Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Dampak Lingkungan
Dosen Pengampu
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah
ini membahas mengenai ―Arti dan Peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan‖.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
―Analisis Dampak Lingkungan‖. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami
ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................. 43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan
yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak
negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan
mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan
oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
2. Bagaimana arti dari dampak?
3. Bagaimana dampak sosial dan dampak kesehatan AMDAL?
4. Bagaimana dampak positif dan dampak negatif AMDAL?
5. Bagaimana kegunaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
6. Bagaimana peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
7. Bagaimana perencanaan pembangunan?
8. Bagaimana efektifitas dan masa depan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Untuk mengetahui arti dari dampak.
3. Untuk mengetahui dampak sosial dan dampak kesehatan AMDAL.
4. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif AMDAL.
5. Untuk mengetahui kegunaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
6. Untuk mengetahui peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
7. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan.
8. Untuk mengetahui efektifitas dan masa depan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
2
BAB II
PEMBASAN
A. Konsep Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
3
transmigrasi mengalami kegagalan, yaitu para transmigran meninggalkan lokasi
transmigrasi karena adanya penyakit malaria. Demikian pula beberapa proyek
bendungan terancam mengalami kegagalan karena terjadinya laju erosi yang tinggi.
waduk Wonogiri di Jawa Tengah adalah salah satu contohnya. Waduk yang semula
direncanakan berumur 100 tahun, ternyata hanya akan dapat berumur 27 tahun.
Dari contoh pertama kita dapatkan dampak lingkungan alam terhadap proyek
dan pada contoh kedua dampak lingkungan alam yang disebabkan oleh aktivitas
manusia yang menaikkan laju erosi. Mengingat hal ini konsep mengenai Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL) haruslah kita perluas. Yang harus kita pelajari
bukan saja dampak pembangunan terhadap lingkungan, melainkan juga dampak
lingkungan terhadap pembangunan. Dengan demikian usaha kita di dalam proses
pembangunan tidak saja melindungi lingkungan, melainkan juga menyelamatkan
pembangunan.1
Pada umumnya proyek pembangunan dilakukam pada lokasi tertentu dan luas
serta waktu tertentu dalam pelaksanaan pembangunannnya. Dalam posisi yang
demikian maka kajian lingkungan harus secara gradasi dari yang bersifat risiko
lingkungan hingga ke dampak bersifat potensial atau dari yang bersifat overboarder
(wilayah negara, provinsi, kabupaten, atau kota) hingga overboarder ekosistem.2
1
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2014), hal 36-37.
2
Chafid Fandeli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan Berbagai Sektor,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018), hal 360.
3
Otto Soemarwoto, Analisis ……………….hal. 37.
4
B. Arti Dampak
Dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik secara fisik, kimia maupun
biologi. Misalnya, semburan asap beracun dari kawah Sinila di Dieng ini adalah
bentuk dari aktivitas alam yang bersifat kimia. Gempa bumi adalah aktivitas alam
yang bersifat fisik dan pertumbuhan eceng gondok adalah aktivitas alam biologi.
Aktivitas juga dapat dilakukan oleh manusia, misalnya pembangunan sebuah
pelabuhan dan penyemprotan pestisida. Dalam konteks AMDAL penelitian dapat
dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan.
Dampak dapat bersifat biofisik, seperti halnya contoh diatas, dapat juga bersifat
social-ekonomi dan budaya. Contoh dari dampak yang bersifat social-ekonomi dan
budaya dalah dampak pembangunan pariwisata ialah berubahnya nilai budaya di
daerah obyek wisata tersebut serta ditirunya tingkah laku wisatawan oleh penduduk
sekitar.
5
Gambar 2.1 Skematis Terjadinya Dampak
6
pembangunan dan yang diprakirakan akan ada dengan adanya
pembangunan tersebut.
Perubahan yang bersifat acak ialah seperti letusan gunung berapi, gempa bumi
dan kebakaran padang rumput yang disebabkan oleh halilintar. Perubahan ini disebut
dengan stokhastik. Perubahan dengan suatu kecenderungan tertentu dapat
meningkatkan atau menurun menurut garis lurus, eksponensial ataupun bentuk kurva
lain. Misal, kepadatan penduduk menunjukkan kecenderungan meningkat secara
eksponensial. Sebuah contoh menjelaskan perbedaan antara dampak menurut batasan
(a) dan (b) diatas. Misalnya dalam tahun 1985 mulai direncanakan pembangunan
sebuah pelabuhan udara besar dan proyek yang direncanakan kan mulai dibangun
dalam tahun 1995. Pada tahun 1985 mulai dilakukan telaah AMDAL. Jumlah
penduduk di daerah proyek dalam tahun 1985 ialah 10.000 orang.menuru catatan desa
laju pertumbuhan penduduk antara tahun 1975 dan 1985 ialah 2,5 %. Berapakah
dampak proyek dalam bentuk pemindahan penduduk pada waktu proyek mulai di
bangun? menurut batasan (a) besarnya dampak tersebut ialah jumlah penduduk
setelah ada proyek dikurangi jumlah penduduk sebelum ada proyek. Setelah ada
proyek jumlah penduduk di daerah proyek adalah 0 orang, sebelum ada proyek
7
jumlah penduduk 10.000. dengan demikian dampak proyek ialah -10.000 orang yang
berarti 10.000 orang penduduk harus dipindahkan.
Menurut batasan (b) besarnya dampak ialah jumlah penduduk pada tahun 1995
dengan adanya proyek yaitu 0 orang dikurangi jumlah penduduk pada tahun 1995
tanpa ada proyek yaitu :
= 10.000 x 1,02510
= 12.800 orang
Jadi dampak proyek ialah -12.800 orang atau penurunan jumlah penduduk sebesar
12.800 orang. Terdapat perbedaan antara dampak menurut batasan (a) dan (b)
sebesar2.800 orang yang disebabkan oleh tidak konstannya jumlah penduduk antara
1985 dan 1995 karena adanya pertumbuhan penduduk. Jika menggunakan batasan
(a), perhitungan rencana anggaran belanja untuk pemindahan penduduk didasarkan
pada 10.000 orang. Sehingga terlihat jelas bahwa anggaran tidak akan mencukupi.
Anggaran bealanja seharusnya didasarkan pada 12.800 orang yaitu dampak menurut
batasan (b).
8
didefinisikan apa arti dampak. Dalam pedoman umum penyusunan kerangka acuan
analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL) juga tidak jelas apakah dampak dapat
diartikan seperti definisi (a) maupun (b). 4
Di negara Barat, antara lain Amerika Serikat dan Kanada telah dikembangkan
Analisis Dampak Sosial (ADS; Social Impact Analysis = SIA). Perkembangan ini
disebabkan karena AMDAL hanya mempelajari dampak biologi, fisik, dan kimia.
Padahal dampak sosial sering tidak kalah pentingnya. Istilah sosial disini meliputi
sosial ekonomi dan budaya. Oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO = World Health
Organization) telah dikembangkan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL;
Environmental Health Impact Assesment = EHIA).
Alasan keuntungan ada tiga. Pertama, pemisahan ―AMDAL‖ dari ―ADS‖ dan
―ADK‖ akan memperpanjang birokrasi, yaitu diperlukannya tiga jenis analisis untuk
setiap proyek yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting biofisik, sosial,
dan kesehatan. Dengan perpanjangan birokrasi ini biaya dan waktu perencanaan akan
4
Ibid., hal 38-44
9
bertambah, termasuk biaya terselubung yang diperlukan untuk mendapatkan masing-
masing persetujuan.
Kedua, dampak sosial dan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari biofisik.
Pertumbuhan penduduk mengakibatkan bertambahnya limbah domestik. Limbah
domestik selanjutnya menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang mendorong terjadinya
pertumbuhan massal mikrofita, misalnya Microcystis, dan mikrofita, misalnya eceng
gondok dan kayambang. Limbah domestik, eutrofikasi, dan pertumbuhan massal
mikro dan mikrofia adalah dampak biofisik pertumbuhan penduduk yang merupakan
faktor sosial. Pertumbuhan massal mikro dan mikrofita pada gilirannya menimbulkan
dampak kenaikan risiko kesehatan, pemurnian dari air (biofisik dan kesehatan),
perbaikan kualitas air (sosial dan kesehatan), penurunan hasil ikan (biofisik dan
sosial), penurunan pendapatan (sosial), kenaikan evapotranspirasi (biofisik),
penurunan kapasitas pembangkitan listrik (sosial) dan irigasi (biofisik dan sosial),
penurunan pariwisata (sosial) dan penurunan pendapatan (sosial).
Bagan alir ini menunjukkan dengan jelas kita tidak dapat mengidentifikasi
dampak biofisik saja tanpa pengetahuan tentang dampak sosial serta dampak
kesehatan dan vice versa. Demikian pula besarnya dampak biofisik akan ditentukan
oleh besarnya dampak sosial dan dan dampak kesehatan yang menjadi penyebab
dampak biofisik dan vice versa. Canadian Environmental Assessment Researc
Council (1985) akhir – akhir ini menyatakan bahwa Analisis Dampak Sosial adalah
komponen integral Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Demikina pula WHO
(1986) baru – baru ini meenganjurkan agar seyogyanya ADKL menjadi bagian
terintegrasi AMDAL dan bukan berdiri sendiri.
10
Healt Impact Assesment. Dengan pemecahan itu lingkungan akan kita tinjau secara
persial dan konsep lingkungan yang holistik dalam Undang – Undang No. 24 tahun
1982 akan hilang.
Integrasi ketiga jenis dampak tidak berarti bahwa dalam semua proyek ketiga
jenis dampak selalu mempunyai bobot yang sama. Misalnya, proyek di dalam kota
umumnya mempunyai bobot dampak sosial-ekonomi yang lebih tinggi daripada
bobot dampak biofisik. Sebaliknya proyek di daerah hutan yang sedikit penduduknya
umumnya mempunyai dampak biofisik yang bobotnya lebih tinggi daripada bobot
dampak sosial-ekonomi.
Dari uraian di atas dan Gambar 2.2 jelaslah sifat AMDAL yang lintas sektoral.
Oleh karena itu anggota gugus kerja AMDAL juga harus bersifat multi disiplin yang
terdiri dari pakar dalam berbagai bidang yang diliput oleh AMDAL yang
bersangkutan.
Dampak dapat besifat negatif maupun positif. Akan tetapi di negara maju banyak
orang lebih atau hanya memperhatikan dampak negatif daripada dampak positif,
bahkan umumnya dampak positif diabaikan. Di Indonesia pun dampak sering
mempunyai konotasi negatif. Oleh karena itu dalam banyak buku terdapat bagian atau
bab yang menguraikan tentang penanggulangan dampak (mitigation of impact), yang
secara implisit mengandung arti dampak negatif. Tetapi sebaliknya tidak
11
mengandung bagian yang menguraikan tentang usaha memperbesar dampak positif.
Misalnya, dalam suatu proyek pengeringan rawa untuk pertanian yang menjadi
perhatian ialah rusaknya habitat untuk ikan dan organisme rawa lainnya, seperti
burung, yang merupakan dampak negatif. Akan tetapi pengeringan rawa tersebut juga
mengakibatkan rusaknya habitat nyamuk yang banyak diantaranya adalah penyebar
penyakit yang berbahaya, seperti malaria dan filariasis. Rusaknya habitat nyamuk dan
menurunnya jumlah orang yang sering diabaikan. Tekanan yang berlebih pada
dampak negatif desebabkan oleh pengaruh gerakan lingkungan di negara maju yang
merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh pembangunan, seperti telah
diuraikan dalam Bab 1. Di Indonesia seyogyanyalah kita memberikan perhatian yang
berimbang pada dampak negatif dan dampak positif. Keharusan merinci dampak
sebagai dampak positif atau negatif tertera dalam Undang-undang No.4, tahun 1982,
yaitu dalam penjelasan pasal 1 ayat 9. Namun tidaklah selalu mudah untuk
menentukan apakah suatu dampak itu positif atau negatif.
Baik dan buruk tidaklah mutlak. Di dunia fana ini suatu hal selalu mengandung
sifat baik maupun buruk. Gambar 2.2 melukiskan secara skematis baik dan buruk
suatu hal. Pada titik potong garis buruk dan garis baik, sifat buruk dan baik
mempunyai kadar yang sama. Hal tersebut adalah netral: tidak baik dan tidak pula
buruk. Pada sebelah kiri titik potog sifat baik mendominasi sifat buruk: hal tersebut
adalah baik. Sebaliknya pada sebelah kanan titik potong, sifat buruk mendominasi
sifat baik: hal tersebut adalah buruk.
Kadar baik dan buruk suatu hal tergantung pada sudut pandang. Sudut pandang
itu menentukan tolak ukur yang dipakai untuk menilai hal tersebut. Wibisana adalah
baik, jika ditinju dari sudut pandang ia ingin membelah kebenaran. Ia memihak pada
Rama. Sifat Wibisana terletak pada bagian kiri Gambar 2.2 tetapi dari sudut pandang
kenegaraan ia adalah seorang penghianat. Sifat Wibisana dalam gambar 2.2 bergeser
ke kanan. Sebaliknya Kombakarna adalah buruk dari sudut pandang bahwa ia
memihak pada Rahwana yang jahat: ia membela kejahatan.
12
Baik Buruk
Baik Buruk
Gambar 2.2 Skema kadar sifat baik dan sifat buruk yang dimilki oleh suatu
hal tertentu dalam hubungannya dengan sudut pandang seseorang.
Sifatnya terletak pada bagian kanan gambar 2.2. tetapi dari sudut pandang
kenegaraan ia adalah patriot sejati yang rela mengorbankan jiwanya untuk membela
negaranya. Ia berpandangan salah atau benar. Alengka adalah negaraku (right or
wrong, my country). Kini sifat Kombakarna dalam gambar bergeser ke kiri.
Sudut pandang seseorang selalu berubah ubah. Karena itu juga tolak ukurnya.
Denga menggunakan tolak ukur nilai tradisonal yang berlaku, alun – alun dulu
dianggap baik. Semua bupati di Jawa mempunyai alun – alun. Tetapi menggunakan
tolak ukur modern, kini tak ada lagi bupati yang membuat alun – alun. Bahkan alun –
alun yang ada telah diubah, misalnya menjadi taman.
Hal serupa kita dapatkan pada penilaian dampak. Banyak faktor mempengaruhi
penentuan apakah dampak itu baik (positif) atau buruk (negatif). Salah satu faktor
penting dalam penentuan itu ialah apakah seseorang diuntungkan atau dirugikan oleh
13
sebuah proyek pembangunan tertentu. Umumnya penyebaran manfaat dan biaya
proyek tidaklah merata secara geografis maupun pada berbagai kelompok
masyarakat. Misalnya, pada pembangunan bendungan untuk pengembangan irigasi,
petani di daerah hilir bendungan akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya petani di
daerah genangan waduk dirugikan. Karena itu orang daerah hilir akan menganggap
banyak dampak sebagai positif. Mereka tidak merasakan penderitaan karena sawah,
ladang, dan kampung halamannya tergenang dan harus pindah. Sebaliknya orang di
daerah genangan menganggap banyak dampak negatif.
E. Kegunaan AMDAL
5
Ibid., hal 45-50
14
undang itu, yaitu dalam hal proyek yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah
atau badan asing yang mengharuskan dilakukannya AMDAL sebagai syarat untuk
mendapatkan bantuan tersebut. AMDAL dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
Bank Dunia untuk mendapatkan pinjaman dari bank tersebut untuk memenuhi
kekurangan pembayaran bendungan Saguling dari sumber dalam negeri.
Dalam NEPA 1969 tertera pada pasal 102 (2) C ―….. memasukkan di dalam
setiap rekomendasi atau laporan tentang usulan legislasi dan lain aktivitas Pemerintah
Federal yang besar yang mempunyai pengaruh penting terhadap kualitas lingkungan
hidup, suatu pernyataan yang terinci oleh pejabat yang berwewenang tentang (i)
dampak lingkungan aktivitas yang diusulkan….‖.
Dari segi teknis pun penggunaan AMDAL untuk proyek yang telah jadi
membawa kesulitan. Dampaknya tidak dapat diukur, apabila garis dasarnya tidak
diketahui. Sebagai contoh, garis dasar itu ialah penduduk yang tergusur dan tekanan
penduduk. Proyek yang telah jadi, apabila yang telah operasioal untuk jangka waktu
15
yang panjang, telah mengubah lingkungan dan karena itu telah menghapus sebagian
atau seluruh garis dasar. Dengan demikian dampak tidak dapat lagi diukur.
Argumentasi dapat dikemukakan bahwa garis dasar dapat direkontruksi, hanya dalam
keadaan tertentu saja tetapi tidak berlaku secara umum. Banyak data statistik dan
bermacam peta, potret udara, serta citra satelit dapat kita dapatkan yang meliput
berbagai daerah dan periode waktu negara kita yang yang dapat digunakan untuk
merekontruksi garis dasar. Tetapi data itu banyak yang tidak lengkap untuk keperluan
AMDAL, misalnya data tentang BOD, DO, residu pestisida dan logam berat, seperti
Cd, dan Hg, tidak terdapat dalam data statistic hidrologi yang lama.
Menurut PP 29, tahun 1986, pasal 39, untuk proyek yang sudah jadi
dipergunakan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) atau/dan Studi Evaluasi
Lingkungan (SEL). PP No. 9 tahun 1986 telah dicabut dan diganti dengan PP No. 15
tahun 1993 yang tidak menyebutkan adanyal PEL dan SEL. Pemerintah telah
mengeluarkan peraturan tentang audit lingkungan yang diperuntukkan bagi proyek
yang sedang berjalan.
16
wilayah industri tersebut bekerja secara oportunistik, yaitu menggunakan kesempatan
yang ada.6
Peranan AMDAL dalam proses pembangunan tidak terlepas dari tujuan penting
dari kegiatan AMDAL, secara umum berikut ini adalah peranan AMDAL :7
6
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hal
51-54.
7
Ir. Dadang Purnama, MES, Ph.D., AMDAL dan Pengelolaan Lingkungan, (MODUL 1 :
PWKL4404), hlm.120
17
Beberapa pemaparan peranan AMDAL dalam kegiatan pembangunan:
8
Otto soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2014), hlm.55
18
dalam bidang ini pun sangat diperlukan, baik mengenai prosedurnya, maupun
tekniknya.9
Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu
peranan AMDAL dalam perencanaan boleh dikatakan masih tebatas pada
perencanaan proyek. Ini pun umumnya masih terbatas pada proyek yang bersifat
fisik, misalnya pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek
yang bersifat non-fisik umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non-fisik pun
dapat mempunyai dampak besar dan penting. Misalnya, proyek pendidikan tentang
gizi. Dampak proyek ini sebagian terletak dalam bidang sosial-budaya, yaitu sikap
orang terhadap makanan, antara lain, perubahan nilai sosial bahan makanan dan menu
makanan. Pengetahuan yang lebih baik tentang kandungan gizi tanaman tertentu akan
mempunyai dampak biofisik penggantian sebagian tanaman pekarangan dengan
tanaman yang mengandung kadar gizi yang tinggi. Penggantian ini akan mengubah
struktur pekarangan dengan keanekaan jenis yang tinggi dan tajuk tanaan yang
berlapis menjadi struktur pertanaman yang sederhana yang sebagian besar terdiri atas
sayur-mayur. Perubahan ini menyebabkan erosi gen dan mempertinggi risiko
terjadinya erosi tanah. Perlu kiranya ditekankan, AMDAL sebagai alat dalam
perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek
yang sedang direncanakan. Artinya, AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan
setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut.10
9
Ibid, hal.56
10
Ibid., hal.57
19
pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah
lingkungan (environmentally sound). Proses pembangunan yang diselenggarakan
dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang.
20
maka diperlukan suatu perencanaan yang matang. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.
21
mempunyai pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya. Hal
ini terjadi juga di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang
merupakan negara pelopor AMDAL.
Dalam upaya menjaga lingkungan itulah digunakan AMDAL sebagai salah satu
instrumennya. Hal ini tertuang dalam Pasal 22 angka (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 22
angka (1) tersebut menentukan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL.
22
terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.11
Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,
pengendalian dan pemantauan lingkungan. Upaya pencegahan artinya AMDAL
digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat
aktivitas/kegiatan. Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, maka dampak
negatif dapat dihindari dan dampak positif dapat dimaksimalkan. AMDAL sebagai
alat pengendali artinya masalah atau dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir,
misalnya dengan pemberian pembatasan seperti sanksi. AMDAL sebagai sarana
pemantauan maksudnya sebagai alat kontrol dan koreksi terhadap pelaksanaan dan
operasi proyek. Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan
11
Sumadi Kamarol Yakin, ANALSIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) SEBAGAI
INSTRUMEN PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN, (Bdamai Law
Journal, Vol. 2, Issues 1, 2017), hlm.122
23
lingkungan untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan program
dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai. 12
Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum mulai dilakukan wajib mempunyai kajian
mengenai dampak besar dan penting yang akan timbul apabila usaha dan/atau
kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian tersebut kemudian disertakan dalam
perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut. Apabila hasil kajian tersebut tidak
disertakan maka izin usaha dan/atau kegiatan itu tidak akan keluar, karena kajian
tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam perizinan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang membawa dampak bagi lingkungan.
Saat ini dokumen AMDAL hanya digunakan oleh pemrakarsa kegiatan dan atau
usaha dan instansi pengambil keputusan sebagai legitimasi atau alasan pengesahan
saja, bahwa kegiatan tersebut tidak akan menimbulkan pencemaran/perusakan
lingkungan, karena sudah mempunyai keputusan kelayakan lingkungan dan perizinan
yang diterbitkan, karena mendapat pertimbangan AMDAL sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Persoalannya adalah selama ini AMDAL hanya dianggap
sebagai bagian dari sistem prosedur perizinan. Konsekwensinya apabila berbagai
perizinan kegiatan yang terbit akibat rekomendasi dokumen AMDAL telah
12
Indah Sari, AMDAL SEBAGAI INSTRUMEN DALAM MEMPERTAHANKAN SUSTAINABLE
DEVELOPMENT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN, (Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas
Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Volume 8 No. 2, 2018) hlm.73
13
Wira Haryanti S.H., M.Si, PENERAPAN ATURAN HUKUM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SESUAI DENGAN UU NOMOR 23 TAHUN 2009 DAN PP
27 TAHUN 1999, (Jurnal Dialektika Publik, ISSN. 2528-3332) hlm.75
24
ditetapkan, maka peranan dokumen AMDAL menjadi selesai dan tidak lagi
berhubungan dengan persoalan kegiatan. 14
25
besar. Akan tetapi dampak introduksi huller di beribu-ribu desa di seluruh Indonesia
sangatlah besar. Beratus ribu wanita telah kehilangan mata pencarian tambahan dari
menumbuk padi. Oleh karena itu sangatlah penting untuk dilakukan penelitian untuk
mengembangkan teknik AMDAL untuk program.
Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu
peran AMDAL dalam perencanaan boleh dikata masih terbatas pada perencanaan
proyek. Ini pun umumnya masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya
pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek yang bersifat
non-fisik umunya masih diabaikan. Padahal proyek non-fisik pun dapat mempunyai
26
dampak yang besar dan penting. Misalnya, proyek pendidikan tentang gizi. Dampak
proyek ini sebagian terletak dalam bidang sosial-budaya, yaitu sikap orang terhadap
makanan. Pengetahuan yang lebih baik tentang kandungan gizi tanaman tertentu akan
mempunyai dampak biofisik penggantian sebagai tanaman pekarangan dengan
tanaman yang mengandung kadar gizi yang tinggi. Penggantian ini akan mengubah
struktur pekarangan dengan keanekaan jenis yang tinggi dan tajuk tanaman yang
berlapis menjadi struktur pertanaman yang sederhana yang sebagian besar terdiri atas
sayur-mayur. Perubahan ini akan menyebabkan erosi gen dan mempertinggi risiko
terjadinya erosi tanah.
Contoh lain ialah dampak sosial yang disebabkan oleh penelitian sosial dan
antropologi terhadap suku yang hidup di daerah yang terpencil. Demikian pula
penelitian tentang taksonomi dan populasi hewan atau tumbuhan langka dapat
mempunyai dampak yang besar terhadap jenis hewan atau tumbuhan tersebut.15
Mengingat itu semestinya kita memperhatikan juga AMDAL untuk proyek non-
fisik. Perlu kiranya ditekankan, AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus
mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang
direncanakan. Artinya, AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah
diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut. Pada lain pihak juga tidak
benar untuk menganggap, AMDAL adalah satu-satunya faktor penentu dalam
pengambilan keputusan tentang proyek itu. Yang benar ialah AMDAL merupakan
masukan tambahan untuk pengambilan keputusan, di samping masukan dari bidang
teknik, ekonomi dan lain-lainya. Misalnya, dapat saja terjadi laporan AMDAL
menyatakan, bahwa suatu proyek diprakirakan akan mempunyai dampak lingkungan
negatif yang besar. Dan penting. Namun pemerintah berdasarkan atas pertimbangan
politik atau keamanan yaang mendesak memutuskan untuk melaksanakan proyek
tersebut. Yang penting untuk dilihat dalam hal ini ialah keputusan hal tersebut
diambil dengan menyadari sepenuhnya akan kemungkinan terjadinya dampak
15
Otto soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2014), hlm.56
27
lingkungan yang negatif. Maka pemerintah pun dapat melakukan persiapan untuk
menghadapi kemungkinan itu, sehingga kelak tidak akan dihadapkan pada suatu
kejutan yang tidak menyenangkan dan tidak tersangka-sangka sebelumnya. Dengan
persiapan itu dampak negatif itu dapat diusahakan menjadi sekecil-kecilnya.
Yang pertama ialah kasus AMDAL untuk proyek bendungan Saguling di Jawa
Barat. Pada waktu proyek ini mulai direncanakan dalam permulaan tahun 1970-an
AMDAL belum banyak diketahui. Karena itu sudahlah sewajarnya perencana
tersebut sama sekali tidak mengikut sertakan para pakar lingkungan untuk membuat
AMDAL bagi proyek tersebut. Pada waktu Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)
mengajukan permintaan bantuan keuangan kepada Bank Dunia, barulah diketahui
persyaratan Bank Dunia untuk membuat AMDAL untuk dapat mendapatkan bantuan
keuangan tersebut. Pada waktu itu perencanaan proyek telah berjalan jauh, antara
lain, lokasi dan tinggi bendungan telah ditentukan dan rancangan terinci rekayasa
hampir selesai. Apabila keputusan tentang lokasi, tinggi dan rancangan terinci
rekayasa diubah, akan terjadilah kenaikan yang besar dalam biaya proyek dan
kemunduran dalam pelaksanaan proyek yang juga akan mengakibatkan kenaikan
biaya proyek. Oleh karena itu AMDAL yang dilakukan hanyalah mempelajari
28
dampak yang dapat ditimbulkan oleh bendungan menurut rencana yang telah ada. Hal
ini sebenarnya kurang memuaskan, akan tetapi masih lebih baik dari pada sama sekali
tidak dilakukan AMDAL. Pengalaman menunjukkan, hasil AMDAL masih banyak
berguna untuk meninggikan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif
proyek dan memperbesar dampak positif proyek. Dalam kasus ini untungnya ialah
tidak diketemukanya dampak negatif yang besar yang tidak dapat diatasi, sehingga
tidak terjadi konflik antara pemrakarsa proyek, yaitu PLN, dan pelaksana AMDAL,
dalam hal ini Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran (sekarang Pusat Penelitian
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, PPSDAL). Bahkan pelaksanaan AMDAL di
Seguling telah membawa kerjasama yang baik antara kedua lembaga tersebut. Akan
tetapi hal yang demikian tidaklah selalu terjadi.
Contoh yang kedua menggambarkan hal ini, yaitu proyek bendungan di Segara
Anakan di Jawa Tengah. Pada akhir tahun 1960-an dan permulaan tahun 1970-an
direncanakan untuk membuat sebuah bendungan antara Pulau Nusakambangan dan
Jawa Barat yang akan mengubah Segara Anakan menjadi sebuah waduk besar yang
berisi air tawar. Air tawar tersebut akan menjadi sumber air untuk Cilacap yang
sedang berkembang menjadi sebuah wilayah industri yang besar. Sebagian
pembiayaan bendungan diharapkan akan didapatkan dari Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID). Badan ini mempunyai pula persyaratan,
usulan proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terahadap
lingkungan disertai oleh AMDAL (USAID, 1974). Salah satu penelitian yang
dilakukan menunjukkan, perubahan air payau Segara Anakan menjadi air tawar akan
menyebabkan kematian hutan bakau di Segara Anakan. Dengan matinya hutan bakau
tersebut akan hilanglah habitat untuk bertelur dan menjadi besarnya berbagai jenis
ikan, kepiting dan udang. Diketahui di pantai selatan Pulau Jawa tidak ada lagi hutan
bakau yang luas. Karena itu kematian hutan bakau di Segara Anakan diprakirakan
akan mempunyai dampak berkurangnya produksi perikanan dengan nilai US & 5,5
juta/tahun dan hilangnya pekerjaan untuk 2400 orang nelayan di sepanjang pantai
selatan Pulau Jawa dari selatan Yogyakarta sampai Sukabumi. Lagi pula investasi
29
yang besar dalam motorisasi perahu nelayan dan kamar pendingin ikan akan menjadi
mubazir atau kurang berguna. Mengingat hal ini USAID tidak dapat menyetujui
bantuan pembiayaan untuk proyek tersebut. Bappenas pun tidak dapat menyetujui
proyek itu. Dapatlah dibayangkan hal tersebut telah menimbulkan kekecewaan besar
pada pihak pemrakarsa, yaitu Departemen Pekerjaan Umum, apalagi karena banyak
perencanaan proyek tersebut telah berjalan jauh dan biaya serta tenaga telah banyak
dikeluarkan untuk eksplorasi, telaah kelayakan (feasibility study) dan perencanaan
rekayasa bendungan itu. Kasus tersebut memperkuat anggapan pada sementara pihak
bahwa AMDAL adalah alat untuk menghentikan pembangunan.
Suatu aspek yang penting dalam pelaksanaan AMDAL yang dini ialah masih
terbukanya banyak alternatif. Bahkan AMDAL dapat dan harus mengeksplorasi dan
menyajikan alternatif baru termasuk alternatif tanpa proyek atau alternatif nol.
Misalkan ada proyek yang bertujuan untuk menaikkan produksi pangan. Karena beras
menempati tempat yang sentral dalam permasalahan pangan kita, kita terpukau pada
beras. Karena itu proyek menaikkan produksi pangan a priori dikaitkan pada
kenaikkan produksi beras. Karena beras memerlukan air yang banyak, perulah
dibangun bendungan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi.
30
telah dilakukan tentang pemasokan air dalam kaitanya dengan pola pertanaman di
Jawa.16
Dengan pola tanaman padi – padi – padi ternyata semua daerah aliran sungai
(DAS) di Jawa kekurangan air, kecuali DAS Citanduy yang mempunyai surplus
marjinal. Jadi bendungan harus dibangun untuk mengembangkan irigasi di semua
DAS tersebut. Dengan pola tanam padi – padi – palawija, tiga DAS mempunyai
surplus dan dua DAS mempunyai surplus marjinal. Jika pola tanam padi – palawija –
palawija digunakan, semua DAS di Jawa mempunyai surplus, kecuali DAS Brantas
(Gambar 2.3).
Jadi dengan mengubah pola tanam, kebutuhan air irigasi berkurang dan
kebutuhan untuk membangun bendungan berkurang, sedangkan kenaikan produksi
pangan dalam arti yang luas, yaitu bukan semata-mata beras, dapat tercapai. Karena
bendungan mempunyai dampak yang besar dan biaya yang tinggi, alternatif
pembangunan untuk menaikkan produksi pangan tanpa perlunya dibangun bendungan
sudah selayaknya untuk dipertimbangkan. Paling-paling mungkin perlu dibangun
16
Ibid., hal 59
31
bendung saja, yang mempunyai dampak dan kebutuhan biaya yang jauh lebih kecil
dari pada bendungan, untuk memenuhi kebutuhan irigasi tanaman non-padi.
Gambar 2.4. Jumlah kepala keluarga (KK) di dalam daerah genangan sebagai fungsi
tinggi permukaan air di proyek bendungan Cirata
Karena itu dengan makin tingginya bendungan masalah sosial-budaya dan biaya
pemukiman kembali akan makin besar secara tidak proposional. Walaupun menurut
32
perhitungan rekayasa listrik yang dihasilkan dapat terus meningkat sampai pada
ketinggian bendungan pada 250 m di atas permukaan laut, namun diambil keputusan
untuk membuat tinggi bendungan pada 223 m. Dengan demikian hasil AMDAL telah
berguna untuk menentukan tinggi bendungan bersama dengan hasil telaah kelayakan
rekayasa dan ekonomi.
33
rekayasa. Keadaan inilah yang banyak terjadi, tidak saja di Indonesia, melainkan juga
di negara lain. Tidak jarang pula terjadi proyek tersebut sebenarnya telah dimulai,
misalnya dengan pembayaran ganti rugi kepada penduduk yang terkena proyek dan
pembangunan prasarana proyek, misalnya jalan. Beberapa contoh ialah proyek
bendungan Saguling, bendungan Segara Anakan, PLTU Suralaya dan kilang minyak
Dumai.
Pelaksanaan AMDAL sejak tahap dini proyek, yaitu bersama dengan eksplorasi,
telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan ekonomi (Gambar 2.5 b). Dalam hal
ini AMDAL merupakan bagian integral telaah kelayakan proyek, sehingga dapat
dinamakan telaah kelayakan lingkungan. Antara ketiga jenis kelayakan telaah itu,
yaitu telaah kelayakan rekayasa, telaah kelayakan ekonomi dan telaah kelayakan
lingkungan terdapat hubungan dengan umpan balik yang saling mengisi. Kerjasama
yang baik antara pakar rekayasa, ekonomi dan lingkungan lalu dapat terjalin.
Contohnya ialah proyek bendungan Cirata, seperti diuraikan di muka.17
17
Ibid., hal 62
34
Ganbar 2.5. Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam
perencanaan proyek: a) AMDAL dilaksanakan setelah eksplorasi (EKS), telaah
kelayakan rekayasa (TKR) dan telaah kelayakan ekonomi (TKE) selesai. b) AMDAL
merupakan bagian terintegrasi telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan
ekonomi dan dimulai sangat awal. Uraian dalam naskah. Y=ya, T=tidak.
Pertanyaan yang timbul tentulah apakah semua rencana proyek lalu harus
melakukan AMDAL, sedangkan menurut undang-undang yang diharuskan hanyalah
rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan saja. Jawabanya ialah dari pengalaman sampai sekarang kita telah
mempunyai gambaran yang cukup jelas proyek apa saja yang dapat diprakirakan akan
mempunyai dampak penting. Buku panduan yang diterbitkan oleh Bank Dunia,
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dana Arahan dari Masyarakat
Eropa, misalnya memuat daftar jenis proyek yang memerlukan AMDAL. Di samping
itu dari keterangan umum rencana dini suatu proyek juga sudah dapat diperkirakan
perlu tidaknya dilakukan AMDAL, misalnya lokasi proyek (di hutan lindung, cagar
alam atau di tengah pemukiman yang padat), jenis dan volume hasil, luasnya daerah
dan banyaknya penduduk yang terkena. Petunjuk umum itu juga terdapat di dalam
Undang-undang No. 4, tahun 1982, yaitu perjelasan pasal 16, dan pasal 2 Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 1993. Petunjuk umum itu harus kita gunakan untuk
melakukan AMDAL sejak dini dalam perencanaan proyek. Sementara itu dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-11/MENLH/3/94 tahun 1994
telah ditentukan jenis-jenis proyek yang diharuskan disertai oleh AMDAL.
35
penelitian AMDAL. Pada tahap awalnya penelitian AMDAL itu bersifat kecil.
Jumlah pakar lingkungan kemudian dapat ditambah secara bertahap menurut
kebutuhan dengan menggunakan hasil penelitian sebagai petunjuk, baik mengenai
jumlah orangnya maupun jenis keahlianya. Dengan demikian risiko untuk menyusun
sebuah gugus peneliti yang tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi proyek atau
yang jumlah anggotanya berlebihan dapat dihindari atau paling sedikit dapat
dikurangi. Sebaliknya, dalam proses penelitian AMDAL yang bertahap itu setiap saat
dapat juga diambil keputusan untuk menghentikan AMDAL dengan membuat
laporan hasil AMDAL dan alasan dihentikanya AMDAL, sebelum kita melangkah
terlalu jauh. Jadi AMDAL yang dilakukan secara bertahap ini dapat menghindari
dikeluarkanya biaya dan tenaga yang berlebihan atau menjadi mubazirnya biaya dan
tenaga.
Peranan AMDAL lain yang penting ialah peran serta masyarakat yang lebih luas
dalam perencanaan pembangunan dari pada pihak pemrakarsa dan pemerintah saja.
Di Amerika Serikat dan negara barat lainya peran serta masyarakat dilakukan dengan
pendapat dan dengan tersedianya laporan AMDAL untuk dibaca dan dipelajari oleh
masyarakat. Di dalam PP No. 51, tahun 1993, dinyatakan dalam pasal 22 sifat
keterbukaan AMDAL.
36
disajikan juga dalam cetak biru (blue print) proyek, misalnya sumur resapan air,
sengkedan (teras) dan instalasi pengolah limbah.
37
Seperti telaah diuraikan di muka untuk pelaksanaan AMDAL untuk program
masih diperlukan penelitian untuk mengembangkan tekniknya.18
18
Ibid ., hal 54-67
19
Ibid., hal 67
38
5. AMDAL disalah gunakan untuk membenarkan diadakannya suatu proyek.
Masalah ini tidak spesifik pada AMDAL saja, tetapi secara umum terdapat
pada telaah kelayakan. Yang mendorong untuk menyalah gunakan
AMDAL yaitu pada perencanaan proyek yang telah berjalan lanjut,
misalnya yang telah siap untuk dilaksanakan atau bahkan yang sudah
dilaksakan.
Pelaksanaan AMDAL yang hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan
peraturan membuat tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi mubadzir. Oleh
karena itu perlu dilakukan usaha agar AMDAL benar-benar bisa menjadi alat
perencanaan program dan proyek untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
efektivitas AMDAL adalah:
1. Menumbuhkan pengertian bahwa AMDAL bukan sebagai penghambat
pembangunan tetapi untuk menyempurnakan perencanaan pembangunan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan menginternalkan AMDAL ke dalam
telaah kelayakan proyek. Dengan penyempurnaan ini, hasil yang dicapai
dalam pembangunan akan lebih baik, yaitu pembangunan menjadi
berwawasan lingkungan. Dengan adanya AMDAL juga menghemat biaya
untuk menghindari adanya biaya yang mubadzir, karena bisa saja ternyata
proyek yang direncakan tidak layak dari segi lingkungan, atau bisa juga
biaya proyek yang naik sangat besar karena diperlukannya biaya tambahan
untuk menanggulangi dampak negatif tertentu.
2. Sebagian besar laporan AMDAL terdapat banyak data yang kurang
relevan dengan masalah-masalah yang dipelajari. Tidak fokus atau kurang
fokus merupakan kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan AMDAL.
Hal ini perlu dikoreksi dengan melakukan pembatasan ruang lingkup
dengan pelingkupan (scoping) yang baik. Koreksi ini akan lebih
mempermudah penggunaan laporan AMDAL oleh para perencana dan
pemrakarsa pembangunan.
39
3. Agar para perencana dan pelaksana proyek dapat menggunakan hasil
telaah AMDAL dengan mudah, maka laporan AMDAL harus ditulis
dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
4. Rekomendasi yang diberikan harus jelas dan spesifik. Rekomendasi yang
bersifat umum, misalnya rekomendasi dalam laporan AMDAL untuk
perencanaan sebuah pabrik yang menyatakan perlunya diambil tindakan
pengendalian pencemaran tanpa menerangkan bagaimana caranya, hal ini
tidaklah banyak membantu. Masalah akan teratasi dengan sendirinya
apabila AMDAL diintegrasikan ke dalam telaah kelayakan karena dengan
integrasi itu akan terjadi interaksi umpan balik antara AMDAL dengan
telaah kelayakan rekayasa.
5. Adanya komisi AMDAL yang berkualitas dan berwibawa. Badan
pemerintahan harus mempunyai wewenang untuk mengawasi bahwa yang
direkomendasikan dalam laporan AMDAL dan yang telah diberi izin,
harus benar-benar digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
yang bersangkutan. Jika terjadi penyimpangan, badan pemerintahan
tersebut harus dapat menegur atau bahkan membongkar dan menghentikan
proyek yang tidak sesuai tersebut.
6. Belum digunakan RPL sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
implementasi dan operasi proyek. Sehingga AMDAL bersifat kegiatan
yang statis bukan dinamis yang dengan terus-menerus berinteraksi dengan
implementasi dan operasi proyek.
I. Masa Depan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Tujuan dilahirkannya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk
menghindari terjadinya kerusakan lingkungan oleh kegiatan manusia. Usaha manusia
untuk menghindari kerusakan bukanlah hal baru. Misalnya, sejak dahulu orang
membuat cerobong asap untuk menghindari terjadinya pencemaran udara oleh limbah
gas pabrik. Di perkebunan dibuat sengkedan untuk melindungi tanah dari erosi.
Banyak negara yang mempunyai cagar alam dan taman nasional untuk melindungi
sumber daya alam. Demikian pula di kota-kota besar dibuat taman hijau untuk
40
menjaga kenyamanan kota. Akan tetapi dengan meningkatnya skala dan intensitas
kegiatan manusia, usaha perlindungan lingkungan tidak lagi memadai. Skala dan
intensitas dampak meningkat, sehingga lahirlah AMDAL sebagai sarana untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.
Kesadaran manusia akan lingkungan semakin meningkat. Kesadaran itu sebagian
tumbuh dari hati nurani yang tulus, sebagian lagi karena terpaksa oleh adanya
perundang-undangan lingkungan maupun karena adanya kritik dari masyarakat.
Adapun tumbuh kesadaran karena adanya bahaya yang mengancam bumi tidak dapat
dihuni oleh manusia apabila produksi zat pencemar seperti CFC
(Chlorofluorocarbons) terus meningkat, penggurunan terus berlanjut, dan erosi tanah
semakin parah. Beberapa contoh yaitu terjadinya hujan asam yang merusak hutan
yang sangat luas di Amerika Utara dan Eropa, lubang ozon di stratosfer di atas
Antartika dan Artika yang terus meluas, efek rumah kaca yang dapat menyebabkan
perubahan iklim global dan kenaikan permukaan air laut, dan penggurunan di Afrika
dan Amerika Utara.20
Adanya kesadaran dan perundang-undangan lingkungan mendorong dan
memaksa para pemrakarsa proyek untuk memasukkan pertimbangan lingkungan ke
dalam perencanaannya. Pertimbangan itu bersifat lintas sektoral. Misalnya, dalam
pembukaan lahan untuk pertanian tidak hanya memperhatikan erosi tanah dan
hidrologi, melainkan juga aspek sosial-ekonomi penduduk lokal. Dalam industri
pabrik telah memasang dan mengoperasikan alat-alat yang canggih, tetapi berusaha
untuk tetap melibatkan penduduk lokal untuk bekerja di pabrik.
Apabila AMDAL dapat dilakukan sejak dini dan menjadi bagian telaah
kelayakan secara keseluruhan, sifat AMDAL sebagai kegiatan umum akan menjadi
kegiatan yang wajib untuk dilakukan. Selain itu ditunjang oleh teknik pertimbangan
lingkungan yang mampu menelaah masalah lintas sektoral secara menyeluruh,
pertimbangan tersebut mampu memberi masukan pada telaah teknik dan ekonomi.
Pertimbangan lingkungan semakin diutamakan dalam perencanaan dan menjadi
20
Ibid., hal 70
41
kegiatan rutin dalam perencanan sebuah proyek. Bahkan dalam proyek yang kecil
pun, misalnya pembangunan sebuah rumah, pertimbangan lingkungan menjadi bagian
dari perencanaan. Dengan demikian kebutuhan AMDAL yang semula hanya untuk
memenuhi persyaratan peraturan saja, sekarang menjadi tujuan manusia. Manusia
bukan memperkuat lembaga AMDAL melainkan berusaha agar AMDAL dapat
mengeliminasi diri manusia sehingga pertimbangan lingkungan dalam sebuah
perencanaan dapat berkembang dengan baik dan dapat menciptakan lingkungan yang
baik.
42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan diperuntukkan bagi perencanaan suatu
proyek. AMDAL bukan alat untuk mengkaji lingkungan setelah proyek dan
operasional selesai. Sebab setelah proyek selesai lingkungan pasti sudah berubah,
sehingga garis dasar seluruhnya telah terhapus dan tidak ada lagi acuan untuk
mengukur dampak.
AMDAL seharusnya digunakan tidak hanya untuk proyek yang bersifat fisik
melainkan juga yang bersifat non-fisik, termasuk usulan produk legislatif. Perlu
adanya penelitian untuk mengembangkan teknik AMDAL baik fisik maupun non-
fisik karena hingga saat ini AMDAL hanya berkembang untuk proyek fisik saja.
Di dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan seyogyanya arti dampak
diberi batasan: perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya
pembangunan. Dengan adanya batasan ini, dampak yang disebabkan oleh aktivitas
lain di luar pembangunan baik alamiah maupun oleh manusia tidak ikut
diperhitungkan dalam prakiraan dampak. Dampak bisa meliputi dampak biofisik,
maupun dampak sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan.
AMDAL dilakukan sedini mungkin dalam pembangunan suatu proyek yaitu
bersama-sama dengan eksplorasi, telaah kelayakan rekayasa dan telaan kelayakan
ekonomi sehingga AMDAL menjadi sebuah komponen integral telaah kelayakan
proyek.
B. Saran
AMDAL sangat penting dan harus diperhatikan karena mempengaruhi
kenyamanan hidup masyarakat sekitar. Siapapun yang hendak melakukan
pembangunan, seyogyanya menerapkan prinsip AMDAL agar tidak ada pihak yang
dirugikan dan memperhatikan dampak dari pembangunan bagi lingkungan sekitar.
43
DAFTAR PUSTAKA
44