Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ARTI DAN PERANAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Dampak Lingkungan

Dosen Pengampu

Desi Kartikasari, S.Si.

Disusun oleh kelompok 1:

1. Lailul Inayah (12208173008)


2. Latifaturrobaniyah (12208173018)
3. Ifa Nur Laila (12208173019)
4. Himatul Ulya (12208173068)
5. Ziana Zein (12208173075)
6. Annisa’ Syifa’ Aulia (12208173076)
7. Heni Dwi Kusumawati (12208173080)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI 6 AL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah
ini membahas mengenai ―Arti dan Peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan‖.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
―Analisis Dampak Lingkungan‖. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami
ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung


2. Ibu Dr.Eni Setyowati,S.Pd.,MM., selaku Ketua Jurusan Tadris Biologi IAIN
Tulungagung
3. Ibu Desi Kartikasari, S.Si., selaku dosen pengampu
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi
kita semua.

Tulungagung, 28 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep AMDAL ................................................................................ 3


B. Arti Dampak ....................................................................................... 5
C. Dampak Sosial dan Dampak Kesehatan ............................................ 9
D. Dampak Positif dan Dampak Negatif .............................................. 11
E. Kegunaan AMDAL .......................................................................... 14
F. Peranan AMDAL ............................................................................. 17
G. Perencanaan Pembangunan .............................................................. 25
H. Efektifitas dan Masa Depan AMDAL.............................................. 38

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya terdapat


berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan hidup juga
merupakan penunjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup yang ada. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik. Di indonesia pembangunan nasional disusun
atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan
secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang
lebih baik. Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup seharusnya
menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta
keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup
sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya
alam seharusnya dapat memberikan akses kepada segenap masyarakat, bukan terpusat
pada beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu, yang menimbulkan
dampak akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut.

Oleh karena itu lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan


adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah
mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi
di berbagai daerah. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam
menganalisis mengenai dampak tehadap lingkungan. Meningkatnya intensitas
kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar
kerusakan lingkungan di banyak daerah antara lain pencemaran industri, pembuangan
limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan
bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan
pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

1
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan
yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak
negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan
mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan
oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
2. Bagaimana arti dari dampak?
3. Bagaimana dampak sosial dan dampak kesehatan AMDAL?
4. Bagaimana dampak positif dan dampak negatif AMDAL?
5. Bagaimana kegunaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
6. Bagaimana peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?
7. Bagaimana perencanaan pembangunan?
8. Bagaimana efektifitas dan masa depan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Untuk mengetahui arti dari dampak.
3. Untuk mengetahui dampak sosial dan dampak kesehatan AMDAL.
4. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif AMDAL.
5. Untuk mengetahui kegunaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
6. Untuk mengetahui peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
7. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan.
8. Untuk mengetahui efektifitas dan masa depan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

2
BAB II
PEMBASAN
A. Konsep Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

Secara formal konsep Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) berasal dari


undang-undang NEPA 1969 di Amerika Serikat. Dalam undang-undang ini AMDAL
dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap
kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas
pembangunan yang sedang direncanakan. Di Indonesia analisis mengenai dampak
lingkungan tertera dalam pasal 16 Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur
oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1986 yang mulai berlaku pada 5 Juni
1987. PP No. 29 tahun 1986 kemudian dicabut dan diganti dengan PP No. 51 tahun
1993.

Di dalam undang-undang, baik dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1982,


maupun dalam NEPA 1969, dampak diartikan sebagai pengaruh aktivitas manusia
dalam berbagai pembangunan terhadap lingkungan. Hal ini dapat dimengerti karena
tujuan undang-undang tersebut adalah untuk melindungi lingkungan terhadap
pembangunan yang tidak bijaksana. Namun pada hal lain harus kita lihat pula bahwa
di negara kita sebagian besar kondisi lingkungan yang menagnggu kesejahteraan
kita, baik yang alamiah maupun yang terbentuk oleh kegiatan manusia, justru
disebabkan oleh kekurangan atau bahkan tidak adanya pembangunan. Penyakit
menular yang disebabkan oleh vektor penyakit dam keadaan sanitasi lingkungan
yang rendah adalah contoh dintara banyak contoh. Untuk mengatasi itu harus
diadakan pembangunan.

Oleh karena itu, selain usaha untuk melindungi lingkungan terhadap


pembangunan yang tidak bijaksana, perlu pula dilakukan usaha untuk melindungi
pembangunan dari dampak aktivitas lingkungan. Aktivitas lingkungan tersebut dapat
bersifat alamiah ataupun akibat dari aktivitas manusia. Misalnya, banyak proyek

3
transmigrasi mengalami kegagalan, yaitu para transmigran meninggalkan lokasi
transmigrasi karena adanya penyakit malaria. Demikian pula beberapa proyek
bendungan terancam mengalami kegagalan karena terjadinya laju erosi yang tinggi.
waduk Wonogiri di Jawa Tengah adalah salah satu contohnya. Waduk yang semula
direncanakan berumur 100 tahun, ternyata hanya akan dapat berumur 27 tahun.

Dari contoh pertama kita dapatkan dampak lingkungan alam terhadap proyek
dan pada contoh kedua dampak lingkungan alam yang disebabkan oleh aktivitas
manusia yang menaikkan laju erosi. Mengingat hal ini konsep mengenai Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL) haruslah kita perluas. Yang harus kita pelajari
bukan saja dampak pembangunan terhadap lingkungan, melainkan juga dampak
lingkungan terhadap pembangunan. Dengan demikian usaha kita di dalam proses
pembangunan tidak saja melindungi lingkungan, melainkan juga menyelamatkan
pembangunan.1

Pada umumnya proyek pembangunan dilakukam pada lokasi tertentu dan luas
serta waktu tertentu dalam pelaksanaan pembangunannnya. Dalam posisi yang
demikian maka kajian lingkungan harus secara gradasi dari yang bersifat risiko
lingkungan hingga ke dampak bersifat potensial atau dari yang bersifat overboarder
(wilayah negara, provinsi, kabupaten, atau kota) hingga overboarder ekosistem.2

Konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan


dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga didasarkan pada konsep ekologi
yang secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. AMDAL merupakan bagian ilmu ekologi
pembangunan yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara
pembangunan dan lingkunagan.3

1
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2014), hal 36-37.
2
Chafid Fandeli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan Berbagai Sektor,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018), hal 360.
3
Otto Soemarwoto, Analisis ……………….hal. 37.

4
B. Arti Dampak

Dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik secara fisik, kimia maupun
biologi. Misalnya, semburan asap beracun dari kawah Sinila di Dieng ini adalah
bentuk dari aktivitas alam yang bersifat kimia. Gempa bumi adalah aktivitas alam
yang bersifat fisik dan pertumbuhan eceng gondok adalah aktivitas alam biologi.
Aktivitas juga dapat dilakukan oleh manusia, misalnya pembangunan sebuah
pelabuhan dan penyemprotan pestisida. Dalam konteks AMDAL penelitian dapat
dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan.

Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan


pembangunan selalu lebih luas dari pada yang menjadi sasaran pembangunan yang
direncanakan. Misalnya, jika petani menyemprot sawahnya dengan pestisida untuk
memberantas hama wereng, yang mati tidak hanya werengnya saja melainkan juga
lebah madu yang terbang di udara. Ikan yang hidup dalam air sawah dan katak sawah
yang memakan serangga juga ikut mati. Matinya tersebut disebut dengan dampak.
Demikian pula pada pembangunan transportasi menyebabkan efek samping
terjadinya pencemaran udara oleh limbah gas dari kendaraan yang menganggu
kesehatan secara umum dalam AMDAL dampak pembangunan diartikan sebagai
perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.

Dampak dapat bersifat biofisik, seperti halnya contoh diatas, dapat juga bersifat
social-ekonomi dan budaya. Contoh dari dampak yang bersifat social-ekonomi dan
budaya dalah dampak pembangunan pariwisata ialah berubahnya nilai budaya di
daerah obyek wisata tersebut serta ditirunya tingkah laku wisatawan oleh penduduk
sekitar.

5
Gambar 2.1 Skematis Terjadinya Dampak

Gambar diatas menggambarkan secara skematis terjadinya dampak. Sasaran


pembangunan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pembangunan itu
dapat mengakibatkan dampak primer biofisik, social-ekonomi dan budaya. Dampak
primer ini dapat mempengaruhi sasaran kesejahteraan yang ingin dicapai. Dapat juga
terjadi dampak primer ini menimbulkan dampak sekunder, tersier dan seterusnya,
yang masing-masing dapat bersifat biofisik atau social-ekonomi-budaya, dampak
sekunder, tersier dan seterusnya ini juga dapat mempengaruhi sasaran yang ingin
dicapai. Untuk dapat melihat bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi, kita
harus mempunyai bahan pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan ialah keadaan
sebelum terjadi perubahan. Misalnya, apabila dikatakan dampak pengeringan rawa
untuk lahan pertanian ialah berkurangnya populasi nyamuk, maka kita dapat mengacu
pada besarnya populasi nyamuk setelah pengeringan rawa pada besarnya populasi
nyamuk sebelum pengeringan. Tanpa acuan tersebut kita tidak dapat mengatakan
bahwa besarnya populasi nyamuk berkurang.
Dalam AMDAL ada dua jenis batasan tentang dampak, diantaranya yaitu :
a) Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara
kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan
akan ada setelah ada pembangunan.
b) Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara
kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya

6
pembangunan dan yang diprakirakan akan ada dengan adanya
pembangunan tersebut.

Dampak lingkungan terhadap pembangunan mempunyai batasan yang serupa.


Kedua batasan diatas adalah sama, apabila kondisi lingkungan di tempat
pembangunan adalah statis yakni tidak berubah dengan waktu. Akan tetapi,
lingkungan tidaklah statis melainkan dinamis. Perubahan itu dapat bersifat daur, acak
ataupun perubahan dengan suatu kecenderungan tertentu. Perubahan yang bersifat
daur dapat berjangka pendek, misalnya daur diurnal, yaitu siang dan malam, daur
musiman dari tahun ke tahun. Misalnya musim hujan dan dan musim kering, dan daur
musiman berjangka panjang,misalnya El Nino yang berulang beberapa tahun sekali.
Perubahan demikian tidak hanya terdapat pada besaran biofisik, melainkan juga pada
besaran sosial-budaya. Misalnya, kemisikinan di negara yang sedang berkembang
bersifat daur. Di Indonesia seperti adanya musim paceklik yang berulang di antara
dua musim panen padi.

Perubahan yang bersifat acak ialah seperti letusan gunung berapi, gempa bumi
dan kebakaran padang rumput yang disebabkan oleh halilintar. Perubahan ini disebut
dengan stokhastik. Perubahan dengan suatu kecenderungan tertentu dapat
meningkatkan atau menurun menurut garis lurus, eksponensial ataupun bentuk kurva
lain. Misal, kepadatan penduduk menunjukkan kecenderungan meningkat secara
eksponensial. Sebuah contoh menjelaskan perbedaan antara dampak menurut batasan
(a) dan (b) diatas. Misalnya dalam tahun 1985 mulai direncanakan pembangunan
sebuah pelabuhan udara besar dan proyek yang direncanakan kan mulai dibangun
dalam tahun 1995. Pada tahun 1985 mulai dilakukan telaah AMDAL. Jumlah
penduduk di daerah proyek dalam tahun 1985 ialah 10.000 orang.menuru catatan desa
laju pertumbuhan penduduk antara tahun 1975 dan 1985 ialah 2,5 %. Berapakah
dampak proyek dalam bentuk pemindahan penduduk pada waktu proyek mulai di
bangun? menurut batasan (a) besarnya dampak tersebut ialah jumlah penduduk
setelah ada proyek dikurangi jumlah penduduk sebelum ada proyek. Setelah ada
proyek jumlah penduduk di daerah proyek adalah 0 orang, sebelum ada proyek

7
jumlah penduduk 10.000. dengan demikian dampak proyek ialah -10.000 orang yang
berarti 10.000 orang penduduk harus dipindahkan.

Menurut batasan (b) besarnya dampak ialah jumlah penduduk pada tahun 1995
dengan adanya proyek yaitu 0 orang dikurangi jumlah penduduk pada tahun 1995
tanpa ada proyek yaitu :

P1995 = P1985 (1 + r)t

= 10.000 x 1,02510

= 12.800 orang

Jadi dampak proyek ialah -12.800 orang atau penurunan jumlah penduduk sebesar
12.800 orang. Terdapat perbedaan antara dampak menurut batasan (a) dan (b)
sebesar2.800 orang yang disebabkan oleh tidak konstannya jumlah penduduk antara
1985 dan 1995 karena adanya pertumbuhan penduduk. Jika menggunakan batasan
(a), perhitungan rencana anggaran belanja untuk pemindahan penduduk didasarkan
pada 10.000 orang. Sehingga terlihat jelas bahwa anggaran tidak akan mencukupi.
Anggaran bealanja seharusnya didasarkan pada 12.800 orang yaitu dampak menurut
batasan (b).

Pengertian dampak menurut batasan (b) yaitu perbedaan anara keadaan


lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya proyek dan dengan adanya
proyek padawaktu dampak tersebut diprakirakan (seperti pada contoh di tahun 1995).
Batasan ini sesuai dengan batasan yang dipakai oleh Scientific Committee on
Problems of the Environment (SCOPE), yaitu sebuah panitia International Council
on Scientific Unions (ICSU) yang mempunyai tugas khusus untuk mempelajari
permasalahan lingkungan. Keadaan lingkungan tanpa adanya proyek disebut dnegan
garis dasar. Garis dasar ini yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur dampak.
Garis dasar juga disebut dnegan keadaan lingkungan dengan alternative nol, karena
alternative tanpa proyek. Dalam PP No. 51 tahun 1993 dipakai istilah rona lingkungn
awal. Dalam keputusan Menteri Negara No. KEP-14/MENLH/3/1994 tidak

8
didefinisikan apa arti dampak. Dalam pedoman umum penyusunan kerangka acuan
analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL) juga tidak jelas apakah dampak dapat
diartikan seperti definisi (a) maupun (b). 4

C. Dampak Sosial dan Dampak Kesehatan

Di negara Barat, antara lain Amerika Serikat dan Kanada telah dikembangkan
Analisis Dampak Sosial (ADS; Social Impact Analysis = SIA). Perkembangan ini
disebabkan karena AMDAL hanya mempelajari dampak biologi, fisik, dan kimia.
Padahal dampak sosial sering tidak kalah pentingnya. Istilah sosial disini meliputi
sosial ekonomi dan budaya. Oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO = World Health
Organization) telah dikembangkan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL;
Environmental Health Impact Assesment = EHIA).

Menurut penjelasan pasal 1 ayat 9 dan pasal 16 dalam undang-undang No.4


tahun 1982, dampak meliputi juga lingkungan non-fisik termasuk sosial budaya.
Pasal 3 undang-undang ini menyebutkan pengelolaan lingkungan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Karena itu aspek kesehatan yang merupakan
salah satu faktor utama kesejahteraan manusia, juga termasuk dalam pengelolaan
lingkungan. Mengingat hal itu AMDAL sudah seharusnya meliputi analisis tentang
dampak biofisik, dampak sosial, dan dampak kesehatan. Diintregasikannya aspek
biofisik dengan aspek sosial dan kesehatan dalam satu Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan lebih menguntungkan daripada dipisahkannya aspek biofisik dari aspek
sosial, berturut—turut, dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan dalam
Analisis Dampak Sosial serta aspek kesehatan dalam Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan.

Alasan keuntungan ada tiga. Pertama, pemisahan ―AMDAL‖ dari ―ADS‖ dan
―ADK‖ akan memperpanjang birokrasi, yaitu diperlukannya tiga jenis analisis untuk
setiap proyek yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting biofisik, sosial,
dan kesehatan. Dengan perpanjangan birokrasi ini biaya dan waktu perencanaan akan

4
Ibid., hal 38-44

9
bertambah, termasuk biaya terselubung yang diperlukan untuk mendapatkan masing-
masing persetujuan.

Kedua, dampak sosial dan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari biofisik.
Pertumbuhan penduduk mengakibatkan bertambahnya limbah domestik. Limbah
domestik selanjutnya menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang mendorong terjadinya
pertumbuhan massal mikrofita, misalnya Microcystis, dan mikrofita, misalnya eceng
gondok dan kayambang. Limbah domestik, eutrofikasi, dan pertumbuhan massal
mikro dan mikrofia adalah dampak biofisik pertumbuhan penduduk yang merupakan
faktor sosial. Pertumbuhan massal mikro dan mikrofita pada gilirannya menimbulkan
dampak kenaikan risiko kesehatan, pemurnian dari air (biofisik dan kesehatan),
perbaikan kualitas air (sosial dan kesehatan), penurunan hasil ikan (biofisik dan
sosial), penurunan pendapatan (sosial), kenaikan evapotranspirasi (biofisik),
penurunan kapasitas pembangkitan listrik (sosial) dan irigasi (biofisik dan sosial),
penurunan pariwisata (sosial) dan penurunan pendapatan (sosial).

Bagan alir ini menunjukkan dengan jelas kita tidak dapat mengidentifikasi
dampak biofisik saja tanpa pengetahuan tentang dampak sosial serta dampak
kesehatan dan vice versa. Demikian pula besarnya dampak biofisik akan ditentukan
oleh besarnya dampak sosial dan dan dampak kesehatan yang menjadi penyebab
dampak biofisik dan vice versa. Canadian Environmental Assessment Researc
Council (1985) akhir – akhir ini menyatakan bahwa Analisis Dampak Sosial adalah
komponen integral Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Demikina pula WHO
(1986) baru – baru ini meenganjurkan agar seyogyanya ADKL menjadi bagian
terintegrasi AMDAL dan bukan berdiri sendiri.

Maka seyogyanyalah dalam usaha kita untuk mengembangkan analisis mengenai


dampak lingkungan kita jangan memecahnya menjadi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan yang ekivalen dengan Environmental Impact Analysis (hanya meliputi
aspek biofisik), Analisis Dampak Sosial yang ekivalen dengan Social impact Analysis
dan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan yang ekivalen dengan Environmental

10
Healt Impact Assesment. Dengan pemecahan itu lingkungan akan kita tinjau secara
persial dan konsep lingkungan yang holistik dalam Undang – Undang No. 24 tahun
1982 akan hilang.

Keuntungan ketiga dirangkumnya ketiga aspek dalam satu laporn analisis


mengenai dampak lingkungan ialah dipermudahnya pengambilan keputusan. Sebab
pengambilan keputusan akan mengambil keputusan berdasarkan satu laporan yang
telah mengintegrasikan ketiga aspek tersebut dan bukan berdasarkan tiga laporan
yang berdiri sendiri – sendiri. Tugas merangkum dan mengintegrasikan ketiga aspek
itu bukanlah terletak pada pengambilan keputusan, melainkan pada pelaksanaanya
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Integrasi ketiga jenis dampak tidak berarti bahwa dalam semua proyek ketiga
jenis dampak selalu mempunyai bobot yang sama. Misalnya, proyek di dalam kota
umumnya mempunyai bobot dampak sosial-ekonomi yang lebih tinggi daripada
bobot dampak biofisik. Sebaliknya proyek di daerah hutan yang sedikit penduduknya
umumnya mempunyai dampak biofisik yang bobotnya lebih tinggi daripada bobot
dampak sosial-ekonomi.

Dari uraian di atas dan Gambar 2.2 jelaslah sifat AMDAL yang lintas sektoral.
Oleh karena itu anggota gugus kerja AMDAL juga harus bersifat multi disiplin yang
terdiri dari pakar dalam berbagai bidang yang diliput oleh AMDAL yang
bersangkutan.

D. Dampak Positif dan Negatif

Dampak dapat besifat negatif maupun positif. Akan tetapi di negara maju banyak
orang lebih atau hanya memperhatikan dampak negatif daripada dampak positif,
bahkan umumnya dampak positif diabaikan. Di Indonesia pun dampak sering
mempunyai konotasi negatif. Oleh karena itu dalam banyak buku terdapat bagian atau
bab yang menguraikan tentang penanggulangan dampak (mitigation of impact), yang
secara implisit mengandung arti dampak negatif. Tetapi sebaliknya tidak

11
mengandung bagian yang menguraikan tentang usaha memperbesar dampak positif.
Misalnya, dalam suatu proyek pengeringan rawa untuk pertanian yang menjadi
perhatian ialah rusaknya habitat untuk ikan dan organisme rawa lainnya, seperti
burung, yang merupakan dampak negatif. Akan tetapi pengeringan rawa tersebut juga
mengakibatkan rusaknya habitat nyamuk yang banyak diantaranya adalah penyebar
penyakit yang berbahaya, seperti malaria dan filariasis. Rusaknya habitat nyamuk dan
menurunnya jumlah orang yang sering diabaikan. Tekanan yang berlebih pada
dampak negatif desebabkan oleh pengaruh gerakan lingkungan di negara maju yang
merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh pembangunan, seperti telah
diuraikan dalam Bab 1. Di Indonesia seyogyanyalah kita memberikan perhatian yang
berimbang pada dampak negatif dan dampak positif. Keharusan merinci dampak
sebagai dampak positif atau negatif tertera dalam Undang-undang No.4, tahun 1982,
yaitu dalam penjelasan pasal 1 ayat 9. Namun tidaklah selalu mudah untuk
menentukan apakah suatu dampak itu positif atau negatif.

Baik dan buruk tidaklah mutlak. Di dunia fana ini suatu hal selalu mengandung
sifat baik maupun buruk. Gambar 2.2 melukiskan secara skematis baik dan buruk
suatu hal. Pada titik potong garis buruk dan garis baik, sifat buruk dan baik
mempunyai kadar yang sama. Hal tersebut adalah netral: tidak baik dan tidak pula
buruk. Pada sebelah kiri titik potog sifat baik mendominasi sifat buruk: hal tersebut
adalah baik. Sebaliknya pada sebelah kanan titik potong, sifat buruk mendominasi
sifat baik: hal tersebut adalah buruk.

Kadar baik dan buruk suatu hal tergantung pada sudut pandang. Sudut pandang
itu menentukan tolak ukur yang dipakai untuk menilai hal tersebut. Wibisana adalah
baik, jika ditinju dari sudut pandang ia ingin membelah kebenaran. Ia memihak pada
Rama. Sifat Wibisana terletak pada bagian kiri Gambar 2.2 tetapi dari sudut pandang
kenegaraan ia adalah seorang penghianat. Sifat Wibisana dalam gambar 2.2 bergeser
ke kanan. Sebaliknya Kombakarna adalah buruk dari sudut pandang bahwa ia
memihak pada Rahwana yang jahat: ia membela kejahatan.

12
Baik Buruk

Baik Buruk

Gambar 2.2 Skema kadar sifat baik dan sifat buruk yang dimilki oleh suatu
hal tertentu dalam hubungannya dengan sudut pandang seseorang.

Sifatnya terletak pada bagian kanan gambar 2.2. tetapi dari sudut pandang
kenegaraan ia adalah patriot sejati yang rela mengorbankan jiwanya untuk membela
negaranya. Ia berpandangan salah atau benar. Alengka adalah negaraku (right or
wrong, my country). Kini sifat Kombakarna dalam gambar bergeser ke kiri.

Sudut pandang seseorang selalu berubah ubah. Karena itu juga tolak ukurnya.
Denga menggunakan tolak ukur nilai tradisonal yang berlaku, alun – alun dulu
dianggap baik. Semua bupati di Jawa mempunyai alun – alun. Tetapi menggunakan
tolak ukur modern, kini tak ada lagi bupati yang membuat alun – alun. Bahkan alun –
alun yang ada telah diubah, misalnya menjadi taman.

Hal serupa kita dapatkan pada penilaian dampak. Banyak faktor mempengaruhi
penentuan apakah dampak itu baik (positif) atau buruk (negatif). Salah satu faktor
penting dalam penentuan itu ialah apakah seseorang diuntungkan atau dirugikan oleh

13
sebuah proyek pembangunan tertentu. Umumnya penyebaran manfaat dan biaya
proyek tidaklah merata secara geografis maupun pada berbagai kelompok
masyarakat. Misalnya, pada pembangunan bendungan untuk pengembangan irigasi,
petani di daerah hilir bendungan akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya petani di
daerah genangan waduk dirugikan. Karena itu orang daerah hilir akan menganggap
banyak dampak sebagai positif. Mereka tidak merasakan penderitaan karena sawah,
ladang, dan kampung halamannya tergenang dan harus pindah. Sebaliknya orang di
daerah genangan menganggap banyak dampak negatif.

Penialaian dampak merupakan pertimbangan nilai (value judgement) dan karena


itu bersifat subyektif, meski penilaian itu dilakukan oleh pakar sekalipun. Mengingat
hal itu konflik selalu terjadi. Karena itu seyogyanya AMDAL mencangkup pula
usaha untuk mengatasi, atau paling sedikit. Memperkecil konflik tersebut. Di
Amerika Serikat perhatian banyak dicurahkan pada pengembangan metode
perundingan (negosiasi) dan mediasi (mis. Carpenter, 1983; Dotson, 1983; John,
1986).

Perlu kiranya dikemukakan lagi bahwa dampak adalah perubahan lingkungan


yang disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang tidak direncanakan. Jadi,
misalnya, kenaikan pasokan tenaga listrik pada proyek bendungan hidrolistrik
bukanlah dampak positif bendungan tersebut karena kenaikan pasokan itu adalah
tujuan yang ingin dicapai atau direncanakan.5

E. Kegunaan AMDAL

Penyebaran AMDAL mula-mula terjadi di negara maju, karena disitulah terdapat


perasaan yang paling kuat untuk menyelamatkan lingkungan. Namun lambat laun
AMDAL menyebar juga ke negara sedang berkembang. Di Indonesia AMDAL secara
resmi baru diakui pada tahun 1982 dengan diundangkannya Undang-undang tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Undang-undang No. 4,
1982). Walaupun demikian AMDAL sudah dipakai sebelum berlakunya undang-

5
Ibid., hal 45-50

14
undang itu, yaitu dalam hal proyek yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah
atau badan asing yang mengharuskan dilakukannya AMDAL sebagai syarat untuk
mendapatkan bantuan tersebut. AMDAL dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
Bank Dunia untuk mendapatkan pinjaman dari bank tersebut untuk memenuhi
kekurangan pembayaran bendungan Saguling dari sumber dalam negeri.

Dalam NEPA 1969 tertera pada pasal 102 (2) C ―….. memasukkan di dalam
setiap rekomendasi atau laporan tentang usulan legislasi dan lain aktivitas Pemerintah
Federal yang besar yang mempunyai pengaruh penting terhadap kualitas lingkungan
hidup, suatu pernyataan yang terinci oleh pejabat yang berwewenang tentang (i)
dampak lingkungan aktivitas yang diusulkan….‖.

Kutipan ini dengan jelas menunjukkan, AMDAL dimaksudkan untuk digunakan


pada aktivitas yang diusulkan. Tujuan fundamental AMDAL ialah untuk internalisasi
pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan, pembuatan program dan
pengambilan keputusan. Buku pegangan Badan Pembangunan Internasional Amerika
Serikat (US Agency for International Development (AID) menyatakan, tujuan
AMDAL adalah untuk menjamin bahwa pertimbangan lingkungan telah diikutsertkan
dalam perencanaan, rancang bangun (design) dan pelaksaan proyek (US.AID, 1974).

Di dalam Undang-undang No. 4, 1982, pasal 16 tertera sebagai berikut: ―Setiap


rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan……‖. Disinipun jelas,
AMDAL diperuntukan bagi suatu rencana. Oleh karena itu menurut Undang-undang
tidaklah benar untuk menggunakan AMDAL bagi proyek yang telah selesai dan telah
operasional. Akan tetapi apabila proyek tersebut direncakan untuk diperluas, dapatlah
dilakukan AMDAL untuk rencana perluasan tersebut.

Dari segi teknis pun penggunaan AMDAL untuk proyek yang telah jadi
membawa kesulitan. Dampaknya tidak dapat diukur, apabila garis dasarnya tidak
diketahui. Sebagai contoh, garis dasar itu ialah penduduk yang tergusur dan tekanan
penduduk. Proyek yang telah jadi, apabila yang telah operasioal untuk jangka waktu

15
yang panjang, telah mengubah lingkungan dan karena itu telah menghapus sebagian
atau seluruh garis dasar. Dengan demikian dampak tidak dapat lagi diukur.
Argumentasi dapat dikemukakan bahwa garis dasar dapat direkontruksi, hanya dalam
keadaan tertentu saja tetapi tidak berlaku secara umum. Banyak data statistik dan
bermacam peta, potret udara, serta citra satelit dapat kita dapatkan yang meliput
berbagai daerah dan periode waktu negara kita yang yang dapat digunakan untuk
merekontruksi garis dasar. Tetapi data itu banyak yang tidak lengkap untuk keperluan
AMDAL, misalnya data tentang BOD, DO, residu pestisida dan logam berat, seperti
Cd, dan Hg, tidak terdapat dalam data statistic hidrologi yang lama.

Ketidaklengkapan data juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran kita tentang


pentingnya data pada waktu yang lampau. Cara lain untuk merekontruksi garis dasar
ialah dengan menggunakan data lain yang dianggap mewakili data yang hilang. Cara
ini harus digunakan dengan sangat hati-hati, karena banyak data menunjukkan adanya
variasi yang besar dalam besaran sungai yang satu dengan yang lainnya. Demikian
pula factor demografi, seperti kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk
tahunan, dapat bervariasi sangat besar.

Menurut PP 29, tahun 1986, pasal 39, untuk proyek yang sudah jadi
dipergunakan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) atau/dan Studi Evaluasi
Lingkungan (SEL). PP No. 9 tahun 1986 telah dicabut dan diganti dengan PP No. 15
tahun 1993 yang tidak menyebutkan adanyal PEL dan SEL. Pemerintah telah
mengeluarkan peraturan tentang audit lingkungan yang diperuntukkan bagi proyek
yang sedang berjalan.

Dampak disebabkan oleh aktivitas. Apabila aktivitas yang direncanakan belum


diketahui, dampak yang akan terjadi juga belum dapat diperkirakan. Karena itu,
AMDAL juga tidak dapat digunakan untuk perencanaan dini pengelolaan lingkungan,
misalnya suatu daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi
belum mempunyai rencana pembangunan, bahkan banyak wilayah industri belum
mempunyai rencana industri apa yang akan didirikan dalam wilayah itu, karena

16
wilayah industri tersebut bekerja secara oportunistik, yaitu menggunakan kesempatan
yang ada.6

F. PERANAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Peranan AMDAL dalam proses pembangunan tidak terlepas dari tujuan penting
dari kegiatan AMDAL, secara umum berikut ini adalah peranan AMDAL :7

1. AMDAL adalah tahap awalan untuk mendapatkan suatu perizinan dalam


kegiatan pembangunan
2. AMDAL mampu berperan sebagai bahan perencanaan dala kegiatan
pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Dokumen AMDAL mampu
menjadi rujukan bagi para perencana wilayah untuk tetap memperhatikan
lingkungan.
3. AMDAL merupakan bagian dari dokumen legalitas dan analisis keilmuan
yang mendokumentasikan kondisi suatu lingkungan sebelum dansesudah
dilaksanakannya kegiatan pembangunan.
4. AMDAL dapat membantu proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam menentukan apakah suatu kegiatan pembangunan
layak dilaksanakan atau tidak layak dilaksanakan. Hal ini agar kegiatan yang
akan dilakukan tetap sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada.
5. AMDAL mampu memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan pembangunan tentang dampak penting yang kemungkinan akan
ditimbulkan dari adanya kegiatan pembangunan tersebut.
6. AMDAL dapat memberikan informasi yang layak dilakukan pemerintah dan
pelaku usaha untuk tetap menjaga keseimbangan kualitas lingkungan

6
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hal
51-54.
7
Ir. Dadang Purnama, MES, Ph.D., AMDAL dan Pengelolaan Lingkungan, (MODUL 1 :
PWKL4404), hlm.120

17
Beberapa pemaparan peranan AMDAL dalam kegiatan pembangunan:

1. Peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Perencanaan


Pembangunan

Adanya pembangunan ialah karena adanya kebutuhan untuk menaikkan


kesejahteraan rakyat. Pembangunan itu dijabarkan ke dalam program dalam berbagai
bidang yang selanjutnya dirinci ke dalam berbagai proyek. Walaupun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak
yang diprakirakan akan ditimbulkan oleh program, namun pada umumnya AMDAL
digunakan pada tingkat proyek. Hal ini disebabkan karena AMDAL untuk program
lebih sulit pelaksanaannya daripada untuk proyek. Padahal AMDAL untuk proyek
pun sudah sulit. Sebab kesulitan pada AMDAL untuk program ialah uraian program
belumlah terinci, bidangnya adalah luas dan daerah yang dijangkau pun sering kali
luas. Sebagai contoh ialah program transmigrasi, program intensifikasi produksi
pangan dan program pemberantasan penyakit malaria. Ketiga program ini meliputi
daerah seluruh Indonesia yang mempunyai kondisi lingkungan yang sangat
bervariasi. Jelaslah betapa sulitnya untuk membuat AMDAL dari ketiga program
tersebut. AMDAL untuk daerah yang luas itu dapat dilakukan dengan AMDAL
Kawasan dan AMDAL Regional. Lebih mudahnya, misalkan, membuat AMDAL
untuk perencanaan intensifiasi produksi ubi jalar di Kabupaten Jaya Wijaya, Irian
Jaya, Perencanaan transmigrasi penduduk dari daerah Cirata Jawa Barat, ke lokasi di
Siantang, Kalimantan Barat, dan Perencanaan pemberantasan penyakit malaria di
kecamatan Wonodadi, Banjarnegara.8

Metode untuk melakukan AMDAL bagi rencana kebijaksanaan dan Undang-


Undang atau produk hukum lainnya belum banyak berkembang. Karena itu penelitian

8
Otto soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2014), hlm.55

18
dalam bidang ini pun sangat diperlukan, baik mengenai prosedurnya, maupun
tekniknya.9

Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu
peranan AMDAL dalam perencanaan boleh dikatakan masih tebatas pada
perencanaan proyek. Ini pun umumnya masih terbatas pada proyek yang bersifat
fisik, misalnya pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek
yang bersifat non-fisik umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non-fisik pun
dapat mempunyai dampak besar dan penting. Misalnya, proyek pendidikan tentang
gizi. Dampak proyek ini sebagian terletak dalam bidang sosial-budaya, yaitu sikap
orang terhadap makanan, antara lain, perubahan nilai sosial bahan makanan dan menu
makanan. Pengetahuan yang lebih baik tentang kandungan gizi tanaman tertentu akan
mempunyai dampak biofisik penggantian sebagian tanaman pekarangan dengan
tanaman yang mengandung kadar gizi yang tinggi. Penggantian ini akan mengubah
struktur pekarangan dengan keanekaan jenis yang tinggi dan tajuk tanaan yang
berlapis menjadi struktur pertanaman yang sederhana yang sebagian besar terdiri atas
sayur-mayur. Perubahan ini menyebabkan erosi gen dan mempertinggi risiko
terjadinya erosi tanah. Perlu kiranya ditekankan, AMDAL sebagai alat dalam
perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek
yang sedang direncanakan. Artinya, AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan
setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut.10

Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus


diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 angka (4) Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi
modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan
secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga

9
Ibid, hal.56
10
Ibid., hal.57

19
pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah
lingkungan (environmentally sound). Proses pembangunan yang diselenggarakan
dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang.

AMDAL sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam


Pasal 4 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin
Lingkungan. AMDAL disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha
dan/atau Kegiatan. AMDAL merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan
preventif terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin
ditimbulkan dari aktivitas pembangunan. Mengingat fungsinya sebagai salah satu
instrumen dalam perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan AMDAL tidak
dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan. Penyusunan AMDAL yang
dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain detail
rekayasa. AMDAL merupakan bagian dari sistem perencanaan, AMDAL seharusnya
dapat memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai ―scientific
prediction‖, AMDAL memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis
kegiatan dan dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. AMDAL
seharusnya ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan
perlindungan preventif dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek
usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari
berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat diartikan
sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah memperhatikan aspek
positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan suatu wilayah merupakan hal
tidak dapat dihindarkan. Sebagai upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep
pembangunan berkelanjutan dan mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan

20
maka diperlukan suatu perencanaan yang matang. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan dapat memberikan pedoman


agar perencanaan pembangunan harus mencapai tujuan sosial dan ekonomi dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dinamis dengan lingkungan. Perencanaan
pembangunan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu memadukan berbagai nilai
dan berbagai kepentingan yang terlibat, salah satunya kepentingan akan adanya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Di Amerika Serikat AMDAL
merupakan keharusan untuk rencana kebijaksanaan dan undang-undang yang
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Di dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, hal ini tidak dinyatakan secara eksplisit, namun istilah rencana
yang tertera dalam Pasal 16 Undang-Undang itu dapat juga diinterprestasikan sebagai
kegiatan perumusan undang-undang dan kebijakan. Metode untuk melakukan
AMDAL bagi perencanaan kebijaksanaan dan undang-undang atau produk hukum
lainnya belum banyak berkembang. Metode yang banyak berkembang ialah AMDAL
untuk proyek. Peranan AMDAL dalam perencanaan masih terbatas pada perencanaan
proyek. Inipun masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya
pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek yang bersifat non
fisik umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non fisik pun dapat berdampak
besar dan penting.

Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan


Negara lain. Pengalaman menunjukkan, AMDAL tidak selalu memberikan hasil yang
kita harapkan sebagai alat perencanaan. Bahkan tidak jarang terjadi, AMDAL
hanyalah merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi ketentuan
dalam undang-undang. Setelah laporan AMDAL didiskusikan dan disetujui, laporan
tersebut tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi. Laporan tersebut tidak

21
mempunyai pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya. Hal
ini terjadi juga di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang
merupakan negara pelopor AMDAL.

2. AMDAL sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup

Dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup


perlu dijaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan. Di Indonesia, tata
kehidupan yang berwawasan lingkungan sebenarnya telah diamanatkan dalam GBHN
tahun 1973, Bab III butir 10 menyebutkan bahwa :

―Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia harus


dipergunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus
diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan
kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi
yang akan datang.‖

Dalam upaya menjaga lingkungan itulah digunakan AMDAL sebagai salah satu
instrumennya. Hal ini tertuang dalam Pasal 22 angka (1) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 22
angka (1) tersebut menentukan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL.

Salah satu instrumen kebijaksanaan lingkungan yaitu Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 angka (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
atas, merupakan proses yang meliputi penyusunan berbagai dokumen. Dokumen-
dokumen itu berupa kerangka acuan, analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup bagi
kegiatan usaha yang dilakukan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup juga
merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan
akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan

22
terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.11

Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif itu


merupakan konsekwensi dan kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan. Implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia belum
sejalan dengan komitmen politik. Di era Orde Baru, lingkungan lebih banyak
diperlakukan sebagai aset dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Dalam
perkembangannya kemudian bahkan lingkungan dipandang sebaga komoditas yang
bersifat monopolistik sebagai hasil korupsi, korupsi dan nepotisme (KKN).Tidak
mengherankan jika kerusakan lingkungan dan pencemaran terus meningkat dalam
intensitasnya maupun keragamannya.

3. AMDAL sebagai Alat Pengelolaan Lingkungan

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,
pengendalian dan pemantauan lingkungan. Upaya pencegahan artinya AMDAL
digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat
aktivitas/kegiatan. Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, maka dampak
negatif dapat dihindari dan dampak positif dapat dimaksimalkan. AMDAL sebagai
alat pengendali artinya masalah atau dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir,
misalnya dengan pemberian pembatasan seperti sanksi. AMDAL sebagai sarana
pemantauan maksudnya sebagai alat kontrol dan koreksi terhadap pelaksanaan dan
operasi proyek. Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan

11
Sumadi Kamarol Yakin, ANALSIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) SEBAGAI
INSTRUMEN PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN, (Bdamai Law
Journal, Vol. 2, Issues 1, 2017), hlm.122

23
lingkungan untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan program
dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai. 12

Pasal 36 angka (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang.


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki Izin
Lingkungan. Izin Lingkungan tersebut tidak akan dikeluarkan apabila tidak ada
keputusan kelayakan lingkungan dari Komisi Penilai AMDAL yang menilai
dokumen atau kajian mengenai dampak penting yang diajukan oleh pemrakarsa.13

Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum mulai dilakukan wajib mempunyai kajian
mengenai dampak besar dan penting yang akan timbul apabila usaha dan/atau
kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian tersebut kemudian disertakan dalam
perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut. Apabila hasil kajian tersebut tidak
disertakan maka izin usaha dan/atau kegiatan itu tidak akan keluar, karena kajian
tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam perizinan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang membawa dampak bagi lingkungan.

Saat ini dokumen AMDAL hanya digunakan oleh pemrakarsa kegiatan dan atau
usaha dan instansi pengambil keputusan sebagai legitimasi atau alasan pengesahan
saja, bahwa kegiatan tersebut tidak akan menimbulkan pencemaran/perusakan
lingkungan, karena sudah mempunyai keputusan kelayakan lingkungan dan perizinan
yang diterbitkan, karena mendapat pertimbangan AMDAL sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Persoalannya adalah selama ini AMDAL hanya dianggap
sebagai bagian dari sistem prosedur perizinan. Konsekwensinya apabila berbagai
perizinan kegiatan yang terbit akibat rekomendasi dokumen AMDAL telah

12
Indah Sari, AMDAL SEBAGAI INSTRUMEN DALAM MEMPERTAHANKAN SUSTAINABLE
DEVELOPMENT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN, (Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas
Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Volume 8 No. 2, 2018) hlm.73
13
Wira Haryanti S.H., M.Si, PENERAPAN ATURAN HUKUM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SESUAI DENGAN UU NOMOR 23 TAHUN 2009 DAN PP
27 TAHUN 1999, (Jurnal Dialektika Publik, ISSN. 2528-3332) hlm.75

24
ditetapkan, maka peranan dokumen AMDAL menjadi selesai dan tidak lagi
berhubungan dengan persoalan kegiatan. 14

G. Perencanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Perencanaan


Pembangunan

Adanya pembangunan ialah karena adanya kebutuhan untuk menaikkan


kesejahteraan rakyat. Pembangunan ini dijabarkan ke dalam program dalam berbagai
bidang yang selanjutnya dirinci kedalam berbagai proyek. Walaupun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak
yang diprakirakan akan ditimbulkan oleh program, namun pada umumnya AMDAL
digunakan pada tingkat proyek. Hal ini disebabkan karena AMDAL untuk progam
lebih sulit pelaksanaanya dari pada untuk proyek. Padahal AMDAL untuk proyekpun
sudah sulit. Sebab kesulitan pada AMDAL untuk program ialah uraian program
belumlah terinci, bidangnya adalah luas dan daerah yang dijangkau pun sering luas.
Sebagai contoh ialah program transmigrasi, program intensifikasi produksi pangan
dan program pemberantasan penyakit malaria. Ketiga program ini meliputi daerah
seluruh Indonesia yang mempunyai kondisi lingkungan yang sangat bervariasi.
Jelaslah betapa sulitnya untuk membuat AMDAL untuk ketiga program tersebut.
AMDAL untuk daerah yang luas itu dapat dilakukan dengan AMDAL Kawasan dan
AMDAL Regional. Akan lebih mudahlah untuk, misalnya, membuat AMDAL untuk
perencanaan intensifiasi produksi ubi jalar di Kabupaten Jaya Wijaya, Irian Jaya,
perencanaan transmigrasi penduduk dari daerah Cirata Jawa Barat, ke lokasi di
Sintang, Kalimantan Barat, dan perencanaan pemberantasan penyakit malaria di
Kecamatan Wonodadi, Banjarnegara. Walaupun demikian AMDAL untuk program
tidaklah boleh diabaikan. Sebab dapat saja terjadi dampak dari suatu proyek yang
merupakan bagian program tidaklah besar, tetapi dampak kumulatif program tersebut
dapatlah sangat besar. Sebagai contoh ialah program introduksi huller ke desa-desa.
Dampak yang ditimbulkan oleh proyek satu atau dua huller disebuah desa tidaklah
14
Sumadi Kamarol Yakin, ANALSIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) SEBAGAI
INSTRUMEN PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN, (Bdamai Law
Journal, Vol. 2, Issues 1, 2017), hlm.125

25
besar. Akan tetapi dampak introduksi huller di beribu-ribu desa di seluruh Indonesia
sangatlah besar. Beratus ribu wanita telah kehilangan mata pencarian tambahan dari
menumbuk padi. Oleh karena itu sangatlah penting untuk dilakukan penelitian untuk
mengembangkan teknik AMDAL untuk program.

Di Amerika Serikat AMDAL merupakan pula keharusan untuk rencana


kebijaksanaan dan undang-undang yang diprakirakan akan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan. Di dalam Undang-undang No. 4, tahun 1982, hal ini
tidak dinyatakan secara eksplisit, namun istilah rencana yang tertera dalam pasal 16
undang-undang itu dapat juga diinterprestasikan sebagai kegiatan perencanaan
perumusan undang-undang dan kebijaksanaan. Kiranya akan ada baiknya apabila
para anggota DPR dan DPRD memperhatikan hal ini dan berusaha untuk
memasukkan pertimbangan lingkugan didalam pembahasan tentang rencana
kebijaksanaan dan undang-undang atau peraturan pemerintahan pusat/daerah. Untuk
keperluan ini dapatlah mereka meminta bantuan dari para pakar lingkungan di
universitas atau tempat lain. Misalnya, peraturan bupati tentang eksploatasi telur
penyu, keputusan menteri untuk mengubah sebuah cagar alam menjadi taman wisata,
keputusan presiden tentangan penerbitan jalur Bogor – Puncak – Cianjur dan
kebijaksanaan baru tentang transpor, semuanya mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan.

Metode untuk melakukan AMDAL bagi rencana kebijaksanaan dan undang-


undang atau produk hukum lainya belum banyak berkembang. Karena itu penelitian
dalam bidang ini pun sangat diperlukan, baik mengenai prosedurnya, maupun
tekniknya.

Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu
peran AMDAL dalam perencanaan boleh dikata masih terbatas pada perencanaan
proyek. Ini pun umumnya masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya
pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek yang bersifat
non-fisik umunya masih diabaikan. Padahal proyek non-fisik pun dapat mempunyai

26
dampak yang besar dan penting. Misalnya, proyek pendidikan tentang gizi. Dampak
proyek ini sebagian terletak dalam bidang sosial-budaya, yaitu sikap orang terhadap
makanan. Pengetahuan yang lebih baik tentang kandungan gizi tanaman tertentu akan
mempunyai dampak biofisik penggantian sebagai tanaman pekarangan dengan
tanaman yang mengandung kadar gizi yang tinggi. Penggantian ini akan mengubah
struktur pekarangan dengan keanekaan jenis yang tinggi dan tajuk tanaman yang
berlapis menjadi struktur pertanaman yang sederhana yang sebagian besar terdiri atas
sayur-mayur. Perubahan ini akan menyebabkan erosi gen dan mempertinggi risiko
terjadinya erosi tanah.

Contoh lain ialah dampak sosial yang disebabkan oleh penelitian sosial dan
antropologi terhadap suku yang hidup di daerah yang terpencil. Demikian pula
penelitian tentang taksonomi dan populasi hewan atau tumbuhan langka dapat
mempunyai dampak yang besar terhadap jenis hewan atau tumbuhan tersebut.15

Mengingat itu semestinya kita memperhatikan juga AMDAL untuk proyek non-
fisik. Perlu kiranya ditekankan, AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus
mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang
direncanakan. Artinya, AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah
diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut. Pada lain pihak juga tidak
benar untuk menganggap, AMDAL adalah satu-satunya faktor penentu dalam
pengambilan keputusan tentang proyek itu. Yang benar ialah AMDAL merupakan
masukan tambahan untuk pengambilan keputusan, di samping masukan dari bidang
teknik, ekonomi dan lain-lainya. Misalnya, dapat saja terjadi laporan AMDAL
menyatakan, bahwa suatu proyek diprakirakan akan mempunyai dampak lingkungan
negatif yang besar. Dan penting. Namun pemerintah berdasarkan atas pertimbangan
politik atau keamanan yaang mendesak memutuskan untuk melaksanakan proyek
tersebut. Yang penting untuk dilihat dalam hal ini ialah keputusan hal tersebut
diambil dengan menyadari sepenuhnya akan kemungkinan terjadinya dampak

15
Otto soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2014), hlm.56

27
lingkungan yang negatif. Maka pemerintah pun dapat melakukan persiapan untuk
menghadapi kemungkinan itu, sehingga kelak tidak akan dihadapkan pada suatu
kejutan yang tidak menyenangkan dan tidak tersangka-sangka sebelumnya. Dengan
persiapan itu dampak negatif itu dapat diusahakan menjadi sekecil-kecilnya.

Amatlah disayangkan, dalam banyak hal AMDAL barulah dilaksanakan setelah


beberapa putusan penting tentang suatu program atau proyek diambil, misalnya lokasi
proyek, proses produksi dan cara pembuangan limbah. Pada tahap ini pilihan
sebagian alternatif telah tertutup, sehingga AMDAL tidak dapat lagi atau sukar untuk
menyarankan alternatif lokasi, proses produksi atau cara pembuangan limbah yang
dari segi lingkungan akan mempunyai dampak yang lebih menguntungkan dari pada
yang telah direncanakan. Dalam hal ini apabila saran ini diajukan, pihak proponen
proyek akan keberatan, karena akan mengharuskan diadakanya revisi dalam rencana
yang sudah jadi dan selanjutnya akan mengakibatkan kemunduran pelaksanaan
proyek dan kenaikan biaya. Dengan demikian akan dapatlah terjadi konflik antara
pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL. Dibawah ini merupakan dua contoh
konflik antara pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL.

Yang pertama ialah kasus AMDAL untuk proyek bendungan Saguling di Jawa
Barat. Pada waktu proyek ini mulai direncanakan dalam permulaan tahun 1970-an
AMDAL belum banyak diketahui. Karena itu sudahlah sewajarnya perencana
tersebut sama sekali tidak mengikut sertakan para pakar lingkungan untuk membuat
AMDAL bagi proyek tersebut. Pada waktu Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)
mengajukan permintaan bantuan keuangan kepada Bank Dunia, barulah diketahui
persyaratan Bank Dunia untuk membuat AMDAL untuk dapat mendapatkan bantuan
keuangan tersebut. Pada waktu itu perencanaan proyek telah berjalan jauh, antara
lain, lokasi dan tinggi bendungan telah ditentukan dan rancangan terinci rekayasa
hampir selesai. Apabila keputusan tentang lokasi, tinggi dan rancangan terinci
rekayasa diubah, akan terjadilah kenaikan yang besar dalam biaya proyek dan
kemunduran dalam pelaksanaan proyek yang juga akan mengakibatkan kenaikan
biaya proyek. Oleh karena itu AMDAL yang dilakukan hanyalah mempelajari

28
dampak yang dapat ditimbulkan oleh bendungan menurut rencana yang telah ada. Hal
ini sebenarnya kurang memuaskan, akan tetapi masih lebih baik dari pada sama sekali
tidak dilakukan AMDAL. Pengalaman menunjukkan, hasil AMDAL masih banyak
berguna untuk meninggikan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif
proyek dan memperbesar dampak positif proyek. Dalam kasus ini untungnya ialah
tidak diketemukanya dampak negatif yang besar yang tidak dapat diatasi, sehingga
tidak terjadi konflik antara pemrakarsa proyek, yaitu PLN, dan pelaksana AMDAL,
dalam hal ini Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran (sekarang Pusat Penelitian
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, PPSDAL). Bahkan pelaksanaan AMDAL di
Seguling telah membawa kerjasama yang baik antara kedua lembaga tersebut. Akan
tetapi hal yang demikian tidaklah selalu terjadi.

Contoh yang kedua menggambarkan hal ini, yaitu proyek bendungan di Segara
Anakan di Jawa Tengah. Pada akhir tahun 1960-an dan permulaan tahun 1970-an
direncanakan untuk membuat sebuah bendungan antara Pulau Nusakambangan dan
Jawa Barat yang akan mengubah Segara Anakan menjadi sebuah waduk besar yang
berisi air tawar. Air tawar tersebut akan menjadi sumber air untuk Cilacap yang
sedang berkembang menjadi sebuah wilayah industri yang besar. Sebagian
pembiayaan bendungan diharapkan akan didapatkan dari Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID). Badan ini mempunyai pula persyaratan,
usulan proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terahadap
lingkungan disertai oleh AMDAL (USAID, 1974). Salah satu penelitian yang
dilakukan menunjukkan, perubahan air payau Segara Anakan menjadi air tawar akan
menyebabkan kematian hutan bakau di Segara Anakan. Dengan matinya hutan bakau
tersebut akan hilanglah habitat untuk bertelur dan menjadi besarnya berbagai jenis
ikan, kepiting dan udang. Diketahui di pantai selatan Pulau Jawa tidak ada lagi hutan
bakau yang luas. Karena itu kematian hutan bakau di Segara Anakan diprakirakan
akan mempunyai dampak berkurangnya produksi perikanan dengan nilai US & 5,5
juta/tahun dan hilangnya pekerjaan untuk 2400 orang nelayan di sepanjang pantai
selatan Pulau Jawa dari selatan Yogyakarta sampai Sukabumi. Lagi pula investasi

29
yang besar dalam motorisasi perahu nelayan dan kamar pendingin ikan akan menjadi
mubazir atau kurang berguna. Mengingat hal ini USAID tidak dapat menyetujui
bantuan pembiayaan untuk proyek tersebut. Bappenas pun tidak dapat menyetujui
proyek itu. Dapatlah dibayangkan hal tersebut telah menimbulkan kekecewaan besar
pada pihak pemrakarsa, yaitu Departemen Pekerjaan Umum, apalagi karena banyak
perencanaan proyek tersebut telah berjalan jauh dan biaya serta tenaga telah banyak
dikeluarkan untuk eksplorasi, telaah kelayakan (feasibility study) dan perencanaan
rekayasa bendungan itu. Kasus tersebut memperkuat anggapan pada sementara pihak
bahwa AMDAL adalah alat untuk menghentikan pembangunan.

Contoh diatas tersebut menunjukkan, pelaksanaan proyek pada tahap yang


terlambat sering menempatkan AMDAL pada tempat yang sulit dan mengurangi
kegunaanya.

Suatu aspek yang penting dalam pelaksanaan AMDAL yang dini ialah masih
terbukanya banyak alternatif. Bahkan AMDAL dapat dan harus mengeksplorasi dan
menyajikan alternatif baru termasuk alternatif tanpa proyek atau alternatif nol.
Misalkan ada proyek yang bertujuan untuk menaikkan produksi pangan. Karena beras
menempati tempat yang sentral dalam permasalahan pangan kita, kita terpukau pada
beras. Karena itu proyek menaikkan produksi pangan a priori dikaitkan pada
kenaikkan produksi beras. Karena beras memerlukan air yang banyak, perulah
dibangun bendungan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi.

Tetapi sebenarnya Pemerintah telah menggariskan kebijaksanaan penganekaan


pangan untuk mengurangi ketergantungan kita pada satu jenis bahan pangan, yaitu
beras, dan untuk menghindari terjadinya ledakan hama dan penyakit karena
penanaman padi secara terus-menerus tanpa pergiliran tanaman. Berdasarkan atas
kebijaksanaan ini dapatlah dieksplorasi kebutuhan air untuk irigasi. Suatu penelitian

30
telah dilakukan tentang pemasokan air dalam kaitanya dengan pola pertanaman di
Jawa.16

Dengan pola tanaman padi – padi – padi ternyata semua daerah aliran sungai
(DAS) di Jawa kekurangan air, kecuali DAS Citanduy yang mempunyai surplus
marjinal. Jadi bendungan harus dibangun untuk mengembangkan irigasi di semua
DAS tersebut. Dengan pola tanam padi – padi – palawija, tiga DAS mempunyai
surplus dan dua DAS mempunyai surplus marjinal. Jika pola tanam padi – palawija –
palawija digunakan, semua DAS di Jawa mempunyai surplus, kecuali DAS Brantas
(Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Alternatif proyek pembangunan pertanian untuk menaikkan produksi


pangan

Jadi dengan mengubah pola tanam, kebutuhan air irigasi berkurang dan
kebutuhan untuk membangun bendungan berkurang, sedangkan kenaikan produksi
pangan dalam arti yang luas, yaitu bukan semata-mata beras, dapat tercapai. Karena
bendungan mempunyai dampak yang besar dan biaya yang tinggi, alternatif
pembangunan untuk menaikkan produksi pangan tanpa perlunya dibangun bendungan
sudah selayaknya untuk dipertimbangkan. Paling-paling mungkin perlu dibangun

16
Ibid., hal 59

31
bendung saja, yang mempunyai dampak dan kebutuhan biaya yang jauh lebih kecil
dari pada bendungan, untuk memenuhi kebutuhan irigasi tanaman non-padi.

Mengingat keuntungan seperti diuraikan di atas, semestinya AMDAL sudah


mulai dilaksanakanpada waktu eksplorasi dan menjadi bagian terpadu telaah
kelayakan rekayasa dan ekonomi. Hal ini dilakukan, misalnya, pada proyek
bendungan Cirata di Jawa Barat yang pemrakarsanya adalah PLN dan Pelaksana
AMDAL adalah Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran. Dalam kasus ini dipelajari
beberapa alternatif tinggi bendungan. Ternyata jumlah penduduk yang akan tergusur
oleh bendungan tidak mempunyai hubungan linier dengan tinggi bendungan (Gambar
2.4).

Gambar 2.4. Jumlah kepala keluarga (KK) di dalam daerah genangan sebagai fungsi
tinggi permukaan air di proyek bendungan Cirata

Karena itu dengan makin tingginya bendungan masalah sosial-budaya dan biaya
pemukiman kembali akan makin besar secara tidak proposional. Walaupun menurut

32
perhitungan rekayasa listrik yang dihasilkan dapat terus meningkat sampai pada
ketinggian bendungan pada 250 m di atas permukaan laut, namun diambil keputusan
untuk membuat tinggi bendungan pada 223 m. Dengan demikian hasil AMDAL telah
berguna untuk menentukan tinggi bendungan bersama dengan hasil telaah kelayakan
rekayasa dan ekonomi.

Pemerintah Federal Kanada juga mempunyai kebijaksanaan bahwa implikasi


lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan haruslah dimasukkan dalam
pertimbangan perencanaan sebelum diambil keputusan yang mengikat dan dalam
masa sedini mungkin dalam daur perencanaan.

Memang dapat diajukan keberatan terhadap pelaksanaan AMDAL yang sangat


awal, yaitu adanya risiko biaya untuk AMDAL itu akan mubazir karena kemudian
ternyata proyek itu tidak layak dari segi rekayasa dan/atau ekonomi. Pada lain pihak
AMDAL yang dilakukan setelah telaah kelayakan rekayasa dan ekonomi selesai akan
dapat menjadikan biaya untuk eksplorasi dan telaah kelayakan itu menjadi mubazir.
Hal ini, misalnya, telah terjadi pada proyek bendungan Segara Anakan, oleh karena
telaah AMDAL itu menunjukkan proyek tersebut adalah tidak layak dari segi
lingkungan. Dapat pula terjadi telaah AMDAL menunjukkan, perlunya dilakukan
tindakan yang memerlukan biaya besar untuk menangani dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh proyek tersebut, sehingga biaya ini akan mengubah nisbah
manfaat/biaya proyek tersebut. Karena itu dapat terjadi, dengan memperhitungkan
biaya lingkungan itu proyek tersebut menjadi tidak layak dari segi ekonomi.
Sebaliknya dapat juga terjadi, telaah AMDAL menunjukkan, proyek tersebut
menimbulkan manfaat lingkungan yang, apabila dimanfaatkan, akan memperbesar
nisbah manfaat/biaya proyek.

Pada gambar yang tertera (Gambar 2.5) menggambarkan pelaksanaan AMDAL


dalam daur proyek. pada (Gambar 2.5 a) AMDAL dilaksanakan pada tahap setelah
selesainya eksplorasi, telaah kelayakan rekayasa, telaah kelayakan ekonomi dan
dalam banyak hal bahkan telah dimulai atau telah selesainya rancangan terinci

33
rekayasa. Keadaan inilah yang banyak terjadi, tidak saja di Indonesia, melainkan juga
di negara lain. Tidak jarang pula terjadi proyek tersebut sebenarnya telah dimulai,
misalnya dengan pembayaran ganti rugi kepada penduduk yang terkena proyek dan
pembangunan prasarana proyek, misalnya jalan. Beberapa contoh ialah proyek
bendungan Saguling, bendungan Segara Anakan, PLTU Suralaya dan kilang minyak
Dumai.

Pelaksanaan AMDAL sejak tahap dini proyek, yaitu bersama dengan eksplorasi,
telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan ekonomi (Gambar 2.5 b). Dalam hal
ini AMDAL merupakan bagian integral telaah kelayakan proyek, sehingga dapat
dinamakan telaah kelayakan lingkungan. Antara ketiga jenis kelayakan telaah itu,
yaitu telaah kelayakan rekayasa, telaah kelayakan ekonomi dan telaah kelayakan
lingkungan terdapat hubungan dengan umpan balik yang saling mengisi. Kerjasama
yang baik antara pakar rekayasa, ekonomi dan lingkungan lalu dapat terjalin.
Contohnya ialah proyek bendungan Cirata, seperti diuraikan di muka.17

17
Ibid., hal 62

34
Ganbar 2.5. Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam
perencanaan proyek: a) AMDAL dilaksanakan setelah eksplorasi (EKS), telaah
kelayakan rekayasa (TKR) dan telaah kelayakan ekonomi (TKE) selesai. b) AMDAL
merupakan bagian terintegrasi telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan
ekonomi dan dimulai sangat awal. Uraian dalam naskah. Y=ya, T=tidak.

Pertanyaan yang timbul tentulah apakah semua rencana proyek lalu harus
melakukan AMDAL, sedangkan menurut undang-undang yang diharuskan hanyalah
rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan saja. Jawabanya ialah dari pengalaman sampai sekarang kita telah
mempunyai gambaran yang cukup jelas proyek apa saja yang dapat diprakirakan akan
mempunyai dampak penting. Buku panduan yang diterbitkan oleh Bank Dunia,
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dana Arahan dari Masyarakat
Eropa, misalnya memuat daftar jenis proyek yang memerlukan AMDAL. Di samping
itu dari keterangan umum rencana dini suatu proyek juga sudah dapat diperkirakan
perlu tidaknya dilakukan AMDAL, misalnya lokasi proyek (di hutan lindung, cagar
alam atau di tengah pemukiman yang padat), jenis dan volume hasil, luasnya daerah
dan banyaknya penduduk yang terkena. Petunjuk umum itu juga terdapat di dalam
Undang-undang No. 4, tahun 1982, yaitu perjelasan pasal 16, dan pasal 2 Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 1993. Petunjuk umum itu harus kita gunakan untuk
melakukan AMDAL sejak dini dalam perencanaan proyek. Sementara itu dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-11/MENLH/3/94 tahun 1994
telah ditentukan jenis-jenis proyek yang diharuskan disertai oleh AMDAL.

Masalah berikutnya ialah biaya, yaitu apakah dengan melaksanakan AMDAL


pada tahap yang dini tidak akan menaikkan biaya proyek. Kenaikan tentu ada. Namun
kenaikan itu sebenarnya tidaklah terlalu besar. Semua proyek sebagaian
perencanaannya harus mempelajari lingkungan. Misalnya, sebuah proyek jalan raya
harus mempelajari, antara lain, geologi, geomorfologi, tanah, iklim, tataguna lahan
dan penduduk di daerah proyek. Dengan menambah seorang pakar lingkungan
sebagai anggota gugus peneliti, dapatlah penelitian tersebut diperluas menjadi

35
penelitian AMDAL. Pada tahap awalnya penelitian AMDAL itu bersifat kecil.
Jumlah pakar lingkungan kemudian dapat ditambah secara bertahap menurut
kebutuhan dengan menggunakan hasil penelitian sebagai petunjuk, baik mengenai
jumlah orangnya maupun jenis keahlianya. Dengan demikian risiko untuk menyusun
sebuah gugus peneliti yang tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi proyek atau
yang jumlah anggotanya berlebihan dapat dihindari atau paling sedikit dapat
dikurangi. Sebaliknya, dalam proses penelitian AMDAL yang bertahap itu setiap saat
dapat juga diambil keputusan untuk menghentikan AMDAL dengan membuat
laporan hasil AMDAL dan alasan dihentikanya AMDAL, sebelum kita melangkah
terlalu jauh. Jadi AMDAL yang dilakukan secara bertahap ini dapat menghindari
dikeluarkanya biaya dan tenaga yang berlebihan atau menjadi mubazirnya biaya dan
tenaga.

Peranan AMDAL lain yang penting ialah peran serta masyarakat yang lebih luas
dalam perencanaan pembangunan dari pada pihak pemrakarsa dan pemerintah saja.
Di Amerika Serikat dan negara barat lainya peran serta masyarakat dilakukan dengan
pendapat dan dengan tersedianya laporan AMDAL untuk dibaca dan dipelajari oleh
masyarakat. Di dalam PP No. 51, tahun 1993, dinyatakan dalam pasal 22 sifat
keterbukaan AMDAL.

Bagan alir penggunaan AMDAL sebagai bagian integral dalam proses


perencanaan dan pengambilan keputusan program dan proyek (Gambar 2.6). dalam
bagan alir ini AMDAL digunakan sangat awal dalam perencanaan program dan
proyek sehingga dapat terpilihlah program dan proyek sehingga dapat terpilihlah
program dan proyek yang tidak saja memenuhi persyaratan teknik dan ekonomi,
melainkan juga persyaratan lingkungan. Hal ini nampak pada kotak 9B. Dengan
terpadunya AMDAL dengan telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan
ekonomi, AMDAL diinternalkan ke dalam proses perencanaan. Dengan demikian
sifat AMDAL yang hingga kini merupakan aktivitas eksternal proses perencanaan
diubah menjadi bagian terpadu internal proses perencanaan. Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang berbentuk fisik

36
disajikan juga dalam cetak biru (blue print) proyek, misalnya sumur resapan air,
sengkedan (teras) dan instalasi pengolah limbah.

Gambar 2.6. Analisis Dampak Lingkungan sebagai bagian integral proses


perencanaan dan pengambilan keputusan.

Selama pelaksanaan dan operasi proyek dilakukan pemantauan. Hasil


pemantauan digunakan, anta lain, sebagai umpan balik untuk melakukan koreksi
tertentu terhadap pelaksanaan dan operasi proyek. Dengan lain perkataan pemantauan
itu merupakan alat pengelolaan lingkungan. Pemantauan juga bekerja sebagai umpan-
balik untuk menyempurnakan perencanaan program dan proyek yang serupa di
kemudian hari dan perbaikan/pembaharuan kebijaksanaan lingkungan.

Umpan balik hasil pemantauan untuk mengoreksi pelaksanaan dan operasi


proyek serta sebagai masukkan untuk perbaikan atau penyusunan kebijakan
lingkungan baru masih diabaikan. Dengan demikian AMDAL masih dianggap
sebagai proses linier satu arah dan bukannya sebuah proses dinamis yang merupakan
sebuah daur.

37
Seperti telaah diuraikan di muka untuk pelaksanaan AMDAL untuk program
masih diperlukan penelitian untuk mengembangkan tekniknya.18

H. Efektivitas Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan
di negara lain, salah satunya di Amerika Serikat yang merupakan negara pelopor
AMDAL. Akan tetapi yang terjadi, AMDAL tidak selalu memberi hasil yang
diharapkan sebagai alat perencanaan. Bahkan AMDAL hanya merupakan dokumen
formal saja, yaitu hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan dalam undang-undang.
Dengan kata lain, pelaksanaan AMDAL hanyalah pro forma saja. Setelah laporan
AMDAL didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut disimpan dan tidak digunakan
lagi. Laporan itu tidak mempunyai pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan
proyek selanjutnya.19
AMDAL belum efektif digunakan dalam proses perencanaan karena sebagai
berikut:
1. AMDAL dilakukan terlambat sehingga tidak dapat lagi memberikan
masukan untuk pengambilan keputusan dalam proses perencanaan.
2. Tidak adanya pemantauan baik pemantauan pada tahap pelaksanaan
proyek maupun pada tahap operasional proyek. Di Amerika Serikat,
NEPA tidak menyebutkan secara eksplisit keharusan dilakukannya
pemantauan, tetapi di Indonesia diharuskan disusunnya rencana
pemantauan lingkungan (PP 51 tahun 1993). Dengan pemantauan dapat
diketahui apakah persyaratan lingkungan ditaati oleh pemrakarsa proyek.
Namun sayangnya, RPL sering dilaksanakan dengan tidak baik.
3. Belum cukup berkembangnya teknik AMDAL untuk dapat dibuat
AMDAL yang relevan dan dengan rekomendasi yang spesifik dan jelas.
4. Kurangnya keterampilan pada Komisi AMDAL untuk memeriksa laporan
AMDAL.

18
Ibid ., hal 54-67
19
Ibid., hal 67

38
5. AMDAL disalah gunakan untuk membenarkan diadakannya suatu proyek.
Masalah ini tidak spesifik pada AMDAL saja, tetapi secara umum terdapat
pada telaah kelayakan. Yang mendorong untuk menyalah gunakan
AMDAL yaitu pada perencanaan proyek yang telah berjalan lanjut,
misalnya yang telah siap untuk dilaksanakan atau bahkan yang sudah
dilaksakan.
Pelaksanaan AMDAL yang hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan
peraturan membuat tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi mubadzir. Oleh
karena itu perlu dilakukan usaha agar AMDAL benar-benar bisa menjadi alat
perencanaan program dan proyek untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
efektivitas AMDAL adalah:
1. Menumbuhkan pengertian bahwa AMDAL bukan sebagai penghambat
pembangunan tetapi untuk menyempurnakan perencanaan pembangunan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan menginternalkan AMDAL ke dalam
telaah kelayakan proyek. Dengan penyempurnaan ini, hasil yang dicapai
dalam pembangunan akan lebih baik, yaitu pembangunan menjadi
berwawasan lingkungan. Dengan adanya AMDAL juga menghemat biaya
untuk menghindari adanya biaya yang mubadzir, karena bisa saja ternyata
proyek yang direncakan tidak layak dari segi lingkungan, atau bisa juga
biaya proyek yang naik sangat besar karena diperlukannya biaya tambahan
untuk menanggulangi dampak negatif tertentu.
2. Sebagian besar laporan AMDAL terdapat banyak data yang kurang
relevan dengan masalah-masalah yang dipelajari. Tidak fokus atau kurang
fokus merupakan kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan AMDAL.
Hal ini perlu dikoreksi dengan melakukan pembatasan ruang lingkup
dengan pelingkupan (scoping) yang baik. Koreksi ini akan lebih
mempermudah penggunaan laporan AMDAL oleh para perencana dan
pemrakarsa pembangunan.

39
3. Agar para perencana dan pelaksana proyek dapat menggunakan hasil
telaah AMDAL dengan mudah, maka laporan AMDAL harus ditulis
dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
4. Rekomendasi yang diberikan harus jelas dan spesifik. Rekomendasi yang
bersifat umum, misalnya rekomendasi dalam laporan AMDAL untuk
perencanaan sebuah pabrik yang menyatakan perlunya diambil tindakan
pengendalian pencemaran tanpa menerangkan bagaimana caranya, hal ini
tidaklah banyak membantu. Masalah akan teratasi dengan sendirinya
apabila AMDAL diintegrasikan ke dalam telaah kelayakan karena dengan
integrasi itu akan terjadi interaksi umpan balik antara AMDAL dengan
telaah kelayakan rekayasa.
5. Adanya komisi AMDAL yang berkualitas dan berwibawa. Badan
pemerintahan harus mempunyai wewenang untuk mengawasi bahwa yang
direkomendasikan dalam laporan AMDAL dan yang telah diberi izin,
harus benar-benar digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
yang bersangkutan. Jika terjadi penyimpangan, badan pemerintahan
tersebut harus dapat menegur atau bahkan membongkar dan menghentikan
proyek yang tidak sesuai tersebut.
6. Belum digunakan RPL sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
implementasi dan operasi proyek. Sehingga AMDAL bersifat kegiatan
yang statis bukan dinamis yang dengan terus-menerus berinteraksi dengan
implementasi dan operasi proyek.
I. Masa Depan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Tujuan dilahirkannya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk
menghindari terjadinya kerusakan lingkungan oleh kegiatan manusia. Usaha manusia
untuk menghindari kerusakan bukanlah hal baru. Misalnya, sejak dahulu orang
membuat cerobong asap untuk menghindari terjadinya pencemaran udara oleh limbah
gas pabrik. Di perkebunan dibuat sengkedan untuk melindungi tanah dari erosi.
Banyak negara yang mempunyai cagar alam dan taman nasional untuk melindungi
sumber daya alam. Demikian pula di kota-kota besar dibuat taman hijau untuk

40
menjaga kenyamanan kota. Akan tetapi dengan meningkatnya skala dan intensitas
kegiatan manusia, usaha perlindungan lingkungan tidak lagi memadai. Skala dan
intensitas dampak meningkat, sehingga lahirlah AMDAL sebagai sarana untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.
Kesadaran manusia akan lingkungan semakin meningkat. Kesadaran itu sebagian
tumbuh dari hati nurani yang tulus, sebagian lagi karena terpaksa oleh adanya
perundang-undangan lingkungan maupun karena adanya kritik dari masyarakat.
Adapun tumbuh kesadaran karena adanya bahaya yang mengancam bumi tidak dapat
dihuni oleh manusia apabila produksi zat pencemar seperti CFC
(Chlorofluorocarbons) terus meningkat, penggurunan terus berlanjut, dan erosi tanah
semakin parah. Beberapa contoh yaitu terjadinya hujan asam yang merusak hutan
yang sangat luas di Amerika Utara dan Eropa, lubang ozon di stratosfer di atas
Antartika dan Artika yang terus meluas, efek rumah kaca yang dapat menyebabkan
perubahan iklim global dan kenaikan permukaan air laut, dan penggurunan di Afrika
dan Amerika Utara.20
Adanya kesadaran dan perundang-undangan lingkungan mendorong dan
memaksa para pemrakarsa proyek untuk memasukkan pertimbangan lingkungan ke
dalam perencanaannya. Pertimbangan itu bersifat lintas sektoral. Misalnya, dalam
pembukaan lahan untuk pertanian tidak hanya memperhatikan erosi tanah dan
hidrologi, melainkan juga aspek sosial-ekonomi penduduk lokal. Dalam industri
pabrik telah memasang dan mengoperasikan alat-alat yang canggih, tetapi berusaha
untuk tetap melibatkan penduduk lokal untuk bekerja di pabrik.
Apabila AMDAL dapat dilakukan sejak dini dan menjadi bagian telaah
kelayakan secara keseluruhan, sifat AMDAL sebagai kegiatan umum akan menjadi
kegiatan yang wajib untuk dilakukan. Selain itu ditunjang oleh teknik pertimbangan
lingkungan yang mampu menelaah masalah lintas sektoral secara menyeluruh,
pertimbangan tersebut mampu memberi masukan pada telaah teknik dan ekonomi.
Pertimbangan lingkungan semakin diutamakan dalam perencanaan dan menjadi

20
Ibid., hal 70

41
kegiatan rutin dalam perencanan sebuah proyek. Bahkan dalam proyek yang kecil
pun, misalnya pembangunan sebuah rumah, pertimbangan lingkungan menjadi bagian
dari perencanaan. Dengan demikian kebutuhan AMDAL yang semula hanya untuk
memenuhi persyaratan peraturan saja, sekarang menjadi tujuan manusia. Manusia
bukan memperkuat lembaga AMDAL melainkan berusaha agar AMDAL dapat
mengeliminasi diri manusia sehingga pertimbangan lingkungan dalam sebuah
perencanaan dapat berkembang dengan baik dan dapat menciptakan lingkungan yang
baik.

42
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan diperuntukkan bagi perencanaan suatu
proyek. AMDAL bukan alat untuk mengkaji lingkungan setelah proyek dan
operasional selesai. Sebab setelah proyek selesai lingkungan pasti sudah berubah,
sehingga garis dasar seluruhnya telah terhapus dan tidak ada lagi acuan untuk
mengukur dampak.
AMDAL seharusnya digunakan tidak hanya untuk proyek yang bersifat fisik
melainkan juga yang bersifat non-fisik, termasuk usulan produk legislatif. Perlu
adanya penelitian untuk mengembangkan teknik AMDAL baik fisik maupun non-
fisik karena hingga saat ini AMDAL hanya berkembang untuk proyek fisik saja.
Di dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan seyogyanya arti dampak
diberi batasan: perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya
pembangunan. Dengan adanya batasan ini, dampak yang disebabkan oleh aktivitas
lain di luar pembangunan baik alamiah maupun oleh manusia tidak ikut
diperhitungkan dalam prakiraan dampak. Dampak bisa meliputi dampak biofisik,
maupun dampak sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan.
AMDAL dilakukan sedini mungkin dalam pembangunan suatu proyek yaitu
bersama-sama dengan eksplorasi, telaah kelayakan rekayasa dan telaan kelayakan
ekonomi sehingga AMDAL menjadi sebuah komponen integral telaah kelayakan
proyek.
B. Saran
AMDAL sangat penting dan harus diperhatikan karena mempengaruhi
kenyamanan hidup masyarakat sekitar. Siapapun yang hendak melakukan
pembangunan, seyogyanya menerapkan prinsip AMDAL agar tidak ada pihak yang
dirugikan dan memperhatikan dampak dari pembangunan bagi lingkungan sekitar.

43
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli Chafid. 2018. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan


Berbagai Sektor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Haryanti Wira. Penerapan Aturan Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup Sesuai Dengan Uu Nomor 23 Tahun 2009 Dan Pp 27
Tahun 1999. Jurnal Dialektika Publik, ISSN. 2528-3332.

Purnaama Dadang. AMDAL dan Pengelolaan Lingkungan. MODUL 1 : PWKL4404.

Sari Indah. 2018. Amdal Sebagai Instrumen Dalam Mempertahankan Sustainable


Development Yang Berwawasan Lingkungan. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Volume 8 No. 2.

Soemarwoto Otto. 2014. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Yakin Kamarol Sumadi. 2017. Analsis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)


Sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan.
Bdamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1.

44

Anda mungkin juga menyukai