Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Wahyu Ilham H1A120002
2. M Kahirul Anam H1A120007
3. Siti Rahma Wati H1A120008
4. Surya Cahyati H1A120015
5. Putri Khairani Saragih H1A120019
6. Tia Safitri H1A120020
7. Clara Delia Rahmadini H1A120022
8. Indro Proyono H1A120024
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Yang mana makalah ini berjudul
“Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dijambi (Studi Kasus Desa
Tungkal 1 Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat)” ini disusun untuk
memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Pengelolaan Daerah Pesisir.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak.
Dr. H. Syamsir. S.H., M.H dan ibu Wahyu Rohayati, S.IP.,M.Si selaku dosen mata kuliah
Pengelolaan Daerah Pesisir. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kuik dan Verbruggen dalam Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S. menyebutkan bahwa di
dunia dewasa ini sudah berkembang berbagai macam indikator pembangunan berkelanjutan.
Dalam pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati laut
setidaknya haruslah memenuhi dan memperhatikan 4 (empat) indikator, yaitu: ekonomi, sosial,
ekologi dan pengaturan.2 Pembangunan berkelanjutan secara ekonomi harus memperhatikan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat berlangsung
dalam jangka panjang tanpa merusak lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial. Pembangunan
berkelanjutan secara sosial harus memperhatikan kesejahteraan sosial dan keadilan, serta
memperhatikan kebutuhan masyarakat secara luas. Pembangunan berkelanjutan secara ekologi
harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam.
Terakhir, pembangunan berkelanjutan secara pengaturan memerlukan pengaturan yang baik dan
efektif, baik dari segi regulasi maupun kebijakan.
Daerah pesisir adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki nilai
ekonomi, sosial, dan ekologis yang tinggi. Pesisir dan lautan meliputi daratan dan perairan
pesisir sangatlah penting bagi bangsa dan ekonomi Indonesia yang tak hanya mengandung
sumber pangan melalui kegiatan perikanan, tetapi juga berbagai jenis sumber daya alam dan
lingkungan, seperti sumber daya mineral, gas dan minyak bumi, pemandangan alam yang indah,
1
Brundtland Report. (1987). Our Common Future. New York: United Nations General Assembly.
2
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati laut: Aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. hlm. 326.
1
dan perhubungan laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Pembangunan
berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir mencakup sejumlah isu yang perlu diperhatikan.
Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir mengusung pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat lokal,
sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah untuk mencapai tujuan bersama dalam pelestarian
lingkungan, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
1. Terdapat kaidah-kaidah yang harus diterapkan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
laut untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.3
2. Konsep pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu merupakan salah satu
syarat untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.4
3. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan
yang memberikan semacam ambang batas (limit) pada lanjut ekosistem alamiah
secara sumberdaya yang ada didalamnya.5
4. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus mempertimbangkan sektor
ekonomi, sosial, dan budaya, serta kebiasaan hidup masyarakat setempat.6
5. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memperhatikan keanekaragaman
hayati laut.7
6. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut harus berbasis masyarakat.
7. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memperhatikan kemampuan
biosfer untuk menerima dampak kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.
3
Sompotan, Hendrik B. (2016). Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir. Jurnal Hukum UNSRAT, vol. 22, no. 7.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Nengsih, S.N. (2020). Penerapan Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Pesisir Dalam Keanekaragaman
Hayati Laut Untuk Mensejahterakan Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, vol. 1, no. 2. DOI:
https://doi.org/10.56552/jisipol.v1i2.17
7
Ibid.
2
8. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memenuhi kebutuhan hidup saat
ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu, aspek sosial dan ekonomi juga harus diperhatikan dalam pengelolaan daerah
pesisir yang berkelanjutan. Kehidupan masyarakat pesisir seringkali bergantung pada sumber
daya alam yang ada di sekitarnya, seperti perikanan dan pariwisata. Namun, eksploitasi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik antar kelompok
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang memperhatikan kesejahteraan sosial
dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan daerah pesisir.
Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir di Jambi menjadi isu yang
penting untuk diperhatikan. Wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam yang besar,
namun juga rentan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia. Untuk mewujudkan
pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu, perlu adanya keterpaduan institusi dan pemberdayaan
masyarakat sehingga diperoleh pola pengelolaan yang berkelanjutan.8 Pemerintah daerah
memegang peran penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, baik dalam pengembangan sistem
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maupun dalam penyusunan rencana zonasi
wilayah pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.9 Di Provinsi Jambi, terdapat peraturan
yang dibentuk berupa Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah
8
Tamar Jaya, P., Rosyani, R., & Hamzah, H. (2022). Analisis Potensi dan Pengembangan Ekowisata Hutan
Mangrove Pangkal Babu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan,
vol. 5, no. 2, hlm. 64-78. DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v5i1.21198
9
Jamal, Fikri. (2019). Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jurnal Hukum, vol. 2, no. 1,
hlm. 464-478.
3
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang bertujuan untuk mengelola sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan.10 Selain itu, kajian pengelolaan daratan pesisir berbasis zonasi
di Provinsi Jambi juga pernah dilakukan. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jambi juga telah
menerbitkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jambi Tahun 2019-2039.11 PERDA ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan menjamin pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
laut secara berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah membuat kawasan wisata
mangrove di wilayah pesisir pantai. Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem pesisir dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi. Namun, di
sepanjang pantai di pesisir timur Jambi mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukannya
rehabilitasi melalui program rehabilitasi mangrove.
Hutan mangrove di daerah pesisir Jambi juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari
upaya konservasi lingkungan dan sumber ekonomi masyarakat. Beberapa kawasan hutan
10
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil.
11
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi Jambi Tahun 2019-2039.
4
mangrove di Jambi telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, seperti Cagar Alam Hutan
Bakau Pantai Timur. Selain itu, terdapat juga ekowisata hutan mangrove di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Salah satu faktor pemilihan masalah dalam makalah ini agar dapat bermanfaat karena
nilai dari sebuah penulisan ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya
makalah tersebut, adapun manfaat makalah ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan ini yang bertalian dengan pengembangan
Ilmu Pemerintahan. Manfaat teoritis dari rencana penulisan ini sebagai berikut:
a. Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang Ilmu Pemerintahan pada program studi Ilmu Pemerintahan.
b. Hasil makalah ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam
dunia kepustakaan tentang pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis, yaitu manfaat dari penulisan makalah ini yang berkaitan dengan
pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini sebagai berikut:
6
a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk
pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan pada pihak
yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan
dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari,
memahami, menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan menganalisis
kenyataan mengenai pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
12
Badan Pusat Statistik. Tanjung Jabung Barat dalam Angka 2023.
8
oleh kelompok Pemuda Pesisir (PASIR), dari sinilah terbukanya lapangan pekerjaan yaitu
sebagai penjaga parkir. Sehingga dapat dilihat bahwa hutan mangrove yang ada di Pangkal Babu
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dalam bentuk sumber pendapatan yaitu dari
Nelayan dan Ekowisata. Ekowisata hutan mangrove akan terus dilakukan penambahan objek
wisata agar lebih banyak menarik wisatawan untuk berkunjung menikmati keindahan hutan
mangrove tanpa merusak ekosistemnya, dengan bertambahnya objek wisata akan semakin
banyak wisatawan yang akan tertarik untuk mengunjungi ekowisata, semakin banyak
pengunjung yang datang ke tempat ekowisata membuat masyarakat di sekitar tempat ekowisata
tertarik membuat usaha baru berupa warung kecil untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
2.2 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator Sosial.
Pembangunan berkelanjutan berdasarkan UU 32 tahun 2009. yang membahas tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.13 Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah peisir
tungkal 1 akan melibatkan sejumlah aspek penting yang harus diperhatikan tingkat penyerapan
tenaga kerja ; Budaya kerja ; Tingkat pendidikan ; Tingkat kesehatan ;Distribusi jender dalam
pengambilan keputusan serta Kedudukan. Maka dengan hal ini adapun cara yang harus
diperhatikan jika pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan. Dengan memposisikan suatu
dasar atau fundamen dalam pengelolaan yang ada dikawasan hutan mangrove tersebut.
13
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009. TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
9
3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Mengembangkan program pengembangan ekonomi
berbasis hutan mangrove yang berkelanjutan untuk masyarakat setempat bahwasannya
kedudukan hutan mengrove tersebut sangatlah penting untuk dilestarikan. Karena ini
dapat mencakup pelatihan keterampilan, pendirian usaha mikro, dan pemasaran produk-
produk berkelanjutan seperti kerajinan tangan dari kayu mangrove atau produk
ekowisata.
4. Pendidikan dan Penelitian: Meningkatkan upaya pendidikan dan penelitian di daerah
tersebut. Mengintegrasikan isu-isu lingkungan dan pelestarian mangrove ke dalam
kurikulum sekolah setempat serta mendukung penelitian ilmiah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang ekologi hutan mangrove dan manfaatnya.
5. Kerjasama antara Pihak Terkait: Membangun kemitraan dan kerjasama antara pemerintah
daerah, organisasi non-pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk mendukung
upaya pelestarian hutan mangrove. Melalui kolaborasi yang kokoh, berbagai sumber daya
dan keahlian dapat digabungkan untuk mencapai hasil yang lebih efektif dan
berkelanjutan.
6. Tingkat kesehatan: meningkatkan pelayan puskesmas serta unit rumah sakit yang ada
didaerah tungkal 1. Hal ini berguna untuk kemajuan daerah tersebut dikarnakan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau yang dikenal dengan sebutan SDGs memiliki
tujuan memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk
semua usia.
14
Rukuh Setiadi dkk. 2008. INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG. Riptek.
Vol.2. No.2. Hal.1-6
10
2.3 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator
Ekologi.
Ekologi pada dasarnya menyajikan informasi tentang daya dukung (kemampuan suplai)
sistem alam wilayah pesisisr dalam menopang segenap kegiatan pembangunan dan kehidupan
manusia. Dengan demikian, agar pembangunan wilayah pesisir dapat berkelanjutan, maka pola
dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa, sehingga total permintaannya (emand)
terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan suplai
tersebut. Secara ekologi kegiatan ini dimaksudkan harus dapat mempertahankan integritas
ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat
berkelanjutan.15
Hutan mangrove memiliki peranan penting di wilayah pesisir secara ekologi seperti
penahan abrasi, penyerap zat pencemar dan habitat bagi biota perairan habitat untuk mencari
makan, berlindung, memijah dan pembesaran, sedangkan fungsinya secara ekonomi yaitu
sebagai penyedia kayu, obat-obatan dan produk nipah. Menurut Arief hutan mangrove sebagai
sumberdaya alam penting di lingkungan pesisir yang terdiri dari aspek ekologi dan ekonomis.
Aspek ekologi yang memiliki berbagai manfaat perlindungan lingkungan ekosistem daratan,
lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, penahan gelombang laut atau angin kencang,
pengendali intrusi air laut, habitat berbagai biota, sebagai tempat mencari makan, memijah, dan
berkembang biak untuk sumberdaya ikan, pembentukan lahan baru melalui proses sedimentasi
dan menjaga kualitas air.16
Kualitas dan kuantitas hutan mangrove yang kian menurun telah mengakibatkan dampak
yang mengkhawatirkan, seperti abrasi yang terus meningkat, penurunan hasil tangkapan
perikanan pesisir, masuknya air laut yang semakin jauh ke arah darat dan sebagainya. Dampak
ekologis akibat rusak dan berkurangnya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai jenis
flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove dalam jangka panjang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove dan ekosistem pesisir.
15
Hendrik B. Sompotan. "PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR". Jurnal Hukum Unsrat. Vol. 22/No. 7/Agustus/2016
16
Arief, A. 2003. “Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya”. Yogyakarta: Kanisius
11
Potensi hasil tangkap yang baik di Indonesia salah satunya di Provinsi Jambi, dengan luas
perairan laut sepanjang 44.496 km2 dan panjang garis pantai ± 210 km, menyimpan potensi
sumberdaya perikanan tangkap sebesar 106.666 ton/tahun dan juga memiliki potensi
pemanfaatan ± satu juta ton/tahun di Laut Natuna dan ZEEI Laut Cina Selatan. Produksi
sumberdaya perikanan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 22.367.9 Ton, dengan
jumlah armada yang dimiliki sebesar 962 Unit.17
Wilayah pesisir dengan keberadaan berbagai jenis hasil tangkap disuatu perairan
menunjukkan kualitas serta kondisi ekologi perairannya. Dalam rangka mengoptimalkan
produksi hasil keluatan dan menjaga ekologinya, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan
hanya menangkap jenis-jenis hasil luat yang ekonomis tinggi dan dalam ukuran tertentu saja.
17
Dinas Penanaman Modal dan pelayanan terpadu satu pintu tanjabbar, 2018.
18
Undang-Undang Nomor 23 Tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
19
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Laut.
12
Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut rangkaian dari proses kegiatan terhadap
wilayah pesisir dan laut termasuk jasa lingkungan yang dilakukan secara adil dan bijaksana
dengan mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang meliputi
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan wilayah pesisir dan laut. Pemanfaat ruang kegiatan
dan pengusahaan pengelolaan wilayah pesisir harus mendapatkan izin serta wajib memelihara
dan menjaga kelestarian lingkungannya. Melibatkan masyarakat lokal dalam aktivitas
pengelolaan wilayah pesisir, jika melanggar dari ketentuan yang ditetapkan terdapat sanksi
berupa dipidana kurungan, denda, pencabutan izin dan pemberhentian kegiatan.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam proyek pemetaan indikator tentang pembangunan berkelanjutan dalam
pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati laut di Jambi, kelompok 1 fokus pada empat
aspek utama yaitu ekonomi, sosial, ekologi, dan pengaturan. Mereka telah mengidentifikasi
indikator-indikator yang relevan untuk masing-masing aspek tersebut.
1. Indikator ekonomi meliputi volume dan nilai produksi, volume dan nilai ekspor
(dibandingkan dengan nilai total ekspor nasional), kontribusi sektor perikanan terhadap
PDB, pendapatan nelayan, dan nilai investasi dalam bentuk kapal ikan dan pabrik
pengolahan. Indikator ini membantu dalam mengukur kinerja ekonomi sektor perikanan
dan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
2. Indikator sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, budaya kerja, tingkat pendidikan,
tingkat kesehatan, distribusi gender dalam proses pengambilan keputusan, dan demografi.
Indikator ini memberikan wawasan tentang dampak sosial dari kegiatan pengelolaan
sumber daya laut, termasuk kesejahteraan sosial dan kesetaraan gender.
3. Indikator ekologi meliputi komposisi hasil tangkap, hasil tangkap per satuan upaya
(CPUE), kelimpahan relatif spesies target, dampak langsung alat tangkap terhadap spesies
non-target, dampak tidak langsung penangkapan seperti struktur trofik, dan dampak
langsung alat tangkap terhadap habitat. Indikator ini membantu dalam memantau
kesehatan ekosistem laut, keberlanjutan perikanan, dan perlindungan terhadap spesies dan
habitat yang rentan.
4. Indikator pengaturan meliputi hak kepemilikan, ketaatan terhadap peraturan perundangan,
transparansi, dan partisipasi. Indikator ini memberikan gambaran tentang efektivitas
sistem pengaturan dan tata kelola dalam mengelola sumber daya keanekaragaman hayati
laut secara berkelanjutan.
14
3.2 Saran
1. Perlu memastikan bahwa indikator yang dipilih mencakup aspek yang relevan dan
penting dalam konteks pengelolaan daerah pesisir di Jambi. Evaluasi ulang terhadap
indikator yang ada dapat membantu memastikan kesesuaian dan keakuratan dalam
mengukur kemajuan dan dampak dari kegiatan pembangunan berkelanjutan.
2. Penting untuk melakukan pemantauan dan pengumpulan data secara teratur terkait
dengan indikator yang ditetapkan. Data yang akurat dan terkini diperlukan untuk
mengevaluasi dampak dan efektivitas kebijakan serta langkah-langkah pengelolaan yang
dilakukan.
3. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengumpulan data, pemetaan
indikator, dan evaluasi. Partisipasi aktif dari masyarakat, nelayan, perusahaan, dan
lembaga terkait lainnya dapat memperkuat legitimasi dan keberlanjutan dari upaya
pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir.
4. Menggunakan temuan dan hasil evaluasi indikator untuk membentuk kebijakan dan
tindakan lanjutan yang lebih efektif. Data dan informasi yang dikumpulkan harus
digunakan secara aktif untuk memperbaiki praktik pengelolaan, mempromosikan
keberlanjutan ekonomi, sosial, dan ekologis, serta memperkuat tata kelola sumber daya.
5. Mendorong adopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber
daya laut yang berkelanjutan oleh semua pihak terkait, termasuk pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat. Edukasi dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan harus
ditingkatkan untuk mengubah perilaku dan pola pikir yang lebih ramah lingkungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
Anggota kelompok yang hadir : Wahyu Ilham, M Kahirul Anam, Siti Rahma Wati,Putri
Khairani Saragih, Tia Safitri, Clara Delia Rahmadini, Indro Proyono.
17