Anda di halaman 1dari 8

PROFIL METAKOGNISI SISWA SMP

DALAM MEMECAHKAN MASALAH TERBUKA

Muhammad Sudia1, I Ketut Budayasa2 & Agung Lukito2


1
Jurusan PMIPA FKIP –Universitas Halu Oleo, Kampus Bimi Tri Dharma Anduonohu Kendari.
2
Universitas Negeri Surabaya, Kampus Ketintang Gedung K-9 Surabaya.
e-mail: muhammad_matematika@yahoo.co.id

Abstract: The Profile of Metacognition of Junior High School Students in Solving Open Problems.
This study was aimed to reveal the profile of metacognition of junior high school students with impulsive-
reflective cognitive style in solving open-problems concerning plan-figure-geometry. This study was con-
ducted at the seventh grade of Junior High School and the subjects were one student of impulsive cog-
nitive style and one student of reflective cognitive style and both had relatively similar mathematics ability.
The data were collected through test and interview. The results show that students, either the impulsive or
reflective cognitive style, have similar metacognition style profile in the step of understanding the prob-
lems but they were different in the stage of arranging the plan of problem solving, executing the plan for
solving problem, and re-evaluating the result of the problem solving.

Keywords: metacognition profile, cognitive style, open-problem

Abstrak: Profil Metakognisi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Terbuka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan profil metakognisi siswa SMP yang bergaya kognitif impulsif dan kognitif reflektif
dalam memecahkan masalah terbuka materi geometri bangun datar. Penelitian ini dilakukan di kelas VII
SMP dengan subjek satu siswa bergaya kognitif impulsif dan satu siswa bergaya kognitif reflektif dan
keduanya memiliki kemampuan matematika relatif sama. Data dikumpulkan dengan cara pemberian tes
dan wawancara. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, penafsiran data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek impulsif dan subjek reflektif memiliki profil meta-
kognisi yang sama pada tahap memahami masalah, dan berbeda profil metakognisinya pada tahap mem-
buat rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.

Kata kunci: metakognisi, gaya kognitif, masalah-terbuka

Secara umum metakognisi berkaitan dengan dua di- Baylor (2006) menyebutkan bahwa metakognisi ada-
mensi berpikir. Pertama adalah kesadaran yang dimi- lah kesadaran terhadap aktivitas kognisi; dalam hal ini,
liki seseorang tentang berpikirnya (self-awareness of metakognisi berkaitan dengan bagaimana seseorang
cognition). Kedua adalah kemampuan seseorang meng- menyadari proses berpikirnya. Menurut Flavell (1979),
gunakan kesadarannya untuk mengatur proses berpikir- metakognisi diartikan sebagai “kognisi tentang kogni-
nya (self-regulation of cognition) (Bruning dkk., 1995). si” atau “berpikir tentang berpikir.” Selanjutnya dijelas-
Kedua dimensi metakognisi tersebut memiliki sifat kan bahwa siswa yang mengelola kegiatan kognitifnya
saling ketergantungan satu sama lain. Woolfolk (1998) dengan baik, memungkinkan dapat menangani tugas
menjelaskan bahwa metakognisi merujuk kepada cara dan memecahkan masalah dengan baik pula.
untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses ber- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pikir dan belajar yang dilakukan. Kesadaran ini akan metakognisi memainkan peranan penting dalam pe-
terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikir- mecahan masalah. Hasil penelitian Chamot dkk. (1992)
nya dengan merencanakan (planning), memantau (mo- menunjukkan bahwa siswa yang mampu menyerap
nitoring) dan mengevaluasi (evaluating) hasil dan pelajaran matematika pada tingkatan paling tinggi dan
aktivitas kognitifnya. Untuk hal yang sama, Lee dan memeroleh informasi tentang latihan dalam strategi

86
Sudia, dkk., Profil Metakognisi Siswa SMP … 87

metakognitif (yaitu perencanaan, pemantauan, dan matematika, juga perlu memerhatikan gaya kognitif
evaluasi belajar sendiri) memiliki kemampuan lebih siswa yang diajar (Mukhid, 2009).
baik dalam memecahkan masalah. Panaoura dan Sejumlah gaya kognitif sudah diidentifikasi da-
Philippou (2004) menunjukkan suatu hasil penelitian lam beberapa pustaka. Misalnya, ada yang membagi
bahwa siswa yang terampil dalam mengetahui dan gaya kognitif menjadi gaya kognitif field independent
mengatur kognisinya (menilai metakognisinya) dan me- dan gaya kognitif field dependent (Rahman, 2013).
nyadari kemampuannya menunjukkan kemampuan Abdurrahman (1999) mengatakan bahwa salah satu
berpikir lebih strategis dalam memecahkan masalah dimensi gaya kognitif yang memeroleh perhatian pa-
daripada mereka yang tidak menyadari cara kerja sis- ling besar dalam pengkajian anak berkesulitan belajar
tem kognisinya. Hasil penelitian McLoughlin dan Hol- adalah gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif re-
lingworth (2003) menunjukkan bahwa pemecahan flektif. Kagan (1965) mengemukakan bahwa anak yang
masalah yang efektif dapat diperoleh dengan mem- memiliki karakteristik cepat dalam menjawab masalah,
beri kesempatan kepada siswa untuk menerapkan stra- tetapi tidak cermat sehingga jawaban masalah cende-
tegi metakognitif ketika memecahkan masalah. Jelas rung salah, disebut anak yang bergaya kognitif impul-
sekali bahwa antara metakognisi dan pemecahan ma- sif. Anak yang memiliki karakteristik lambat dalam
salah mempunyai keterkaitan yang cukup kuat. Oleh menjawab masalah tetapi cermat, sehingga jawaban
sebab itu, maka penulis memandang perlu untuk menge- masalah cenderung benar, disebut anak yang bergaya
kognitif reflektif.
tahui profil metakognisi siswa dalam memecahkan ma-
Dari karakteristik gaya kognitif impulsif dan
salah.
gaya kognitif reflektif yang dikemukakan di atas ter-
Masalah matematika dalam penelitian ini adalah
lihat bahwa gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif
masalah terbuka materi geometri bangun datar. Becker
reflektif terkait dengan cermat/teliti atau tidak cermat/
dan Shimada (1997), Suherman (2001) dan Takahashi
tidak teliti dalam memecahkan masalah. Untuk meme-
(2006) menyebutkan bahwa masalah terbuka adalah
cahkan masalah terbuka sangat dibutuhkan kecermatan
masalah yang memiliki metode atau penyelesaian yang
dan ketelitian yang tinggi dalam memilih konsep, prin-
benar lebih dari satu macam. Nohda menyebutkan
sip dan cara yang tepat agar diperoleh solusi yang tepat
bahwa salah satu tujuan pemberian masalah terbuka
pula. Hasil penelitian McKinney (1975) menjelaskan
dalam pembelajaran matematika adalah untuk men-
bahwa individu yang impulsif atau reflektif memenga-
dorong aktivitas kreatif siswa dalam memecahkan ruhi efisiensi dan perilaku strategi pemecahan masalah
masalah (Mahmudi, 2008). Untuk memecahkan masa- anak-anak sekolah dasar. Berdasarkan pendapat ini,
lah dalam penelitian ini, subjek menggunakan penta- jelas bahwa gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif
hapan Polya (1973), yaitu tahap memahami masalah, reflektif mempunyai konntribusi yang penting dalam
tahap membuat rencana pemecahan masalah, tahap pemecahan masalah, termasuk masalah terbuka.
melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan tahap Pemecahan masalah terbuka erat kaitannya de-
memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. ngan kreativitas (Munandar, 2002). Hasil penelitian
Setiap siswa mempunyai gaya kognitif masing- Warli (2010 menunjukkan bahwa profil kreativitas sis-
masing. Banyak ahli yang telah mendefinisikan pe- wa reflektif dalam memecahkan masalah geometri cen-
ngertian gaya kognitif, misalnya Heineman (1995) ser- derung tinggi, siswa reflektif sangat berhati-hati dalam
ta Riding dkk. (1993) bahwa gaya kognitif mengacu menyelesaikan masalah, memerhatikan berbagai aspek,
kepada kecenderungan karakteristik konsistensi indi- sehingga jawaban yang diperoleh cenderung sedikit te-
vidu. Tidak berarti bahwa karakteristik individu tidak tapi bernilai betul. Ditemukan bahwa profil kreativitas
dapat diubah dalam hal cara berpikir, mengingat, me- siswa impulsif dalam memecahkan masalah geometri
mroses informasi dan memecahkan masalah. Dari pe- cenderung sangat rendah, siswa yang impulsif kurang
ngertian gaya kognitif ini terlihat bahwa antara gaya cermat pada saat menyelesaikan masalah, sedikit men-
kognitif dan pemecahan masalah memiliki keterkaitan. coba, langsung mengerjakan, sehingga jawaban yang
Oleh sebab itu, pembelajaran pemecahan masalah diperoleh banyak, tetapi cenderung salah. Uraian-urai-
perlu memerhatikan gaya kognitif siswa. Gaya kog- an ini menurut cukup kuat dijadikan alasan dipilih-
nitif merupakan salah satu karakteristik individu yang nya gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif reflektif
dapat membantu menjelaskan perbedaan keberhasilan untuk dikaji lebih lanjut yang terkait dengan profil
individu dalam belajar, termasuk kemampuan meta- metakognisi siswa dalam memecahkan masalah ter-
kognisi. Jadi dapat dikatakan bahwa antara gaya kog- buka. Profil metakognisi dalam penelitian ini adalah
nitif dan metakognisi memiliki keterkaitan. Untuk itu, gambaran apa adanya tentang kognisi siswa yang me-
penerapan aktivitas metakognisi dalam pembelajaran libatkan kesadaran dan pengaturan berpikirnya dalam
88 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 20, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 86-93

hal merencanakan (planning) proses berpikirnya, me- metakognisi siswa dalam memecahkan masalah. Ke-
mantau (monitoring) proses berpikirnya dan menge- dua masalah yang dimaksud disajikan berikut ini.
valuasi (evaluation) proses dan hasil berpikirnya keti- Masalah 1:
ka memecahkan masalah terbuka materi geometri
Pak Lukman memiliki sebidang tanah datar
bangun datar berdasarkan pentahapan Polya (1973).
yang akan dipagari keliling dengan kawat ram
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengung- yang panjangnya 180 meter. Berapakah ukur-
kapkan profil metakognisi siswa SMP yang bergaya an sisi dan ukuran luas tanah pak Lukman
kognitif impulsif dalam memecahkan masalah terbuka yang mungkin, yang kelilingnya sesuai dengan
materi geometri bangun datar dan untuk mengung- panjang kawat ram yang tersedia?
kapkan profil metakognisi siswa SMP yang bergaya Masalah 2:
kognitif reflektif dalam memecahkan masalah ter-
Suatu tempat parkir sepeda motor di pinggir-
buka materi geometri bangun datar. an pasar memiliki keliling 120 meter. Berapa-
kah ukuran sisi dan ukuran luas yang mung-
METODE kin dari tempat parkir tersebut?
Pedoman wawancara digunakan untuk menelu-
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang
suri secara mendalam profil metakognisi siswa yang
mendeskripsikan secara mendalam tentang profil me-
bergaya kognitif impulsif dan siswa yang bergaya kog-
takognisi siswa SMP yang bergaya kognitif impulsif
nitif reflektif dalam memecahkan masalah terbuka.
dan siswa yang bergaya kognitif reflektif dalam me-
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digu-
mecahkan masalah terbuka materi geometri bangun
nakan teknik pemberian tes dan wawancara. Pembe-
datar. Data dalam penelitian ini dideskripsikan seca-
rian tes digunakan untuk mengumpulan data tentang
ra kualitatif dan hasilnya berupa kata-kata tertulis, li-
profil metakognisi siswa SMP yang bergaya kognitif
san atau uraian dari subjek penelitian dan selanjutnya
impulsif dan siswa yang bergaya kognitif reflektif
dianalisis.
dalam memecahkan masalah terbuka, kemudian setiap
Subjek penelitian adalah siswa-siswa kelas VII
langkah pemecahan masalah diikuti wawancara de-
SMPN 5 Kendari yang telah memelajari materi geo-
ngan tujuan untuk menelusuri secara mendalam profil
metri bangun datar dan bergaya kognitif impulsif dan
metakognisi siswa dalam memecahkan masalah terbuka.
siswa yang bergaya kognitif reflektif. Proses pemilihan
Analisis data terdiri dari tiga tahapan, yaitu re-
subjek penelitian diawali dengan pemberian tes gaya
duksi data, penyajian data, dan penafsiran atau penarik-
kognitif, kemudian dipilih minimal 1 (satu) orang dari
an kesimpulan. Reduksi data meliputi proses merang-
kelompok siswa yang bergaya kognitif impulsif dan
kum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
minimal 1 (satu) orang dari kelompok siswa yang ber-
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Penya-
gaya kognitif reflektif. Mereka harus memenuhi be-
jian data yaitu menyajikan data tereduksi sehingga data
berapa kriteria. Kelompok impulsif diambil dari siswa
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan. Pe-
yang catatan waktunya paling cepat dan tidak cermat/
nafsiran dan penarikan kesimpulan yaitu menafsirkan
banyak kesalahan dalam menjawab tes; dan kelompok
data yang telah disajikan kemudian disimpulkan.
reflektif diambil dari siswa yang catatan waktunya
paling lama dan cermat/sedikit kesalahan dalam men-
jawab tes. Mereka juga harus mampu mengomu- HASIL DAN PEMBAHASAN
nikasikan pendapat/jalan pikirannya secara lisan atau
tertulis, dan subjek dari kedua kelompok yang dipilih Hasil
memiliki kemampuan matematika relatif sama. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan un-
Selain peneliti sendiri sebagai instrumen utama, tuk setiap pentahapan pentahapan Polya (1973), yaitu
juga digunakan instrumen bantu, yaitu tes gaya kogni- tahap memahami masalah, tahap membuat rencana
tif, tugas pemecahan masalah dan pedoman wawan- pemecahan masalah, tahap melaksanakan rencana pe-
cara. Instrumen gaya kognitif yang digunakan disebut mecahan masalah, dan tahap memeriksa kembali hasil
Matching Familiar Figure Test (MFFT) yang telah di- pemecahan masalah.
kembangkan Warli (2010) dan terdiri dari 13 item, dan Hasil analisis data pada tahap memahami ma-
setiap item terdiri dari 1 (satu) gambar standar dan 8 salah menunjukkan bahwa subjek impulsif menya-
(delapan) gambar variasi. Tugas pemecahan masalah dari pentingnya memikirkan cara memahami masa-
(TPM) yang digunakan adalah masalah terbuka ma- lah, yaitu dengan cara membaca masalah beberapa kali
teri geometri bangun datar, yang terdiri dari dua soal sampai masalah dipahami dengan baik. Hal ini me-
yang setara. Tujuannya untuk triangulasi data profil nunjukkan bahwa subjek impulsif telah melibatkan
Sudia, dkk., Profil Metakognisi Siswa SMP … 89

metakognisinya melalui aktivitas perencanaan ketika metakognisinya melalui aktivitas monitoring saat me-
memahami masalah. Subjek impulsif juga menyadari laksanakan rencana pemecahan masalah. Subjek impul-
pentingnya memonitor pemahaman terhadap masalah sif juga menyadari pentingnya memeriksa kesesuaian
dan adanya hal lain yang dipahami, yaitu masing-ma- pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Berdasarkan
sing dilakukan dengan cara mengungkapkan apa yang hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek impulsif telah
dipahami pada masalah dan memerhatikan kembali melibatkan metakognisinya melalui aktivitas evaluasi
masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek impulsif saat melaksanakan rencana pemecahan masalah.
telah melibatkan metakognisinya melalui aktivitas Berdasarkan hasil analisis data tahap memeriksa
monitoring saat memahami masalah. Subjek impulsif kembali hasil pemecahan masalah terlihat bahwa sub-
juga menyadari pentingnya memeriksa pemahaman jek impulsif menyadari pentingnya memikirkan cara
terhadap masalah dan menyadari pentingnya kesesuai- memeriksa kebenaran hasil pemecahan masalah, yaitu
an yang diungkapkan dari yang dipahami, yaitu dila- dilakukan dengan cara menghitung kembali luas bi-
kukan dengan cara memerhatikan kembali masalah. dang sesuai masalah. Hal ini menunjukkan bahwa sub-
Hal ini menunjukkan bahwa subjek impulsif telah jek impulsif telah melibatkan metakognisinya melalui
melibatkan metakognisinya melalui aktivitas evaluasi aktivitas perencanaan saat memeriksa kembali hasil
saat memahami masalah. pemecahan masalah. Pada saat memeriksa kembali ha-
Hasil analisis data pada tahap membuat rencana sil pemecahan masalah, subjek impulsif tidak melaku-
pemecahan masalah menunjukkan bahwa subjek im- kan aktivitas monitoring. Subjek impulsif juga terlihat
pulsif menyadari pentingnya memikirkan rencana alur menyadari pentingnya memeriksa kebenaran hasil pe-
pemecahan masalah, waktu yang akan digunakan da- mecahan masalah, yaitu dilakukan dengan menghitung
lam memecahkan masalah, kemungkinan-kemungkin- kembali luasnya bidang. Dapat disimpulkan bahwa
an pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek impulsif telah melibatkan metakognisinya me-
subjek impulsif telah melibatkan metakognisinya lalui aktivitas evaluasi saat memeriksa kembali hasil
melalui aktivitas perencanaan saat membuat rencana pemecahan masalah.
pemecahan masalah. Subjek impulsif juga menyadari Hasil analisis data tahap memahami masalah
pentingnya memonitor kemungkinan bentuk-bentuk menunjukkan bahwa subjek reflektif menyadari pen-
bidang sesuai masalah dan menyadari pentingnya me- tingnya memikirkan cara memahami masalah, yaitu
monitor adanya rumus yang akan digunakan untuk dilakukan dengan cara membaca masalah beberapa
memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa kali sampai masalah benar-benar dipahami dengan
subjek impulsif telah melibatkan metakognisinya me- baik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflektif telah
lalui aktivitas monitoring saat membuat rencana pe- melibatkan metakognisinya melalui aktivitas peren-
mecahan masalah. Subjek impulsif juga menyadari canaan. Subjek reflektif juga menyadari pentingnya
pentingnya memeriksa kesesuaian rencana alur peme- memonitor apa yang dipahami pada masalah dan me-
cahan masalah, memeriksa kesesuaian kemungkinan nyadari pentingnya adanya hal lain yang dipahami pada
bentuk-bentuk bidang yang dimaksudkan pada masa- masalah, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan
lah, memeriksa kesesuaian rumus yang akan digunakan apa yang dipahami pada masalah dan memerhatikan
untuk memecahkan masalah dan memeriksa kesesuai- kembali masalah. Berdasarkan hal ini dapat disimpul-
an waktu yang akan digunakan dalam memecahkan kan bahwa subjek reflektif telah melibatkan metakog-
masalah, yaitu dilakukan dengan cara memerhatikan nisinya melalui aktivitas monitoring saat memahami
kembali masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek masalah. Subjek reflektif juga menyadari pentingnya
mimpulsif telah melibatkan metakognisinya melalui memeriksa pemahaman terhadap masalah dan meme-
aktivitas evaluasi saat membuat rencana pemecahan riksa kesesuaian yang diungkapkan dari yang diung-
masalah. kapkan pada masalah, yaitu dilakukan dengan cara me-
Hasil analisis data pada tahap melaksanakan ren- merhatikan kembali masalah. Berdasarkan kedua hal
cana pemecahan masalah menunjukkan bahwa subjek ini dapat disimpulkan bahwa subjek reflektif telah me-
impulsif menyadari pentingnya memikirkan cara pe- libatkan metakognisinya melalui aktivitas evaluasi saat
laksanaan rencana pemecahan masalah, yaitu dimulai memahami masalah.
dengan menggambar bentuk bidang, kemudian menen- Hasil analisis data pada tahap membuat rencana
tukan ukuran sisi dan luas bidang. Hal ini menunjukkan pemecahan masalah menunjukkan bahwa subjek re-
bahwa subjek impulsif telah melibatkan metakognisi- flektif menyadari pentingnya memikirkan rencana alur
nya saat melaksanakan rencana pemecahan masalah. pemecahan masalah, memikirkan kemungkinan bentuk-
Subjek impulsif juga menyadari pentingnya menge- bentuk bidang sesuai yang dimaksudkan pada masalah,
cek kesalahan dalam melakukan perhitungan. Dapat memikirkan rumus yang akan digunakan untuk me-
disimpulkan bahwa subjek impulsif telah melibatkan mecahkan masalah, memikirkan waktu yang akan di-
90 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 20, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 86-93

gunakan dalam memecahkan masalah dan memikir- cana pemecahan masalah, subjek reflektif selalu mem-
kan kemungkinan pemecahan masalah. Berdasarkan berikan alasan yang tepat terhadap kesesuaian pelaksana-
hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa subjek reflektif an rencana pemecahan masalah untuk setiap pemecahan
telah melibatkan metakognisinya melalui aktivitas pe- dan cara pemecahan yang dihasilkan, sedangkan sub-
rencanaan saat membuat rencana pemecahan masalah. jek impulsif tidak demikian.
Subjek reflektif juga menyadari pentingnya mengecek Hasil analisis data tahap memeriksa kembali ha-
kemungkinan bentuk-bentuk bidang sesuai masalah, sil pemecahan masalah menunjukkan bahwa subjek
menyadari pentingnya mengecek adanya rumus yang reflektif menyadari pentingnya memikirkan dan meng-
akan digunakan untuk memecahkan masalah. Ber- ungkapkan cara memeriksa kebenaran hasil pemecahan
dasarkan kedua hal ini dapat disimpulkan bahwa subjek masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflektif
reflektif telah melibatkan metakognisinya melalui ak- telah melibatkan metakognisinya melalui aktivitas pe-
tivitas monitoring saat membuat rencana pemecahan rencanaan saat memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah. Subjek reflektif juga menyadari pentingnya masalah. Subjek reflektif juga penyadari pentingnya
memeriksa kesesuaian alur pemecahan masalah, me- memonitor kebenaran hasil setiap langkah pemecahan
nyadari pentingnya memeriksa kesesuaian bentuk-ben- masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflek-
tuk bidang, menyadari pentingnya memeriksa kesesuai- tif telah melibatkan metakognisinya melalui aktivitas
an rumus yang akan digunakan untuk memecahkan monitoring saat memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah, menyadari pentingnya memeriksa kesesuaian masalah. Subjek reflektif juga menyadari pentingnya
waktu yang akan digunakan dalam memecahkan masa- memeriksa kebenaran hasil setiap kemungkinan pe-
lah; yaitu, dilakukan dengan cara memerhatikan kem- mecahan masalah. Jadi dapat dikatakan bahwa subjek
bali masalah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflek- reflektif telah melibatkan metakognisinya melalui ak-
tif telah melibatkan metakognisinya melalui aktivitas tivitas evaluasi saat memeriksa kembali hasil peme-
evaluasi saat membuat rencana pemecahan masalah. cahan masalah. Pada saat melakukan aktivitas evaluasi
Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah, ketika memeriksa kembali hasil pemecahan masalah,
subjek reflektif merencanakan proses berpikirnya, me- subjek reflektif selalu memberikan alasan yang tepat
monitor proses berpikirnya dan mengevaluasi proses terhadap kebenaran hasil setiap pemecahan dan cara
berpikirnya dengan baik sehingga lebih beragam ke- pemecahan yang dihasilkan, sedangkan subjek impul-
mungkinan pemecahan dan cara pemecahan yang di- sif tidak demikian.
pikirkan jika dibandingkan dengan subjek impulsif.
Dari hasil analisis data pada tahap melaksanakan PEMBAHASAN
rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek
reflektif menyadari pentingnya memikirkan cara pelak- Subjek impulsif dan subjek reflektif memiliki
sanaan rencana pemecahan masalah, yaitu dimulai de- profil metakognisi yang sama pada saat memahami
ngan menggambar bentuk bidang, kemudian menen- masalah, yaitu melakukan aktivitas perencanaan, mo-
tukan ukuran sisi dan luas berbagai bentuk bidang. nitoring dan evaluasi. Dalam mengembangkan ren-
Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflektif telah cana saat memahami masalah, subjek impulsif dan
melibatkan metakognisinya melalui aktivitas perenca- subjek reflektif mulai dengan membaca masalah bebe-
naan saat melaksanakan rencana pemecahan masalah. rapa kali sampai masalah benar-benar dipahami dengan
Sebagai akibat dari beragamnya pemecahan dan cara baik, kemudian mereka mengungkapkan apa yang di-
pemecahan yang dipikirkan pada tahap membuat ren- pahami dengan benar. Dalam memonitor pelaksanaan
cana pemecahan masalah, subjek reflektif lebih bera- saat memahami masalah, subjek impulsif dan subjek
gam pula pemecahan dan cara pemecahan yang di- reflektif mengecek adanya hal lain yang dipahami
hasilkan jika dibandingkan dengan subjek impulsif. selain yang diungkapkan. Dalam mengevaluasi saat
Ketika melaksanakan rencana pemecahan masalah, memahami masalah, subjek impulsif dan subjek re-
subjek reflektif tidak melakukan aktivitas monitoring. flektif memeriksa pemahaman terhadap masalah dan
Jadi dapat dikatakan bahwa subjek reflektif tidak me- memeriksa kesesuaian yang diungkapkan dari apa yang
libatkan metakognisinya melalui aktivitas monitoring dipahami.
saat melaksanakan rencana pemecahan masalah. Sub- Pada tahap membuat rencana pemecahan masa-
jek reflektif juga menyadari pentingnya memeriksa lah, subjek impulsif dan subjek reflektif melakukan
kesesuaian pelaksanaan rencana pemecahan masalah. aktivitas perencanaan, monitoring dan evaluasi, akan
Hal ini menunjukkan bahwa subjek reflektif telah me- tetapi berbeda profil metakognisinya. Subjek reflektif
libatkan metakognisinya melalui aktivitas evaluasi saat merencanakan proses berpikirnya, memonitor proses
melaksanakan rencana pemecahan masalah. Pada saat berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil ber-
melakukan aktivitas evaluasi ketika melaksanakan ren- pikirnya lebih baik dari subjek impulsif ketika membu-
Sudia, dkk., Profil Metakognisi Siswa SMP … 91

at rencana pemecahan masalah, sehingga menghasil- memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
kan lebih beragam pemecahan dan cara pemecahan melakukan analisis, sintesis dan evaluasi pada saat me-
jika dibandingkan dengan subjek impulsif. Oleh sebab mecahkan masalah (Munandar, 2002; Sulianto, 2011).
itu, banyaknya ragam pemecahan dan cara pemecahan Untuk menemukan berbagai pemecahan yang benar
yang dihasilkan seseorang pada saat memecahkan pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah,
masalah akan sangat ditentukan oleh seberapa baik subjek reflektif memikirkan berbagai kemungkinan
seseorang merencanakan proses berpikirnya, memo- bentuk bidang yang kelilingnya masih sama dengan
nitor proses berpikirnya dan mengevaluasi proses ber- bentuk pertama (proses analisis), kemudian mengga-
pikir dan hasil berpikirnya ketika membuat rencana bungkan beberapa konsep untuk memecahkan masalah
pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan yang di- yang menghasilkan berbagai pemecahan (proses sin-
ungkapkan Polya (1973) bahwa kemampuan meme- tesis) dan memastikan bahwa setiap pemecahan yang
cahkan masalah ada pada ide penyusunan rencana. dihasilkan adalah benar (proses evaluasi). Untuk me-
Jadi, ungkapan ini menunjukkan bahwa semakin baik nemukan berbagai cara pemecahan untuk mendapat-
seseorang merencanakan proses berpikirnya ketika kan satu jawaban benar pada saat melaksanakan renca-
membuat rencana pemecahan masalah, maka sema- na pemecahan masalah, salah satu cara yang dilakukan
kin baik juga pemecahan yang dihasilkan. siswa reflektif adalah memotong suatu daerah dari
Proses berpikir subjek reflektif yang dikemuka- bangun geometri datar tertentu menjadi beberapa ba-
kan di atas sesuai dengan karakteristik masalah terbu- gian (proses analisis) dan dirangkai sehingga menjadi
ka, yaitu masalah yang memiliki beragam pemecahan suatu bentuk lain (proses sintesa), kemudian menyim-
yang benar atau cara pemecahan yang berbeda untuk pulkan bahwa antara bangun pertama dengan bangun
memeroleh satu jawaban benar. Oleh sebab itu, un- yang baru dibentuk memiliki luasan yang sama (proses
tuk memecahkam masalah terbuka diperlukan cara evaluasi).
berpikir divergen. Hal ini sesuai pendapat Munandar
Pada saat melaksanakan rencana pemecahan
(2002) bahwa untuk memecahkan masalah terbuka
masalah, subjek impulsif melakukan aktivitas moni-
diperlukan cara berpikir divergen, yaitu cara berpikir
toring, yaitu, memonitor kesalahan dalam membuat
yang dapat memberikan berbagai alternatif jawaban
gambar dan kesalahan dalam melakukan perhitung-
benar atau memberikan berbagai cara pemecahan un-
an, sedangkan subjek reflektif tidak melakukan ak-
tuk mendapatkan satu jawaban benar dari masalah
tivitas monitoring.
yang diberikan.
Pada saat melaksanakan rencana pemecahan ma-
Ketika melaksanakan rencana pemecahan ma-
salah, terlihat bahwa subjek impulsif dan subjek re- salah, subjek impulsif dan subjek reflektif melakukan
flektif menggunakan pengetahuan prasyarat, seperti aktivitas evaluasi, yaitu keduanya memeriksa kesesuai-
penjumlahan, pengurangan, perkalian pembagian, si- an pelaksanaan rencana pemecahan masalah, meme-
fat distributif dan rumus Phytagoras. Pengetahuan riksa kesesuaian pelaksanaan rencana pemecahan lain
prasyarat sangat dibutuhkan dalam pemecahan masa- dari masalah dan memeriksa kesesuaian pelaksanaan
lah matematika. Gagne, Briggs & Wager (1992) ber- rencana cara lain memecahkan masalah, namun kedua-
pendapat bahwa suatu topik matematika dipelajari bila nya memiliki profil metakognisi yang berbeda dalam
hierarki prasyaratnya telah dipelajari. Suatu topik ter- hal memeriksa kesesuaian pelaksanaan rencana pe-
tentu dalam hierarkinya mungkin didukung oleh salah mecahan masalah, karena hampir setiap memeriksa
satu atau lebih topik-topik di tingkat yang lebih rendah. kesesuaian pelaksanaan rencana pemecahan masalah
Pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah, subjek reflektif memberikan alasan yang tepat sehingga
subjek impulsif melakukan aktivitas perencanaan, menjadi lebih jelas, sedangkan subjek impulsif tidak
aktivitas monitoring dan aktivitas evaluasi, sedangkan demikian.
subjek reflektif hanya melakukan aktivitas perencanaan Pada saat memeriksa kembali hasil pemecahan
dan aktivitas evaluasi. Ketika melakukan aktivitas pe- masalah, antara subjek impulsif dan subjek reflektif
rencanaan, subjek impulsif dan subjek reflektif meng- memiliki perbedaan profil metakognisi. Ketika mela-
ungkapkan apa yang dipikirkan, sehingga menjadi le- kukan aktivitas perencanaan saat memeriksa kembali
bih jelas apa yang akan dilakukan pada saat melak- hasil pemecahan masalah, subjek reflektif lebih sering
sanakan rencana pemecahan masalah. mengungkapkan secara jelas apa yang dipikirkan. Sub-
Untuk memecahkan masalah terbuka diperlukan jek impulsif tidak melakukan aktivitas monitoring
keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menemu- saat memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.
kan berbagai pemecahan yang benar atau berbagai cara Subjek reflektif memonitor setiap langkah hasil pe-
pemecahan untuk mendapatkan satu jawaban benar. mecahan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bah-
Terkait dengan hal ini, seseorang yang kreatif dan wa subjek reflektif memiliki profil metakognisi yang
92 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 20, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 86-93

baik dalam hal memonitor saat memeriksa kembali Pada tahap membuat rencana pemecahan masa-
hasil pemecahan masalah jika dibandingkan subjek lah, siswa yang bergaya kognitif impulsif dan siswa
impulsif. Subjek impulsif dan subjek reflektif melaku- yang bergaya kognitif reflektif melakukan aktivitas
kan aktivitas evaluasi saat memeriksa kembali hasil perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah, akan tetapi berbeda profil meta- berpikirnya, akan tetapi berbeda profil metakognisinya.
kognisinya. Subjek reflektif hampir selalu mengung- Siswa reflektif merencanakan proses berpikirnya, me-
kapkan apa yang dipikirkan ketika melakukan aktivi- monitor proses berpikirnya dan mengevaluasi proses
tas perencanaan dan memberikan alasan yang tepat dan hasil berpikirnya dengan baik jika dibandingkan
setiap melakukan aktivitas evaluasi saat memeriksa siswa impulsif, sehingga lebih beragam pemecahan
kembali hasil pemecahan masalah. dan cara pemecahan yang dihasilkan jika dibanding-
kan dengan siswa impulsif.
SIMPULAN Pada tahap melaksanakan rencana pemecahan
masalah, siswa impulsif melakukan aktivitas peren-
Penelitian ini menghasilkan profil metakognisi canaan, monitoring dan evaluasi terhadap proses ber-
siswa SMP yang bergaya kognitif impulsif dan siswa pikirnya, sedangkan siswa reflektif hanya melakukan
yang bergaya kognitif reflektif dalam memecahkan aktivitas perencanaan dan evaluasi terhadap proses
masalah terbuka materi geometri bangun datar ber- berpikirnya.
dasarkan pentahapan Polya. Pada tahap memahami Pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah, siswa impulsif dan reflektif memiliki profil masalah, siswa impulsif melakukan aktivitas perenca-
metakognisi yang sama, yaitu melakukan aktivitas pe- naan dan evaluasi terhadap proses berpikirnya, sedang-
rencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap proses kan siswa reflektif melakukan aktivitas perencanaan,
berpikirnya. monitoring dan evaluasi terhadap proses berpikirnya.

DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulit- McKinney, J.D. 1975. Problem Solving Strategies in Re-
an Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. flective and Impulsive Children. Journal of Educa-
Becker J.P. & Shimada, S. 1997. The Open-Ended Ap- tional Psychology, 67 (6): 807-820.
proach: A New Proposal for Teaching Mathema- McLoughlin, C. & Hollingworth, R. 2003. Exploring a
tics. Reston: NCTM. Hidden Dimension of Online Quality: Matacogni-
Bruning, R.H., Schraw, G.J., & Ronning, R.R. 1995. Cog- tive Skill Development, 16th ODLAA Biennial Fo-
nitive Psychology and Instruction (Second Edi- rum Conference Proceedings, (Online), (http://
tion). New Jersey: Prentice Hall. www. signadou.acu.edu.au), diakses 16 Nop 2009.
Chamot, A.U., Dale, M., O’Malley, J.M., & Spanos, G.A. Mukhid, A. 2009. Strategi Self-Regulated Learning,
1992. Learning and Problem Solving Strategies of (Online), (http://pakmukhid.blogspot.-com/2009/02/
ESL Students. Bilingual Research Journal, 16 (3 strtegi-self-regulated-learning.htm), diakses 18 No-
& 4): 1-34. vember 2009.
Flavell, J.H. 1979. Metacognition and Cognitive Monitor- Munandar, S.C.U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan:
ing: A New Area of Cognitive–Developmental In- Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat.
quiry. American Psychologist, 34 (10): 906-911. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Panaoura, A. & Philippou, G. 2004. The Measurement of
Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. 1992. Princi-
Young Pupils’ Metacognitive Ability in Mathema-
ples of Instructional Design. New York: Harcourt
tics: The Case of Self-Representation and Self--
Brace Javanovich College Publishers.
Evaluation, (Online), (http://www.ucy.ac.cy), di-
Heineman, P.L. 1995. Cognitive and Learning Style. Bos- akses 16 November 2009.
ton: Allyn & Bacon. Polya, G. 1973. How To Solve It (Second Edition). New
Kagan, J. 1965. Impulsive and Reflektive Children Signifi- Yersey: Princeton University Press.
cance of Conceptual Tempo. Chicago: Mc Nally Rahman, A. 2013. Pengajuan Masalah Matematika Ditin-
& Company. jau dari Gaya Kognitif dan Kategori Informasi.
Lee, M. & Baylor, A.L. 2006. Designing Metacognitive Jurnal Ilmu Pendidikan, 19 (2): 244-251.
Maps for Web-Based Learning. USA: Florida State Riding, R.J., Glass, A., & Douglas, G. 1993. Individual
University. Differences in Thinking: Cognitive and Neuro-
Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Open- physiological Perspectves, Special Issue: Think-
Ended Problem) dalam Pembelajaran Matema- ing. Educational Psychology, 13 (3 & 4): 267-279.
tika. Makalah pada Seminar Nasional Matematika Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika
dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Ma- Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Ma-
tematika FMIPA UNY Yogyakarta, 28 Nopember. tematika FMIPA UPI.
Sudia, dkk., Profil Metakognisi Siswa SMP … 93

Sulianto, J. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Warli. 2010. Profil Kreativitas Siswa yang Bergaya Kog-
Kontekstual dengan Pendekatan Open-Ended da- nitif Reflektif dan Siswa yang Bergaya Kognitif
lam Pemecahan Masalah. Jurnal Ilmu Pendidikan, Impulsif dalam Memecahkan Masalah Geometri.
17 (6): 454-458. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPS-Unesa.
Takahashi, A. 2006. Communication as Process for Stu- Woolfolk, A.E. 1998. Educational Psychology (Seventh
dents to Learn Mathematical, (Online), (http://www. Edition). Boston: Allyn and Bacon.
criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/), diakses 16 Januari
2013.

Anda mungkin juga menyukai