Anda di halaman 1dari 15

TANTANGAN-TANTANGAN DUNIA GLOBAL

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Biologi untuk


Pembangunan Berkelanjutan

Yang dibimbing oleh Drs. I Wayan Sumberartha, M.Si

Oleh:

Kelompok 2

Offering B-BB/ S1 Pendidikan Biologi

Fatimatuzzahro Intan pertiwi 160341606097

Nabila Wahyu Mauliadhani Budiawan 160341606072

Robert Fikri Ahmada 160341505050

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis diberi kesehatan dan kekuatan sehingga
dapat menyelesaikan penulisan makalah “Tantangan-tantangan Dunia Global”.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Biologi untuk Pembangunan Berkelanjutan. Penulisan makalah ini dapat terealisasi
berkat dukungan, motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada.
1. Bapak I Wayan Sumberartha sebagai pembimbing dan dosen pengampu mata
kuliah.
2. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2016
Offering B-BB yang telah banyak berdiskusi dan memberikan motivasi
tersendiri bagi penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan kita.

Malang, 5 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .............................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II ISI
2.1 Keadaan Global Terkait Proses Lama yang Berlangsung pada
Skala Baru……….. .......................................................................................... 4
2.2 Menutup Kesenjangan Pembangunan Berkelanjutan................................. 6
2.3 Konsep Going Forward ............................................................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................................... 23
3.2 Saran ........................................................................................................... 23
Daftar Rujukan .............................................................................................. iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mandatang untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka dibuthkan strategi pelaksanaan, diataranya
terdapat empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang yang diikuti
pendekatan secara ideal. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga pilar
penting yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dijalankan secara
terintegrasi (Wangke dkk, 2013).
Pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit sebagai
perlindungan terhadap perlindungan lingkungan tetapi juga pemahaman
mengenai keterkaitan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan alam.
Munculnya masalah ketersediaan bahan pangan, air, tanah, dan energi
merupakan akibat dari tindakan manusia yang melakukan eksploitasi
secara berlebihan. Melalui konsep pembangunan berkelanjutan,
pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara hati-hati agar
generasi mendatang tetap dapat menikmati kekayaan alam tersebut.
Masalah pembangunan berkelanjutan terkait dengan kemajuan pesat yang
dicapai dalam pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat (Wangke dkk, 2013). Namun sayangnya
semuanya itu diiringi oleh kemunduran kemampuan sumberdaya alam
seperti air, tanah, dan hutan dan terkurasnya sumberdaya alam seperti
perikanan, pertambangan, minyak dan mineral lainnya. Pelaksanaan
pembangunan juga menghasilkan produk sampingan seperti limbah,
sampah, dan buangan baik dalam bentuk padat, cair, gas, maupun tingkat
tekanan dan kebisingan. Yang perlu dijaga adalah agar hasil-hasil
sampingan tersebut tidak melampaui ambang batas dan daya dukung
lingkungan (Abdoellah, 2016).
Keadaan itu akan menjadi beban lingkungan dan sosial yang pada akhirnya
masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban
pemulihannya. Oleh karena itu, pendayagunaan sumberdaya alam sebagai
pokok-pokok kemakmuran rakyat harus dilakukan secara terencana,
rasional, optimal dan bertanggungjawab serta sesuai dengan kemampuan
daya dukungnya serta dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan. Oleh
karena itu makalah ini disusun untuk menjelaskan tantangan-tantangan
dunia global terkait pembangunan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan masalah dalam makalah ini
a. Bagaimana analisis keadaan terkait proses lama yang berlangsung
pada skala baru?
b. Bagaimana cara menutup kesenjangan pembangunan berkelanjutan?
c. Bagaimana konsep Going Forward dalam melestarikan program
pembangunan berkelanjutan?

1.3 Tujuan
Berikut merupakan tujuan dalam makalah ini
a. Mengetahui cara menganalisis keadaan terkait proses lama yang
berlangsung pada skala baru
b. Mengetahui cara menutup kesenjangan pembangunan berkelanjutan
c. Mengetahui konsep Going Forward dalam melestarikan program
pembangunan berkelanjutan
BAB II

ISI

A. Keadaan Global Terkait Proses Lama yang Berlangsung pada Skala Baru
Kami memahami kalimat tersebut sebagai keadaan global terkait dengan
pembangunan berkelanjutan yang sedang gencar dilaksanakan. Dengan adanya
pembangunan berkelanjutan tersebut, terjadi perubahan yang terjadi secara global,
baik itu positif maupun negatif. Banyak masalah yang dihadapi dunia seperti
perubahan iklim, semakin berkurangnya keanekaragaman hayati, kemiskinan,
krisis kepercayaan dan lain-lain (Broman & Robert, 2015 pada Pratiwi 2018).
Pembangunan berkelanjutan merupakan perspektif baru pembangunan yang
berkomitmen memberikan kontribusi untuk masa depan (Walkowiak, 1996 pada
Pratiwi, 2018). Oleh karena itu diperlukan ukuran keberhasilan pembangunan
sebagaimana diuraikan diatas yang selanjutnya pada tahun 2000an dikenal sebagai
tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) yang
pelaksanaannya biasa diukur pada lingkup wilayah negara (Pratiwi, 2018).

Implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia sendiri masih


banyak terjadi permasalahan – permasalahanyang sangat kontradiktif dan tidak
dapat dipungkiri juga banyak menimbulkan konflik – konflik horizontal di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara (Amin, 2018).
Bagaimanapun juga implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia
masih memunculkan kontradiksi yang begitu nyata antara pembangunan di satu sisi
dan perusakan di sisi yang lain baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal
inilah yang harus dijadikan sebuah evaluasi dan perenungan bersama oleh seluruh
pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun pihak – pihak swasta. Ketiga
pihak terkait tersebut haruslah saling bersinergi satu sama lain, duduk bersama-
sama, melakukan konsolidasi guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
yang berkeadilan secara sosial, ekonomi dan lingkungan (Amin 2018).

Terdapat dampak dari pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan baik


itu positif ataupun negatif. Berikut adalah contohnya.
1. Di Indonesia, salah satu contoh implementasi dari pembangunan
berkelanjutan yang menimbulkan kontadiksi adalah pembangunan New
Yogyakarta International Airport. Pembangunan New Yogyakarta
International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Lokasi proyek pembangunan sendiri berada di 6 Desa dalam
wilayah Kecamatan Temon dengan luas keseluruhan lahan 637 hektar
dengan 300 hektar lahan produktif pertanian, 200 hektar area pemukiman
dan sisanya lahan yang diklaim sebagai Pakualaman Groundyang
dimanfaatkan warga sebagai tambak dan vila tempat wisata (Paguyuban
Warga Penolak Penggusuran - Kulon Progo ((PWPP-KP), 2017 dalam
Amin, 2018). Seluas itulah lahan yang dirampas dalam pembangunan
proyek bandara NYIA mencakup populasi sebanyak 11.501 jiwa (5875 KK)
yang pada umumnya bekerja sebagai petani, buruh dan nelayan. Lahan
pertanian pesisir Kulonprogo sangatlah subur dan produktif. Banyak
masyarakat lokal pesisir Kulonprogo juga masyarakat dari luar daerah
pesisir Kulonprogo menggantungkan penghidupannya di wilayah ini. Jika
NYIA dibangun maka, sebanyak 24.000 pekerja pertanian akan kehilangan
mata pencariannya dari produksi terong dan gambas, 120.000 pekerja
pertanian pada produksi semangka dan melon juga akan kehilangan mata
pencahariannya, serta 4.000 pekerja pertanian dari sektor produksi cabai
juga akan mengalami nasib yang sama (Paguyuban Warga Penolak
Penggusuran - Kulon Progo ((PWPP-KP), 2017 dalam Amin, 2018).
Angka-angka tersebut tentunya sangatlah tidak sebanding dengan
lapangan pekerjaan lain yang ada, juga yang nantinya akan ditawarkan
kepada para petani dan warga korban perampasan lahan akan hadirnya
bandara baru untuk kemajuan dan terlebih lagi tidaklah mudah bagi para
warga korban perampasan untuk alih profesi sesuai dengan corak pekerjaan
dan budaya yang ada. Sehingga adalah sebuah paradoks yang sangat
kontradiktif dari tujuan pembangunan berkelanjutan. NYIA diadakan tidak
lain adalah untuk kemajuan dan pertumbuhan ekonomi, namun disisi lain
secara nyata terjadi perampasan dan penghilangan hidup dan penghidupan
terhadap warga lokal. Kemudian bukan saja telah menghilangkan banyak
penghidupan, proyek pembangunan ini juga telah merusak ekosistem
lingkungan. Kawasan pesisir pantai Kulonprogo merupakan bagian dari
gugusan gumuk pasir yang merupakan 1 dari 14 gumuk pasir pantai di dunia
yang memiliki fungsi ekologis sebagai benteng pencegah ancaman bencana
tsunami, pencegah peresapan air laut ke lapisan air tanah dan penghambat
pengikisan daratan pantai (Paguyuban Warga Penolak Penggusuran - Kulon
Progo ((PWPP-KP), 2017 dalam Amin, 2018). Rencana pembangunan
bandara dan konstruksi pembangunannya tentu saja akan menyebabkan
kerusakan pada ekosistem terutama ekosistem pantai pesisir Kulonprogo
dengan gugusan gumuk pasirnya dan secara otomatis akan menghilangkan
fungsi gumuk pasir sebagai ekosistem pantai dan juga secara otomatis akan
menjadikan kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya sebagai kawasan
rawan bencana tsunami dan gempa bumi (Amin, 2018).
2. Redistribusi Aset dan Reforma Agraria untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi dimasyarakat. Menurut Presiden Indonesia caranya adalah dengan
mendistribusikan tanah kepada kelompok masyarakat adat dan pondok
pesantren serta mempercepat sertifikasi tanah. Dengan mengantongi
sertifikat tanah, masyarakat memiliki aset sah. Dalam kesempatan berbeda,
persoalan ketimpangan ini juga disampaikan oleh Menteri Keuangan
(Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Menurut Menkeu, tingkat kemiskinan
dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami penurunan, tetapi
kesenjangan antara penduduk kaya dan penduduk miskin melebar.
Pemerintah berkomitmen untuk melaksanakan agenda pembangunan tanpa
dibayangi permasalahan ketimpangan. kesenjangan antara penduduk kaya
dan penduduk miskin melebar. Pemerintah berkomitmen untuk
melaksanakan agenda pembangunan tanpa dibayangi permasalahan
ketimpangan (Media keuangan, 2017)
B. Menutup Kesenjangan Pembangunan Berkelanjutan

Konsep keberlanjutan paling tidak mengandung dua dimensi : pertama adalah


dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang, kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan
sistem sumber daya alam dan lingkungan (Mawhinney, 2002). Untuk menjadikan
konsep pembangunan berkelanjutan menjadi model yang dapat bermanfaat untuk
perencanaan, Campbell merumuskan model segitiga konflik tujuan pembangunan.
Tujuan pembangunan tersebut yaitu pertumbuhan produktifitas, dan efisiensi ekonomi
(growth); keadilan, pemerataan, peluang ekonomi (equity); kelestarian lingkungan
(environmental protection).

Perumusan konflik tujuan pembangunan menjadi langkah pertama untuk


perumusan kebijakan dan program pembangunan. Tujuan pembangunan berkelanjutan
adalah untuk mengentaskan kemiskinan, menghapuskan kesenjangan sosial dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dari tiga tujuan pembangunan dirumuskan tiga
konflik yang mungkin terjadi dalam praktek. Pertama, konflik pemangunan timbul
akibat benturan tujuan sosial dan tujuan ekologi. Kedua, konflik sumberdaya timbul
akibat benturan tujuan ekonomi dan tujuan ekologi. Ketiga, konflik pemanfaatan dan
penguasaan kepemilikan (property) timbul akibat benturan tujuan ekonomi dan tujuan
sosial. Pembangunan berkelanjutan terdapat pada pusat dari segitiga konflik tersebut.
1. Konflik 1: Konflik pemanfaatan dan kepemilikan (konflik growth-equity) timbul
akibat perebutan pemanfaatan sumberdaya dan kepemilikan (property) seperti
lahan, perumahan, atau ruang publik. Konflik yang terjadi seperti antara
masyarakat dan pengembang, antara pedagang besar dan pedagang kecil. Konflik
ini merupakan tegangan antara kepentingan privat dan kepentingan publik. Pada
kasus ini terdapat kontradiksi properti sebagai barang privat dan barang publik.
Kepentingan privat mendefinisikan property sebagai komoditi privat tetapi pada
saat yang sama menginginkan intervensi pemerintah seperti atas nama kepentingan
publik misalnya dalam penyediaan prasarana jalan dan utilitas.
2. Konflik 2: Konflik sumberdaya (konflik growth-environment) ini merupakan
konflik dalam menentukan prioritas dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Konflik
dirumuskan sebagai benturan antara manfaat ekonomi (economic utility) dan
manfaat ekologi (ecology utility). Konflik ini berkaitan dengan pertanyaan
‘seberapa jauh” pemanfaatan sumber daya alam tetap menjamin tingkat
keuntungan sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan.
3. Konflik 3: Konflik pembangunan (konflik environment-equity) ini timbul akibat
pembatasan pemanfaatan sumberdaya alam yang menyebabkan ketidakadilan atau
hilangnya peluang ekonomi masyarakat. Seringkali terjadi benturan antara
pemeliharaan lingkungan (environmental quality) dengan tuntutan ekonomi
(economic survival) khususnya pada masyarakat miskin di negara sedang
berkembang. Model pembangunan berkelanjutan yang dilihat sebagai proses
pemetaan konflik dalam pembangunan bertujuan sebagai tahap awal untuk
memetakan persoalan pembangunan yang ada dan selanjutnya berguna sebagai
fokus untuk mencari solusi karena pada dasarnya hubungan antara aspekaspek
pembangunan seharusnya bersifat komplementer.

Perencanaan memiliki aspek prosedural dan substantif. Aspek prosedural berkaitan


dengan bagaimana proses pembangunan dijalankan sedangkan aspek substantif
berkaitan dengan objek atau pendekatan pembangunan. Berdasarkan model analisis
pembangunan yang dirumuskan tersebut, maka dapat ditarik beberapa implikasi untuk
perencanaan pembangunan dalam aspek prosedural dan substantif (Nur, 2010). Dalam
aspek prosedural yang terkait dengan proses perencanaan, implikasinya adalah: (1)
dibutuhkan kemampuan untuk menegosiasikan konflik antara berbagai pihak yang
terlibat dalam kasus pembangunan, (2) merumuskan kembali konsep-konsep yang
dipakai dalam pembangunan. Sebagai contoh, konsep daya dukung lingkungan dalam
bidang ekologi tidak bersinggungan dengan konsep keuntungan dalam ekonomi. Oleh
karena itu dibutuhkan konsep atau model ekonomi tentang daya dukung lingkungan,
(3) dibutuhkan mekanisme pengendalian pembangunan untuk mengendalikan
eksternalitas terhadap lingkungan. Eksternalitas lingkungan seharusnya ditanggung
oleh pihak yang menimbulkannya (internalize externalities).

Implikasi perencanaan dalam aspek substantif adalah: (1) diperlukan pengaturan


pemanfaatan lahan terutama untuk kegiatan perdagangan dan perumahan untuk
menjamin peluang yang sama dan keadilan bagi semua penduduk. Sebagai contoh,
ruang pusat kota mestinya diperuntukkan secara adil bagi pedagang besar dan juga
pedagang kecil. Peluang penduduk menengah kebawah dan miskin untuk
mendapatkan perumahan di pusat kota mestinya tetap disediakan dengan berbagai
skema pembiayaan pembangunan, (2) penerapan konsep bioregionalisme yaitu
menerapkan pembangunan berkelanjutan pada komunitas skala kecil yang mampu
melaksanakan otonomi dalam mengelola permukiman dan lingkungannya, dan (3)
mengembangkan teknologi ramah lingkungan.
C. Konsep “Going Forward”

Tracey and Anne (2008) Konsep ini memiliki titik tumpu pada esensi Sustainabel
development (SD) itu sendiri. Bagaimana kedepannya pembangunan yang mecakup
bidang ekonomi yang bersifat partisipatif dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat
dan berkelanjutan yang mencakup lingkungan hidup itu sendiri tetap terjaga, lebih-
lebih meningkat kearah yang positif. Terlepas dari jumlah bantuan, investasi, dan
perdagangan yang terkait pertumbuhan, kesenjangan pembangunan tetap ada. Salah
satu alasannya adalah karena kurangnya koordinasi. Terkadang kebijakan mengarah
pada konflik, seperti ketika Negara donatur memberikan bantuan untuk sistem
kesehatan dan pada saat yang sama mencoba menarik para dokter dan perawat dari
negara berkembang.

Negara-negara mulai membahas apa yang harus terjadi untuk memberikan


bantuan, perdagangan, investasi dan kebijakan ekonomi lainnya tampil lebih baik
untuk mencapai hasil pembangunan yang kekal. Dalam bahasa spesialis, ini disebut
"Koherensi kebijakan untuk pembangunan" yang artinya memastikan bahwa tujuan
ekonomi negara-negara donatur bersifat koheren dan tidak saling melemahkan.
Sebagai contoh:

 Subsidi untuk petani dalam negeri atau nelayan tidak meniadakan keuntungan
dalam membuka pasar dunia.
 Kredit ekspor atau insentif investasi tidak bertentangan dengan tujuan
pembangunan.
 Kebijakan bantuan tidak mengganggu bangunan manusia dan modal sosial, dan
sebagainya

“Memberikan bantuan untuk meningkatkan kemampuan suatu negara untuk


terlibat dalam perdagangan pertanian, sambil mempertahankan hambatan
perdagangan atau langkah-langkah yang mencegah barang negara berkembang keluar
membuat bantuan tidak efisien dan menghambat pertumbuhan".
Menurut pepatah yang banyak dikutip, "Beri seorang pria ikan dan Anda beri dia
makan selama sehari. Ajari dia cara memancing dan Anda memberinya makan
seumur hidup”. Tetapi apakah ini benar? Bagaimana jika dia makan berlebihan? Atau
perahu yang lebih efisien dari tempat lain mengambil semua stok yang dapat diakses?
Atau pestisida dicuci ke tempat berkembang biak dan mengusir ikan?. Mengajari
“cara menangkap ikan” melibatkan lebih dari sekadar mengetahui cara memasang
jaring. Kita harus memahami sifat kritis hubungan - bagaimana segala sesuatu
berhubungan satu sama lain. Dan di sinilah penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan
selama proses pembangunan mengambil maknanya sepenuhnya. Tujuannya bukan
untuk negara berkembang untuk "mengejar ketinggalan" dengan kebiasaan buruk dari
negara-negara industri, tetapi untuk negara-negara berkembang dan maju untuk
bekerja sama dalam melembagakan pertumbuhan berkelanjutan di seluruh bidang.
Jika kita ingin menempatkan negara yang lebih kaya dan lebih miskin pada jalur
menuju pembangunan yang bertahan lama, kita semua harus mulai memancing secara
berkelanjutan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Pembangunan berkelanjutan aebagai tujuan jangka panjang harus di petakan menjadi


segitiga konflik dalam perumusan kebijakan pembangunan dan konflik dalam praktek
pembangunan.
 Perencanaan pembangunan berkelanjutan juga harus memiliki aspek prosedural dan
substantif.
 Konsep Going Forward mengacu pada Koherensi kebijakan untuk pembangunan dimana
keberlanjutan ini dilestarikan dengan jalan keberimbangan dan tidak saling melemahkan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR RUJUKAN

Abdoellah, Oekan S. 2016. Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia: Di Persimpangan


Jalan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Amin, V.J., n.d. Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Kontradiksi 12.
Campbell, Scott. 2003. Green Cities, Growing Cities, Just Cities? Urban Planning and the
Contradiction of Sustainable Development, dalam Fainstein, ed. Reading in Planning
Theory. Oxford: Blackwell Publishers.
Mawhinney, Mark. 2002. Sustainable Development: Understanding The Green Debate.
Oxford: Blackwell Publishers.
Media Keuangan. 2017. Ketimpangan Sosial Ekonomi.pdf, n.d.
Nur, H. 2010. Model Pemetaan Konflik dalam Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan.
TINGKAP VOL. VI No.2.
Pratiwi, N., Santosa, D.B., Ashar, K., 2018. Analisis Implementasi Pembangunan
Berkelanjutan Di Jawa Timur 18, 14.
Strange, T., Bayley, A. 2008. Sustainable Development : Linking Economy, Society,
Environment. OECD Insights: OECD Publishing.
Wangke, Humphrey. 2013. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Implikasinya
Terhadap Indonesia. Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika.

Anda mungkin juga menyukai