Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP SOSIALISASI PKLH DISELURUH PELOSOK TANAH BAIK DILUAR


SEKOLAH MAUPUN SEKOLAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Dosen Pengampu :
Carolina P. Ngantung S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Rike Trisanti Patibang (21508003)
Veronika Velani Mintang (19508022)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul KONSEP SOSIALISASI PKLH DISELURUH PELOSOK TANAH BAIK
DILUAR SEKOLAH MAUPUN SEKOLAH dalam rangka untuk memenuhi tugas
matakuliah PKLH.

Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari


bantuanbanyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepadapihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak


kekuranganmengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkanadanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai
masukan bagikami.

Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
padaumumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Tondano, 19 Maret 2022

Penyusun

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Sosialisasi PKLH..................................................................................................................2
B. Sosialisasi PKLH melalui Jalur Pendidikan Sekolah...........................................................4
C. Sosialisasi PKLH melalui Jalur Pendidikan Luar Sekolah...................................................7
D. Implementasi PKLH...........................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
A. KESIMPULAN...................................................................................................................15
B. SARAN...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk suatu negara serta sumber-sumber kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, merupakan modal dasar dan faktor yang sangat penting peranannya dalam
menunjang pembangunan. Modal dasar tersebut harus terus-menerus dipertahankan, dengan
cara peningkatan kualitas penduduk (sumber daya manusia) serta menjaga lingkungan hidup
dari kerusakan dan pencemaran. Berbagai permasalahan kependudukan dan lingkungan
hidup harus dapat diantisipasi dan dipecahkan secara bijaksana. Cara antisipasi dan
pemecahan masalah tidak cukup hanya berupa usaha-usaha yang bersifat teknis-mekanis
seperti pengendalian banjir, pengolahan. limbah dan reboisasi, melainkan harus secara
komprehensif dengan upaya yang bersifat edukatif-persuasif untuk membina sikap dan
perilaku penduduk yang positif dan bertanggungjawab terhadap masalah-masalah tersebut.
Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup (PKLH) merupakan salah satu cara
dalam upaya tersebut. Saat ini negaranegara sedang mengalami banyak krisis anggaran,
namun pendidikan tetap merupakan alternatif cara untuk meningkatkan kualitas. sumberdaya
manusia (SDM) melalu: investasi jangka panjang termasuk dalam bidang kependudukan dan
lingkungan hidup. Hal inilah yang mendorong timbulnya gagasan di antara para pendidik
maupun pemerhati masalah kependudukan dan lingkungan hidup untuk menyarankan
perlunya sosialisasi dan implementasi program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (PKLH).
Sosialisasi PKLH ditempuh dengan berbagai strategi dan melalui berbagai saluran yang
relevan baik dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah Sedapat mungkin semua
jalur pendidikan dan pembinaan yang ada dapat digunakan sebagai saluran informasi bagi
sosialisasi PKLH baik di sekolah maupun luar sekolah.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sosialisasi PKLH dapat terwujud ?
b. Bagaimana sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan sekolah ?
c. Bagaimana sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan luar sekolah ?
d. Bagaimana implementasi PKLH ?
C. Tujuan
1. Supaya penulis dan pembaca memahami sosialisasi PKLH agar dapat terwujud
2. Supaya penulis dan pembaca memahami sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan
sekolah
3. Supaya penulis dan pembaca memahami sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan luar
sekolah
4. Supaya penulis dan pembaca memahami implementasi PKLH

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sosialisasi PKLH

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) adalah suatu program


kependudukan untuk membina anak didik memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan
perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara
penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Pendidikan lingkungan hidup meletakkan sasaran utamanya pada upaya perubahan sikap
dan perilaku pada masalah pengelolaan sumber daya alam secara rasional dan tanggung
jawab.
Masalah kependudukan dan lingkungan hidup pada hakikatnya menjadi tanggung
jawab semua orang, bukan hanya para pejabat dan pegawai pada instansi pemerintah
yang terkait. para ahli, dan organisasi pecinta alam. Dengan demikian sangat perlu
adanya upaya membina wawasan dan kepedulian masyarakat, agar semua anggota
masyarakat dengan kemampuan dan peranannya masing-masing mampu berpartisipasi
dalam mencegah dan mengatasi masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup.
Untuk itulah diperlukan suatu upaya sosialisasi yang luas dan berkesinambungan dengan
memanfaatkan semua jalur yang memungkinkan. Emil Salim (1988:175) mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut.
Manusia menjadi objek dalam kegiatan sosialisasi. pendidikan. latihan, uluhan
dan sebagainya sehingga sikap hidup dan sistem nilai generasi ke generasi berikutnya
yang berguna untuk merangsang timbulnya kesadaran dan kepedulian terhadap
masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup.

Sihat Situmorang (1983: 98) mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses


penyebarluasan pengetahuan di masyarakat sehingga pengetahuan tersebut menjadi nilai-
nilai tata cara kehidupan dan membentuk kepribadian anggota masyarakat baik sebagai
individu maupun anggota kelompok. Sosialisasi PKLH dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan pengetahuan, nilai-nilai peraturan kependudukan dan lingkungan hidup
dengan tujuan agar masyarakat memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan tindakan
yang rasional dan bertanggungjawab, serta berpartisipasi aktif baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dalam menangani berbagai masalah kependudukan
dan lingkungan hidup. Setiap program kegiatan yang baik selalu mempunyai tujuan yang
dirumuskan secara jelas Berkaitan dengan ini, tujuan sosialisasi PKLH dapat dirinci
sebagai berikut :

1. Tujuan Umum
a. Pengetahuan, ialah mengembangkan pengetahuan, peranan dan tanggung-jawab
masyarakat terhadap masalahmasalah yang timbul berkaitan dengan aspek
Kependudukan dan lingkungan hidup.

2
b. Kesadaran. yaitu mengembangkan kesadaran serta kepekaan masyarakat secara
pribadi maupun kelompok terhadap masalah-masalah kependudukan dan lingkungan
hidup.
c. Sikap. mengembangkan sikap positif masyarakat dalam menghadapi permasalahan
kependudukan dan lingkungan hidup, serta secara aktif ikut peduli memperbaiki
ketimpangan yang terjadi.
d. Keterampilan, yaitu ingin mengembangkan keterampilan masyarakat untuk mencari
jalan keluar dan memecahkan masalah kependudukan dan lingkungan hidup e.
Partisipasi, yakni mengembangkan tanggungjawab dan keikutsertaan dengan
kemampuan yang dimiliki menghadapi masalah kependudukan dan lingkungan hidup.

2. Tujuan Khusus
Dengan sosialisasi PKLH diharapkan seluruh anggota masyarakat memiliki
pengetahuan yang benar tentang masalah-masalah kependudukan dan lingkungan
sehingga akan terbina sikap dan perilaku vang positif dan bertanggungjawab terhadap
masalah tersebut, serta mampu dan mau berpartisipasi secara aktif mengatasinya,
termasuk meneruskan nilai-nilai PKLH kepada anggota masyarakat yang lain dan
generasi mendatang.
Menurut pendapat Sorjono Soekanto, sosialisasi nilainilai tertentu akan
menghasilkan tingkat kesadaran dan kepatuhan tertentu yang apabila diklasifikasikan
dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
a) Indoktrinasi (Indoctrination). yaitu seseorang atau masyarakat mematuhi kaidah
atau nilai-nilai, karena orang atau masyarakat tersebut didoktrin untuk berbuat
demikian. Sejak kecil manusia dididik harus mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku
dalam masyarakat.
b. Pembiasaan (Habitation), yaitu dasar kepatuhan pada nilai-nilai dan peraturan
karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, maka lama-kelamaan menjadi suatu
kebiasaan untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.
c. Identifikasi Kelompok (Group Identification), dasar kepatuhan seseorang karena
sebagai tolorensi atau mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak orang di dalam
kelompok pergaulannya
d. Kegunaan (Utility), ialah dasar kepatuhan terhadap nilainilai disebabkan oleh karena
mengetahui kegunaan kaidah-kaidah tersebut

Selama ini ketaatan masyarakat terhadap nilai-nilai kependudukan dan lingkungan


hidup pada umumnya berada pada taraf indoctrination, hahituation, dan group
identificanon. Kepatuhan terhadap ketentuan kependudukan dan lingkungan hidup
dibentuk dengan lebih didasari oleh doktrin, rasa takut terhadap akibat dan sanksi yang
akan dikenakan jika terjadi pelanggaran atas ketentuan yang ada. Padahal sanksi
diharapkan hanya sebagai sarana, bukan tujuan agar masyarakat melaksanakan nilai-nilai
dudukan dan lingkungan hidup. Harapan kita adalah terbentuknya kepatuhan masyarakat
pada taraf utility ialah masyarakat melaksanakan ketentuan kependudukan dan

3
lingkungan hidup karena didasari oleh penjiwaan dalam dirinya. akan manfaat yang
diperoleh Oleh karena itu, melalui sosialisasi PKLH diharapkan dapat mencapai
keinginan tersebut Sedapat mungkin semua jalur yang relevan untuk pelaksanaan
sosialisasi PKLII, dapat dimanfaatkan baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun luar
sekolah.
B. Sosialisasi PKLH melalui Jalur Pendidikan Sekolah

Sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan sekolah diharapkan dapat dilaksanakan


secara baik dengan memanfaatkan semua jenjang dan jenis pendidikan, dengan maksud
agar dapat memanfaatkan setiap kesempatan untuk membina pengetahuan dan kesadaran
tentang kependudukan dan lingkungan hidup. Di tingkat perguruan tinggi PKLH
disampaikan melalui pendekatan monolitik. sedangkan di tingkat sekolah dasar dan
menengah dengan pendekatan integratif.

1. Pendekatan monolitik
Pendekatan monolitik ialah kegiatan sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan
sekolah (termasuk Perguruan Tinggi) yang didasarkan pada pemikiran bahwa setiap
mata pelajaran merupakan sebuah komponen yang berdiri sendiri dan mempunyai
tujuan tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Dengan demikian, apabila sosialisasi
PKLH dilaksanakan dengan pendekatan monolitik, berarti PKLH diajarkan sebagai
sebuah mata pelajaran/kuliah yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, pendekatan
monolitik dapat ditempuh dengan cara. membangun disiplin ilmu atau sebagai mata
kuliah yang berdiri sendiri dan kedudukannya dalam kurikulum adalah sama dengan
mata pelajaran lain. Idealnya PKLH menjadi bidang studi atau mata pelajaran
tersendiri, agar kesempatan untuk menginformasikan pesan dan membina kepedulian
peserta didik dapat dikembangkan secara lebih intensif.
Dengan pendekatan monolitik berarti akan menambah beban studi bagi peserta
didik dan juga menambah beban tugas bagi pendidik atau menambah tenaga pengajar
secara khusus. Nampaknya hal ini sulit untuk dilaksanakan karena kurikulum sekolah
dewasa ini terlalu syarat muatan. Sosialisasi PKLH secara monolitik baru
dilaksanakan di beberapa perguruan tinggi, di mana PKLH merupakan sebuah mata
kuliah yang berdiri sendiri dan menjadi komponen dari kurikulum Mata Kuliah
Umum (MKU) yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa.

2. Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif ialah sosialisasi PKLH di sekolah (termasuk PT) dengan
teknik memadukan atau mengintegrasikan materi PKLH ke dalam materi bidang studi
atau mata pelajaran lain yang relevan. Berbagai bidang studi atau mata pelajaran di
tingkat SD, SLTP, SMU/SMK cukup strategis menjadi induk integrasi, misalnya
Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, IPA, IPS, serta Olah
Raga dan Kesehatan. Sementara di perguruan tinggi, dewasa ini ada beberapa kampus
melaksanakan PKLH secara monolitik sebagai bagian dari kelompok Mata Kuliah
Umum. Namun pada kebanyakan perguruan tinggi belum melaksanakan PKLH, maka

4
sebenarnya dapat ditempuh dengan pendekatan integratif, yaitu menyampaikan materi
PKLH terintegrasi dengan mata kuliah yang relevan.
Harapan yang pantas dikemukakan di sini, bendaknya para guru dan dosen
memiliki kesadaran yang tinggi untuk membina pengetahuan dan kesadaran
kependudukan dan lingkungan hidup melalui pendekatan integratif ini. Integrasi bukan
sekedar menyisipkan bahan atan materi PKLH pada setiap kali guru mengajar. Integrasi
yang diharapkan adalah integrasi konseptual yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis herdasarkan kurikulum yang berlaku sehingga baik tujuan maupun materi
kedua pokok bahasan (dari bidang studi dan PKLH) benar-benar menyatu, saling mengisi
serta memperkaya pengetahuan dan pemahaman para peserta didik. Untuk mewujudkan
harapan tersebut, teknik pengintegrasian harus tercermin dalam empat hal, yaitu:
1. integrasi dalam kurikulum (GBPP)
2. integrasi dalam satuan pembelajaran (SP) sebagai penjabaran dari GBPP yang
telah terintegrasi
3. integrasi dalam proses pembelajaran sebagai pelaksanaan dari SP yang
terintegrasi.
4. integrasi dalam penilaian, baik dalam penilaian formatif maupun penilaian
sumatif.
Secara lebih rinci, berikut ini dikemukakan beberapa langkah praktis yang perlu
dilakukan oleh pendidik ketika bermaksud melaksanakan sosialisasi PKLH secara
integratif :
1. Pendidik perlu memperteguh kesadaran bahwa materi PKLH penting untuk
diberikan kepada peserta didik, bagaimanapun tekniknya.
2. Pendidik menyeleksi materi-materi PKLH yang relevan dengan pokok bahasan
pada pelajaran atau mata kuliab tempat integrasi.
3. Pendidik perlu menguasai materi PKLH dengan cara mempelajari buku-buku
kependudukan dan lingkungan hidup, ataupun mengikuti berbagai pemberitaan
media massa tentang berbagai kasus yang terkait dengan PKLH.
4. Pendidik mampu merumuskan satuan pembelajaran secara integrasi. Hal ini perlu
dilakukan agar para pendidik senantiasa ingat akan tugas sosialisasi PKLH. Setiap
membaca satuan pembelajaran itu, maka di sana termuat acara untuk sosialisasi
PKLH
5. Pada saat dilakukan evaluasi baik pada saat tes formatif maupun tes sumatif, para
pendidik sangat dianjurkan untuk memhuat soal-soal PKLH yang diintegrasikan
ke dalam soalsoal tes mata pelajaran utama. Dengan demikian di satu sisi
pendidik dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
PKLH, dan di sisi lain peserta didik menganggap bahwa materi PKLH adalah
bagian penting dari pelajaran.
6. Para pendidik dapat melaksanakan berbagai studi kasus, bimbingan dan
keteladanan, agar peserta didik mengetahui secara empiris contoh permasalahan
kependudukan dan lingkungan hidup yang ada di masyarakat, dan mampu
menemukan alternatif pemecahannya.

5
Pembelajaran PKLH dengan pendekatan integratif di dalam berbagai bidang studi
yang relevan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1. Ada bagian-bagian materi (yang kurang paforit) tidak tersampaikan, sementara


ada beberapa bagian materi (yang cukup paforit) tersampaikan secara tumpang
tindih oleh beberapa orang pengajar.
2. Materi PKLH yang sudah disampaikan secara integratif tidak dievaluasi
sebagaimana materi bidang studi induk.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pendekatan integratif menuntut
konsekuensi adanya "team teaching” dari para pengajar bidang studi yang dijadikan
induk integrasi. Team ini sangat diperlukan bukan pada proses pembelajaran, melainkan
pada tahap pengembangan rencana pembelajaran. Seluruh komponen materi PKLH
didistribusi kepada pengajar bidang studi sesuai dengan relevansinya Misalnya, masalah
jumlah, persebaran dan urbanisasi diintegrasikan ke dalam Geografi; tingkat kelahiran
dan kematian masuk ke dalam Biologi, Perusakan ozon dan hujan asam masuk Kimia,
Perusakan tanah dan air serta pemanasan global masuk fisika. Proses pembelajarannya
dilaksanakan oleh masing-masing pengajar yang bersangkutan, beserta evaluasinya untuk
mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Tanggungjawab penyampaian PKLH
melalui pendekatan integratif ini diserahkan sepenuhnya kepada integritas guru dalam
kapasitasnya sebagai pendidik. Mendidik berati mengembangkan seluruh aspek
kehidupan siswa baik aspek intelektual, sikap, maupun perilakunya.
Dalam suasana yang senantiasa menuntut adanya peningkatan kepedulian
masyarakat terhadap masalah kependudukan dan lingkuntgan hidup seperti sekarang ini,
jalur pendidikan sekolah diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam membina
para peserta didik. Hal ini penting, oleh karena usaha yang dilaksanakan sejak dini akan
lebih baik hasilnya. Untuk membina kepedulian kependudukan dan lingkungan hidup,
juga lebih baik apabila dilaksanakan sejak dini, sehingga generasi muda menuiliki konsep
pengetahuan, kesadaran, wawasan, sikap dan perilaku yang relevan dengan tujuan
peningkatan kualitas penduduk dan pelestarian lingkungan hidup. Pemikiran ini sejalan
dengan pendapat Soedjiran Resosoedarno (1985:174) sebagai berikut:
Perubahan konsep pengetahuan, kesadaran dan mental manusia tidak dapat
berjalan atau berlangsung dalam satu hari, akan tetapi memerlukan waktu
panjang. Salah satu usaha meningkatkan perubahan ke arah pengatahuan,
kesadaran, mental kependudukan dan lingkungan hidup yang lebih positif adalah
pelaksanaan sosialisasi PKLH kepada masyarakat Indonesia mulai sedini
mungkin, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Melalui upaya pembinaan yang dilaksanakan sejak dimi, diharapkan generasi
mendatang memiliki kepedulian yang tinggi untuk menjunjung azas keserasian,
keselarasan, kelestarian, dan kualitas kependudukan dan lingkungan hidup.

6
C. Sosialisasi PKLH melalui Jalur Pendidikan Luar Sekolah

Kebijaksanaan pemerintah dalam hal penanganan masalah-masalah


kependudukan dan lingkungan hidup sudah tersedia, tinggal kesadaran masyarakat yang
senantiasa harus dibina. Upaya pembinaan kependulian terhadap masalah kependudukan
dan lingkungan hidup di samping melalui jalur pendidikan sekolah, dapat pula
dilaksanakan melalui jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan ini secara
konseptual sering diabaikan, padahal kalau dilaksanakan dengan baik, hasilnya akan
cukup memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan:
7. jangkauan sasarannya sangat luas, mencakup seluruh komponen masyarakat dan
meliputi penduduk pada semua kategori usia.
8. strategi dan pendekatan yang dipih sangat bervariasi dan ini bisa disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
9. kesempatan "belajar" di masyarakat lebih banyak daripada di sekolah.

Suatu kelebihan manusia adalah dimilikinya kapasitas untuk belajar. Dengan


menggunakan kemampuan belajarnya manusia dapat mengembangkan diri seluas-
luasnya. Belajar bukan merupakan pertumbuhan alami, sebagaimana anak yang tumbuh
fisiknya menjadi lebih tinggi dan lebih besar. Belajar menunjuk pada suatu perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
Sosialisasi PKLH melalui jalur pendidikan luar sekolah berarti memberi
kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi dan
untuk "belajar" tentang. masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Sosialisasi dapat
dilakukan melalui kegiatan komunikasi baik secara formal maupun informal. Proses
komunikasi formar dimaksudkan adalah proses penyampaian informasi/pesan kepada
masyarakat yang disengaja dan terprogram, seperti penyuluhan, sarasehan, pemutaran
film (layar tancap), pemutaran vidio, dsb. Dalam bal ini ada tiga komponen yang saling
berinteraksi yaitu pembawa atau sumber informasi, isi informasi, dan penerima
informasi. Sumber atau pembawa informasi mempunyai peran aktif yang sangat besar
dalam proses sosialisasi ini, tetapi penerima informasi juga tidak kalah penting, justru
menjadi dasar dalam penentuan strategi atau metoda penyampaian yang akan digunakan.
Rogers menyatakan bahwa di dalam masyarakat, manapun selalu terdapat dua golongan
orang yang berbeda. tingkat kekosmopolitannya (Cosmopoliteness).
Berdasarkan hal tersebut, maka secara kasar dapat dianalogkan bahwa pedesaan
adalah masyarakat lokalit dan perkotaan adalah masyarakat kosmopolit, keduanya
mempunyai karakteristik yang berlawanan. Masyarakat pedesaan bersifat homogen,
tertutup, statis, dan ikatan antar pribadi sangat kental. Masyarakat kota bersifat heterogen,
terbuksa, dinamis dan ikatan antar pribadi kurang kuat. Dengan demikian maka untuk
masyarakat pedesaan strategi atau metoda penyampaian informasi yang cocok yang
bersifat statis dan homogen dengan strategi/metode yang sudah biasa digunakan (tidak
asing), seperti metode ceramah. Demikian pula pembawa informasi yang disukai adalah
tokoh-tokoh yang sudah dikenal. Di masyarakat perkotaan dengan sifatnya yang

7
kosmopilit lebih menyukai sesuatu yang baru, yang berbeda dari keseharian dan yang
bersifat dinamis, seperti metode diskusi, seminar, talk-show, dan sejenisnya.
Sosialisasi PKLH tidak lain adalah proses pendidikan. Menurut Ki Hadjar
Dewantara ada tiga puasat pendidikan (tri pusat pendidikan), yaitu sekolah, keluarga dan
masyarakat. Jadi di luar sekolah masih ada dua pusat pendidikan yaitu keluarga dan
masyarakat. Di dalam Lingkungan keluarga sosialisasi PKLH ditujukan kepada seluruh
anggota keluarga terutama anak. Dalam hal ini anak sebagai penerima informasi/pesan,
dan orang tua sebagai sumber/pembawa pesan. Berdasarkan sifat hubungan orangtua-
anak di dalam keluarga, maka strategi pendidikan yang paling efektif adalah keteladanan
contoh (ucapan, sikap, tindakan) orang tua sehari-hari. Contoh dari orang tua akan
langsung ditangkap dan ditiru oleh anak dari hari ke hari sehingga menjadi kebiasaan
(habit). Ketika perkembangan intelektual anak telah sampai pada tingkat berfikir
kritis/rasional, anak akan menyadari bahwa kebiasaan keluarganya adalah benar, dan
akan diteruskan dalam kehidupannya bahkan menurun kepada generasi berikutnya. Jadi
sosialisasi PKLH di lingkungan keluarga menjadi tanggungjawab orang tua.
Pusat pendidikan ke tiga adalah masyarakat. Di dalam masyarakat sosialisasi
PKLH dapat melalui komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal dapat secara
lansung dan tidak langsung. Secara langsung berupa penyuluhan atau ceramah dengan
tatap muka, dan secara tidak langsung yaitu melalui media baik elektronik dan media
cetak. Melalui komunikasi formal ini, yang bertanggungjawab adalah tokoh-tokoh formal
di dalam masyarakat (aparat pemerintah setempat). Komunikasi informal dimaksudkan
adalah penyampaian pesan yang tidak disengaja dan tidak terprogram, dengan kata lain
dalam pergaulan sehari-hari. Orang yang bertanggungjawab dalam komunikasi ini
adalkah tokoh-tokoh informal, seperti pemuka adat, pemuka agama, pemuka pendapat,
dan siapun yang mempunyai kepedulian tinggi (concern) terhadap masalah lingkungan.
Sehubungan dengan kekosmopolitan masyarakat, maka komunikasi langsung
dapat diterapkan pada semua sifat masyarakat, sedangkan komunikasi tidak langsung
hanya efektif pada masyarakat kosmopolit (kota), terutama yang melalui media cetak
kominatun Siasah M. 1999: 20). Namun demikian komunikasi tidak langsung
mempunyai jangkuan yang sangat luas tanpa mengenal batas-batas wilayah. Oleh karena
itu jalur komunikasi melalui media masa perlu ditingkatkan pemberdayaannya.
Informasi baru sering pula dinamakan inovasi, oleh karena itu komunikasi untuk
penyebarluasan ide baru kependudukan dan lingkungan hidup di masyarakat, pada
hakikatnya merupakan proses difusi inovasi (penyebaran gagasan/informasi baru). Tugas
dari komunikator pada proses difusi inovasi adalah menyampaikan informasi-informasi
baru agar khalayak sasaran dapat menerima (mengadopsi) inovasi tersebut. Jika
masyarakat mengadopsi nilai-nilai kependudukan dan lingkungan hidup, maka
masyarakat mulai menggunakan nilai-nilai baru itu untuk menggantikan nilai-nilai lama
yang tidak sesuai dengan. kebutuhan pengelolaan kependudukan dan lingkungan hidup.
Keputusan menerima ide baru adalah merupakan proses mental sejak seseorang
mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolak.
Keputusan adopsi inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas.
Berdasarkan penelilitian para ahli komu-nikasi, keputusan seseorang untuk menerima

8
atau menolak inovasi bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan lebih menyerupai
satu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu, dengan
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap kesadaran, yaitu seseorang mengetahui adanya ideide baru, tetapi kekurangan
informasi mengenai hal itu, sehingga ia baru menyadari bahwa ada sebuah ide yang
relatif baru.
2. Tahap menaruh minat, di mana seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan
berusaha mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi itu.
3. Tahap penilaian, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru itu
dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan
keinginan mencobanya ataukah tidak.
4. Tahap percobaan, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil
untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya.
5. Tahap penerimaan, (adopsi) pada tahap ini seseorang menggunakan ide-ide baru itu
secara tetap dan dalam skala yang luas dalam hidupnya.

Konseptualisasi proses adopsi ini, menunjukkan bahwa terjadinya penerimaan


atau penolakan informasi didahului dengan tahapan-tahapan tertentu. Komunikasi dan
penyuluhan tentang informasi baru di bidang kependudukan dan lingkungan hidup, tentu
saja tidak sekedar hermaksud agar masyarakat mengetahui adanya informasi baru
tersebut, namun lebih jauh lagi diharapkan masyarakat mengadopsi dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi PKLH di masyarakat dapat diawali dengan mengkomu-nikasikan dan
memberikan pengetahuan tentang masalah-masalah kepen-dudukan dan lingkungan,
penyebab dan dampaknya bagi manusia (baik di tingkat lokal, nasional maupun global),
serta cara penanggulangannya; kemudian dilanjutkan dengan peraturan-peraturan
mengenai kependudukan dan lingkungan hidup, terutama peraturan dan undang-undang
yang baru. Peraturan-peraturan telah disusun oleh pemerintah dan para wakil rakyat baik
di pusat maupun di daerah, tetapi belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Ketidaktahuan masyarakat atas ketentuan yang mengatur kependudukan dan lingkungan
hidup, tentu dapat menjadi penyebab mudahnya masyarakat melakukan kekeliruan
penanganan masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini,
Koesnadi Hardjasoemantri (1985:97) mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pokokpokok kebijakan di bidang
kependudukan dan lingkungan secara menyeluruh dan peraturan perundang-
undangan secara sektoral yang dilengkapi dengan peraturan pelaksanaan serta
tata cara pelembagaannya perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada
masyarakat secara lebih cepat, agar kesimpangsiuran wewenang dan tanggung
jawab dalam pengelolaan kependudukan dan sumber alam di lingkungan dapat
dikurangi.

9
Proses komunikasi untuk penyebaran informasi kependudukan dan lingkungan
hidup dalam kedudukannya sebagai bentuk "pembelajaran secara nonformal, perlu
direncanakan dengan baik. Dalam rangka upaya meningkatkan efektivitas komunikasi
tersebut terlebih dahulu perlu ditentukan topik atau isu sentral yang bendak disampaikan,
analisis masalah komunikasi, serta perencanaan strategi komunikasi.
1. Penentuan topik atau isu utama yang dikomunikasikan, ialah kegiatan untuk
mengidentifikasi dan memilih pesanpesan kependudukan dan lingkungan hidup yang
diprioritaskan untuk segera diketahui oleh masyarakat. Dalam hal ini, para
komunikator sebaiknya tidak secara sepihak menentukan isu utama tersebut. Perlu
dilakukan identifikasi dengan prosedur audience research secara sederhana, yakni
mengkaji dan mengidentifikasi masalah kependudukan dan lingkungan hidup yang
ada atau ingin diketahui oleh masyarakat. Jadi materi "pembelajaran" diangkat dari
realita atau prakarsa masyarakat sendiri (self initiated). Oleh karena "pembe-lajaran"
diprakarsai oleh masyarakat sendiri (bottom-up), maka masyarakatlah yang
mengetahui apakah informasi itu penting atau tidak, menarik atau tidak. Tetapi ketika
ada informasi dari pemerintah atau ada kebijaksanaan baru yang perlu diketahui oleb
masyarakat, maka komunikator dapat memprioritaskan pesan seperti ini (top-down),
sambil tetap memperhatikan masalah yang muncul dari masyarakat.
2. Analisis masalah komunikasi, dalam hal ini, sebelum proses komunikasi untuk
penyebaran informasi kependudukan dan lingkungan hidup itu dilaksanakan,
diperlukan kegiatan untuk menganalisis secara objektif dan bersifat Prediktif atas
permasalahan- permasalahan komunikasi analisis masalah komunikasi dilakukan
dengan basis dasar elemen komunikasi yaitu Komunikator, Komunikan, Pesan dan
Saluran. Contoh hasil analisis adalah sebagai berikut:
a. Analisis pada Komunikator
1. Aspek positif, yaitu:
a) Tersedianya tenaga komunikator bidang kependudukan dan
lingkungan hidup dari instansi pemerintah yang terkait, tokoh
masyarakat, para pendidik, mahasiswa KKN, anggota organisasi
pecinta alam, para kader kependudukan dan lingkungan hidup, dan
sebagainya.
b) Tersedianya para pengurus organisasi kemasyarakatan yang
memberikan perhatian terhadap masalah kependudukan dan
lingkungan hidup seperti Pengurus Posyandu, Bina Keluarga
Balita, Posyandu Lansia, Koordinator Seksi Lingkungan Hidup
dalam LKMD, dan sebagainya.
c) Tersedianya para pemuka pendapat dan tokoh masyarakat yang
bersedia membantu proses komunikasi tanpa mengharapkan
imbalan meterial.
2. Aspek negatif, yaitu:
a) Pengetahuan bidang kependudukan dan lingkungan hidup yang
kurang memadai.

10
b) Teknik berkomunikasi atau cara menyampaikan informasi yang
kurang baik.
b. Analisis pada Komunikan
1. Aspek positif, yaitu :
a) Motivasi dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan, khususnya
dalam bidang kependudukan dan lingkungan hidup yang cukup
tinggi.
b) Kesediaan untuk menerima informasi baru.
c) Budaya meniru dan meneladani sesuatu yang baik bagi kehidupan
masyarakat.

2. Aspek negatif:

a) Rata-rata pendidikan masyarakat yang relatif rendah.


b) Pandangan hidup yang berorientasi pada masa lalu.
c) Kurangnya kebiasaan membaca.
d) Waktu yang banyak digunakan untuk bekerja guna mencari nafkah.

c. Analisis pada Pesan


1. Aspek positif, yaitu :
a) Adanya pesan-pesan pembinaan kepedulian terhadap masalah
kependudukan dan lingkungan hidup yang dimuat oleh media
massa.
b) Cukup banyak pesan-pesan yang mendukung upaya penanganan
masalah kependudukan dan lingkungan hidup yang berasal dari
budaya atau tradisi masyarakat.
2. Aspek negatif
a) Adanya pesan iklan di televisi yang berkait dengan pola budaya
konsumerisme.
b) Penyebaran pesan yang kurang cepat sebagai akibat peralatan yang
kurang memadai dan tempat tinggal penduduk yang berjauhan.

d. Analisis pada Saluran atau Media Komunikasi


1. Aspek positif, yaitu:
a) Pemilikan media komunikasi radio dan televisi dalam jumlah
relatif cukup.
b) Tersedianya berbagai kegiatan organisasi yang dapat dimanfaatkan
sebagai saluran penyampaian informasi kependudukan dan
lingkungan hidup, seperti kegiatan Posyandu, PKK, LKMD,
Akseptor KB, paguyuban lansia, dan sebagainya.
c) Tersedianya kesenian tradisional yang digemari masyarakat yang
secara fleksibel dapat menyisipkan pesan-pesan kependudukan dan
lingkungan hidup.

11
2. Aspek negatif
a) Tidak meratanya tingkat kepemilikan media di masyarakat,
sehingga dikhawatirkan terjadi kesenjangan informasi.

Dari hasil analisis masalah komunikasi di suatu daerah, diharapkan dapat


disusun perencanaan strategi komunikasi yang tepat.
3. Strategi Komunikasi
Berdasarkan hasil analisis atas berbagai masalah komunikasi pada kondisi masyarakat
Indonesia pada umumnya, maka strategi komunikasi yang dipilih untuk program
sosialisasi dan pembinaan kesadaran kependudukan dan lingkungan hidup melalui jalur
pendidikan non formal di masyarakat, kurang lebih adalah sebagai berikut:
a. Proses komunikasi dilakukan melalui empat tahap dasar, yaitu (1) tahap
penyadaran, (2) tahap percobaan, (3) tahap Adopsi, dan (4) tahap
pemeliharaan. Pada masing- masing tahap dilakukan monitoring dan evaluasi.
Tahap penyadaran terutama dimaksud-kan untuk menyebarluaskan
penyebaran informasi baru kependu-dukan dan lingkungan hidup. Sedangkan
pada tahap pemeli-haraan, diupayakan agar masyarakat mampu melaksanakan
nilai-nilai yang sudah diadopsi. Dengan demikian, komunikasi pada tahap
pemeliharaan dapat berbentuk teguran atau peringatan apabila ada anggota
masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap kaidah kependudukan dan
lingkungan hidup.
b. Proses komunikasi ditekankan untuk memberdayakan dan melibatkan secara
aktif kelompok sasaran, komunikator lebih baik berkedudukan sebagai
fasilitator kegiatan.
c. Teknik komunikasi yang dipergunakan, sejauh mungkin dipilih teknik
komunikasi persuasif. Teknik komnnikasi koersif hanya dilakukan apabila
teknik persuasif terbukti kurang efektif. Teknik komunikasi persuasif adalah
komunikasi dengan tujuan untuk membujuk, membangkitkan pengertian dan
kesadaran, serta dilaksanakan secara halus dan manusiawi. Teknik komunikasi
koersif ialah menyampaikan informasi dengan disertai sanksi-sanksi dan
penekanan-penekanan.
d. Saluran komunikasi lebih banyak digunakan komunikasi personal dan
komunikasi kelompok. Saluran media massa digunakan sebagai media
penunjang, terutama pada tahap penyadaran.
e. Sangat dianjurkan untuk memanfaatkan sarana komunikasi yang sudah
tersedia di masyarakat, misalnya pertemuan rutin PKK, Posyandu, LKMD,
Dasa Wisma, dan sebagainya. dạn
f. Proses komunikasi diharapkan mampu merubah sikap dan perilaku
masyarakat agar lebih rasional dan bertanggungjawab dalam menghadapi
masalah kependudukan dan lingkungan hidup.

12
g. Proses komunikasi dan penyuluhan ini perlu diikuti dengan upaya
penggalangan dukungan, dilaksanakan melalui pendekatan formal dan non
formal Secara formal dukungan program komunikasi untuk sosialisasi dan
pembinaan kependudukan dan lingkungan hidup, dapat diperoleh dari instansi
pemerintah yang terkait, seperti BKKBN, Biro Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan, dan sebagainya. Secara non formal dukungan dapat diperoleh dari
tokoh-tokoh masyarakat, perangkat desa, pengurus berbagai organisasi di
lokasi pembinaan, dan sebagainya.

D. Implementasi PKLH

PKLH adalah suatu program pendidikan untuk membina masyarakat agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang
adanya permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Dengan demikian, PKLH tidak bertujuan menghasilkan manusia
yang ahli menangani masalah kependudukan dan lingkungan hidup, melainkan ingin
menghasilkan manusia yang memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melaksanakan
norma-norma kependudukan dan lingkungan dalam kehidupannya.
Dengan demikian kita sampai kepada implementasi atau pelaksanaan norma-norma
kependudukan dan lingkungan hidup di masyarakat. Permasalahan pokok dalam
implementasi PKLH adalah bagaimana wujud realisasi itu, yakni bagaimana normanorma
kependudukan dan lingkungan hidup itu dijabarkan dalam bentuk kesadaran dan tingkah
laku yang rasional dan bertang gung jawab. Implementasi PKLH dapat dibedakan
macam, yaitu implementasi objektif dan implementasi subjektif.
1. Implementasi PKLH secara Objektif
Implementasi PKLH secara objektif ialah pelaksanaan norma-
norma kependudukan dan lingkungan hidup dalam setiap aspek
penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan Bentuk
realisasinya ialah bagaimana seorang pejabat Atau pegawai
pemerintah melakukan kegiatan kedinasan. formal senantiasa taat
kepada setiap ketentuan, peraturan dan undang-undang yang
mengatur tentang aspek kependudukan dan lingkungan hidup.
Jadi implementasi objektif ini terutama berkaitan dengan
kepatuhan seseorang dalam kapasistas sebagai pelaksana kegiatan
pembangunan, untuk melakukan kegiatan dan mengambil keputusan
sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan negara
Indonesia yang mengatur tentang pengelolaan kependudukan dan
lingkungan hidup. Dengan demikian indikator dari implementasi
PKLH secara objektif ini adalah sejauhmana para penyelenggara
pemerintahan dan penyelenggara negara mampu secara benar
menerapkan ketentuan hukum dan peraturan pemerintah tentang
kependudukan dan lingkungan hidup.

13
2. Implementasi PKLH secara Subjektif
Implementasi PKLH secara subjektif adalah pelaksanaan norma-
norma kependudukan dan lingkungan hidup oleh setiap pribadi
(individu), perseorangan, atau setiap anggota masyarakat.
Realisasinya adalah pada perilaku dalam hidup sehari-hari yang
senantiasa mengindahkan normanorma kependudukan dan
lingkungan.
Dapat ditegaskan, bahwa implementasi PKLH secara subjektif
ini justru lebih penting dari pada implementasi yang objektif, karena
implementasi yang subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan
implementasi yang objektif. Arti nya, apabila pada seluruh anggota
masyarakat sudah tertanam pengetahuan, kesadaran, dan tingkah
laku sesuai norma kependudukan dan lingkungan hidup, maka hal
tersebut menjadi bekal yang amat penting bagi kemampuan orang
yang bersangkutan mengambil keputusan formal sesuai kaidah
kependudukan dan lingkungan hidup.
Apabila masyarakat sudah mampu melaksanakan nilai-nilai
PKLH secara subjektif, berarti masyarakat tersebut akan
mengutamakan perilaku yang sesuai dengan norma kependudukan
dan lingkungan hidup, meskipun tidak ada orang lain yang
mengawasi, serta tidak ada pihak tertentu yang akan memberi sanksi.
Norma-norma kependudukan dan lingkungan hidup sudah menjadi
bagian dari norma moral dan kepribadian yang melekat dalam hati
sanubari yang senantiasa memandu kegiatan dan aktivitas selaras
dengan kaidah kependudukan dan lingkungan hidup.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) adalah suatu program


kependudukan untuk membina anak didik memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan
perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara
penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Sosialisasi
PKLH dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan pengetahuan, nilai-nilai peraturan
kependudukan dan lingkungan hidup dengan tujuan agar masyarakat memiliki
pengetahuan, kesadaran, sikap dan tindakan yang rasional dan bertanggungjawab, serta
berpartisipasi aktif baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dalam
menangani berbagai masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Sosialisasi PKLH
melalui jalur pendidikan sekolah diharapkan dapat dilaksanakan secara baik dengan
memanfaatkan semua jenjang dan jenis pendidikan, dengan maksud agar dapat
memanfaatkan setiap kesempatan untuk membina pengetahuan dan kesadaran tentang
kependudukan dan lingkungan hidup. Kebijaksanaan pemerintah dalam hal penanganan
masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup sudah tersedia, tinggal kesadaran
masyarakat yang senantiasa harus dibina. PKLH adalah suatu program pendidikan untuk
membina masyarakat agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang
rasional serta bertanggung jawab tentang adanya permasalahan kependudukan dan
lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dengan demikian, PKLH tidak bertujuan menghasilkan manusia yang ahli menangani
masalah kependudukan dan lingkungan hidup, melainkan ingin menghasilkan manusia
yang memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melaksanakan norma-norma
kependudukan dan lingkungan dalam kehidupannya.

B. SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Khoiri, M. P., & Septian Peterianus, S. S. (2021). Pendidikan Kependudukan Dan


Lingkungan Hidup. Media Sains Indonesia.
Masruri, B. S. H. M. S. (2014). Pengaruh Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
terhadap Perilaku Peduli Lingkungan. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 11(1).
http://dintagaluh.blogspot.com/p/korespondensi.html diakses pada tanggal 22 mei 2022 pukul
20:22 Wita

16

Anda mungkin juga menyukai