Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA IDE

Oseanografi dan Sumber Daya Kelautan

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Pencegahan Mangrove Forest Kliring


Dosen Pengampu : Eni Yuniastuti,S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Haryanti Sinaga

3191131014

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini tepat pada waktunya.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Oseanografi dan Sumber Daya
Kelautan.

Selama penyusunan Rekayasa Ide ini, penulis banyak mengalami berbagai hambatan
dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis sehingga Rekayasa Ide ini dapat
terselesaikan.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan Rekayasa Ide ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
berguna untuk kedepannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada para
pembaca, semoga tugas ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, 6 Mei 2020

Penulis

(Haryanti Sinaga)

(3191131014)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemberdaan Masyarakat.................................................................... 3


B. Pengertian Mangrove dan Forest Kliring.............................................................4

BAB III METODE PELAKSANAAN


A. Metode Penulis......................................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN

A. Rancangan Ide Penulis....................................................................................... 10

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 12
B. Saran.......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangrove Forest Kliring merupakan kalimat yang sangat asing di telinga masyarakat
awam. Kliring sendiri dalam bahasa inggris berarti “pembuukaan hutan”. Secara
sederhana Mangrove Forest Kliring berarti usaha pembukaan hutan bakau dalam upaya
alih fungsi lahan dengan berbagai sistem.
Banyak peneliti, misalnya Soegiarto dan Polunin, 1982; KLH, 1993, telah melaporkan
bahwa mangrove, sebagai bagian dari ekosistem, memberikan potensi ekonomi yang
berharga di daerah pesisir, karena sistem ini mengandung produktivitas laut tinggi,
seperti ikan, udang, lobster, moluska, dan kura-kura. Sayangnya, tribun bakau sering
dipotong karena beberapa alasan. Banyak bukti membuktikan bahwa persentase hidup
cakupan bakau menurun, baik karena langsung dan tidak langsung efek dari aktivitas
manusia di daerah pesisir. Deforestasi hutan mangrove atau pembukaan lahan di banyak
daerah pesisir, seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, untuk pengembangan
perikanan dan produksi arang mengakibatkan penurunan jumlah total ikan yang
ditangkap di daerah-daerah (Supriharyono et al, 1990; ).
Dalam mengelola lingkungan pesisir dan laut, Sugandhy (1993) menunjukkan bahwa
pengelolaan lingkungan ini tidak harus dipisahkan dari lingkungan di darat. Hal ini
diperlukan untuk mengintegrasikan kegiatan yang ada di darat dan orang-orang di daerah
pesisir. Diharapkan bahwa hal tersebut akan meminimalkan konflik kepentingan dalam
memanfaatkan sumber daya alam dan mengatasi permasalahan di pesisir. Manajemen
harus mencakup upaya dalam perencanaan, upaya pemanfaatan, pemeliharaan,
pengendalian, evaluasi dan restorasi, rehabilitasi, pembangunan dan konservasi kelautan
dan lingkungan pesisir.
Untuk itu upaya pemberdayaan masarakat pesisir perlu dilakukan dan diharapkan
dapat secara perlahan memperbaiki kerusakan yang tela terjadi di wilayah pesisir
khususnya wilayah hutan mangrove yang mulai berkurang ekosistemnya tiap tahun.

1
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan saya yakni untuk untuk mengetahui penyebab dari Mangrove
Forest Kliring serta dampak terhadap lingkungan serta upaya yang akan dilakukan dalam
upaya pencagahan dan perbaikan mangrove dengan pengorganisasian pemberdayaan
masyarakat
Manfaat dalam penulisan ini adalah agar kita sebagai anggota masyarakat baik pelajar
maupun masyarrakat umum beserta pemeritah sebagai pihak pendukung dapat
bekerjasama dalam upaya pengembalian awal fungsi hutan bakau/mangrove sebagai
hutan penyeimbang lingkungan dan sebagai daerah konservasi khusunya bagi wilayah
laut dan pesisir.

2
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah prosss pembangunan sumber daya manusia /
masyarakat itu sendiri dalam bentuk penggalian kemampuan pribadi, kreativitas,
kompetensi dan daya pikir serta tindakan yang lebh baik dari waktu sebelumnya.
Pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari
definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir diri masyarakat.

Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali


seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih
banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan
masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk
saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan.
Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas,
saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain.

Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial


ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak
tahu. Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan produktivitas
mereka rendah. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui : (1) Pengembangan
masyarakat, (2) Pengorganisasian masyarakat. Kemampuan masyarakat dapat
meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau
ketrampilan-ketrampilan membuat home industri; dan masih banyak lagi kemampuan
dan ketrampilan masyarakat yang dapat dikembangkan. Dalam rangka

3
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Contoh dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan masyarakat
pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan. Dapat juga dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan ditempat
lain dengan maksud supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini
sering disebut dengan istilah studi banding. Dapat juga dengan menyediakan buku-
buku bacaan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan atau peminatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sangat penting dan merupakan hal yang wajb untuk
dilakukan mengingat pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang demikian pesatnya
belakangan ini akan sangat mempengaruhi kemampuan tiap individu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, masyarakat luas diharapkan mempu
mengikuti perkembangan zaman dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk:
Melahirkan individu yang mandiri dalam masyarakat
Menciptakan lingkungan yang memiliki etos kerja yang baik sehingga
mampu menciptakan kondisi kerja yang sehat dan saling menguntungkan.
Menciptakan masyarakat yang memilki kesadaran tinggi akan potensi diri
dan lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik.
Melatih dan memampukan masyarakat untuk melakukan perencanaan dan
pertanggungjawaban atas tindakan mereka dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menambah kemampuan berpikir dan bernegosiasi atau mencari solusi
terhadap permasalahan – permasalahanyang mungkin ditemui dalam
lingkungannya.
Tahapan – tahapan yang dilakukan ddalam pemberdayaan masyarakat antara lain:
Seleksi lokai diadakannya kegiatan pemberdayaan
Sosialisasi yang bertujuan untuk terjalinnya komunikasi antara masyarakat
dan pihak pelaksana pemberdayaan
Proses pemberdaayaan masyarakat itu sendiri, yang terdiri dari
perencanaan, pelaksaan, monitoring dan evaluasi
Tahap akhir berupa pendirian masyarakat.

B. Pengertian Hutan Mangrove dan Mangrove Forest Kliring

4
Hutan mangrove ini sama saja dengan jenis hutan yang lainnya. Alasan mengapa
hutan ini dinamakan sebagai hutan mangrove adalah karena pepohonan yang hidup di
hutan ini didominasi atau hampir semuanya adalah pepohonan mangrove atau
pepohonan bakau, sehingga dinamakan sebagai hutan mangrove.
Hutan mangrove atau hutan bakau ini merupakan hutan yang berada di
lingkungan perairan payau. Hutan ini merupakan hutan yang sangat dipengaruhi okeh
keberadaan pasang surut air laut. Ekosistem hutan ini juga khas. Ke khasan ekosistem
hutan mangrove ini salah satunya karena adanya pelumpuran di wilayah hutan
tersebut. Karena  jenis tanah yang dimiliki oleh hutan ini cenderung berlumpur, maka
bisa dibayangkan hanya sedikit jenis tumbuhan yang bisa hidup di daerah ini.
 Ciri ciri Hutan Mangrove
Setiap jenis hutan tentulah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika suatu
hutan tidak berbeda satu dengan yang lainnya, tentu tidak akan ada jenis- jenis hutan.
Setiap hutan pasti mempunyai karakteristik atau ciri-cirinya masing- masing, begitu
pula dengan hutan mangrove ini. Hutan mangrove mempunyai karakteristik atau ciri-
ciri tertentu. Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove
ini antara lain adalah sebagai berikut:
Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan
yang mempunyai akar mencuat ke permukaan.
Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran
air tawar dan air asin. Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut
Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga
terjadi akumulasi bahan organik
Itulah beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove ini.
Ciri- ciri yang telah disebutkan di atas merupakan ciri khusus yang hanya dimiliki
oleh hutan ini saja, sehingga hanya disebutkan beberapa saja. Untuk mengetahui lebih
lengkap dan jelas mengenai hutan mengrove ini.
 Ekosistem Hutan Mangrove
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa di Bumi ini makhluk hidup akan
bersosialisasi atau berinteraksi dengan lingkungan yang berada di sekitarnya, dan juga
dengan komponen- komponen yang ada di dalamnya . Proses interaksi antara
keduanya ini disebut dengan ekosistem (baca ekosistem darat dan ekosistem air).
Ekosistem ini ada di setiap tempat di Bumi, dimana setiap tempat di Bumi atau

5
disetiap habitat mempunyai ekosistemnya masing- masing. Termasuk juga dengan
hutan mangrove ini adalah sebuah ekosistem tersendiri.
Ekosistem hutan mangrove ini bisa dikatakan sebagai jenis ekosistem yang khas.
Mengapa dikatakan khas? Hal ini karena ada sesuatu yang membedakan antara yang
dimiliki oleh ekosistem hutan mangrove ini dan tidak dimiliki oleh ekosistem hutan
yang lainnya. Beberapa ke khasan yang dimiliki oleh ekosistem hutan mangrove ini
antara lain adalah adanya pelumpuran yeng mengakibatkan hal – hal sebagai berikut:

 Kurangnya abrasi tanah


 Salinitas tanah yang tinggi
 Mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut
 Hanya sedikit jenis tumbuhan yang dapat hidup
 Jenis tumbuhan yang dapat tumbuh bersifat khas karena telah melewati proses
adaptasi dan juga evolusi
Itulah beberapa ke khasan yang dimiliki oleh ekosistem hutan bakau ini.
Ekosistem hutan bakau ini merupakan ekosistem yang sangat unik. Ekosistem hutan
mangrove ini sangat perlu dipelihara dan dilestarikan, Hal ini karena ekosistem hutan
mangrove ini sangat bermanfaat dan mengandung fungsi yang banyak.
 Flora di Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang tidak hanya ditumbuhi oleh satu
macam tanaman saja, yakni tanaman mangrove. Namun, hutan mangrove juga
ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yang lainnya. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di
hutan mangrove ini berbeda- berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini karena
bereaksi terhadap variasi atau perubahan faktor lingkungan fisik tertentu, sehingga
menimbulkan zona- zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik yang
dapat mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh antara lain: jenis tanah, terpaan
ombak, dan penggenangan oleh air.
 Fungsi Hutan Mangrove
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya hutan merupakan sesuatu yang
sangat penting di Bumi. Hutan sebagai paru-paru dunia memiliki fungsi yang sangat
vital dalam berbagai hal. Misalnya sebagai penetralisir udara yang ada di Bumi
dimana telah terkontaminasi dengan berbagai polusi di udara. Selain sebagai
pembersih udara, hutan juga sangat berperan sebagai penangkal banjir dan juga tanah
longsor. Selain itu hutan juga berperan sebagai penyeimbang ekosistem dan

6
menyimpan cadangan air di akar- akar pohonnya, sehingga ketika musim kemarau
tiba kita tidak akan kehabisan air tawar. Itulah fungsi dari hutan secara umum. Lalu,
apakan hutan mangrove ini memiliki fungsi seperti dengan hutan- hutan pada
umumnya? Tentu saja ya, hutan mangrove memiliki fungsinya sendiri. Beberapa
fungsi atau manfaat yang dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah:
1. Fungsi ekonomi. Dilihat dari segi ekonomisnya, hutan mangrove ini memiliki
fungsi sebagai berikut:

 Menghasilkan beberapa jenis kayu yang kualitasnya diakui baik


 Menghasilkan hasil- hasil non kayu. Hasil non kayu yang dihasilkan hutan ini
dikenal sebagi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Hasil hutan bukan kayu ini
biasanya serupa arang kayu, tanin, bahan pewarna, kosmetik, hewan, serta bahan
pangan dan juga minuman.
2. Fungsi ekologis. Dilihat dari segi ekologisnya, hutan mangrove ini memiliki fungsi
sebagai berikut:

 Hutan mangrove memiliki fungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi ombak-
ombak laut yang bisa mengikis pinggir- pinggir pantai
 Menjadi habitat berbagai jenis hewan. Hewan- hewan yang hidup di sekitar pantai
antara lain biawak air, kepiting bakau, udang lumpur, siput bakau, dan berbagai jenis
ikan belodok
 Menjadi tempat hidup atau habitat bagi banyak tumbuhan atau flora.
Itulah beberapa fungsi yang dimiliki oleh hutan mangrove. Diantara fungsi- fungsi
yang telah disebutkan, terdapat fungsi utama dari hutan mangrove. Fungsi utama dari
hutan mangrove tersebut adalah melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan,
selain itu hutan mangrove juga meredam gelombang besar termasuk gelombang
tsunami (baca: ciri-ciri terjadinya tsunami). Contoh pemfungsian hutan mangrove
sebagai penghalau gelombang adalah di negara Jepang.
Di negara ini menerapkan green belt atau sabuk hijau yang berupa hutan mangrove
sebagai upaya untuk mengurangi dampak ancaman tsunami. Semntara itu di
Indonesia, terdapat sekitar 28 wilayah yang dikategorikan sebgai wilayah rawan
terkena tsunami (baca: penyebab tsunami). Hal ini karena hutan bakau (baca: ciri-ciri
hutan bakau)  di wilayah tersebut sudah banyak yang dialihfungsikan sebagai tambak,
kebun kelapa sawit, dan lain sebagainya.

7
 Persebaran Hutan Mangrove
Hutan mangrove ini bukanlah hutan yang sulit untuk kita temui keberadaannya.
Ada berbagai wilayah yang memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini tersebar
luas di bagian memiliki iklim cukup panas di dunia. Hutan mangrove ini terutama
banyak di temui di daerah sekitar garis khatulistiwa tau ekuator, yakni daerah yang
memiliki iklim tropis, dan sedikit di daerah yang memiliki iklim sub tropika.
Sementara di Indonesia, adalah negara yang memiliki hutan mangrove terluas di
dunia, yaitu antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar. Luas sekian ini melebihi hutan
mangrove yang ada di Brazil yakni 1,3 jukta hektar, Nigeria yakni 1,1 juta hektar, dan
Australia yakni 0.97 hektar. Luas hutan mangrove yang dimiliki Indonesia ini
memenuhi 25% dari total semua hutan mangrove yang ada di dunia. Meskipun
jumlahnya banyak, namun sebagian dari kondisi hutan mangrove tersebut kondisinya
rusak.
Di Indonesia sendiri, hutan mangrove yang paling luas terdapat di sekitar
Dangkala Sunda yang relatif tenang. Tempat ini juga merupakan tembat bermuaranya
berbagai sungai- sungai besar, yakni di pantai timur Sumatera dan pantai barat serta
selatan Kalimantan. Selain itu hutan mangrove terdapat di pantai utara Pulau Jawa,
namun di wilayah ini kondisi hutan mangrove yang ada telah lama terkikis oleh
kebutuhan penduduknya terhadap lahan yang ada.

8
BAB III
METODE PELAKASANAAN

Metode berasal dari bahasa latin, metodos yang artinya “jalan atau cara”. Akan tetapi
menurut Robert Ulich, istilah metode berasal dari bahasa Yunani: meta ton odon, yang
artinya berlangsung menurut cara yang benar (to proceed according to the right way).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan”. Dengan kata lain
adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedang bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai
“jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainya”.

Dalam Hal Ini Penulis Menggunakan Metode Pendekatan Sosial


Pendekatan Sosial. Yang diaksud dalam hal ini yakni pendekatan terhadap masyarakat
sasaran. Prinsipnya ialah bahwa masyarakat sasaran harus dijadikan subyek dan bukan
obyek. Untuk hal ini masyarakat harus sebanyak mungkin dilibatkan dalam kegiatan
khususnya bagian perancanaan. Maka pada tahap pendekatan sosial ini maka sebaiknya
semua orang yang akan terkena program ini diikutsertakan. Mereka harus menyadari
bahwa mereka menghadapi masalah seperti yang dirumuskan dan merupkan
tanggungjwab bersama. Selanjutnya yakni emita bantuan dari pihak pemeritah atau
aparat daerah setempat. Hal ini sangat perlu ditumbuhkan untuk meningkatkan kesadaran
mayarakat dalam memecahkan masalah yang ada di sekitar mereka khususnya
masyarakat daerah pesisir.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Cara pelaksanaan Ide Penulis


Deforestasi hutan mangrove atau pembukaan lahan di banyak daerah pesisir, seperti di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, untuk pengembangan perikanan dan produksi
arang mengakibatkan penurunan jumlah total ikan yang ditangkap di daerah-daerah
(Supriharyono et al, 1990; ). Hal ini dicatat bahwa sekitar 11.012 Ha daerah mangrove
hilang di Asahan, Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara karena
produksi arang (Kurniawan, 1998). kliring Mangrove untuk industri arang juga
dilaporkan di provinsi Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur (Kasim Moosa et al,
1996).
Perkembangan payau budidaya ikan air, terutama saat permintaan udang pisang
(Penaeus monodon) meningkat di pasar ekspor, rsulted dalam pembukaan beberapa
daerah mangrove. Hutan bakau dipotong dan berbalik intor tambak (tambak). Misalnya,
sekitar 5.000 ha hutan mangrove di Sumatera Utara, 20.000 ha di Riau, 75.000 ha di
Aceh, dan 1.750 ha di Sumatera Selatan telah dibuka untuk pembangunan tambak
(Burdridge et al. 1988).
Hal di atas membuat penulis ingin merekonstruksi cara meminimalisir hingga
mencoba menyelesaikan masalah di atas dengan melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses
yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari
definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir diri masyarakat.
Dalam hal ini melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tiga tujuan dalam
mencegah pembalakan hutan mangrove diantaranya:
1. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam hal mengembangkan sumber
daya masyarakat untuk mengolah hutan mangrove tanpa merusaknya dengan
memberi sosialisasi dan pengarahan bagaimana pengelolaan mangrove sesuai
prinsip lingkungan AMDAL tanpa merusak mangrove dan makin

10
mengembangkan mangrove tidak hanya dari faktor lingkungan yang baik juga
pengembangan tingkat kualitas dan taraf ekonomi masyarakat.
2. Mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih peduli terhadap alam yang
dihuninya. Jika masyarakat telah mendapat bukan tidak mungkin mereka akan
menjaga keadaan lingkungan mereka agar tetap stabil dn memberikan
pengaruh lebih terhadap kelanjutan lingkungan mereka.
3. Mengorganisir masyarakat dalam tahap konservasi lahan hutan mangrove
agar lebih terorganisir dan lebih berkembang juga dapaat dijadikan objek
pariwisata yang dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Kegiatan ini perlu mendapaat dukungan dari berbagai pihak agar terjalin dengan
baik. Pihak tersebut diantaranya masyarakat pada umumnya dn juga aparatur negara
terkhususnya dalam upaya pengemabngan sumber daya masyarakat yang sesuai
dengan Undang – Undang Dasar 1945.

11
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana Mangrove Forest Kliring berarti usaha pembukaan hutan bakau dalam
upaya alih fungsi lahan dengan berbagai sistem. Banyak peneliti, misalnya Soegiarto dan
Polunin, 1982; KLH, 1993, telah melaporkan bahwa mangrove, sebagai bagian dari
ekosistem, memberikan potensi ekonomi yang berharga di daerah pesisir, karena sistem ini
mengandung produktivitas laut tinggi, seperti ikan, udang, lobster, moluska, dan kura-kura.
Sayangnya, tribun bakau sering dipotong karena beberapa alasan. Banyak bukti membuktikan
bahwa persentase hidup cakupan bakau menurun, baik karena langsung dan tidak langsung
efek dari aktivitas manusia di daerah pesisir.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya penaganan hal tersebut dengan melibatkan
sumber daya manusia yang ada. Penulis memberikan solusi dengan dilakukan pembinaan dan
pengembangan kegiatan masyarakat tidak hanya memanfaatkan mangrove sebagai
penyeimbang lingkungan tetapi juga penggerak roda perekonomian masyarakat pesisir yang
tetap berbasis lingkungan sesuai dengan prinsip AMDAL dalam mencegah dampak yang
lebih besar terhadap lingkunga sekitar.

B.Saran
Dalam menyikapi masalah di sekitar pesisir khususnya mangrove forest kliring, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :

a. Masyarakat sekitar harus sebanyak mungkin dan sejauh mungkin dilibtkan karena
disini peran masyarakat cukup berpengaruh terhadap keberhailan program ini.
b. Aparatur pemerintah setempat sebagai subyek pendukung dalam kegiatan ini yng
mencakup penggerakan seluruh masyarakat sekitar.
c. Organisasi lainnya yang ingin berpartisipasi langsug dalam pengembangan
masyarakat pesisir.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove
https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-kind/3-ide-pemberdayaan-masyarakat-
melalui-wirausaha-sosial.page
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-pemberdayaan-masyarakat-
dan-contohnya/
http://www.sapa.or.id/lp/116-pjb/1650-pemberdayaan-masyarakat-melalui-
pengorganisasian

13
14

Anda mungkin juga menyukai