Anda di halaman 1dari 12

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 11 No.3 Tahun 2022


ISSN :2301-9085

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL MATERI PROGRAM LINEAR


SISWA SMA BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

Nicki Fabasti Asmah


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,
Email: nicki.18067@mhs.unesa.ac.id

Endah Budi Rahaju


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,
Email: endahrahaju@unesa.ac.id

Abstrak
Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
dengan memenuhi proses menemukan jawaban berdasarkan tahap pemecahan masalah. Masalah yang
dipecahkan dapat berupa masalah kontekstual. Kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa dapat
dipengaruhi oleh gaya kognitif, yaitu field dependent (FD) dan field independent (FI). Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa FD dan FI ketika memecahkan masalah
matematika kontekstual materi program linear. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan yaitu GEFT (Group Embeded Figure Test), Tes Pemecahan
Masalah, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian adalah 2 siswa SMA kelas XI IPS dengan kemampuan
setara. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa FD dan FI dapat melakukan 4 tahap pemecahan masalah
dalam memecahkan masalah matematika kontekstual pada materi program linear. Siswa FD pada saat
memahami masalah telah membaca permasalahan dengan cermat dan dibaca sekali, sedangkan siswa FI
membaca berulang kali. Siswa FD dapat menentukan apa yang diketahui, tetapi mereka tidak dapat
menentukan apa yang ditanyakan. Sedangkan siswa FI tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang
ditanyakan dalam permasalahan. Siswa FD dan FI dapat merencanakan penyelesaian permasalahan. Siswa
FD dan FI menuliskan langkah pemecahan serta hasil akhir. Siswa FD dan FI dalam pembentukan
kesimpulan dapat menjawab permasalahan dengan benar. Siswa FD memastikan langkah yang dilakukan
sudah benar dengan memeriksa kembali dan melakukan perhitungan ulang, sedangkan siswa FI memeriksa
kembali dengan membaca ulang permasalahan dan melakukan perhitungan ulang. Hasil penelitian ini
menjadi masukan bagi guru sebaiknya mengingatkan siswa untuk menuliskan informasi yang ada pada suatu
permasalahan dan apa yang ditanyakan.
Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, masalah matematika kontekstual, gaya kognitif, field
dependent, field independent.

Abstract
Problem solving ability is the ability of students to solve mathematical problems by fulfilling the process of
finding answers based on the problem-solving stage. The problem to be solved can be a contextual problem.
Student's contextual problem-solving abilities can be influenced by cognitive styles, namely field dependent
(FD) and field independent (FI). This study aims to describe the problem-solving ability of FD and FI
students when solving contextual mathematical problems of linear program material. This type of research
is qualitative descriptive research. The instruments used are GEFT (Group Embeded Figure Test), Problem
Solving Test (TPM), and interview guidelines. The subjects of this study were 2 high school students of class
XI social studies with equivalent abilities. The results of this study show that FD and FI students can perform
4 stages of problem solving in solving contextual mathematical problems in linear program materials. FD
students at the time of understanding the problem have read the problem carefully and read once, while FI
students read repeatedly. FD students can determine what is known, but they cannot determine what is asked.
Meanwhile, FI students do not write down what is known and what is asked in the problem. FD and FI
students can plan problem solving. FD and FI students write down the completion steps as well as the final
results. FD and FI students in the formation of conclusions can answer problems correctly. FD students make
sure the steps taken are correct by re-examining and recalculating, while FI students re-examine by rereading
the problem and recalculating. The results of this study are input for teachers, preferably reminding students
to write down the information that exists on a problem and what is asked.
Keywords: Problem-solving skills, contextual mathematical problems, cognitive styles, field dependent
and field independent.

720
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

masalah dengan berbagai cara yang berbeda, serta


PENDAHULUAN
kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada
Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa
merupakan bagian penting dari pendidikan matematika jawaban yang berbeda tetapi dapat bernilai benar atau satu
karena mempunyai peran praktis baik untuk individu jawaban yang “tidak biasa” dilakukan oleh siswa pada
maupun masyarakat (Culaste, 2011). Tujuan pembelajaran tingkat pengetahuannya.
matematika untuk mengembangkan dan melatih Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan tujuan pemecahan masalah matematika siswa, salah satunya yaitu
pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh perbedaan gaya kognitif yang dimiliki siswa. Rahaju
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM: (2016) menyebutkan bahwa siswa memiliki cara tersendiri
2000), yaitu: (1) belajar berkomunikasi (mathematical dalam memahami suatu konsep berdasarkan gaya
communication), (2) belajar bernalar (mathematical kognitifnya. Gaya kognitif merupakan cara seseorang
reasoning), (3) belajar memecahkan masalah ketika mempersepsikan dan mengumpulkan informasi
(mathematical problem solving), (4) belajar mengaitkan ide (stimulus) dari lingkungan sekitar yang dipengaruhi oleh
(mathematical connections), (5) pembentukan sikap positif pengalaman yang dimilikinya seta pengalaman setiap
terhadap matematika (positive attitude toward orang akan berbeda dengan pengalaman orang lain.
mathematics). Menurut Das (2013), menyebutkan bahwa Menurut Rahman (2010), gaya kognitif yang penting dalam
meningkatnya kemampuan berpikir, menerapkan prosedur, pendidikan ada dua yaitu gaya kognitif Field Dependent
memperdalam pemahaman konsep yang dimiliki siswa (FD) dan Field Independent (FI). Beberapa alat ukur yang
merupakan manfaat dari melakukan pemecahan masalah. dapat digunakan untuk mengidentifikasi gaya kognitif.
Dengan memberikan soal yang berbasis masalah, maka Crozier (1997: 11) mengatakan bahwa perbedaan gaya
siswa akan terbiasa untuk mengambil keputusan. Sehingga kognitif FI dan FD dapat diteliti menggunakan alat ukur
siswa tersebut mempunyai keterampilan untuk EFT (Embedded Figures Test) atau RFT (Rod-and-Frame
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis Test). Witkin (1973: 6) mengembangkan EFT ini menjadi
informasi dan mengetahui pentingnya mengevaluasi hasil GEFT (Group Embeded Figure Test).
yang diperoleh (Hudojo, 2005). Menurut Rudtin (2013), Gaya kognitif yang dimiliki siswa berbeda-beda, siswa
salah satu pembelajaran matematika yang dapat melatih FD menerima sesuatu lebih secara umum dan mengalami
dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kesulitan dalam memisahkan diri dari situasi sekitarnya,
siswa adalah melalui soal cerita atau masalah kontekstual. mereka cenderung mengenal dirinya sebagai bagian dari
Pemberian soal matematika berbasis masalah tersebut suatu kelompok. Sedangkan siswa FI cenderung
dapat memberikan pengalaman kepada siswa agar dapat menyatakan suatu gambaran lepas dari latar belakang
memecahkan suatu masalah matematika dan gambaran tersebut, serta dengan mudah membedakan
menggambarkan hubungan antar masalah tersebut dalam objek dari konteks sekitarnya. Mereka memandang
kehidupan sehari-hari. keadaan sekeliling lebih secara analisis. Dari pernyataan
Polya (1985), mengatakan bahwa usaha untuk tersebut terlihat bahwa siswa FD berbeda dari siswa FI.
mengatasi suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa siswa
perlahan dapat dicapai merupakan arti dari pemecahan masih mengalami kendala dalam memecahkan masalah
masalah. Pola pikir siswa agar lebih kreatif dan inovatif kontekstual program linear, yaitu penelitian yang
dapat dilatih dengan menguasai kemampuan pemecahan dilakukan oleh Rahmawati dan Permata (2018)
masalah saat pembelajaran matematika. Kemampuan menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang sering dilakukan
pemecahan masalah siswa dapat dilihat saat menyelesaikan oleh siswa di SMAN 1 Wonosari ketika memecahkan
masalah matematika. Tahap pemecahan masalah masalah kontekstual program linear adalah tidak
matematika menurut Polya (2014), meliputi: (1) menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
understanding of problems, (2) devising a plan, (3) dalam masalah, dapat mengakibatkan siswa salah ketika
carrying out the plan, (4) looking back. Sebagaimana menuliskan kesimpulan. Terlihat bahwa siswa masih
pernyataan Siswono (2008), yang menyatakan bahwa melakukan kesalahan saat melaksanakan pemecahan
kefasihan dalam memecahkan suatu masalah mengacu masalah salah satunya pada materi program linear. Pada
pada kemampuan siswa saat memberi jawaban masalah materi tersebut, siswa kesulitan dalam mengkonstruk
yang beragam dan benar, fleksibilitas dalam pemecahan model matematika dari soal kontekstual. Soal kontekstual
masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan

721
Volume 11 No.3 Tahun 2022, HAL 720-731

adalah soal yang masalahnya diambil dari permasalahan METODE


kehidupan sehari-hari yang mungkin dijumpai siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
Penelitian lainnya yang berkaitan antara materi pendekatan kualitatif. Williams (1995), menyatakan bahwa
program linear dengan gaya kognitif FD dan FI adalah penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu
penelitian telah dilakukan oleh Ardianti (2018) yang latar ilmiah, dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik
menunjukkan adanya perbedaan pemahaman pada subjek secara alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk
FD dan FI. Selain itu, diperkuat juga dengan penelitian mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masalah
milik Aula (2015), hasil penelitian menyebutkan siswa FD kontekstual program linear siswa yang ditinjau dari gaya
tidak dapat menyebutkan dan menerapkan konsep kognitif FD dan FI dengan mengungkapkan gambaran
eliminasi serta memodelkan masalah kedalam kalimat respon siswa terhadap penyelesaian masalah yang
matematika sehingga tidak dapat menyimpulkan dari diberikan. Subjek dalam penelitian ini adalah dua siswa
jawaban yang diperoleh. Sedangkan siswa FI dapat SMA kelas XI. Siswa yang terpilih dalam penelitian ini
menginterpretasikan solusi kedalam situasi nyata dari berdasarkan pada (1) Hasil tes GEFT, (2) Siswa yang
permasalahan. memiliki kemampuan matematika setara, (3) Siswa yang
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan berjenis kelamin sama. Hal tersebut dilakukan untuk
dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan menghindari adanya anggapan bahwa hasil penelitian
oleh Fonda (2016) yang meneliti tentang profil pemecahan dipengaruhi oleh kemampuan matematika yang tinggi,
masalah open-ended materi aljabar siswa SMP ditinjau dari sedang, atau rendah dan jenis kelamin dari masing-masing
gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent. subjek.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti
dilakukan ini adalah sama-sama membahas tentang sendiri. Hal ini dikarenakan peneliti melakukan wawancara
pemecahan masalah dan tinjauan gaya kognitif Field terhadap subjek terpilih mengenai kemampuan pemecahan
Dependent dan Field Independent. Namun, terdapat masalah kontekstual program linear. Instrumen pendukung
perbedaan yang membuat penelitian tersebut dengan dalam penelitian ini adalah tes GEFT (Group Embedded
penelitian yang akan dilakukan yaitu subjek dan Figure Test), tes pemecahan masalah kontekstual program
permasalahan. Dalam penelitian tersebut subjeknya adalah linear (TPMKPL), serta pedoman wawancara. Pada
siswa SMP, sedangkan pada penelitian yang akan penelitian ini, tes GEFT telah dialih bahasakan ke dalam
dilakukan ini mengambil subjek siswa SMA. Kemudian, Bahasa Indonesia oleh Degeng, Dosen Program Pasca
dalam penelitian tersebut menggunakan permasalahan Sarjana Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri
open-ended materi aljabar, sedangkan pada penelitian yang Malang (Amin, 2010). Sedangkan TPMKPL disusun oleh
akan dilakukan ini menggunakan masalah kontekstual peneliti dengan mendapat validasi dari dosen pembimbing
program linear. Selain itu terdapat pula penelitian yang dan guru matematika.
dilakukan oleh Rosyidin (2009) yang meneliti tentang Pemilihan subjek tersebut dengan mengelompokkan
profil pemecahan masalah matematika siswa SMP siswa berdasarkan gaya kognitif FD dan gaya kognitif FI.
berdasarkan gaya berpikir. Persamaan penelitian tersebut Selanjutnya, dari masing-masing kelompok tersebut dipilih
dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah sama- satu siswa sebagai subjek peneliti. Subjek dengan gaya
sama mengulas tentang pemecahan masalah matematika. kognitif Field Dependent diberikan kode (FD), sedangkan
Namun, terdapat perbedaan yang membuat penelitian siswa dengan gaya kognitif Field Independent diberikan
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu kode (FI). Informasi tentang gaya kognitif siswa
subjek dan tinjauannya. Dalam penelitian tersebut didasarkan pada hasil tes GEFT.
subjeknya adalah siswa SMP, sedangkan pada penelitian Dalam tes GEFT terdapat 3 bagian, bagian pertama
yang akan dilakukan ini mengambil subjek siswa SMA. berjumlah 7 soal dengan durasi waktu pengerjaan 3 menit,
Kemudian, dalam penelitian tersebut menggunakan bagian kedua dan ketiga berjumlah 9 soal dengan durasi
tinjauan gaya berpikir, sedangkan pada penelitian yang waktu pengerjaan 6 menit setiap bagiannya. Penskoran tes
akan dilakukan ini menggunakan tinjauan gaya kognitif GEFT ini dilakukan hanya pada bagian kedua dan ketiga
Field Dependent dan Field Independent. saja, sedangkan bagian pertama merupakan latihan agar
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan siswa mengetahui prosedur mengerjakan tes GEFT.
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah pada Apabila menjawab benar mendapat skor 1, dan apabila
materi program linear yang ditinjau dari gaya kognitif Field menjawab salah mendapat skor 0. Pedoman dalam
Dependent (FD) dan Field Independent (FI) siswa SMA. pengelompokkan gaya kognitif siswa berdasarkan skor tes
GEFT menurut Baiduri (2016) disajikan dalam tabel
berikut:

722
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

Tabel 1. Pedoman Pengelompokkan Subjek Gaya


kognitif Dalam memperoleh data penelitian ini dilakukan tes
Skor Tes GEFT Tipe Gaya Kognitif kemampuan pemecahan masalah kontekstual program
linear yang terdiri dari satu permasalahan untuk setiap
0-7 Field Dependent (FD)
subjek sebagai berikut:
8-13 Field Mixed (FM) Tabel 3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
14-18 Field Independent (FI) Kontekstual (TKPMK)
Berdasarkan pedoman di atas, dalam penelitian ini Butir Soal
peneliti mengambil subjek gaya kognitif dengan tipe Field Sebuah perusahaan penambangan timah mempunyai dua tempat
Dependent (FD) dan Field Independent (FI) saja. penambangan. Tempat penambangan I menghasilkan 1 ton bijih
Cara mengetahui siswa yang berkemampuan timah kadar tinggi, 4 ton bijih timah kadar menengah, dan 12 ton
bijih timah kadar rendah setiap hari. Tempat penambangan II
matematika setara, peneliti melihat nilai penilaian tengah
menghasilkan 2 ton bijih timah kadar tinggi, 3 ton bijih timah kadar
semester (PTS) semester ganjil untuk mata pelajaran menengah, dan 5 ton bijih timah kadar rendah setiap hari.
matematika wajib dan peminatan, dengan kriteria Perusahaan memerlukan 80 ton bijih timah kadar tinggi, 240 ton
perbedaan nilai 0 sampai 5 dengan skala 0 sampai 100. bijih timah kadar menengah, dan 480 ton bijih timah kadar rendah.
Biaya pengoperasian setiap penambangan per harinya
Dari prosedur penyelesaiannya, dapat terlihat hasil
Rp2.000.000,00. Jika biaya minimum pengoperasian kedua
pemecahan masalah yang telah dilakukan siswa. Prosedur tambang tersebut adalah Rp128.000.000,00, maka tentukan berapa
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap hari masing-masing tambang dioperasikan?
pemecahan masalah menurut Polya (2014), meliputi: (1)
understanding of problems, (2) devising a plan, (3) Hasil wawancara dianalisis melalui 3 tahapan, yaitu
carrying out the plan, (4) looking back. reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
Analisis hasil tes pemecahan masalah didasarkan pada (Sugiyono, 2012).
ketepatan langkah pemecahan yang dilakukan oleh masing-
masing subjek, berdasarkan kunci jawaban yang dibuat HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh peneliti dan disesuaikan dengan indikator yang telah Hasil
dicapai. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini Pengelompokkan siswa yang memiliki gaya kognitif
disusun oleh peneliti dan tahap pemecahan masalahnya FD dan FI menggunakan Group Embedded Figure Test
menurut Polya (2014), dapat dilihat pada Tabel 2 berikut (GEFT), yang dilakukan di kelas XI SMA semester genap
ini. tahun ajaran 2021/2022. Dari pemilihan subjek penelitian
Tabel 2. Indikator Pemecahan Masalah Kontekstual ini menggunakan purposive sampling dan pertimbangan
Berdasarkan Tahap Pemecahan Masalah Polya guru untuk mendapat siswa yang komunikatif. Tes GEFT
Tahap dilakukan secara offline dengan jumlah 34 responden
Pemecahan Indikator Kode dengan rincian siswa FD dan siswa FI. Siswa yang terpilih
Masalah Polya
sebagai subjek penelitian adalah siswa yang memiliki skor
Menentukan hal-hal yang diketahui dari
permasalahan
A1 tes GEFT tertinggi. Penentuan 1 subjek dari masing-
Memahami masing gaya kognitif adalah sebagai pembanding
Masalah Menentukan hal-hal yang di minta dari
A2 kemampuan pemecahan masalah siswa dari setiap gaya
permasalahan
kognitif tersebut. Daftar 2 subjek penelitian yang terpilih
Menghubungkan antara pengetahuan disajikan dalam tabel berikut.
yang dimiliki dengan informasi yang B1
diperoleh
Merencanakan Tabel 4. Subjek Penelitian
Penyelesaian Menentukan rencana, rumus, dan Nilai Kemampuan
langkah-langkah yang akan digunakan B2 Matematika
untuk menyelesaikan permasalahan Inisial Gaya Skor PTS
No JK PTS
Subjek Kognitif GEFT MTK
MTK
Melaksanakan Melaksanakan rencana, rumus, dan Peminat
Wajib
an
Rencana langkah-langkah dari pengetahuan yang
C1
Pemecahan dimiliki untuk menyelesaikan 1. TS P FD 6 92 87
Masalah permasalahan
2. BT P FI 15 95 90
Memeriksa Membuat kesimpulan akhir D1
Kembali
Pemecahan Memastikan keakuratan jawaban yang Keterangan : JK = Jenis Kelamin, P = Perempuan,
D2
Masalah telah diperoleh GEFT = Group Embedded Figure Test, PTS = Penilaian

723
Volume 11 No.3 Tahun 2022, HAL 720-731

Tengah Semester, FD = Field Dependent, FI = Field timah kadar rendah. Sedangkan penambangan II
Independent menghasilkan 2 ton bijih timah kadar tinggi, 3
Berdasarkan analisis hasil tes pemecahan masalah dan ton bijih timah kadar menengah, 5 ton bijih
wawancara dengan peneliti, berikut adalah hasil analisis timah kadar rendah. keperluan tiap jenis timah
dari kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa yang diperlukan perusahaan adalah 80 ton bijih
SMA materi program linear ditinjau dari gaya kognitif field timah kadar tinggi, 240 ton bijih timah kadar
dependent dan field independent. menengah, dan 480 ton bijih timah kadar
rendah. Serta besar biaya operasi tiap tempat
Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual penambangan untuk menghasilkan timah
Program Linear Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field tersebut per harinya adalah Rp2.000.000,00
Dependent (subjek FD) Peneliti : Apa yang menjadi masalah dari permasalahan
tersebut?
FD : Yang menjadi masalah dalam permasalahan
A1 B1 tersebut adalah lama hari dalam tiap tempat
penambangan tersebut beroperasi
Peneliti : Bagaimana Anda bisa menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari
permasalahan tersebut?
FD : Saya mengetahui apa yang ditanyakan dari
C1 C1 pertanyaan paling akhir dalam permasalahan
tersebut. Dan apa yang diketahui dengan
membuat tabel sehingga memudahkan saya
dalam tahap penyelesaian masalah tersebut.
Peneliti : Mengapa informasi yang diketahui Anda
tuliskan dalam bentuk tabel? Jelaskan alasan
D1 Anda.
FD : Saya meletakkan dalam tabel agar mudah
Gambar 1. Jawaban Tertulis FD
terbaca dalam pengelompokkannya sehingga
lebih mudah dalam mengerjakan di tahap
Tahap Memahami Masalah selanjutnya
Wawancara ini dilakukan untuk memperjelas hasil Subjek FD telah menuliskan apa yang diketahui pada
yang tidak tertulis pada lembar jawaban siswa untuk permasalahan dengan membuat tabel dan sebelumnya
mengetahui hasil yang tepat dari tes pemecahan masalah sudah membaca permasalahan. Hal tersebut ditunjukkan
kontektual. Simak kutipan wawancara berikut untuk lebih pada Gambar 1 kode A1 yang selanjutnya didukung oleh
jelasnya. wawancara peneliti dengan subjek. FD tidak menuliskan
Peneliti : Apakah Anda sudah membaca permasalahan apa yang menjadi pertanyaan, tetapi saat dilakukan
tersebut dengan cermat? wawancara FD dapat menjelaskannya.
FD : Sudah
Peneliti : Berapa kali Anda membaca permasalahan Tahap Merencanakan Penyelesaian
tersebut? Berdasarkan gambar 1, selanjutnya peneliti melakukan
FD : Saya membaca permasalahan tersebut hanya wawancara dengan FD untuk mendapatkan penjelasan
sekali mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode B1. Simak
Peneliti : Seusai Anda membaca permasalahan tersebut, kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya.
apa saja informasi penting yang dapat Anda Peneliti : Seusai Anda menuliskan apa yang Anda
temukan dalam permasalahan itu? ketahui dan apa yang ditanya, apa langkah
FD : Saya mendapatkan informasi bahwa selanjutnya yang Anda gunakan untuk
perusahaan penambangan memiliki dua tempat menyelesaikan masalah tersebut?
penambangan, yaitu penambangan I dan FD : Langkah selanjutnya adalah membuat
penambangan II. Setiap hari penambangan I permisalan dari masing-masing tempat
menghasilkan 1 ton bijih timah kadar tinggi, 4 penambangan menjadi x dan y.
ton bijih timah kadar menengah, dan 12 ton bijih

724
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

Peneliti : Apakah Anda menggunakan ide yang Anda Berdasarkan jawaban subjek dan hasil wawancara, FD
miliki sebelumnya dalam menyelesaikan dapat menghubungkan pengetahuan yang dimiliki yaitu
permasalahan? dengan memisalkan terlebih dahulu tempat penambangan I
FD : Iya benar, karena yang saya pahami dalam sebagai x dan tempat penambangan II sebagai y, lalu
penyelesaian permasalahan tersebut adalah mengubah permasalahan kontekstual menjadi model
seperti yang saya kerjakan pada tahap-tahap matematika. FD juga menjelaskan rencana
penyelesaianya. penyelesaiannya saat wawancara dengan peneliti. FD
Peneliti : Variabel x ini Anda misalkan sebagai apa? mencari titik yang dilalui dari model matematika yang telah
Variabel y sebagai apa? dibuat. Selanjutnya membuat grafik dari titik-titik yang
dilalui untuk menentukan daerah penyelesaian dari sistem
FD : Tempat penambangan I dimisalkan sebagai x,
pertidaksamaan linear dua variabel, kemudian didapatkan
sedangkan tempat penambangan II dimisalkan
titik pojok dan disubstitusikan ke fungsi tujuan untuk
sebagai y.
menentukan nilai optimum yang diminta dari soal.
Peneliti : Setelah Anda memisalkannya, bagaimana cara
Anda menyusun rencana pemecahan dari
permasalahan tersebut? Tahap Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah
FD : Setelah saya memisalkan dengan variabel, Berdasarkan gambar 1, selanjutnya peneliti melakukan
langkah selanjutnya yaitu memodelkannya wawancara dengan FD untuk mendapatkan penjelasan
dalam bentuk matematika. Kemudian mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode C1. Simak
menentukan fungsi tujuan. Lalu membuat tabel kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya.
persamaan garis untuk mencari titik yang dilalui Peneliti : Setelah Anda menggambar grafik, bagaimana
dari tiap persamaan garisnya. Kemudian saya Anda bisa menentukan daerah penyelesaiannya?
menguji titik yang ditemukan dengan (0,0) FD : Saya melakukan uji titik (0,0) jika pernyataan
setelah itu saya membuat grafik koordinatnya. yang dihasilkan salah, maka titik (0,0) tidak
Peneliti : Bagaimana Anda menentukan fungsi tujuan? berada di daerah penyelesaian
FD : Dengan mengamati biaya operasi dari tiap Peneliti : Mengapa Anda menggunakan metode uji titik?
tempat penambangan yang telah diketahui Kenapa bukan garis selidik?
dalam tabel yang sebelumnya saya buat. FD : Karena menurut saya metode tersebut adalah
Peneliti : Setelah itu, mengapa Anda mencari titik yang metode yang mudah dan saya pahami daripada
dilalui dari tiap persamaan garisnya? metode lainnya.
FD : Untuk mengetahui titik mana saja yang akan Peneliti : Mengapa Anda menggunakan titik uji (0,0)?
menentukan dalam grafik koordinatnya Apakah tidak boleh menggunakan titik lain
Peneliti : Titik mana saja yang sudah Anda temukan? sebagai titik uji?
FD : Saya menemukan 3 titik, yaitu (80,40), (60,80), FD : Boleh saja menggunakan titik uji lain, namun
(40,96) saya memilih titik (0,0) karena lebih cepat dalam
perhitungannya
Peneliti : Lalu untuk apa Anda menggambar grafik?
Peneliti : Setelah Anda melakukan uji titik, langkah apa
FD : Untuk mencari titik pojok yang akan
selanjutnya Anda lakukan?
memberikan informasi dalam penyelesaian
masalah FD : Membuat grafik dan menentukan daerah
penyelesaiannya
Peneliti : Metode apa yang Anda gunakan untuk
menentukan titik pojok? Peneliti : Dari permasalahan tersebut sudah diketahui
biaya minimumnya, kemudian bagaimana Anda
FD : Dalam menentukan titik pojok saya
bisa menyimpulkan berapa hari masing-masing
menggunakan metode eliminasi dan substitusi
tambang beroperasi?
Peneliti : Mengapa Anda menggunakan kedua metode
FD : Dari titik pojok yang telah ditemukan
tersebut?
menggunakan metode eliminasi dan substitusi
FD : Karena dalam titik pojok yang saya temukan
tadi saya memasukkan dalam fungsi tujuan
dalam grafik belum pasti menunjukkan titik
kemudian terbukti total biaya minimum sebesar
mana yang menjadi patokannya, sehingga agar
Rp128.000.000,00 terdapat pada titik B (48,16)
lebih memastikan saya menggunakan kedua
Peneliti : Jadi berapa hari masing-masing tambang
metode tersebut
beroperasi?

725
Volume 11 No.3 Tahun 2022, HAL 720-731

FD : Tambang I beroperasi selama 48 hari, tambang Peneliti : Setelah Anda membaca permasalahan tersebut,
II beroperasi selama 16 hari. informasi apa saja yang Anda dapat dari
Berdasarkan jawaban subjek FD dan hasil wawancara, permasalahan itu?
FD menggunakan metode uji titik untuk menentukan titik FI : Informasi yang saya dapatkan adalah
pojoknya. FD juga melakukan uji titik (0,0) untuk perusahaan tambang I menghasilkan 1 ton bijih
mengetahui apakah daerah penyelesaiannya berada di timah kadar tinggi, 4 ton bijih timah kadar
dalam koordinat titik (0,0) atau berada diluarnya. menengah, 12 ton bijih timah kadar rendah per
harinya. Perusahaan tambang II menghasilkan
2 ton bijih timah kadar tinggi, 3 ton bijih timah
Tahap Memeriksa Kembali Pemecahan Masalah
kadar menengah, dan 5 ton bijih timah kadar
Berdasarkan gambar 1, selanjutnya peneliti melakukan
rendah per harinya.
wawancara dengan FD untuk memberikan penjelasan
Peneliti : Lalu apa yang menjadi masalah dari
mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode D1. Simak
permasalahan tersebut?
kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya.
FI : Permasalahannya adalah untuk menentukan
Peneliti : Jika sudah menemukan jawaban, apakah Anda berapa hari tambang beroperasi jika yang
yakin dengan jawaban tersebut? Apakah Anda diketahui adalah biaya minimumnya
memeriksa kembali penyelesaiannya? Peneliti : Setelah Anda mengetahui informasi yang ada
FD : Iya saya yakin dan saya sudah memeriksa dalam permasalahan, apakah semua informasi
kembali perhitungan saya itu cukup untuk menyelesaikan permasalahan?
Peneliti : Bagaimana cara Anda memeriksa kembali FI : Ya, cukup bagi saya
langkah dan hasil hitunganmu? Peneliti : Bagaimana Anda bisa menentukan apa yang
FD : Dengan mengoreksi tiap langkah dan diketahui dan ditanya pada permasalahan
menghitung kembali hasil perhitungan yang ada tersebut?
apa sudah benar atau belum FI : Saya membaca permasalahan dan menyusun
Berdasarkan jawaban subjek FD dan hasil wawancara perumusan serta fungsi matematikanya
di atas, FD dapat membuat kesimpulan akhir dari Subjek FI sudah membaca permasalahan, namun tidak
permasalahan tersebut. FD juga memeriksa kembali dari menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya.
pemecahan masalah yang telah dilakukan dengan cara Tetapi hal tersebut dijelaskan FI dalam wawancara yang
mengoreksi tiap langkah dan menghitung kembali hasil dilakukan peneliti. FI juga menjelaskan bagaimana ia dapat
perhitungan yang diperoleh. menentukan apa yang diketahui dan ditanya pada saat
melakukan wawancara.

Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual Tahap Merencanakan Penyelesaian


Program Linear Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Berdasarkan gambar 2, selanjutnya peneliti melakukan
Independent (subjek FI) wawancara dengan FI untuk mendapatkan penjelasan
mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode B1. Simak
kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya.
Peneliti :Apakah Anda menggunakan ide yang Anda
B1
miliki sebelumnya dalam menyelesaikan
permasalahan?
C1
FI : Ya, saya merubah permasalahan tersebut
menjadi model matematika. Sebelumnya, saya
memisalkan terlebih dahulu lama pengoperasian
tambang I dan lama pengoperasian tambang II
C1 D1 serta menentukan fungsi tujuannya
Peneliti : Seusai mengetahui apa yang diketahui dan apa
yang ditanya dari permasalahan, apa langkah
Gambar 2. Jawaban Tertulis FI selanjutnya?
Tahap Memahami Masalah FI : Dengan memperhitungkan fungsi yang sudah
Peneliti melakukan wawancara dengan FI untuk dituliskan sehingga dapat menghasilkan grafik
mendapatkan penjelasan mengenai hasil pengerjaannya. persamaannya dan kemudian melihat titik
Simak kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya. koordinat dari garis tersebut dan memasukkan
angka dari jumlah barang/timah yang dihasilkan

726
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

sebagai cara atau metode menyelesaikan FI :Dapat disimpulkan bahwa titik tersebut
permasalahan matematikanya. merupakan lama pengoperasian tambang I dan
Berdasarkan gambar 2 pada kode B1 subjek FI dapat II, yaitu tambang I selama 48 hari, dan tambang
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki, yaitu dengan 2 selama 16 hari.
cara memisalkan lama pengoperasian tambang I dan Peneliti : Setelah Anda menemukan jawaban dari
tambang II, lalu merubah sebuah permasalahan menjadi permasalahan tersebut, apakah Anda memeriksa
model matematika. FI juga menjelaskan rencana kembali penyelesaian yang Anda peroleh dari
pemecahan masalah yang digunakan. permasalahan tersebut?
FI : Sudah, dengan melakukan perhitungan ulang
Tahap Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah FI dapat menuliskan kesimpulan dari hasil yang
Berdasarkan gambar 2, selanjutnya peneliti melakukan diperoleh, yaitu lama pengoperasian tambang I dan
wawancara dengan FI untuk memberikan penjelasan tambang II adalah 48 hari dan 16 hari. FI juga memeriksa
mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode C1. Simak kembali dengan melakukan perhitungan ulang. Dalam
kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya. menentukan hasil akhir juga dijelaskan FI saat wawancara.
Peneliti : Mengapa Anda menggunakan metode uji titik?
Mengapa bukan metode garis selidik? Pembahasan
FI : Karena menurut saya, metode uji titik lebih Berdasarkan hasil analisis data, akan disajikan
mudah saya pahami daripada metode garis pembahasan kemampuan pemecahan masalah kontekstual
selidik program linear ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent
Peneliti : Apakah Anda menggambar grafik? dan Field Independent. Berikut ini disajikan tabel
FI : Iya, untuk memperjelas dan menentukan kemampuan pemecahan masalah subjek dengan gaya
daerah penyelesaian kognitif Field Dependent dan Field Independent.
Peneliti : Mengapa Anda menggunakan metode
substitusi untuk menentukan titik optimum? Tabel 5. Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Field
FI : Seperti yang sudah saya tulis, fungsi tujuan Dependent dan Field Independent
sudah ada, sehingga saya mensubstitusikan titik Tahap
Subjek Field Subjek Field
Pemecahan
koordinat itu dalam fungsi tujuan. Kemudian Dependent Independent
Masalah Polya
untuk grafiknya digunakan untuk sebagai bukti • Membaca • Membaca
garisnya dan juga untuk daerah permasalahan yang permasalahan yang
penyelesaiannya. Serta menurut saya, diberikan dan diberikan dengan
cara/metode seperti itu lebih mudah dipahami dibaca sekali cermat dan dibaca
berulang kali
Peneliti : Dari langkah-langkah tersebut, bagaimana
• Menuliskan apa • Tidak menuliskan apa
Anda bisa menentukan jawaban dari yang diketahui yang diketahui dari
permasalahan? dalam bentuk tabel permasalahan tetapi
FI : Dalam soal diketahui bahwa biaya minimum dapat menjelaskan
yang diketahui pada
yang dikeluarkan adalah Rp128.000.000,00. Memahami
permasalahan saat
Dimana Rp128.000.000,00 merupakan hasil Masalah
wawancara
substitusi dari titik (48,16). Sehingga dapat • Tidak menuliskan • Tidak menuliskan apa
disimpulkan bahwa titik tersebut bisa dianggap apa yang ditanya, yang ditanya, namun
namun dapat dapat menjelaskan
sebagai hari operasi yang menjadi permasalahan
menjelaskan bahwa bahwa yang
Berdasarkan gambar 2 pada kode C1 dan hasil yang ditanyakan ditanyakan adalah
wawancara, FI melaksanakan rencana pemecahan masalah, adalah lama hari lama hari dalam tiap
yaitu menentukan model matematika, menentukan daerah dalam tiap tempat tempat penambangan
penambangan beroperasi
penyelesaian SPtLDV, dan metode uji titik.
beroperasi
• Membuat rencana • Meninjau ulang
Tahap Memeriksa Kembali Pemecahan Masalah penyelesaian yang permasalahan untuk
Berdasarkan gambar 2, selanjutnya peneliti melakukan terstruktur dan tepat membuat rencana
Merencanakan pemecahan masalah
wawancara dengan FI untuk mendapatkan penjelasan Penyelesaian • Mengubah • Mengubah
mengenai apa yang sudah ditulisnya pada kode D1. Simak permasalahan ke permasalahan ke
kutipan wawancara berikut untuk lebih jelasnya. model matematika model matematika
Peneliti : Jadi, dari titik (48,16) itu sudah diperoleh nilai
• Menentukan titik • Menentukan titik yang
minimumnya? Melaksanakan
yang dilalui, dilalui, menggambar
Rencana
menggambar grafik,

727
Volume 11 No.3 Tahun 2022, HAL 720-731

Tahap masalah secara analitik, yaitu masalah tersebut dijabarkan


Subjek Field Subjek Field
Pemecahan
Dependent Independent dan menemukan hubungan dari masalah tersebut.
Masalah Polya
Pemecahan melakukan uji titik, grafik, menentukan
Masalah dan menentukan daerah penyelesaian Tahap Merencanakan Penyelesaian
daerah penyelesaian Pada tahap merencanakan penyelesaian, subjek FD dan
• Menggunakan uji • Menggunakan uji titik FI dapat merencanakan penyelesaian dengan tepat. FD
titik pojok untuk pojok
menentukan hasil
menuliskan rencana sesuai dengan kalimat pada
akhir permasalahan. Rencana pemecahan yang dilakukan oleh
• Melaksanakan • Melaksanakan FD, yaitu merubah permasalahan ke model matematika,
rencana rencana penyelesaian mencari titik yang dilalui, menggambar grafik, melakukan
penyelesaian tidak terstruktur dan uji titik, menentukan daerah penyelesaian, dan melakukan
terstruktur dengan cukup teliti
teliti dan rinci uji titik pojok untuk menentukan hasil akhirnya. Hal
• Membuat kesimpulan • Membuat kesimpulan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sasongko
dengan memilih nilai dengan memilih nilai dan Siswono (2011) bahwa individu FD adalah seseorang
optimum yang terkecil optimum yang terkecil
atau minimum dengan kecenderungan untuk mengatur dan memroses
atau minimum
• Titik pojok yang • Titik pojok yang terpilih informasi secara umum. Hal tersebut sependapat dengan
terpilih sebagai jumlah sebagai jumlah penentu Istiqomah dan Rahaju (2014: 145), individu FD bisa
Memeriksa penentu lama hari lama hari kedua mendapatkan informasi secara umum.
Kembali kedua tambang tambang beroperasi
FI menggunakan rencana pemecahan yang sesuai untuk
Pemecahan beroperasi
• Memeriksa kembali • Memeriksa
Masalah kembali memecahkan masalah yang diberikan mulai dari
hasil pemecahan dengan menentukan model matematika sampai memperoleh hasil
hasil pemecahan
membaca kembali dan
dengan melakukan melakukan perhitungan akhir. FI cenderung menggunakan notasi matematika dan
perhitungan ulang ulang menggunakan kalimatnya sendiri untuk menggambarkan
sesuatu. Hal tersebut sependapat dengan Istiqomah dan
• Dapat memperoleh • Dapat memperoleh hasil
hasil yang tepat yang tepat Rahaju (2014: 145), yang menyatakan bahwa individu FI
cenderung mengekspresikan sebuah gambaran tanpa
Berikut pembahasan kemampuan pemecahan masalah memandang latar belakang dan dapat membedakan objek
kontekstual subjek FD dan FI. dari konteks sekitarnya.

Tahap Memahami Masalah Tahap Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah


Pada tahap memahami masalah, FD telah membaca FD dan FI dapat melaksanakan rencana pemecahan
permasalahan dan dibaca sekali. FD dapat menuliskan apa untuk memecahkan masalah. FD memisalkan tempat
yang diketahui dalam bentuk tabel dari hasil kedua tempat penambangan I sebagai 𝑥 , dan tempat penambangan II
penambangan, tetapi tidak dapat menuliskan apa yang sebagai 𝑦 . Lalu menentukan model matematika dalam
ditanyakan, yaitu berapa hari masing-masing tambang sistem pertidaksamaan dua variabel yang sesuai serta
dioperasikan. Selain itu FD juga dapat menjelaskan menentukan fungsi tujuannya, yaitu 𝑓(𝑥, 𝑦) =
masalah menggunakan kalimatnya sendiri saat dilakukan
2.000.000𝑥 + 2.000.000𝑦 . Kemudian FD menentukan
wawancara dengan peneliti. Hal ini sependapat dengan
titik yang dilalui oleh 5 persamaan garis serta menggambar
Ngilawajan (2013: 78) yang menyatakan individu FD
grafiknya. FD melakukan uji titik, yaitu memilih titik uji
cenderung sulit untuk memilah informasi dan tidak bisa
O(0,0) untuk menentukan daerah penyelesaiannya. Ketika
memilih dalam menerima informasi.
menentukan titik pojok FD menggunakan 2 metode, yaitu
FI telah membaca permasalahan dengan cermat dan
metode eliminasi dan metode substitusi. Sehingga
dibaca berulang kali. Namun, FI tidak dapat menuliskan
diperoleh titik pojoknya adalah A(15,60) dan B(48,16).
apa yang diketahui seperti hasil tempat penambangan I dan
Titik pojok yang diperoleh FD kemudian disubstitusikan
II, serta apa yang ditanyakan yaitu lama masing-masing
ke fungsi tujuan untuk melihat biaya minimum kedua
tambang dioperasikan. Subjek FI dapat menentukan
tambang, sehingga FD dapat menentukan berapa hari
masalah yang ada pada permasalahan secara analitis.
masing-masing tambang dioperasikan. FD melaksanakan
Dalam hal ini FI menjelaskan masalah dengan jelas dan
rencana pemecahan dan memperoleh hasil yang tepat
tepat dengan kelengkapan informasi penting yang
sesuai yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya.
diperoleh saat membaca permasalahan. Hal tersebut
Tetapi tidak sesuai dengan pernyataan Vendiagrys, et al
sependapat dengan Wulandari (2017: 97), yang
(2015) mengatakan FD saat melaksanakan pemecahan
mengatakan bahwa individu FI cenderung menuliskan
permasalah cenderung tidak mendapatkan hasil yang tepat.

728
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

FI dapat melaksanakan langkah-langkah perencanaan menggunakan uji titik pojok untuk menentukan hasil
untuk memecahkan masalah dan rumus dengan tepat serta akhirnya. Siswa FD menuliskan langkah penyelesaian
mendapat hasil yang tepat. Sependapat dengan pernyataan dan hasil akhir secara rinci dan teliti, selain itu saat
Vendiagrys, et al (2015), bahwa subjek FI saat dilakukan wawancara dengan peneliti, siswa dapat
melaksanakan pemecahan masalah mendapat hasil yang menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti.
tepat. FI memulai langkah pemecahannya dengan membuat Siswa FD saat pembentukan simpulan, memilih nilai
permisalan, yaitu lama pengoperasian tambang I sebagai 𝑥 minimum dan titik pojok yang terpilih sebagai lama
dan lama pengoperasian tambang II sebagai 𝑦 . FI hari pengoperasian masing-masing tambang, sehingga
menentukan fungsi tujuan, yaitu 𝑓(𝑥, 𝑦) = (𝑥 + 𝑦) . dapat menjawab permasalahan dengan benar. Siswa FD
Kemudian FI menentukan titik yang dilalui oleh 5 juga memastikan langkah yang telah dilakukan sudah
persamaan garis serta menggambar grafiknya. Selanjutnya, benar dengan cara memeriksa kembali dan melakukan
FI menentukan titik pojok dengan menggunakan metode perhitungan ulang.
substitusi sehingga diperoleh titik pojoknya. FI memilih 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual
nilai minimum dan titik pojok yang terpilih sebagai lama Program Linear Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field
(hari) masing-masing tambang beroperasi. Independent (FI)
Ketika menyelesaikan masalah matematika siswa
Tahap Memeriksa Kembali Pemecahan Masalah FI dalam memahami masalah, dengan membaca
FD telah memeriksa kembali pemecahan, FD permasalahan yang diberikan secara cermat dan dibaca
menuliskan simpulan dari permasalahan dengan memilih berulang kali. Siswa FI tidak dapat menentukan
nilai minimum dan titik pojok yang terpilih sebagai lama informasi penting yang diketahui dan apa yang
(hari) tempat penambangan I dan II beroperasi. FD juga ditanyakan, namun siswa tersebut dapat
melakukan perhitungan ulang yang artinya FD telah menjelaskannya saat wawancara dengan peneliti.
menjawab apa yang ditanyakan dari permasalahan. Namun, Siswa FI dapat merencanakan penyelesaian yang akan
bertolakbelakang dengan hasil penelitian Wulan dan digunakan, yaitu merubah permasalahan ke model
Anggraini (2019) yang menyatakan bahwa subjek FD tidak matematika, mencari titik yang dilalui dari persamaan
memeriksa kembali penyelesaian. model matematika, menggambar grafik, melakukan
FI telah memeriksa kembali dengan menuliskan uji titik, menentukan daerah penyelesaian, dan
simpulan, yaitu lama pengoperasian tempat penambangan menggunakan uji titik pojok untuk menentukan hasil
I dan II adalah 48 hari dan 16 hari. FI juga melakukan akhirnya. Siswa FI menuliskan langkah penyelesaian
perhitungan ulang yang artinya subjek FI telah menjawab dan hasil akhir secara rinci dan teliti, selain itu saat
apa yang ditanyakan dari permasalahan. Hal ini sesuai dilakukan wawancara dengan peneliti, siswa dapat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulan dan menjawab pertanyaan mengenai hasil pengerjaannya.
Anggraini (2019), subjek FI memeriksa kembali Siswa FI dalam pembentukan kesimpulan dengan
penyelesaian dengan baik memilih nilai minimum dan titik pojok yang terpilih
sebagai lama hari pengoperasian masing-masing
PENUTUP tambang, sehingga dapat menjawab permasalahan
Simpulan dengan benar. Siswa FI juga memastikan langkah yang
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan sudah benar dengan cara membaca
telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: ulang permasalahan dan melakukan perhitungan
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual ulang.
Program Linear Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field
Dependent (FD) Saran
Ketika menyelesaikan masalah matematika, siswa Beberapa saran berdasarkan penelitian yang telah
FD dalam memahami masalah, dengan membaca dilakukan sebagai berikut.
permasalahan yang diberikan dan dibaca sekali. Siswa 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa FD pada
FD dapat menentukan informasi penting yang diketahui tahap memahami masalah, siswa membaca
dengan membuat dalam bentuk tabel dan apa yang permasalahan yang diberikan dan dibaca sekali. Siswa
ditanyakan dapat dijelaskan dengan tepat. Siswa FD FD dapat menentukan informasi penting yang
dapat merencanakan penyelesaian yang akan diketahui dengan membuat dalam bentuk tabel dan apa
digunakan, yaitu merubah permasalahan ke model yang ditanyakan dapat dijelaskan dengan tepat.
matematika, mencari titik yang dilalui dari persamaan Sedangkan siswa FI pada tahap memahami masalah,
model matematika, menggambar grafik, melakukan uji siswa telah membaca permasalahan yang diberikan
titik, menentukan daerah penyelesaian, dan secara cermat dan dibaca berulang kali. Namun, tidak

729
Volume 11 No.3 Tahun 2022, HAL 720-731

dapat menentukan informasi penting yang diketahui Turunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field
dan apa yang ditanyakan. Bagi guru, sebaiknya Independent dan Field Dependent. Vol. 02. No. 01.
mengingatkan siswa untuk menuliskan informasi Polya, G. (1985). How To Solve It. (2nd, Ed.) New Jersey
penting pada suatu permasalahan dan apa yang : Priceton University Press.
ditanyakan. Hal ini untuk membiasakan siswa
Polya, G. (2014). How to Solve It: A New Aspect of
mengerjakan permasalahan matematika sesuai dengan Mathematical Method (Second ed). New Jersey:
prosedur dan memudahkan siswa saat melakukan Princeton University Press.
pemecahan suatu permasalahan kontekstual.
Rahaju, E. (2016). The Thinking Process Of Junior High
School Students On The Concept Of Rectangle
REFERENCE Reviewed By Their Cognitive Styles. Proceedings of
International Seminar on Mathematics Education and
Amin, R. M. (2010). Deskripsi Kemampuan Siswa SMP Graph Theory, 177-186.
Negeri 4 Sungguminasa Dalam Memecahkan Masalah Rahman, A. (2010). Profil Pengajuan Masalah
Matematika Open-Ended (Ditinjau Dari Perbedaan Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa.
Tingkat Kemampuan Prasyarat dan Gaya Kognitif). Disertasi, Surabaya: Unesa.
Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Makassar. Rahmawati, D., & Permata, L. D. (2018). Analisis
Kesalahan SIswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Ardianti, N. A. (2018). Analisis Pemahaman Siswa Program Linear Dengan Prosedur Newman. Jurnal
Berdasarkan Teori APOS Pada Materi Program Elektronik Pembelajaran Matematika, V, No.2, 173-
Linear Ditinjau Dari Gaya Kognitif (Field Dependent 185.
dan Field Independent).
Rosyidin, M. N. (2009). Profil Pemecahan Masalah
Baiduri. (2016). Gaya Kognitif dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Berdasarkan Gaya Berpikir.
Matematika Siswa Field Dependence-Independence. Thesis, Prodi Pendidikan Matematika, Program
Aksioma: Jurnal Matematika dan Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Matematika, Vol 6, No.1.
Rudtin, A. (2013). Penerapan Langkah Polya Dalam
Crozier, W. (1997). Individual Learners: Personality Model Problem Based Instruction Untuk
Differences In Education. London: Routledge. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal
Culaste, I. (2011). Cognitive Skills Of Mathematical Cerita Persegi Panjang. Jurnal Elektronik Pendidikan
Problem Solving Of Grade 6 Children. International Matematika Tadulako, I,No. 1.
Journal of Innovative Interdisciplinary Research, Sasongko, D.F & Siswono, T.Y.E. (2011). Kreativitas
Central Mindanao University, Philippines. Siswa dalam Pengajuan Soal Matematika ditinjau dari
Das, R., & Das, G. (2013). Math Anxiety: The Poor Gaya Kognitif Field-Independent dan Field-
Problem Solving Factor in School Mathematics. Dependent. Jurnal Pendidikan Matematika, Unesa.
International Journal of Scientific and Research Surabaya. Vol 1(1), 01-08.
Publication, III(4), University Guwahati, Assam, Siswono, T. Y. (2008). Model Pembelajaran Matematika
India. Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk
Fonda, C. Z. (2016). Profil Pemecahan Masalah Open- Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unesa
Ended Materi Aljabar Siswa SMP Ditinjau Dari Gaya University Press.
Kognitif Field Dependent dan Field Independent. Sugiyono. (2015). "Metode Penelitian Pendekatan
Thesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Kuantitatif, Kualitatif, R&D". (pp. 14-343). Bandung:
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Alfabeta.
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Vendiagrys, L., I. Junaedi, & Masrukan. (2015). Analisis
Pembelajaran Matematika. Malang : IKIP Malang. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal
Istiqomah & Rahaju. (2014). Proses Berpikir Siswa Setipe TIMSS Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa Pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dalam Pembelajaran Model Problem Based Learning. Unnes
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Journal of Mathematics Education Research, 4(1):34-
Gaya Kognitif Pada Materi Bangun Ruang Sisi 41.
Lengkung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 144- William, D. (1995). The Portable MBA In
149. Entrepreneurship. New Jersey: John Wiley & Sons
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Inc.
(2000). Principles and Standards for School Witkin, H. C. (1977). Field Dependent and Field
Mathematics. Independent Cognitive Style and Their Educational
Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA Implications. Review of Educational Research, 1-64.
dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi

730
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL…

Wulan, E. R., & Anggraini, R. E. (2019). Gaya Kognitif


Field-Dependent dan Field-Independent Sebagai
Jendela Profil Pemecahan Masalah Polya dari Siswa
SMP. Focus Action Of Research Mathematic, 137-138.
Wulandari, R. (2017). Analisis Kognitif Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika di SDN Banyuajuh
I Kamal Madura. Universitas Trunojoyo Madura.

731

Anda mungkin juga menyukai