Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PROFIL TINGKATAN HABITS OF MIND DAN KECEMASAN KOGNITIF

DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA SMA


1Cahyono
Nugroho
2Robert
Fikri Ahmada
2Mimien Henie Irawati Al-Muhdhar

1
SMAN 8 MALANG
2
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Malang Jalan semarang 05 Malang 65145, Indonesia
Email : robert.fikri.ahmada.1999@gmail.com

Abstrak
Penelitian dengan judul “Analisis Profil Tingkatan Habits Of Mind Dan Kecemasan Kognitif
dalam Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Sma” telah dilakukan pada bulan april 2019. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui Profil Tingkatan Habits Of Mind Dan Kecemasan Kognitif
Dalam Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Sma. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas
XI SMAN 8 MALANG. Sampel penelitian ditentukan dengan purposive sampling yaitu kelas XI
IPA 4. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
skor habits of mind adalah 36.67 % dan kecemasan kognitif 17%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa habits of mind dan kecemasan kognitif siswa kelas XI berada pada kategori sedang.
Kata Kunci : Habits of mind; Kecemasan Kognitif; Biologi

PENDAHULUAN
Kemampuan berpikir siswa tidak terlepas dari bagaimana siswa mengkonstruk
pengetahuannya dan menggunakan pengetahuannya dengan tepat sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi. Sikap siswa yang seperti ini akan membimbing siswa menuju pembiasaan
dalam berpikir yang efektif. Marzano (1994) menjelaskan bahwa asesmen yang dilaksanakan
oleh guru harus bisa mendorong peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi dan mengarahkan
kepada kemampuan penalaran yang tinggi. Selain itu, melalui strategi pembelajaran yang baik
dan terus-menerus akan mempengaruhi dan membentuk kebiasaan berpikir yang efektif dan
efisien bagi siswa. Hal tersebut mendasari pemikiran lebih lanjut bahwa proses belajar siswa
tidak terlepas dari bagaimana kebiasaan siswa dalam berpikir ketika dihadapkan kepada suatu
masalah baik itu berupa penugasan atau ujian. Sikap siswa selama proses belajar ini akan
berdampak pada hasil belajar yang bermakna. Siswa tidak hanya sekedar menghafal atau hanya
untuk memperoleh nilai. Siswa dapat mulai berperilaku produktif untuk mendisiplinkan dan
melatih kecerdasan siswa. Pembiasaan belajar yang seperti ini dikenal sebagai Kebiasaan
Berpikir atau Habits of Mind.
Menurut Marzano (1994), hasil pendidikan yang masih tradisional hanya terfokus pada
berapa banyak siswa dapat menjawab soal dengan benar. Namun, ketika dalam pembelajaran
diikutsertakan Habits of Mind, maka dapat diketahui juga bagaimana siswa berperilaku ketika
siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Kondisi tersebut juga dikemukakan oleh Faleye
(2010) bahwa keberhasilan belajar di sekolah masih berdasarkan tolak ukur hasil tes kognitif.
Hasil belajar siswa ditunjukkan dari perolehan nilai ujian yang tercantum dalam buku raport.
Habits of Mind pada kenyataannya memiliki manfaat yang sangat baik. Penerapan Habits
of Mind akan membantu siswa untuk selalu menggunakan waktunya secara produktif dan
mengasah kecerdasan siswa. Pembiasaan sikap dalam berpikir diperkenalkan oleh Marzano
(1994) sebagai salah satu dimensi belajar. Habits of Mind Marzano terdiri dari 3 kategori
diantaranya adalah crtical thingking, creative thingking dan self-regulation. Pengembangan
ketiga kategori ini diharapkan dapat menuntun siswa menjadi siswa yang cerdas baik itu di
dalam kelas ataupun di lingkungannya.
Pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan prosesnya saja, tetapi juga dilakukan evaluasi
di akhir pembelajaran, hal ini menyebabkan siswa dihadapkan pada ujian atau tes belajar dari
materi khususnya Biologi yang sudah dipelajari selama proses pembelajarannya. Tuntutan
materi Biologi juga turut mempengaruhi sikap siswa dalam menghadapi ujian. Kedua kondisi
tersebut akan dihadapi siswa dengan kecemasan ketika siswa kurang siap dan cenderung santai
selama proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan siswa secara naluriah mengalami
kecemasan kognitif dalam menghadapi ujian-ujian. Bedewy dan Gabriel (2013) menekankan
bahwa kecemasan muncul sebagai respon terhadap ketidakmampuan menghadapi suatu
tantangan. Munculnya kecemasan kognitif pada siswa telah mengarahkan siswa terhadap
ketidakmampuan dalam berkonsentrasi ketika menyelesaikan tes atau ujian. Kejadian ini akan
berdampak pada perolehan hasil yang kurang baik dalam ujiannya . Teori lain yang mendukung
penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cerbin (2011) menjelaskan
bahwa kecemasan siswa mempengaruhi kinerja akademik, persiapan tes, dan tingkat keyakinan
terhadap keberhasilan tesnya. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
kecemasan kognitif, kebiasaan belajar yang didasari oleh habits of mind, dan hasil belajar
merupakan komponen yang mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan kondisi tersebut,
peneliti melakukan pengkajian untuk mengetahui bagaimana profil tingkatan Habits of mind
dan kecemasan kognitif dalam mata pelajaran Biologi pada siswa SMAN 8 Kota Malang.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
metode deskriptif kuantitatif. Metode ini menggambarkan uraian mengenai gejala, fenomena,
atau kondisi nyata dengan mendeskripsikan nilai variabel mandiri, tanpa bermaksud
menghubungkan atau membandingkan (Musfiqon, 2012). Waktu penelitian terhitung sejak
bulan april 2019 di SMAN 8 Kota Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI di SMAN 8 Kota Malang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelas XI
IPA 4 dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan teknik analisis berupa rerata.
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner. Habits of Mind diukur melalui
kuesioner yang yang dimodifikasi dari Habits of Mind’s Marzano. Kuesioner ini terdiri dari 24
butir pernyataan dan diukur menggunakan Guttman-type scale, dimana skala menunjukkan
jawaban pasti dengan tataran ya dan tidak. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur
kecemasan kognitif diadaptasi dari Cognitif Anxiety Test’s Cassady and Johnson yang terdiri
dari 27 butir pertanyaan. Pengukuran skala menggunakan Likert-type scale, dimana A = sangat
tidak setuju, B = tidak setuju, C = setuju dan D = sangat setuju.

HASIL dan PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data mengenai tingkatan habits of mind pada kelas
XI IPA 4 Malang sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil rerata persen Habits of mind’s Marzano
No. Pernyataan Rata-rata
1. Berpikir Kritis
Berupaya mencari keakuratan pada setiap materi. 37.67 %
Mendalami materi secara cermat dan teliti. 37.67 %
Bersikap terbuka terhadap semua pendapat. 38.33 %
Berusaha mencari kejelasan terhadap suatu materi. 37 %
Bertindak tanpa pikir panjang. 37 %
Bertindak ceroboh terhadap suatu pekerjaan. 35.67 %
Mengambil peran ketika keadaan menuntut untuk turut berperan. 37 %

Memberi respon yang sesuai dengan perasaan orang lain. 37.33 %

Mampu menguasai diri ketika emosi. 37.67 %

Memberikan tanggapan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan 37.67 %


orang lain.
Rerata 37.3 %

2. Berpikir Kreatif
Tekun dan gigih 35.67 %
Berpikir diluar batas pengetahuan dalam setiap materi 35.33 %
Berinisiatif dalam berpikir diluar batas kemampuan diri 35.67 %
Membuat standar penilaian bagai diri sendiri 37 %
Yakin terhadap standar penilaian yang sudah dibuat sendiri 36.33 %
Mempertahankan standar evaluasi diri 37.33 %
Menemukan alternatif/cara lain dalam melihat situasi yang sama. 35.67 %
Memiliki inisiatif diluar kebiasaan 35.33 %
Rerata 36.67 %
3. Self-Regulation
Mengatur dan mengontrol pemikiran sendiri 37.67 %
Membuat rencana dengan tepat 38.67 %
Mengidnetifikasi keberadaan sumber daya pembelajaran 38 %
Menggunakan sumber daya yang ada untuk pembelajaran 38.33 %
Menanggapi umpan balik dengan tepat 38 %
Mengevaluasi keefektifan dari perbuatan diri 38.33 %
Rerata 38.67 %
Adopted form : Marzano, R.J., dkk. (1997). Dimensions of learning trainer’s manual.
Alexandria, Virginia USA: Mid-continent Regional Educational.

Data menunjukkan bahwa dari 24 item pernyataan diperoleh hasil dengan kategori tinggi
sebanyak 4 item, kategori sedang sebanyak 14 item, dan kategori rendah sebanyak 6 item
dengan skor terendah sebesar (35.33%) pada item nomor 12 (Berpikir diluar batas pengetahuan
dalam setiap materi) dan skor tertinggi sebesar (38,67%) pada item nomor 20 (Membuat
rencana dengan tepat). Setelah diperoleh hasil rerata skor item pernyataan kuesioner selanjutnya
dihitung rerata skor masing-masing kategori habits of mind. Skor terendah ditunjukkan oleh
kategori creative thingking dengan skor (36.67%) sedangkan skor tertinggi ditunjukkan oleh
kategori Self-Regulation dengan skor (38,67%).

Tabel 2. Hasil Rerata persen Kecemasan Kognitif


No. Pernyataan Rata-rata
1. Saya kurang tidur karena khawatir dengan ujian besok. 16%
2. Saat mengikuti ujian, saya menemukan diri saya bertanya-tanya apakah 14%
siswa lain berprestasi lebih baik daripada saya.
3. Saya lebih paham daripada rata-rata siswa dalam mendapatkan instruksi 22%
ujian yang benar.
4. Saya cenderung membeku pada hal-hal seperti tes kecerdasan dan ujian 18%
akhir.
5. Saya cenderung acuh tak acuh tentang tes daripada rata-rata siswa lain. 8%
6. Selama tes, saya memikirkan konsekuensi dari kegagalan. 24%
7. Pada awal tes, saya sangat gugup sehingga saya sering tidak bisa berpikir 16%
jernih.
8. Prospek mengikuti tes di salah satu program studi saya tidak akan 20%
membuat saya khawatir.
9. Saya lebih tenang dalam menghadapi ujian daripada rata-rata siswa. 12%
10. Saya memiliki lebih sedikit kesulitan daripada rata-rata siswa dalam 10%
mempelajari bab-bab yang ditugaskan di buku teks.
11. Pikiran saya menjadi kosong ketika saya ditekan untuk jawaban pada tes. 26%
12. Selama tes, sering terpikir oleh saya bahwa saya mungkin tidak terlalu 20%
cerdas.
13. Saya lebih unggul ketika menghadapi tes dengan adanya batas waktu. 20%
14. Selama ujian, saya menjadi sangat gugup sehingga saya lupa fakta yang 19%
benar-benar saya ketahui.
15. Setelah mengikuti tes, saya merasa bisa melakukan lebih baik daripada 13%
yang sebenarnya saya lakukan.
16. Saya khawatir cara pengerjaan tes yang saya lakukan kurang maksimal. 17%
17. Sebelum mengikuti tes, saya merasa percaya diri dan santai. 14%
18. Saat mengikuti tes, saya merasa percaya diri dan santai. 23%
19. Selama tes, saya merasa tidak baik. 16%
20. Ketika saya mengikuti tes yang sulit, saya merasa kalah bahkan sebelum 16%
saya memulai.
21. Menemukan pertanyaan yang tidak terduga pada ujian membuat saya 20%
merasa tertantang daripada panik.
22. Saya adalah peserta tes yang buruk dalam arti bahwa kinerja saya pada 20%
tes tidak menunjukkan seberapa banyak saya benar-benar tahu tentang
suatu topik
23. Saya tidak pandai mengikuti tes. 18%
24. Ketika saya pertama kali mendapatkan salinan tes, perlu beberapa saat 12%
untuk menenangkan diri sampai pada titik di mana saya bisa mulai
berpikir jernih.
25. Saya merasa di bawah banyak tekanan untuk mendapatkan nilai bagus 12%
dalam ujian.
26. Saya tidak melakukan tes dengan baik. 18%
27. Ketika saya mengikuti tes, kegugupan saya membuat saya melakukan 18%
kesalahan yang ceroboh.
Adopted from : Cassady, J. C., & Johnson, R. E. (2002). Cognitive Test Anxiety and Academic
Performance. Contemporary Educational Psychology, 27(2), 270–295.
doi:10.1006/ceps.2001.1094.
Hasil menunjukkan bahwa dari 27 item pernyataan diperoleh hasil dengan kategori tinggi
pada item nomor 11 (Pikiran saya menjadi kosong ketika saya ditekan untuk jawaban pada tes)
dengan presentase (26%). Sedangkan kategori rendah didapatkan pada item nomor 5 (Saya
cenderung acuh tak acuh tentang tes daripada rata-rata siswa lain) dengan prsentase (8%).
Kecemasan terbesar berada pada pemikiran berlebih mengenai konsekuensi hasil tas/ujian. Siswa
cenderung berpikiran bagaimana dia bisa mengerjakan, bagaimana jika siswa mendapat hasil jelek
saat pengerjaan tes. Sehingga dari sini siswa merasa tertekan saat memperoleh nilai baik dalam
pelajaran biologi.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari stimulus dan respon yang akan mempengaruhi
tingkah laku siswa selama pembelajaran. Komponen pembelajaran baik berupa tuntutan materi
pelajaran, penugasan, maupun ujian berperan menjadi stimulus dalam proses pembelajaran.
Secara naluriah siswa akan merespon stimulus pembelajaran tersebut dalam bentuk motivasi dan
usaha baik itu mengarah pada yang sifatnya positif ataupun negatif. Pada penelitian ini, habits of
mind dan kecemasan kognitif berperan sebagai respon yang dilakukan oleh siswa ketika
menghadapi tuntutan pembelajaran. Respon akan dibentuk dalam wujud tingkah laku sebagai
upaya menjawab stimulus yang didapatkan. Hal ini bersesuaian dengan teori stimulus respon yang
dikembangkan oleh Pavlov (Dahar, 1988) dalam teori Classical Conditioning maupun oleh
Skinner (Dahar, 1988) dalam teori Operant Conditioning. Berkaitan dengan kedua teori tersebut,
Winkel (1996) menjelaskan mengenai cara belajar sikap dalam pembelajaran bahwa suatu stimulus
akan memberikan respon berupa respon berupa sikap positif atau negatif. Peranan habits of mind
dan kecemasan kognitif dapat direspon secara positif atau negatif oleh siswa tergantung pada
kondisi mental dan kebiasaan berpikir yang mempengaruhi siswa terhadap munculnya respon
sebagai upaya menanggapi stimulus. Winkel (1996)
Rendahnya skor creative thingking menunjukkan bahwa siswa masih belum dapat membawa
diri dalam pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sehingga mereka leluasa untuk
membuka ide kreativitas masing-masing. Padahal, menurut Hammond (2013), untuk dapat
berpikir secara kreatif diperlukan sikap enjoyment dan engagement selama proses pembelajaran.
Seperti yang diungkapkan oleh Flavel (1979) bahwa siswa yang memiliki pemikiran kreatif yang
baik akan membantunya dalam menjawab setiap pertanyaan dengan menghubungkan satu konten
materi dengan materi lainnya secara sistematis. Sebagai contoh dalam materi Biologi, ketika
siswa memahami konsep respirasi sel, maka siswa akan mendahului pemahamannya dengan
penjelasan materi mengenai sistem pencernaan dan struktur sel, kemudian akan
menghubungkannya dengan sistem respirasi. Selanjutnya, siswa dapat menghubungkan konsep
respirasi sel dengan konsep fotosintesis. Hasil penelitian tersebut mendukung peranan penting
habits of mind oleh dan oleh Marzano (1997) sebagai dimensi pembelajaran yang paling dan
Costa dan Kallick (2008) yang menempatkan habits of mind sebagai hasil belajar tertinggi. Teori
habits of mind yang dikemukakan oleh Costa dan Kallick (2008) dan Marzano (1997)
menjelaskan bahwa habits of mind bukan hanya mengenai penguasaan konsep saja, bukan hanya
mengenai sikap saja, ataupun keterampilan saja. Tetapi habits of mind merupakan gabungan dari
semua komponen tersebut yang mengarahkan pada pembentukan kepribadian yang dewasa,
unggul, dan intelektual. Hasil penelitian lain menjelaskan bahwa habits of mind akan terbentuk
melalui asesmen formatif dalam bentuk strategi penugasan (Sriyati, 2011). Apabila penugasan
hanya dilakukan sekali-kali, maka proses yang terjadi pada diri siswa sebatas kesiapan dalam
bertindak yang disebut dengan sikap, sehingga belum mengarah pada suatu tingkah laku atau
kebiasaan.

Stimulus yang didapatkan oleh siswa kelas XI berupa ujian tertulis mata pelajaran Biologi
juga memberikan respon terhadap sisi emosional siswa. Seperti hasil yang diperoleh pada
kecemasan kognitif siswa bahwa ujian yang dihadapi oleh siswa kelas XI pada awalnya dianggap
oleh siswa sebagai masalah yang belum siap mereka hadapi. Maka, sisi emosional siswa
meresponnya secara naluriah dalam bentuk kecemasan kognitif. Stuart dan Laraia (dalam Eka,
2012) menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kecemasan ringan adalah siswa dapat
menjadi waspada menghadapi masalah dan menyikapinya dengan meningkatkan motivasi dalam
berusaha. Kecemasan yang dirasakan siswa akan menuntunnya pada pemilihan sikap yang
mengarahkan siswa untuk menghadapi tantangan sebagai sisi positif atau justru sisi negatif
(Keith, 2003). Hal ini ddidukung oleh teori kecemasan yang menyatakan bahwa kecemasan
memiliki dua kontrol yaitu kontrol positif dan kontrol negatif. Berkaitan dengan hal tersebut,
Costa dan Kallick (2008) menjelaskan bahwa dasar dari habits of mind mengacu pada kebiasaan
mental. Hal ini berarti bahwa ketika siswa mengalami kecemasan kognitif yang cukup
mengganggu maka secara tidak langsung akan mempengaruhi mental siswa. Pada kondisi
tersebut dapat dikemukakan bahwa kecemasan muncul sebagai respon terhadap tekanan yang
mengakibatkan dampak negatif (destress) sebagai kontrol negatif atau dapat memberikan dampak
positif (eustress) sebagai kontrol positif.

Hasil belajar, habits of mind, kecemasan kognitif, dan komponen lainnya memiliki saling
keterikatan dan hal yang menjadi dasar dari komponen di atas adalah kondisi mental yang
selanjutnya akan mempengaruhi pola pikir siswa (Takerek, 2018). Pola pikir akan berkembang
menjadi dua macam perwujudan yaitu pola pikir yang menghasilkan strategi-strategi dalam
bertindak berupa habits of mind. Pola pikir juga menimbulkan segi emosional yang muncul
sebagai respon normal yaitu dalam bentuk kecemasan kognitif. Kompleksitas dari komponen-
komponen tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa di
bawah peranan sekolah dalam lingkungan belajar.
KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan habits of mind sebesar (37.3 %) untuk kategori
berpikir kritis, (36.67%) untuk kategori berpikir kreatif dan (38,67%) untuk kategori pengaturan
diri. Hasil rerata skor kecemasan kognitif adalah 17% untuk seluruh item. Hasil ini memberikan
gambaran bagi siswa dan pendidik untuk mengetahui kesiapan yang diperlukan dalam
pembelajaran berupa kebiasaan berpikir/habits of mind sehingga diharapkan akan memberikan
dampak pada kemampuan kontrol kecemasan positif yang menjadi pemicu untuk dilakukannya
usaha, strategi, dan pola pikir yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Kolaborasi
sempurna dari keduanya menjadi pondasi dasar kesuksesan peserta didik.

ACKNOWLEDGMENTS

Terimakasih kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangnya mampu membantu kami untuk
menyelasaikan artikel ini, kepada Kepala Sekolah SMAN 8 Malang atas kesediaannya
memberikan kesempatan berupa waktu dan temapt pada kami untuk melakukan penelitian.
Teruntuk Bapak Cahyono Nugroho sebagai pengampu mata pelajaran biologi kelas XI IPA 4 yang
telah meluangkan banyak waktu demi suksesnya proses pengambilan data.

Daftar Pustaka

Bedewy, D. & Gabriel, A. (2013). The development and psychometric assessment of a


scale to measure the severity of examination anxiety among undergraduate university students.
International Journal of Educational Psychology, 2 (1), pp. 81-104.

Cassady, J. C., & Johnson, R. E. (2002). Cognitive Test Anxiety and Academic
Performance. Contemporary Educational Psychology, 27(2), 270–295.
doi:10.1006/ceps.2001.1094

Cerbin, B. (2011). Reducing Test Anxiety. UW-La Crosse Center for Anvancing
Teaching & Learning.

Costa, A.L., & Kallick, B. (2008). Learning and Leading with Habits of Mind 16
Essential Characteristics for Students. Washington DC: Association for Supervision and
Curriculum Development

Dahar, R. W. (1988). Teori-Teori Belajar.Bandung: Erlangga.

Eka, A.R. (2012). Hubungan tingkat kecemasan dengan keberhasilan


memberikan obat melalui infus pada mahasiswa FIK UI angkatan 2010. Retrieved July 22,
2014 fromhttp://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20 301345-S42018
Angelina%20Roida%20Eka.pdf.

Faleye, B.A. (2010). Cognitive Test Anxiety and Learning Outcomes of Selected
Undergraduated Students. An Online Journal of The African Educational Research Network, 10
(2), pp. ISSN # TX 6-342-323.

Flavel, J. (1979). Metacognition theory. Retrieved August 20, 2014 from


http://www.lifecircles- inc.com/Learningtheories/constructivis m/flavell.html.

Hammond, C. (2013). Does Listening to Mozart really boost your brainpower?.


Retrieved from August 1, 2015 from http://www.bbc.com/future/story/20130 107-can-mozart-
boost-brainpower.

Keith, N., Hoddap, V., Shermelleh–Engel, K., & Mossbrugger, H. (2003). Cross
sectional and longitudinal confirmatory factor models for the Germany Test Anxiety Inventory:
A construct validation. Anxiety, Stress and Coping, 16(3), 251–270.

Marzano, R.J., dkk. (1994). Assessing students outcomes: performance assessment using
the dimensions of learning model. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and
Curriculum Development.

Marzano, R.J., dkk. (1997). Dimensions of learning trainer’s manual. Alexandria,


Virginia USA: Mid-continent Regional Educational

Musfiqon, H.M. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Prestasi


Pustakaraya.

Sriyati, S. (2011). Peran asesmen formatif dalam membentuk habits of mind mahasiswa
biologi. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tekerek, B., & Karakaya, F. (2018). STEM education awareness of pre-service science
teachers. International Online Journal of Education and Teaching (IOJET), 5(2), 348-359.
http://iojet.org/index.php/IOJET/article/view/310/239.

Winkel, W.S., (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai