kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau
pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal.
- Bottom trawls
9
a. beam trawls
b. otter trawl
c. pair trawls
d. nephrops trawls
e. shrimp trawls
- Midwater trawls
4. Dredge (Penggaruk)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi
atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya.
Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu
untuk menangkap kekerangan dan biota lainnya.
Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
10
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal.
Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena
ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada
bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk
mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.
Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu,
bagan tancap (termasuk kelong), dan serok
Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang
pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan
dengan atau tanpa kapal.
Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan disesuaikan dengan target
ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat berbagai bentuk dan
ukuran serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut
International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan
oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan
terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).
Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi
panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali
ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah.
Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya
gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian
belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap
dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu
aktif.
11
8. Trap (perangkap)
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.
- Pots
- Fyke nets
- Stow nets
- Aerial traps
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang
dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung
maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
12
- Handlines and pole-lines (hand operated)
- Set longlines
- Drifting longlines
- Trolling lines
10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat penangkapan ikan yang
mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau
membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal.
Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah
satu ujungnya.
Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan
jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill
plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter
dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi .
Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam
penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara
menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau
membunuh sasaran tangkap.
13
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan konstruksi yang bentuknya
tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya. Sehingga dapat digolongkan sebagai
kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan mengalami perkembangan sesuai dengan
modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap
ikan ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang
ada.
Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap ikan ini dengan
pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik dari suatu alat tangkap
menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO dengan ke-9 (sembilan) kriteria
keramahan menurut standart FAO. Disebabkan karena banyaknya jenis alat tangkap dalam
suatu klasifikasi, maka untuk memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat
tangkap saja yang disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat
tangkap tersebut.
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap
surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang
ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
1. Selektifitas, khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk
mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch
(panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja
diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula,
14
selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok
nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.
Keberadaan ikan dalam suatu kawasan perairan umumnya dihuni oleh berbagai jenis
dan macam ikan yang terjalin dalam suatu rantai makanan. Ikan-ikan tertentu yang
popolasinya besarnya umumnya muncul secara periodik berdasarkan musimnya.
Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif
digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan
Indonesia. Namun demikian kadang kala tiap daer kan modifikasi, sebagai contoh bahwa
jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung dengan ukuran yang
agak berbeda.
15
Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan
yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran
standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang
memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan
dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Sebagian
besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
sumber : http://tadjuddahmuslim.wordpress.com/2009/01/28/kajian-keramahan-lingkungan-
alat-tangkap-menurut-klasifikasi-statistik-internasional-standar-fao/
Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan
Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan
permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan
serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan
melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.
Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang
berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di
pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara),
payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura,
Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah
(Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel),
16
panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo,
Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).
Konstruksi
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian
kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing). Namun ada juga
pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu kantong dan kaki. Bagian kantong
umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri.
Namun bagian-bagian ini untuk tiap daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-
masing.
Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda,
bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm. Berbeda dengan jaring
trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang,
maka untuk payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang.
Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan
pelagik yang biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan
mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena
bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi
terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat. Sedangkan bagian
atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar
ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap
disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (tali hela/tali tarik).
Metode pengoperasian
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun siang
hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan)
dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Sedang
penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish
aggregating device) atau kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-
duga ditempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan. Kalau gerombolan
ikan yang diburu tadi kebetulan tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol.
17
Penggunaan rumpon untuk alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih.
Penangkapan dengan payang dan sejenisnya ini dapat dilakukan baik dengan perahu
layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang
berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan dan payang ini pada perairan yang tidak terlalu jauh dan pantai
atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil tangkapan terutama jenis-jenis pelagik
kecil (layang, solar, kembung, lemuru, tembang japuh dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat
tergantung keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon.
Musim penangkapan
Musim penangkapan dan payang ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu
di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar,
bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara
langsung dan disimpan ditempat yang bersih.
Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko penlengkapan nelayan di lokasi
terdekat atau bisa dipesan dan pabnik janing “PT. Anida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di
Ranca Ekek Bandung. Payang termasuk alat yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir
diseluruh daerah perikanan laut Indonesia, namun yang paling banyak adalah di pantai utara
Jawa termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.
18
D. Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya
tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan
menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau
tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih
nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging
adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain
dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang
sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia
dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan
masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi
operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap
berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring,
tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan
beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.
19
Gambar. Alat tangkap cantrang
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak
mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-
ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil
yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan
badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan
supaya masuk ke dalam kantong.
20
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada
mulut jaring terdapat:
f) Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya
alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan
hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan
demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu
penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang.
Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau
kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung
kaki sekitar 8-12 m.
1. Kantong, Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1
inchi.
2. Badan Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
3. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
4. Pemberat, Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
21
5. Tali ris atas Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
6. Tali ris bawah, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
7. Tali penarik, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis
ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah,
pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
Daerah Penangkapan
Langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah
penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan
Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl
antara lain adalah sebagai berikut:
- Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari
pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang
mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam,
bekas-bekas tiang dan sebagainya.
- Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
- Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
22
Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan
alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat.
Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih
ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih
ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan
penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar
untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
1. Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan
fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-
bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah
mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan
mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat
tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus
menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran
jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan
penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar
pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali
salambar kanan diturunkan →sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong →
badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak
terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal
bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
23
3. Hauling
Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit
untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling
tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring,
kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat
gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal
sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama
dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan
sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk
kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat
mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali
salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan →
mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal
bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat
setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan →
bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal
→ badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan
dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali
ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak
mengalami kesulitan.
24
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
2. Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan
bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan
dilakukan.
25
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong
tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari
gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar
atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
2. Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif
digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh
perairan Indonesia. Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring
penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata
jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh
pemerintah.
3. Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap
jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki,
mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
4. Factor-faktor yang mempengaruhi penangkapan yaitu kecepatan dalam menarik jaring
pada waktu operasi penangkapan, arus, dan arah angin.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , oleh sebab itu
kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan
makalah-makalah berikutnya.
26
DAFTRAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Anonim. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan. Ramah Lingkungan. COREMAP II.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan
Perikanan. Jakarta.
Brant A Vont,1984. Fish Catch Methods of the World, Fishing News Book Ltd England
Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears Categories.
FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries Industries Division,
Rome. 92p.
Nomura,M 1985. Fishing Techniques 1,2,3, Kanagawa International Training Center , JICA,
Tokyo
Subani, W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indoensia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut, BPPL, BPPP, Departemen Pertanian, Jakarta
27