Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGELOLAAN DAERAH PESISIR

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH


PESISIR DI JAMBI
(Studi Kasus Desa Tungkal 1 Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung
Barat)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Syamsir. S.H., M.H.

Wahyu Rohayati, S.IP.,M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Wahyu Ilham H1A120002
2. M Kahirul Anam H1A120007
3. Siti Rahma Wati H1A120008
4. Surya Cahyati H1A120015
5. Putri Khairani Saragih H1A120019
6. Tia Safitri H1A120020
7. Clara Delia Rahmadini H1A120022
8. Indro Proyono H1A120024

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Yang mana makalah ini berjudul
“Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dijambi (Studi Kasus Desa
Tungkal 1 Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat)” ini disusun untuk
memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Pengelolaan Daerah Pesisir.

Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak.
Dr. H. Syamsir. S.H., M.H dan ibu Wahyu Rohayati, S.IP.,M.Si selaku dosen mata kuliah
Pengelolaan Daerah Pesisir. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Penulis

Jambi, Mei 2023

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan................................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Ekonomi. ........................................................................................................... 8

2.2 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Sosial ................................................................................................................ 9

2.3 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Ekologi ............................................................................................................... 11

2.4 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Pengaturan .......................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 14


3.2 Saran .................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16


LAMPIRAN ............................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah konsep yang


mempertimbangkan fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati agar terus dipertahankan.
Laporan Komisi Brundtland pada tahun 1987 mendefinisikan pembangunan berkelanjutan
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.1 Pembangunan berkelanjutan menjadi
isu penting dalam perancangan dan strategi pembangunan manusia.

Kuik dan Verbruggen dalam Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S. menyebutkan bahwa di
dunia dewasa ini sudah berkembang berbagai macam indikator pembangunan berkelanjutan.
Dalam pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati laut
setidaknya haruslah memenuhi dan memperhatikan 4 (empat) indikator, yaitu: ekonomi, sosial,
ekologi dan pengaturan.2 Pembangunan berkelanjutan secara ekonomi harus memperhatikan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat berlangsung
dalam jangka panjang tanpa merusak lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial. Pembangunan
berkelanjutan secara sosial harus memperhatikan kesejahteraan sosial dan keadilan, serta
memperhatikan kebutuhan masyarakat secara luas. Pembangunan berkelanjutan secara ekologi
harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam.
Terakhir, pembangunan berkelanjutan secara pengaturan memerlukan pengaturan yang baik dan
efektif, baik dari segi regulasi maupun kebijakan.

Daerah pesisir adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki nilai
ekonomi, sosial, dan ekologis yang tinggi. Pesisir dan lautan meliputi daratan dan perairan
pesisir sangatlah penting bagi bangsa dan ekonomi Indonesia yang tak hanya mengandung
sumber pangan melalui kegiatan perikanan, tetapi juga berbagai jenis sumber daya alam dan
lingkungan, seperti sumber daya mineral, gas dan minyak bumi, pemandangan alam yang indah,

1
Brundtland Report. (1987). Our Common Future. New York: United Nations General Assembly.
2
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati laut: Aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. hlm. 326.

1
dan perhubungan laut yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Pembangunan
berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir mencakup sejumlah isu yang perlu diperhatikan.
Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir mengusung pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat lokal,
sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah untuk mencapai tujuan bersama dalam pelestarian
lingkungan, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir memerlukan penerapan prinsip-prinsip


tertentu agar dapat mencapai tujuan pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Beberapa
prinsip penting yang harus diterapkan dalam pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir
adalah sebagai berikut:

1. Terdapat kaidah-kaidah yang harus diterapkan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
laut untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.3
2. Konsep pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu merupakan salah satu
syarat untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.4
3. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan
yang memberikan semacam ambang batas (limit) pada lanjut ekosistem alamiah
secara sumberdaya yang ada didalamnya.5
4. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus mempertimbangkan sektor
ekonomi, sosial, dan budaya, serta kebiasaan hidup masyarakat setempat.6
5. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memperhatikan keanekaragaman
hayati laut.7
6. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut harus berbasis masyarakat.
7. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memperhatikan kemampuan
biosfer untuk menerima dampak kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.

3
Sompotan, Hendrik B. (2016). Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir. Jurnal Hukum UNSRAT, vol. 22, no. 7.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Nengsih, S.N. (2020). Penerapan Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Pesisir Dalam Keanekaragaman
Hayati Laut Untuk Mensejahterakan Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, vol. 1, no. 2. DOI:
https://doi.org/10.56552/jisipol.v1i2.17
7
Ibid.

2
8. Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir harus memenuhi kebutuhan hidup saat
ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Seiring berjalannya waktu, aktivitas manusia di daerah pesisir mulai menunjukkan


peningkatan, seperti pembangunan permukiman, pariwisata, dan industri, telah menimbulkan
berbagai tantangan dalam pengelolaan yang berkelanjutan. Salah satu tantangan utama adalah
kelestarian lingkungan pesisir. Pemanfaatan yang tidak bijaksana dari sumber daya alam pesisir,
seperti penebangan hutan mangrove, penangkapan ikan yang berlebihan, dan polusi air, telah
menyebabkan kerusakan ekosistem dan kehilangan keanekaragaman hayati. Dampak perubahan
iklim, seperti kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem, juga dapat memperburuk kondisi
lingkungan pesisir.

Selain itu, aspek sosial dan ekonomi juga harus diperhatikan dalam pengelolaan daerah
pesisir yang berkelanjutan. Kehidupan masyarakat pesisir seringkali bergantung pada sumber
daya alam yang ada di sekitarnya, seperti perikanan dan pariwisata. Namun, eksploitasi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik antar kelompok
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang memperhatikan kesejahteraan sosial
dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan daerah pesisir.

Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir di Jambi menjadi isu yang
penting untuk diperhatikan. Wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam yang besar,
namun juga rentan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia. Untuk mewujudkan
pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu, perlu adanya keterpaduan institusi dan pemberdayaan
masyarakat sehingga diperoleh pola pengelolaan yang berkelanjutan.8 Pemerintah daerah
memegang peran penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, baik dalam pengembangan sistem
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maupun dalam penyusunan rencana zonasi
wilayah pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.9 Di Provinsi Jambi, terdapat peraturan
yang dibentuk berupa Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah

8
Tamar Jaya, P., Rosyani, R., & Hamzah, H. (2022). Analisis Potensi dan Pengembangan Ekowisata Hutan
Mangrove Pangkal Babu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan,
vol. 5, no. 2, hlm. 64-78. DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v5i1.21198
9
Jamal, Fikri. (2019). Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jurnal Hukum, vol. 2, no. 1,
hlm. 464-478.

3
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang bertujuan untuk mengelola sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan.10 Selain itu, kajian pengelolaan daratan pesisir berbasis zonasi
di Provinsi Jambi juga pernah dilakukan. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jambi juga telah
menerbitkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jambi Tahun 2019-2039.11 PERDA ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan menjamin pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
laut secara berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir Jambi meliputi beberapa aspek, seperti


pengembangan sumber daya perikanan, peningkatan kesejahteraan nelayan, konservasi
mangrove, pengelolaan sampah, pengelolaan ekosistem pesisir dan pemberlakuan regulasi atau
aturan yang mengatur pengelolaan daerah pesisir. Masyarakat setempat mengembangkan potensi
sumber daya perikanan untuk menjadi komoditi unggulan, baik di sektor perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya. Namun, pembangunan di kawasan pesisir Jambi masih menghadapi
beberapa kendala, seperti keterbatasan infrastruktur dan tekanan dari bidang pembangunan
lainnya, seperti permukiman masyarakat pesisir yang menjadi sumber penghidupan, membawa
kondisi ekologi pesisir juga akan merasakan dampaknya, contohnya yaitu terjadinya abrasi yang
terus terjadi. Kawasan hutan mangrove akan terancam akibat konversi penggunaan lahan
terutama untuk permukiman, yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial masyarakat
setempat. Perubahan iklim dan bencana hidrologi juga menjadi ancaman bagi lingkungan hidup
di Jambi, termasuk daerah pesisir.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah membuat kawasan wisata
mangrove di wilayah pesisir pantai. Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem pesisir dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi. Namun, di
sepanjang pantai di pesisir timur Jambi mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukannya
rehabilitasi melalui program rehabilitasi mangrove.

Hutan mangrove di daerah pesisir Jambi juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari
upaya konservasi lingkungan dan sumber ekonomi masyarakat. Beberapa kawasan hutan

10
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil.
11
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi Jambi Tahun 2019-2039.

4
mangrove di Jambi telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, seperti Cagar Alam Hutan
Bakau Pantai Timur. Selain itu, terdapat juga ekowisata hutan mangrove di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat.

Untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat di


daerah pesisir Jambi, perlu dilakukan upaya-upaya seperti pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan, peningkatan infrastruktur transportasi, dan pengembangan
ekowisata. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak kerusakan
hutan mangrove sebagai bentuk pelestarian lingkungan dan pencegahan terjadinya bencana yang
disebabkan abrasi pantai di sekitaran Pangkal Babu. Pembangunan berkelanjutan
mengamanatkan pembangunan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mereka untuk memenuhi kebutuhannya dan apabila
dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan pesisir yang memenuhi 4
indikator pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati
laut, diharapkan anak cucu kita tidak terdampak pada kerusakan yang terjadi pada wilayah
pesisir dan dapat terus terpenuhinya kebutuhan akan sumber daya alam laut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir Jambi pada


Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari
indikator ekonomi ?
2. Bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir Jambi pada
Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari
indikator sosial ?
3. Bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir Jambi pada
Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari
indikator ekologi ?
4. Bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir Jambi pada
Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari
indikator pengaturan ?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah


pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dari indikator ekonomi.?
2. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dari indikator sosial ?
3. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dari indikator ekologi ?
4. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dari indikator pengaturan ?

1.4 Manfaat Penelitian

Salah satu faktor pemilihan masalah dalam makalah ini agar dapat bermanfaat karena
nilai dari sebuah penulisan ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya
makalah tersebut, adapun manfaat makalah ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan ini yang bertalian dengan pengembangan
Ilmu Pemerintahan. Manfaat teoritis dari rencana penulisan ini sebagai berikut:
a. Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang Ilmu Pemerintahan pada program studi Ilmu Pemerintahan.
b. Hasil makalah ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam
dunia kepustakaan tentang pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi pada Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis, yaitu manfaat dari penulisan makalah ini yang berkaitan dengan
pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini sebagai berikut:

6
a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk
pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan pada pihak
yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan
dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari,
memahami, menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan menganalisis
kenyataan mengenai pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah
pesisir Jambi.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Ekonomi.
Pembangunan berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan
harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital (capital maintenance) dan
penggunaan sumber daya serta investasi secata efisien. Pemanfaatan potensi daerah pesisir secara
besar-besaran untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan
pertumbuhan perekonomian rakyat belum banyak dilakukan .Pemanfaatan pesisir untuk usaha
ekonomi dalam skala besar baru dilakukan pada sebagian Kabupaten dan Kota yang berada di
daerah pesisir. Pada umumnya usaha ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak disektor
pariwisata.
Dalam indikator pembangunan berkelanjutan ekonomi, untuk hasil produksi perikanan
laut di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk di Desa Tungkal I
berjumlah 17.371,11 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 530.233.332,-.12 Ini membuktikan
bahwa volume dan nilai produksi pengelolaan sumber daya laut cukup besar dalam waktu satu
tahun. Namun demikian, pendapatan nelayan masih tergantung daripada banyaknya tangkapan
dalam satu kali mereka pergi melaut. Bahkan besarnya pendapatan nelayan juga dipengaruhi
faktor cuaca, pasang surut air laut, dan kondisi ombak, apabila ombak besar terjadi maka banyak
nelayan yang memilih tidak melaut yang dapat mengakibatkan pendapatan nelayan turun drastis.
Berdasarkan indikator pembangunan berkelanjutan yang telah dijelaskan, pada wilayah
pesisir dari sektor ekonomi dapat dikembangkan sebagai daerah wisata. Tentunya dengan
pengolahan yang baik. Kelestarian wilayah pesisir itu tetap terjaga agar pembukaan wilayah
pesisir sebagai daerah wisata dapat berupa ekowisata. Sektor jasa lingkungan berupa ekowisata
yang dimanfaatkan masyarakat dapat meningkatkan pendapatan. Pengembangan pariwisata akan
berdampak positif dimana akan menjadi lapangan pekerjaan baru dan kesempatan berusaha di
sekitar pariwisata untuk meningkatkan pendapatan. Masyarakat di Desa Tungkal I Kecamatan
Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat memanfaatkan hutan mangrove Pangkal Babu
menjadi ekowisata yang diberi nama ekowisata mangrove, ekowisata hutan mangrove dikelola

12
Badan Pusat Statistik. Tanjung Jabung Barat dalam Angka 2023.

8
oleh kelompok Pemuda Pesisir (PASIR), dari sinilah terbukanya lapangan pekerjaan yaitu
sebagai penjaga parkir. Sehingga dapat dilihat bahwa hutan mangrove yang ada di Pangkal Babu
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dalam bentuk sumber pendapatan yaitu dari
Nelayan dan Ekowisata. Ekowisata hutan mangrove akan terus dilakukan penambahan objek
wisata agar lebih banyak menarik wisatawan untuk berkunjung menikmati keindahan hutan
mangrove tanpa merusak ekosistemnya, dengan bertambahnya objek wisata akan semakin
banyak wisatawan yang akan tertarik untuk mengunjungi ekowisata, semakin banyak
pengunjung yang datang ke tempat ekowisata membuat masyarakat di sekitar tempat ekowisata
tertarik membuat usaha baru berupa warung kecil untuk mendapatkan pendapatan tambahan.

2.2 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator Sosial.
Pembangunan berkelanjutan berdasarkan UU 32 tahun 2009. yang membahas tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.13 Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan daerah peisir
tungkal 1 akan melibatkan sejumlah aspek penting yang harus diperhatikan tingkat penyerapan
tenaga kerja ; Budaya kerja ; Tingkat pendidikan ; Tingkat kesehatan ;Distribusi jender dalam
pengambilan keputusan serta Kedudukan. Maka dengan hal ini adapun cara yang harus
diperhatikan jika pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan. Dengan memposisikan suatu
dasar atau fundamen dalam pengelolaan yang ada dikawasan hutan mangrove tersebut.

Aspek sosial lingkungan bagi generasi yang akan datang :


1. Kesadaran Masyarakat: Yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat setempat mengenai
pentingnya menjaga dan melestarikan hutan mangrove lebih tepatnya budaya kerja yang
ada dikawasan hutan mengrove dengan cara gotong royong. Serta melakukan kampanye
edukasi yang melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang
berkelanjutan dari sumber daya alam yang ada.
2. Partisipasi Masyarakat: Dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat serta tidak
adanya pembeda kesataraan jender dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan
hutan mangrove yang ada dikawasan tungkal 1. Melibatkan mereka dalam perencanaan
dan pelaksanaan program-program konservasi, penghijauan, dan pengembangan
ekowisata.

13
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009. TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

9
3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Mengembangkan program pengembangan ekonomi
berbasis hutan mangrove yang berkelanjutan untuk masyarakat setempat bahwasannya
kedudukan hutan mengrove tersebut sangatlah penting untuk dilestarikan. Karena ini
dapat mencakup pelatihan keterampilan, pendirian usaha mikro, dan pemasaran produk-
produk berkelanjutan seperti kerajinan tangan dari kayu mangrove atau produk
ekowisata.
4. Pendidikan dan Penelitian: Meningkatkan upaya pendidikan dan penelitian di daerah
tersebut. Mengintegrasikan isu-isu lingkungan dan pelestarian mangrove ke dalam
kurikulum sekolah setempat serta mendukung penelitian ilmiah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang ekologi hutan mangrove dan manfaatnya.
5. Kerjasama antara Pihak Terkait: Membangun kemitraan dan kerjasama antara pemerintah
daerah, organisasi non-pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk mendukung
upaya pelestarian hutan mangrove. Melalui kolaborasi yang kokoh, berbagai sumber daya
dan keahlian dapat digabungkan untuk mencapai hasil yang lebih efektif dan
berkelanjutan.
6. Tingkat kesehatan: meningkatkan pelayan puskesmas serta unit rumah sakit yang ada
didaerah tungkal 1. Hal ini berguna untuk kemajuan daerah tersebut dikarnakan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau yang dikenal dengan sebutan SDGs memiliki
tujuan memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk
semua usia.

Penting untuk diingat bahwa pembangunan berkelanjutan adalah proses yang


berkelanjutan dan berkelanjutan. Dibutuhkan komitmen jangka panjang dan upaya bersama dari
semua pihak terlibat untuk menjaga keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di kawasan
daerah pesisir hutan mangrove Tungkal 1. Operasionalisasi atau implementasi konsep
pembangunan berkelanjutan memerlukan indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya, dalam
arti untuk mengetahui apakah suatu kegiatan, program ataupun kebijakan dapat dikatakan
berkelanjutan (sustainable) atau tidak berkelanjutan (unsustainable).14

14
Rukuh Setiadi dkk. 2008. INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG. Riptek.
Vol.2. No.2. Hal.1-6

10
2.3 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator
Ekologi.
Ekologi pada dasarnya menyajikan informasi tentang daya dukung (kemampuan suplai)
sistem alam wilayah pesisisr dalam menopang segenap kegiatan pembangunan dan kehidupan
manusia. Dengan demikian, agar pembangunan wilayah pesisir dapat berkelanjutan, maka pola
dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa, sehingga total permintaannya (emand)
terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan suplai
tersebut. Secara ekologi kegiatan ini dimaksudkan harus dapat mempertahankan integritas
ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat
berkelanjutan.15
Hutan mangrove memiliki peranan penting di wilayah pesisir secara ekologi seperti
penahan abrasi, penyerap zat pencemar dan habitat bagi biota perairan habitat untuk mencari
makan, berlindung, memijah dan pembesaran, sedangkan fungsinya secara ekonomi yaitu
sebagai penyedia kayu, obat-obatan dan produk nipah. Menurut Arief hutan mangrove sebagai
sumberdaya alam penting di lingkungan pesisir yang terdiri dari aspek ekologi dan ekonomis.
Aspek ekologi yang memiliki berbagai manfaat perlindungan lingkungan ekosistem daratan,
lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, penahan gelombang laut atau angin kencang,
pengendali intrusi air laut, habitat berbagai biota, sebagai tempat mencari makan, memijah, dan
berkembang biak untuk sumberdaya ikan, pembentukan lahan baru melalui proses sedimentasi
dan menjaga kualitas air.16
Kualitas dan kuantitas hutan mangrove yang kian menurun telah mengakibatkan dampak
yang mengkhawatirkan, seperti abrasi yang terus meningkat, penurunan hasil tangkapan
perikanan pesisir, masuknya air laut yang semakin jauh ke arah darat dan sebagainya. Dampak
ekologis akibat rusak dan berkurangnya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai jenis
flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove dalam jangka panjang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove dan ekosistem pesisir.

15
Hendrik B. Sompotan. "PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR". Jurnal Hukum Unsrat. Vol. 22/No. 7/Agustus/2016
16
Arief, A. 2003. “Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya”. Yogyakarta: Kanisius

11
Potensi hasil tangkap yang baik di Indonesia salah satunya di Provinsi Jambi, dengan luas
perairan laut sepanjang 44.496 km2 dan panjang garis pantai ± 210 km, menyimpan potensi
sumberdaya perikanan tangkap sebesar 106.666 ton/tahun dan juga memiliki potensi
pemanfaatan ± satu juta ton/tahun di Laut Natuna dan ZEEI Laut Cina Selatan. Produksi
sumberdaya perikanan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 22.367.9 Ton, dengan
jumlah armada yang dimiliki sebesar 962 Unit.17
Wilayah pesisir dengan keberadaan berbagai jenis hasil tangkap disuatu perairan
menunjukkan kualitas serta kondisi ekologi perairannya. Dalam rangka mengoptimalkan
produksi hasil keluatan dan menjaga ekologinya, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan
hanya menangkap jenis-jenis hasil luat yang ekonomis tinggi dan dalam ukuran tertentu saja.

2.4 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Daerah Pesisir Dari Indikator


Pengaturan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup,18 dan menjelaskan tentang mengapa kita harus melaksanakan “Pembangunan
Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup” seperti pada pertimbangan huruf b, bahwa
dalam rangka mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagian hidup
berdasarkan pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dalam pengelolaan daerah pesisir di
Jambi tepatnya pada Desa Tungkal 1 Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
dalam memperhatikan aspek perlindungan dan pelestarian alam, beberapa pengaturan telah
diatur salah satunya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 4 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut.19

17
Dinas Penanaman Modal dan pelayanan terpadu satu pintu tanjabbar, 2018.
18
Undang-Undang Nomor 23 Tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
19
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Laut.

12
Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut rangkaian dari proses kegiatan terhadap
wilayah pesisir dan laut termasuk jasa lingkungan yang dilakukan secara adil dan bijaksana
dengan mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang meliputi
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan wilayah pesisir dan laut. Pemanfaat ruang kegiatan
dan pengusahaan pengelolaan wilayah pesisir harus mendapatkan izin serta wajib memelihara
dan menjaga kelestarian lingkungannya. Melibatkan masyarakat lokal dalam aktivitas
pengelolaan wilayah pesisir, jika melanggar dari ketentuan yang ditetapkan terdapat sanksi
berupa dipidana kurungan, denda, pencabutan izin dan pemberhentian kegiatan.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dalam proyek pemetaan indikator tentang pembangunan berkelanjutan dalam
pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati laut di Jambi, kelompok 1 fokus pada empat
aspek utama yaitu ekonomi, sosial, ekologi, dan pengaturan. Mereka telah mengidentifikasi
indikator-indikator yang relevan untuk masing-masing aspek tersebut.
1. Indikator ekonomi meliputi volume dan nilai produksi, volume dan nilai ekspor
(dibandingkan dengan nilai total ekspor nasional), kontribusi sektor perikanan terhadap
PDB, pendapatan nelayan, dan nilai investasi dalam bentuk kapal ikan dan pabrik
pengolahan. Indikator ini membantu dalam mengukur kinerja ekonomi sektor perikanan
dan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
2. Indikator sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, budaya kerja, tingkat pendidikan,
tingkat kesehatan, distribusi gender dalam proses pengambilan keputusan, dan demografi.
Indikator ini memberikan wawasan tentang dampak sosial dari kegiatan pengelolaan
sumber daya laut, termasuk kesejahteraan sosial dan kesetaraan gender.
3. Indikator ekologi meliputi komposisi hasil tangkap, hasil tangkap per satuan upaya
(CPUE), kelimpahan relatif spesies target, dampak langsung alat tangkap terhadap spesies
non-target, dampak tidak langsung penangkapan seperti struktur trofik, dan dampak
langsung alat tangkap terhadap habitat. Indikator ini membantu dalam memantau
kesehatan ekosistem laut, keberlanjutan perikanan, dan perlindungan terhadap spesies dan
habitat yang rentan.
4. Indikator pengaturan meliputi hak kepemilikan, ketaatan terhadap peraturan perundangan,
transparansi, dan partisipasi. Indikator ini memberikan gambaran tentang efektivitas
sistem pengaturan dan tata kelola dalam mengelola sumber daya keanekaragaman hayati
laut secara berkelanjutan.

14
3.2 Saran
1. Perlu memastikan bahwa indikator yang dipilih mencakup aspek yang relevan dan
penting dalam konteks pengelolaan daerah pesisir di Jambi. Evaluasi ulang terhadap
indikator yang ada dapat membantu memastikan kesesuaian dan keakuratan dalam
mengukur kemajuan dan dampak dari kegiatan pembangunan berkelanjutan.
2. Penting untuk melakukan pemantauan dan pengumpulan data secara teratur terkait
dengan indikator yang ditetapkan. Data yang akurat dan terkini diperlukan untuk
mengevaluasi dampak dan efektivitas kebijakan serta langkah-langkah pengelolaan yang
dilakukan.
3. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengumpulan data, pemetaan
indikator, dan evaluasi. Partisipasi aktif dari masyarakat, nelayan, perusahaan, dan
lembaga terkait lainnya dapat memperkuat legitimasi dan keberlanjutan dari upaya
pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir.
4. Menggunakan temuan dan hasil evaluasi indikator untuk membentuk kebijakan dan
tindakan lanjutan yang lebih efektif. Data dan informasi yang dikumpulkan harus
digunakan secara aktif untuk memperbaiki praktik pengelolaan, mempromosikan
keberlanjutan ekonomi, sosial, dan ekologis, serta memperkuat tata kelola sumber daya.
5. Mendorong adopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber
daya laut yang berkelanjutan oleh semua pihak terkait, termasuk pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat. Edukasi dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan harus
ditingkatkan untuk mengubah perilaku dan pola pikir yang lebih ramah lingkungan.

Dengan mengikuti saran-saran tersebut, di proyek pemetaan indikator tentang pembangunan


berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati laut di Jambi dapat
membantu memperkuat pengelolaan daerah pesisir, mempromosikan keberlanjutan, dan menjaga
kelestarian ekosistem laut yang penting bagi kesejahteraan masyarakat setempat dan generasi
mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 23 Tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jambi Tahun 2019-2039.
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Laut.
Badan Pusat Statistik. Tanjung Jabung Barat dalam Angka 2023.
Dinas Penanaman Modal dan pelayanan terpadu satu pintu tanjabbar, 2018.
Brundtland Report. (1987). Our Common Future. New York: United Nations General Assembly.
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati laut: Aset pembangunan berkelanjutan
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 326.
Arief, A. 2003. “Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya”. Yogyakarta: Kanisius
Hendrik B. Sompotan. "PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR". Jurnal Hukum Unsrat. Vol. 22/No.
7/Agustus/2016
Tamar Jaya, P., Rosyani, R., & Hamzah, H. (2022). Analisis Potensi dan Pengembangan
Ekowisata Hutan Mangrove Pangkal Babu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi
Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, vol. 5, no. 2, hlm. 64-78. DOI:
https://doi.org/10.22437/jpb.v5i1.21198.
Jamal, Fikri. (2019). Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jurnal
Hukum, vol. 2, no. 1, hlm. 464-478.
Setiadi, Rukuh dkk. (2008). INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA
SEMARANG. Riptek. Vol.2. No.2. Hal.1-6.
Sompotan, Hendrik B. (2016). Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir. Jurnal Hukum UNSRAT, vol. 22, no. 7.
Nengsih, S.N. (2020). Penerapan Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Pesisir Dalam
Keanekaragaman Hayati Laut Untuk Mensejahterakan Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, vol. 1, no. 2. DOI: https://doi.org/10.56552/jisipol.v1i2.17.

16
LAMPIRAN

Dokumentasi kerja kelompok


1. Tanggal 24 Mei 2023, Jam 13.00

Anggota kelompok yang hadir : Wahyu Ilham, M Kahirul Anam, Siti Rahma Wati,Putri
Khairani Saragih, Tia Safitri, Clara Delia Rahmadini, Indro Proyono.

2. Tanggal 25 Mei 2023, Jam 14.37


Anggota kelompok yang hadir : Surya Cahyadi, M Kahirul Anam, Siti Rahma Wati, Putri
Khairani Saragih, Tia Safitri, Indro Proyono.

17

Anda mungkin juga menyukai