Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dari

dahulu hingga sekarang. Dengan berkomunikasi seseorang dapat mengekspresikan ide dan

pemikirannya, saling bersosialisasi, dan menerima informasi . Sebaliknya, banyak juga

masalah yang dapat ditimbulkan karena kesalahpahaman dalam komunikasi (Dewi, 2009)

Komunikasi merupakan salah satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam

(NCTM, 2000) yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning

and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi

(representation). Dalam kurikulum 2013, pemerintah berharap belajar itu tidak hanya

berpusat pada guru tetapi juga berpusat pada siswa. Siswa dituntut menjadi aktif dalam proses

pembelajaran yang dapat diukur dari kemampuan komunikasi matematisnya.

Adapun aspek yang akan diamati pada komunikasi matematis siswa adalah aspek

keakuratan, kelengkapan, dan kelancaran dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain

komunikasi, dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah juga penting untuk

diperhatikan. Pemecahan masalah selalu melingkupi kehidupan manusa dalam segala bidang

tidak terkecuali di dalamnya adalah matematika.

Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau

mengatasi halangan atau kendala ketika suatau jawaban atau metode jawaban belum tampak

jelas. Salah satu tujuan pembelajaran matematika diberikan sejak sekolah dasar kepada siswa

yang tercantum dalam kurikulum adalah pemecahan masalah dalam matematika. Tanpa

adanya pemecahan masalah dalam matematika, kegunaan dan kekuatan ide-ide matematika,
1
pengetauan, dan keterampilan sangatlah terbatas (Siswono, 1999).

Lampiran Permendikbud No 61 Tahun 2014 disebutkan kebutuhan Kompentesi Masa

Depan pendidikan Indonesia diantaranya adalah siswa memecahkan masalah yang kompleks

secara lintas bidang keilmuan dan berkomunikasi menggunakan pengetahuan kesempatan,

kesehatan, dan tanggungjawab warga negara. Dalam memecahkan suatu permasalahan

matematika khususnya masalah SPLDV ini membutuhkan keterampilan memahami masalah,

melakukan analisis dan perhitungan, serta kemampuan berabstraksi. Dalam hal ini seseorang

pada umumnya membutuhkan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan analitis dan

berpikir logis. Kemampuan memahami masalah akan mudah dikembangkan oleh seseorang

yang memiliki kecerdasan linguistik.

Terdapat tujuh macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan majemuk

(multiple intelligence). Ketujuh jenis kecerdasan tersebut adalah kecerdasan musik,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan ruang visual, kecerdasan

linguistik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Seiring berkembang,

kemudian banyak juga dibahas kecerdasan eksistensial dan kecerdasan naturalis. (Gardner,

2011) .

Pemecahan masalah memiliki strategi dan langkah-langkah dalam penyelesaiannya.

Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana

penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Dengan

memperhatikan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut, secara tidak langsung akan

mempengaruhi keterampilan berpikir siswa (Polya, 1973)

Keterampilan berpikir siswa dipengaruhi oleh faktor internal dalam keberhasilan siswa itu

sendiri. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kualitas prestasi matematika siswa

adalah kecerdasan yang dimiliki siswa (Faradhillah, 2013). Siswa dapat menyelesaikan
2
permasalahan matematika dengan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki.

Gardner dalam (Amstrong, 2013) menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan

kapasitas atau kemampuan untuk (1) memecahkan masalah-masalah, dan (2) menciptakan

karya-karya dalam suatu konteks yang kaya dan keadaan yang naturalistik.

Kecerdasan logis matematis merupakan gabungan dari kemampuan berhitung dan

kemampuan logika sehingga siswa dapat menyelesaikan suatu masalah secara logis. Siswa

yang memiliki kecerdasan logis matematis yang tinggi cenderung dapat memahami suatu

masalah dan menganalisis serta menyelesaikannya dengan tepat. Namun pada kenyataannya

masih banyak siswa yang kemampuan dalam berhitung dan logikanya masih kurang baik. Hal

ini terlihat ketika siswa diberikan soal-soal cerita yang perlu dianalisis terlebih dahulu.

Mereka tidak dapat menjawab soal-soal tersebut dikarenakan mereka tidak dapat

mengidentifikasi masalah-masalah dalam soal tersebut. Proses pengidentifikasian masalah ini

akan mudah dilakukan oleh seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik yang baik.

Salah satu kesulitan siswa dalam memahami aljabar adalah siswa tidak dapat

merepresentasikan bentuk numerik ke bentuk aljabar yang di dalamnya terdapat penggunaan

huruf yang disebut variabel untuk mewakili nilai suatu bilangan (Patton, 2012). Maksud dari

pendapat Patton tersebut adalah pada tingkat Sekolah Dasar (SD), siswa masih mempelajari

aljabar yang melibatkan simbol berupa angka. Sedangkan pada tingkat SMP, siswa mulai

mempelajari aljabar yang melibatkan penggunaan simbol yang tidak hanya melibatkan angka

tetapi juga melibatkan penggunaan variabel berupa huruf sebagai bilangan yang belum

diketahui nilainya dalam perhitungan. Konsep matematika yang berkaitan dengan aljabar

salah satunya adalah SPLDV. Hasil rekap penguasaan materi SPLDV pada Ujian Nasional

(UN) 2017/2018 yang menunjukkan presentase jawaban benar siswa pada soal SPLDV di

Propinsi Jawa Timur sebesar 36.94% sedangkan presentase jawaban benar siswa pada soal
3
SPLDV berdasarkan skala nasional sebesar 35.21% (Puspendik, 2018).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa kecerdasan yang dominan untuk

memecahkan masalah SPLDV adalah kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis matematis.

kecerdasan logis matematis berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam berpikir secara

induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola

angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.

Sedangkan kecerdasan linguistic lebih mengarah pada kemampuan siswa dalam aspek bahasa.

mengungkapkan bahwa seseorang dengan kecerdasan logis matematis tinggi cenderung

menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.

Kecerdasan logis matematis melibatkan komponen perhitungan secara matematis, berpikir

logis, nalar, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif, dan ketajaman hubungan antara

pola-pola numeric.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang―Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Berdasarkan Kecerdasan Linguistik

dan Kecerdasan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel (SPLDV)‖.

1.1 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis Tulis siswa SMP dengan kecerdasan

linguistik yang dominan dalam menyelesaikan masalah SPLDV?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis Tulis siswa SMP dengan kecerdasan logis

matematis yang dominan dalam menyelesaikan masalah SPLDV?


4
1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendekskripsikan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa SMP dengan

kecerdasan linguistic yang dominan dalam menyelesaikan masalah SPLDV.

2. Untuk mendekskripsikan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa SMP dengan

kecerdasan logis matematis yang dominan dalam menyelesaikan masalah SPLDV.

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi

matematis siswa SMP berdasarkan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis matematis

dalam menyelesaikan masalah SPLDV.

2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan referensi yang melakukan penelitian sejenis.

1.4 Batasan Penelitian

Hal-hal yang dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari satu siswa dengan kecerdasan logis matematis yang

dominan dan satu siswa dengan kecerdasan linguistik yang dominan. Kedua subjek dipilih

dengan berdasarkan jenis kelamin yang sama, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya

kemungkinan perbedaan data yang lebih cenderung karena perbedaan jenis kelamin bukan

pada perbedaan jenis kecerdasan.

5
2. Lingkup siswa pada penelitian ini terbatas hanya pada siswa kelas VIII.

3. Dalam penelitian ini komunikasi matematis yang akan diamati adalah komunikasi matematis

tulis.

1.5 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, maka peneliti memberikan penjelasan tentang

beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu

keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau penyampaian pesan antara manusia

agar orang lain memahami informasi atau pesan yang akan disampaikan

3. Komunikasi Matematis adalah proses penyampaian ide atau pesan yang berisi tentang

materi matematika secara tulis atau lisan.

4. Kemampuan Komunikasi Matematis adalah hasil penyampaian informasi atau pesan

matematika kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tulis.

5. Komunikasi matematis tulis adalah hasil penyampaian informasi atau pesan matematika

kepada orang lain melalui tulisan seperti kata-kata ataupun gambar.

6. Komunikasi matematis lisan adalah hasil penyampaian informasi atau pesan matematika

kepada orang lain melalui ungkapan atau penjelasan secara lisan.

7. Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk menyelesaikan masalah

yang terjadi dan menciptakan semua hal yang dapat dimanfaatkan manusia.

8. Kecerdasan logis matematis adalah kapasitas seseorang untuk berpikir logis dalam

memecahkan kasus atau permasalahan dan melakukan perhitungan matematis.

9. Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam berpikir dan
6
menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan serta

menciptakan sesuatu melalui bahasa tersebut.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan

Definisi Kemampuan

Di dalam kamus bahasa Indonesa, kemampuan berasal dari kata ―mampu‖ yang berarti

kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan

adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Sesorang dikatakan mampu apabila ia

tidak melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability (kemampuan,

kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk

melakukan suatu perbuatan.

Sedangkan menurut Robbins (2005) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan

sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Adapun menurut Sudrajat (2009),

ability adalah menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki

kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini

mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimilikinya.

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan

sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas

seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins & Judge,

2009). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan

digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

8
2.2 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan communication yang

berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang artinya

adalah sama. Sama yang dimaksud disini adalah sama makna, komunikasi akan terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), komunikasi diartikan sebagai hubungan, pengiriman, dan penerimaan

pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Menurut Effendy (2007:10) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek. Pendapat ini

didasarkan pada pendapat Laswell yang membagi komunikasi dalam lima unsur, yaitu

komunikator (pengirim pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), dan efek. Sebagai

proses penyampaian pesan, komunikasi dibagi dalam tiga bentuk, yaitu komunikasi linear

atau komunikasi satu arah (one way communication), komunikasi relational dan interaktif

yang disebut ‖Model Cybernetics‖, dan komunikasi konvergen yang bercirikan multi arah.

Komunikasi mempunyai banyak definisi yang dikemukakan oleh seseorang dalam hal untuk

membatasi makna komunikasi dari sudut pandang mana mereka melihatnya. Berdasarkan

uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan

antar manusia dengan tujuan agar bisa memahami informasi atau pesan yang akan

disampaikan.

2.3 Komunikasi Matematis

2.3.1 Pengertian Komunikasi Matematis

Matematika merupakan suatu bahasa yang melambangkan serangkaian makna


9
yang akan disimpulkan. Bahasa matematika berupa istilah, notasi, dan simbol-simbol

matematika (Suriasumantri, 2007). Dalam The National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM,2000) dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian esensial

dari matematika dan pendidikan matematika. Pendapat ini mengisyaratkan pentingnya

komunikasi dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi, siswa dapat

menyampaikan ide-idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya. Menurut Dewi (2009)

komunikasi matematis dapat diartikan sebagai proses penyampaian ide atau pesan yang

berisi tentang materi matematika. Komunikasi merupakan salah satu dari lima standar

proses yang ditekankan dalam NCTM (2000), bahwa lima standar proses, yaitu

pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof),

komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi matematis

merupakan proses penyampaian ide atau pesan yang berisi tentang materi matematika

secara lisan atau tulisan.

2.3.2 Komunikasi matematis dan jenisnya

Peningkatan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan matematika adalah satu

dari tujuan utama pergerakan reformasi matematika. Brenner (1998) lebih lanjut

menyatakan bahwa penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi matematika

berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif di dalam suatu

konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam pembelajaran, siswa dapat

mengkomunikasikan berbagai ide yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah

matematika (Brenner, 1998:104),

Menurut Lubienski (2000), kemampuan siswa dalam mengomunikasikan masalah

matematika pada umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa

10
(Hulukati, 2005: 18). Cooke dan Buchholz (2005) menyarankan agar guru seharusnya

dapat membuat suatu hubungan antara matematika dan bahasa. Hubungan ini akan

membantu siswa mampu mengekspresikan suatu masalah matematika ke dalam bahasa

simbol atau model matematika. Komunikasi seperti ini disebut komunikasi tulisan.

Ada dua alasan penting mengapa kemampuan berbahasa itu sangat penting

dibutuhkan dalam berkomunikasi, yaitu: (1) mathematics as language; matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau

menyelesaikan masalah, namun matematika juga adalah alat yang tak terhingga nilainya

untuk mengomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan ringkas, dan (2)

mathematics learning as social activity, sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran

matematika, interaksi antar siswa, misalnya komunikasi antara guru dan siswa yang

merupakan bagian penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika

siswa (Suriasumantri, 2007).

2.3.2.1 Komunikasi Matematis Tulis

Hayyih (2016) mengatakan bahwa komunikasi matematis tulis adalah proses

penyampaian ide/pikiran hasil penyelesaian masalah matematika melalui tulisan.

Komunikasi matematis tulis dapat dilihat pada saat siswa menuliskan notasi dan symbol

matematika, serta bahasa yang digunakan dalam penyelesaian masalah. Komunikasi

matematis tertulis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan dalam

pembelajaran matematika. Menulis dalam matematika adalah menjelaskan konsep

matematika dengan bahasa sendiri, membuat suatu kalimat matematika menjadi suatu

model matematika, dan mengintreprestasikan grafik (Dewi, 2009). Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis tulis adalah hasil

penyampaian informasi atau pesan matematika kepada orang lain melalui tulisan seperti
11
kata-kata ataupun gambar. Dan kali ini peneliti akan menjabarkan tentang kemampuan

komunikasi matematis tulis berdasarkan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis

matematis dalam menyelesikan sistem persaamaan linier dua variabel.

2.3.2.2 Komunikasi Matematis Lisan

Ernest (1994) menjelaskan bahwa komunikasi matematis lisan (verbal) menekankan

interaksi lisan mereka satu sama lain dan dengan guru ketika mereka membangun tujuan

dengan membuat pembagian yang sesuai. Dalam NCTM (2000), disebutkan, standar

kemampuan komunikasi matematis untuk siswa taman kanak-kanak sampai kelas 12

adalah siswa dapat:

a) Mengorganisasi dan mengonsolidasi pemikiran matematika mereka melalui

komunikasi;

b) Mengomunikasikan pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada

pasangan, guru, dan yang lainnya;

c) Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang lain.

d) Menggunakanbahasamatematikauntuk mengekspresikan ide matematika secara tepat.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, NCTM (2000)

menyarankan agar guru mengidentifikasi dan menggunakan berbagai tugas yang

berkaitan penting dengan ide matematika; dapat diakses dengan berbagai metode solusi;

menyediakan representasi multipel; dan memberikan siswa kesempatan menginterpretasi,

jastifikasi dan konjektur. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, setiap siswa diberi

kesempatan untuk berkontribusi walaupun tidak perlu semua siswa memberikan argumen

atau penjelasan secara bersamaan. Intinya, setiap siswa diarahkan untuk mengeluarkan

kemampuannya untuk menjelaskan pemikiran matematik dan penalarannya terhadap

masalah yang berkembang di kelas. Efektifitas pembelajaran untuk meningkatkan


12
kemampuan komunikasi matematka siswa kelas 8 ini terjadi ketika siswa bekerja secara

berpasangan. Dalam NCTM (2000) disebutkan, bekerja berpasangan sering merupakan

suatu pendekatan yang sangat efektif bagi siswa sekolah menengah.

2.3.3 Aspek dalam komunikasi matematis

Komunikasi matematis siswa harus memperhatikan aspek-aspek komunikasi

matematis. Menurut Sumarmo (2003), komunikasi matematis merupakan kemampuan

yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam

bentuk:

a. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;

b. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit,

grafik, dan aljabar;

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika;

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematik tertulis;

f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,

g. dan generalisasi; dan Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang

telah dipelajari

Penjelasan di atas memperlihatkan adanya lima aspek komunikasi, yaitu representasi

(representation), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi (discussion), dan

menulis (writing) (Baroody (1993) . Kelima aspek ini dapat dikembangkan menjadi

tahap-tahap berlangsungnya proses komunikasi dalam pembelajaran matematika.

Untuk memgungkap kemampuan siswa dalam berbagai aspek komunikasi di atas

dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa dalam mendiskusikan masalah dan

membuat ekspresi matematika secara tertulis baik gambar, model matematika, maupun
13
simbol atau bahasa sendiri. (Dewi, 2009) menjelaskan untuk mengetahui komunikasi

matematis siswa diperlukan petunjuk atau indikator yang dapat menentukan apakah

informasi yang diberikan akurat, lengkap, dan lancar. Pada penelitian ini indikator

komunikasi matematis siswa mengadaptasi dari pendapat Dewi tersebut.

2.3.4 Indikator Dalam Komunikasi Matematis

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis diperlukan beberapa indikator.

Sumarmo (2012) juga menuliskan kegiatan yang tergolong pada kemampuan komunikasi

matematis diantaranya adalah:

a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau

b. benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematik.

c. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.

f. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa

sendiri.

Selanjutnya NCTM dalam Principles and Standard for School Mathematics,

merumuskan standar komunikasi untuk menjamin kegiatan pembelajaran matematika

yang mampu mengembangkan kemampuan komunikasi siswa yaitu dapat dilihat dari:

1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematik melalui lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematik

baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.

14
3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi- notasi matematika, dan

struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan

dengan model-model situasi. Berdasarkan pemaparan di atas indikator yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Tulis

No Aspek Komunikasi Matematis Indikator Komunikasi Matematis Tulis


1 Kemampuan a. Menggunakan ide dan menuliskan
mengekspresikan ide-ide pemikirannya untuk menyelesaikan
matematika melalui tulis masalah.
dan mendemonstrasikan b. Menginterprestasikan ide
serta menggambarkan matematika dalam bentuk gambar
secara visual. atau persamaan..
2 Kemampuan menggunakan
istilah-istilah, notasi a. Menggunakan representasi untuk
matematika serta struktur- menyatakan konsep matematika
strukturnya dalam secara tulis.
menyampaikan ide b. Menafsirkan solusi yang ditemukan
matematika, serta melalui tulis.
menghubungkannya dengan
model-model situasi.
3 Kemampuan memahami, a. Menuliskan solusi dengan
menginterprestasikan dan menggunakan istilah-istilah dan
mengevaluasi ide-ide notasi-notasi matematika secara tepat
matematika baik secara tulis untuk menyajikan idenya dalam
maupun dalam bentuk menyelesaikan permasalahan yang
visual lainnya. ada.
b. Menyajikan pendapatnya yaitu berupa
penyelesaian permasalahan yang
ditulis pada lembar kerja siswa secara
terstruktur.

15
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Komunikasi lisan

No
Indikator Komunikasi
Aspek Komunikasi Matematis Matematis
Lisan
1 Kemampuan mengekspresikan ide- a. Ketepatan dalam
ide matematika melalui lisan dan menyampaikan materi
mendemonstrasikan serta sistem persmaan linier
menggambarkan secara visual. dua variabel.
b. Kejelasan berbahasa.
2 Kemampuan untuk menggunakan a. Ketepatan menulis
istilah-istilah, notasi matematika dan notasi matematika
struktur-strukturnya dalam dalam soal/masalah.
menyampaikan ide matematika serta b. Menjelaskan materi
menggambarkan hubungan-hubungan secara lisan
dengan model-model situasi. menggunakan
bahasa
yang mudah dipahami.
3 Kemampuan memahami, a. Memahami materi
menginterprestasikan dan sistem persamaan linier
mengevaluasi ide-ide matematika baik dua variabel
secara lisan atau bentuk visual b. Ketepatan
lainnya. memberikan
pendapat dalam
menyelesaikan soal
atau masalah.
c. Memberikan masukan
dengan teori yang jelas
dan akurat.

2.4 Komunikasi Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya,

ketika memahami masalah siswa akan menangkap segala informasi dalam soal seperti hal

apa yang dicari, data apa yang diketahui, dan syarat-syarat apa saja yang dibutuhkan

dalam memecahkan masalah tersebut.

Berikut merupakan indikator kemampuan komunikasi matematis dalam

pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengadaptasi dari

indikator penelitian dari NCTM sebagai berikut.

16
Tabel 2. 3 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

dalam Penyelesaian Masalah Matematika

Langkah Indikator Komunikasi

Penyelesaian Aspek Komunikasi Matematis tulis dalam

Matematis Pemecahan Masalah

Masalah Polya

1. Menuliskan yang

Kemampuan diketahui dalam soal atau

mengekspresikan ide-ide masalah.

matematika melalui tulis 2. Menuliskan yang

dan mendemonstrasikan ditanyakan dalam dalam

serta menggambar secara soal atau masalah.

visual. 3. Menuliskan simbol

matematika atau

persamaan yang terdapat

dalam soal atau maslah.

Kemampuan 1. Menuliskan soal

Memahami menggunakan istilah- matematika untuk

Masalah istilah, notasi matematika dinyatakan dalam konsep

serta struktur-strukturnya matematika tulis.

dalam menyampaikan ide 2. Menulis solusi yang

matematika, serta ditemukan dalam soal atau

menggabungkannya masalah
17
dengan model-model

situasi

Kemampuan memahami, 1. Menuliskan yang

menginterprestasikan dan diketahui dalam soal atau

mengevaluasi ide-ide masalah dalam pekerjaan

matematika baik secara tulisnya.

tulis maupun dalam 2. Menuliskan pendapatnya

bentuk visual lainnya atau ide baik berupa

tulisan maupun bentuk

serta mengevaluasi ide-

ide tersebut.

Kemampuan 1. Menuliskan rencana yang

mengekspresikan ide-ide akan dilakukan untuk

matematika melalui tulis menyelesaikan soal atau

dan mendemonstrasikan masalah.

serta menggambar secara

visual.

Kemampuan 1. Menuliskan semua

menggunakan istilah- rencana yang akan

Menyusun istilah, notasi matematika dilakukan untuk

Rencana serta struktur-strukturnya menyelesaikan soal atau

dalam menyampaikan ide masalah dengan

matematika, serta menggunakan istilah-

menggabungkannya istilah, notasi matematika,

18
dengan model-model serta menggabungkannya

situasi dengan model situasi

dalam matematika.

Kemampuan memahami, 1. Menuliskan semua

menginterprestasikan dan rencana hasil evaluasi ide-

mengevaluasi ide-ide ide yang akan dilakukan

matematika baik secara untuk menyelesaikan soal

tulis maupun dalam atau masalah baik secara

bentuk visual lainnya tulis maupun/ visual.

Kemampuan 1. Menuliskan langkah-

mengekspresikan ide-ide langkah penyel.

matematika melalui tulis 2. Menuliskan rumus yang

dan mendemonstrasikan digunakan untuk

serta menggambar secara menyelesaikan soal atau

visual. masalah.

3. Menuliskan symbol

dalam soal atau masalah.

Kemampuan 1. Menuliskan semua istilah-

menggunakan istilah- istilah, notasi matematika,

istilah, notasi matematika serta menuliskan ide-ide


Melaksanakan
rencana serta struktur-strukturnya yang ada di soal atau

dalam menyampaikan ide masalah yang digunakan

19
matematika, serta dalam penyelesaian soal

menggabungkannya atau masalah

dengan model-model 2. Menuliskan semua

situasi langkah-langkah yang

digunakan dalam

penyelsaian soal atau

masalah.

Kemampuan memahami, 1. Menuliskan dan

menginterprestasikan dan memahami langkah-

mengevaluasi ide-ide langkah penyelesaian soal

matematika baik secara atau masalah

tulis maupun dalam

bentuk visual lainnya

Kemampuan 1. Menuliskan kembali

mengekspresikan ide-ide tahapan pemecahan

matematika melalui tulis masalah yang telah

dan mendemonstrasikan dilakukan sebelumnya.

serta menggambar secara

visual.

Kemampuan 1. Menuliskan kembali

menggunakan istilah- tahapan pemecahan

istilah, notasi matematika masalah yang telah

serta struktur-strukturnya dilakukan sebelumnya.


20
Memeriksa dalam menyampaikan ide

Kembali matematika, serta

menggabungkannya

dengan model-model

situasi

Kemampuan memahami, 1. Menuliskan kembali

menginterprestasikan dan tahapan pemecahan

mengevaluasi ide-ide masalah yang telah

matematika baik secara dilakukan sebelumnya.

tulis maupun dalam 2. Menuliskan kesimpulan

bentuk visual lainnya yang diperoleh dalam

penyelesaian soal atau

masalah

2.5 Kecerdasan

2.5.1 Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan

seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu (Purwanto, 2011). Lebih lanjut,

Feldam dalam Uno (2012) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan

memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara

efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Kecerdasan juga diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan

manusia serta alat untuk belajar, untuk menyelesaikan masalah, dan menciptakan
21
semua hal yang dapat dimanfaatkan manusia. Dari uraian diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi dan menciptakan semua hal yang dapat

dimanfaatkan manusia.

2.5.2 Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk pertama kali dikemukakan oleh Howard Gardner,

seorang professor bidang pendidikan dari Harvard Graduated School of Education

and Psychology Harvard University. Howard Gardner menentang mengenai

kepercayaan yang slama ini diyakini umum yang telah mendefinisikan kecerdasan

terlalu sempit. Selama ini banyak orang berpendapat bahwa keberhasilan dan

ketidakberhasilan seseorang ditentukan oleh IQ (Intelligent Quotien). IQ bukanlah

jaminan untuk keberhasilan seseorang, terutama dalam hal pengembangan

pengetahuan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan karena tes IQ hanya ditentukan

dengan tes diatas meja saja.

Dalam buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence tahun 1983,

Gardner menyatakan bahwa kecerdasan yang dominan pada diri seseorang tidak

hanya tunggal, tetapi masing-masing orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda,

yang kemudian disebut sebagai kecerdasan majemuk atau multiple intelligences.

Gardner (dalam Jayantika,2013) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk terdiri dari

8 jenis kecerdasan, yaitu 1) kecerdasan linguistik (linguistic intelligence); 2)

kecerdasan logis-matematis (logical-mathematic intelligence); 3) kecerdasan spasial

(spatial intelligence); 4) kecerdasan musikal (musical intelligence); 5) kecerdasan

kinestetik (body-kinesthetic intelligence); 6) kecerdasan interpersonal (interpersonal

intelligence); 7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intillegence); dan


22
8)kecerdasan natural (naturalistic intelligence). Kecerdasan logis matematis,

kecerdasan linguistik dan kecerdasan visual-spasial atau kecerdasan spasial

merupakan tiga kecerdasan yang terkait dengan matematika. Dalam penelitian ini

akan digunakan dua dari tiga kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan logis matematis

dan kecerdasan linguistik

Menurut Gardner (2011) sebagian orang memiliki kekuatan di beberapa

bidang kecerdasan, sehingga sangat dimungkinkan dalam diri seseorang dapat

dideskripsikan satu atau lebih kecerdasan dalam dirinya. Walaupun sebenarnya setiap

orang memiliki delapan kecerdasan tersebut dan tentu saja delapan kecerdasan

tersebut berfungsi bersama-sama dengan cara unik bagi setiap orang. Tetapi, tidak

bisa dipungkiri setiap orang menunjukkan suatu ―kecenderungan‖ terhadap

kecerdasan-kecerdasan tertentu sejak usia dini dan mempunyai banyak kekurangan

dalam beberapa kecerdasan yang lain. Gardner percaya bahwa setiap orang dapat

mengembangkan delapan kecerdasan tersebut ke tingkat kinerja yang cukup tinggi

jika diberi dorongan dan pengajaran yang sesuai.

2.5.2.1 Kecerdasan logis matematis

Gardner (dalam Suparlan, 2004) mendefinisikan kecerdasan logis matematis

sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, pemikiran logis,

penalaran induktif atau deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-

hubungan. Hal ini bermakna bahwa kecerdasan logis matematis. memuat kemampuan

seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika,

memahami dan menganalisis pola-pola angka, serta memecahkan masalah dengan

menggunakan kemampuan berpikir (Gardner dalam Uno dan Kuadrat, 2009). Lebih

khusus, Baharuddin (2007) mendefinisikan kecerdasan logis matematis sebagai

23
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika

secara efektif. Senada dengan pendapat tersebut, Suyadi (2010) mendefinisikan

kecerdasan logis matematis sebagai kemampuan untuk menangani bilangan dan

perhitungan, pola berpikir logis dan ilmiah. Berbeda dengan pendapat sebelumnya,

Campbell (2006) lebih mendefinisikan kecerdasan logis matematis sebagai

kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proporsi dan

hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matemati. Oleh karena itu, Suhendri

(2011) mendefinisikan kecerdasan logis matematis sebagai gabungan dari

kemampuan berhitung dan kemampuan logika sehingga siswa dapat menyelesaikan

suatu masalah secara logis.

Kecerdasan logis matematis merupakan kapasitas seseorang untuk berpikir

secara logis dalam memecahkan kasus atau permasalahan dan melakukan perhitungan

matematis. Seseorang dengan kecerdasan logis matematis mempunyai kemampuan

mengelola logika dan angka dengan aktivitas utama berpikir logis, berhitung,

menyusun pola hubungan serta memecahkan masalah. Kecerdasan logis matematis

terkait dengan kapasitas seseorang untuk menganalisis suatu masalah secara logis,

memecahkan operasi matematis serta meneliti suatu masalah secara ilmiah (Jayantika,

2013). Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan logis matematis:

1) Senang berhitung dan sering menggunakan angka dalam menjelaskan

sesuatu.

2) Mampu menemukan hubungan antara objek dan ide-ide.

3) Mampu menganalisis dan kemudian menyelesaikan masalah dengan

menggunakan strategi yang logis.

4) Mampu mendekati pola.

24
5) Mudah memahami hubungan antara sebab dan akibat untuk mendapatkan

hasil yang nyata.

6) Bernalar secara ilmiah dan dedukti.

7) Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemmikiran serta cara

mereka bekerja.

8) Memiliki kemampuan silogisme yang kuat sehingga mudah dimengerti dan

mudah mempelajari persoalan yang analitis.

9) Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program software logika.

10) Ahli bermain catur, komputer, puzzle, dan permainan yang membutuhkan

strategi dan logika lainnya Menyukai pelajaran Matematika dan IPA.

Tabel 24 Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan Logis Matematis

Bidang Deskripsi Pekerjaan Tugas, aktivitas dan

penilaian

1) Menganalisis 1) Analisis 1) Menganalisis

masalah keuangan bagaimana

2) Mendeteksi pola 2) Banker computer

3) Melakukan 3) Programer bekerja

perhitungan computer 2) Mengakses nilai

matematika 4) Insinyur dari bisnis atau


Logika
4) Penalaran ilmiah perbandingan
dan
dan deduktif 3) Membuat proses
Angka
5) Memahami untuk mengukur

25
hubungan antara sesuatu.

sebab dan akibat 4) Menyusun

untuk mendapat strategi untuk

hasil yang nyata mencapai tujuan.

5) Melakukan

perhitungan

matematis

(Sumber: Gardner, 2011)

2.5.2.2 Kecerdasan Linguistik

Gardner(dalamJamaris,2017) mengungkapkan bahwa kecerdasan linguistik

merupakan kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun

tulisan, termasuk kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa,

fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau pemaknaan bahasa, dan dimensi

pragmatik atau penggunaan bahasa secara praktis. Menurut Campbell dalam

Madyawati (2016) kecerdasan linguistik yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Menurut Musfiroh (2008)

kecerdasan linguistik diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki individu

dalam menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu

menggunakan bahasa secara efektif, baik bahasa lisan maupun tertulis. Berdasarkan

pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan verbal-linguistik

merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam berpikir dan menyelesaikan

26
masalah dengan menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan serta menciptakan

sesuatu melalui bahasa tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan linguistik bermanfaat untuk

berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Kecerdasan linguistik meliputi

kemampuan berpikir dengam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan dan mengapresiasi makna yang kompleks. Kecerdasan linguistik

mulai tumbuh pada awal masa anak-anak dan tetap bertahan hingga usia lanjut.

Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasam linguistic :

1. Mampu mendengar dan memberikan respon pada kata-kata yang diucapkan

dalam komunikasi verbal.

2. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa, serta mampu membaca dan

menulis karya orang lain.

3. Mampu menyusun pikiran dan menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan

pikirannya dengan jelas.

4. Belajar melalui mendengar, membaca, menulis, dan berdiskusi.

5. Mampu mendengar dengan efektif, memahami paraphrase, serta menafsirkan dan

mengingat apa yang telah didengar.

6. Mampu membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan, atau

menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca.

7. Mudah menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain

dengan perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan.

8. Dapat menyeleksi informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu

masalah.

9. Mampu berbicara dengan efektif untuk berbagai khalayak untuk berbagai tujuan

27
dan tahu bagaimana berbicara sederhana, fasih, dan persuasif pada saat yang

tepat.

10. Menulis dengan efektif.

11. Berupaya meningkatkan kemampuan bahasa yang digunakan untuk komunikasi

sehari-hari.

12. Tertarik pada karya jurnalisme, berdebat, berbicara, menulis, atau menyampaikan

suatu cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.

Dalam Tabel 2.3 berikut dijelaskan deskripsi tentang kecerdasan linguistik.

Tabel 2. 3 Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistic

Bidang Deskripsi Pekerjaan Tugas, aktivitas,

dan penilaian

1) Kemampuan 1) Penulis 1) Mengedit

menggunaka 2) Editor makalah

n kata-kata 3) Wartawan 2) Memberi

tertulis dan 4) Pengacara kan

lisan. 5) Ahli bahasa presentasi


Kata
2) Ide atau 6) Penyair lisan.
dan
informasi 7) Public 3) Membuat
Bahasa
melalui Relation daftar

bahasa. 8) Konsultan kelebihan

28
3) Memahami 9) Pembicara dan

antara 10) Guru kelemaha

komunikasi 11) Motivator n suatu

dan makna 12) Pelatih produk

(Sumber: Gardner, 2011)

2.5.3 Mengidentifikasi Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan majemuk dapat diidentifikasikan melalui kemampuan untuk

menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk dalam suatu lingkungan yang

bermacam-macam dan dalam lingkungan yang nyata. Cara terbaik untuk

mengidentifikasi kecerdasan majemuk adalah dengan cara menilai diri kita sendiri

melalui penilaian yang realistis tentang kinerja dalam berbagai jenis tugas, kegiatan,

dan pengalaman dalam dunia nyata yang telah dialami yang melibatkan kecerdasan

majemuk. Untuk membantu seseorang dalam merefleksikan pengalaman dalam dunia

nyata yang telah dialami yang melibatkan kecerdasan majemuk adalah dengan cara

tes kecerdasan majemuk (Gardner, 2011)

Tes kecerdasan majemuk berisi tentang pernyataan-pernyataan tentang

kebiasaan seseorang dalam menjalani hidup atau dalam menyelesaikan masalah yang

melibatkan kecerdasan majemuk. Melalui penggunaan tes kecerdasan majemuk,

diharapkan seseorang dapat menghubungkan atau merefleksikan pengalaman hidup,


29
misalkan dalam menyelesaikan masalah, menghasilkan suatu produk (karya) yang

melibatkan delapan jenis kecerdasan majemuk. Terdapat banyak versi tes kecerdasan

majemuk yang disediakan untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk pada diri

seseorang. Tetapi, dalam penyusunan Tes Kecerdasan Majemuk pada dasarnya tes

tersebut berlandasan pendapat Gardner tentang kriteria-kriteria setiap kecerdasan

majemuk.

Untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk melalui penggunaan tes, hal ini

akan melibatkan skor (nilai) dari masing-masing kecerdasan. Berdasarkan skor

tersebut, dapat diketahui kecerdasan dominan atau kurang dominan yang dimiliki

seseorang. Terdapat beberapa pendapat, untuk menentukan kecerdasan dominan pada

diri seseorang, Menurut Chisslest dan Chapman (2005) ―Your highest scores indicate

your nature strengths and potential –your nature intillegences‖. Menurut Chisslest

dan Chapman (2005) ―Skor tertinggimu menunjukkan kekuatan alami dan potensimu

– kecerdasan alami pada dirimu. Maksud dari pendapat tersebut adalah skor tertinggi

kecerdasan dari beberapa kecerdasan yang diujikan melalui sebuah tes, menunjukkan

kekuatan dan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki seseorang.

Menurut Lobo dan Khaimah (2014) ―Multiple Intelligent (MI) was considered

dominant in our study if the percentage exceeds at least 50%. All MI scoring less than

50% were not included as a dominant MI‖. Menurut Lobo dan Khaimah (2014)

―kecerdasan majemuk dianggap dominan dalam penelitian ini, jika memiliki

presentase paling sedikit 50%. Kecerdasan majemuk yang mempunyai presentase

kurang dari 50% tidak termasuk sebagai kecerdasan majemuk yang dominan‖.

Maksud dari pendapat tersebut adalah kecerdasan majemuk dianggap dominan jika

skor yang didapatkan memiliki presentase paling sedikit 50% dari skor maksimum

30
masing-masing kecerdasan. Jika kecerdasan majemuk mempunyai presentase kurang

dari 50% dari skor maksimum masing-masing kecerdasan, kecerdasan majemuk tidak

termasuk sebagai kecerdasan majemuk yang dominan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, terdapat langkah- langkah yang harus

dilakukan untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk yang dominan pada diri

seseorang. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kecerdasan dengan

skor tertinggi dari beberapa kecerdasan yang diujikan. Kecerdasan dengan skor

tertinggi tersebut menunjukkan kecerdasan majemuk dan potensi kecerdasan

majemuk pada diri seseorang. Jika skor tertinggi yang didapatkan terdapat pada lebih

satu kecerdasan, maka kecerdasan majemuk dan potensi kecerdasan majemuk yang

dimiliki seseorang terdapat lebih dari satu kecerdasan.

Untuk mengidentifikasi bahwa kecerdasan majemuk yang didapatkan

berdasarkan skor tertinggi benar- benar merupakan kecerdasan majemuk yang

dominan, langkah kedua yang dilakukan adalah dengan menggunakan persentase dari

skor maksimum. Kecerdasan majemuk dianggap dominan jika skor yang didapatkan

memiliki persentase paling sedikit 50% dari skor maksimum masing- masing

kecerdasan. Jika kecerdasan mejemukk mempunyai persentase kurang dari 50% dari

skor maksimum masing-masing kecerdasan, kecerdasan majemuk tidak termasuk

sebagai kecerdasan majemuk yang dominan.

Berdasarkan kriteria tersebut, cara pertama untuk mengidentifiasi bahwa

kecerdasan majemuk yang didapatkan skor tertinggi benar-benar merupakan

kecerdasan majemuk yang dominan atau tidak adalah menghitung 50% dari skor

maksimum untuk menentukan batas minimal kecerdasan dominan pada diri

31
seseorang. Jika skor tertinggi yang didapatkan pada langkah pertama memenuhi

kriteria skor paling sediki 50% dari skor maksimum, maka kecerdasan majemuk

tersebut merupakan kecerdasan majemuk yang dominan pada diri seseorang. Tetapi,

jika skor tertinggi yang didapatkan kurang dari 50% dari skor maksimum maka

kecerdasan majemuk tersebut bukan merupakan kecerdasan majemuk yang dominan

pada diri seseorang.

Jika skor tertinggi yang didapatkan terdapat pada lebih dari satu kecerdasan

dan memenuhi krteria skor paling sedikit 50% dari skor maksimum, maka orang

tersebut memiliki lebih dari satu kecerdasan majemuk yang dominan. Berdasarkan

hal tersebut, orang tersebut mempunyai kekuatan dberbagai bidang kecerdasan.

2.5.4 Hubungan antara Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan

keterampilan berfikir siswa. Gardner (2011) mengungkapkan terdapat delapan jenis

kecerdasan yang dinamakan kecerdasan majemuk. Dua diantara kecerdasan tersebut

adalah kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis matematis. Kecerdasan linguistik

memiliki pengaruh yang besar dalam komunikasi matematis siswa, sebab siswa yang

memiliki kecerdasan linguistik akan mudah dalam memahami suatu masalah

matematika. Sedangkan untuk kecerdasan logis-matematis juga sangat penting

dimiliki oleh peserta didik terutama dalam mata pelajaran yang berbasis logika dan

matematika. Sesuai dengan definisinya, Matematika merupakan mata pelajaran yang

mempelajari tentang logika, penalaran, mengenai bentuk, susunan, struktur, besaran,

dalil-dalil, simpulan-simpulan, konsep-konsep/pola-pola yang berhubungan satu

dengan lainnya, dan generalisasi pengalaman, dimana pembelajarannya dibagi

menjadi lima bagian, yaitu: (1) aljabar; (2) pengukuran dan geometri; (3) peluang dan
32
statistika; (4) trigonometri; dan (5) kalkulus. Oleh karena itu, kecerdasan logis-

matematis sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal dalam

mata pelajaran Matematika. Selain kecerdasan logis-matematis, ada satu hal lain yang

tidak kalah pentingnya dan harus dimiliki dengan baik oleh peserta didik, yaitu

komunikasi matematis. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai proses

penyampaian ide atau pesan yang berisi tentang materi matematika. Komunikasi

merupakan salah satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam NCTM (2000).

Selanjutnya, jika kecerdasan dan komunikasi matematis dapat berkembang secara

sinergis dan kondusif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

konsep matematika. Berdasarkan uraian di tersebut maka terdapat hubungan antara

kecerdasan yang dimiliki siswa dan komunikasi matematis siswa.

2.5.5 Hubungan Komunikasi Matematis dengan Pemecahan Masalah Matematika

` Dalam kurikulum pendidikan Nasional, matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik. Setelah mempelajari matematika

di sekolah, maka siswa tidak hanya diharapkan dapat memahami materi matematika

yang diajarkan, tetapi siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan matematis yang

berguna untuk menghadapi tantangan global. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukan oleh Sabandar (2008), dimana pembelajaran matematika di sekolah tidak

hanya bertujuan agar siswa memahami materi matematika yang diajarkan, tetapi

tujuan-tujuan utama lainnya, yaitu agar siswa memiliki kemampuan penalaran

matematika, komunikasi matematika, koneksi matematika, representasi matematika

dan pemecahan masalah matematika, serta perilaku tertentu yang harus siswa peroleh

setelah ia mempelajari matematika. Diantara kemampuan-kemampuan yang

dikemukakan oleh Sabandar di atas, kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

33
matematis merupakan dua kemampuan yang sangat diperlukan oleh setiap orang dalam

menghadapi kehidupan, terutama dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini.

Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis merupakan dua

kemampuan yang telah dinyatakan secara tertulis di dalam tujuan mata pembelajaran

matematika pada pendidikan dasar dan menengah yang tercantum di dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Sejalan dengan hal itu, National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis merupakan dua kemampuan yang harus dimiliki

oleh siswa melalui pembelajaran matematika. Adapun keterampilan- keterampilan

yang perlu dimiliki oleh siswa melalui pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh

NCTM (2000) adalah: (1) pemecahan masalah; (2) penalaran dan pembuktian; (3)

komunikasi; (4) koneksi; (5) representasi. Keterampilan- keterampilan tersebut

termasuk pada berpikir matematis tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam

proses pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis merupakan dua kemampuan yang

sangat penting dan menjadi focus utama untuk dikembangkan dan dimiliki dimiliki

oleh siswa melalui pembelajaran matematika di sekolah. Kemampuan pemecahan

masalah diperlukan dalam memahami dan menyelesaikan masalah. Cooney et. al.

(Hudojo, 2003) menyatakan bahwa mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah-

masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di

dalam kehidupan. Selanjutnya, Hudojo juga menyatakan bahwa bila seorang siswa

dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil

keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana

mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa

34
perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya. Pemecahan masalah adalah

bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Wahyudin (2008)

menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah bagian integral dari semua belajar

matematika. Oleh sebab itu, pemecahan tidak bisa diberikan secara terpisah dalam

pembelajaran matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah juga

dinyatakan oleh Sumarmo (1993), yaitu pemilikan kemampuan pemecahan masalah

pada siswa adalah penting, karena kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan

pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika.

2.5.6 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Persamaan linear dengan dua peubah adalah suatu persamaan yang mengandung

dua peubah pangkat satu (misalnya x dan y) dan tidak mengandung perkalian antara

kedua peubah tersebut (tidak mengandung suku xy). Bentuk umum persamaan linear

dengan dua peubah adalah ax + by = c , dengan a, b, dan c adalah konstanta pada

bilangan real. Sedangkan gabungan dari beberapa persamaan linear disebut sistem

persamaan linear.

Bentuk umum SPLDV :

dengan a, b, c, d, m, dan n adalah konstanta serta x dan y adalah variabel.

Jika nilai dan , dalam pasangan terurut ditulis memenuhi

SPLDV :

maka haruslah berlaku hubungan dan hubungan

. Dalam hal demikian, maka disebut penyelesaian sistem persamaan


35
linear dua variabel itu dan himpunan penyelesaian ditulis { } Penyelesaian atau

himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan dua peubah

dapat ditentukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah dengan menggunakan:

1.Metode Grafik

2.Metode Eliminasi

3.Metode Subtitusi

Berikut merupakan contoh masalah SPLDV.

Contoh Masalah SPLDV

Di bawah ini adalah dua menara yang memiliki tinggi berbeda yang tersusun dari

dua bangun datar yaitu persegi panjang dan trapesium sama kaki.

1 20 cm

24 cm

Menara A Menara B

36
Pertanyaan:

Gambarlah minimal dua menara berbeda yang memiliki tinggi 30 cm, dengan

syarat menara-menara tersebut tidak tersusun dari bangun berbentuk

persegipanjang yang berjumlah sama. Jelaskan caramu!

Alternatif penyelesaian

Diketahui:

Terdapat dua menara yang memiliki tinggi berbeda dan tersusun dari dua bangun

yaitu bangun berbentuk trapesium sama kaki dan persegi panjang.

Ditanya:

a) Gambarlah satu gambar menara berbeda yang tampak depan yang memiliki

tinggi 30 cm, dengan syarat menara-menara tersebut tidak memiliki persegi

panjang dengan jumlah yang sama. Jelaskan caramu!

Representasi komunikasi tulis

Jawab:

Misal:

Tinggi bangun berbentuk persegi panjang

Tinggi bangun berbentuk trapesium

Dari gambar menara A dan menara B yang diketahui, maka dapat dimodelkan ke

dalam bentuk matematika sebagai berikut. Menara A:2x+4y = 20 Menara B: 3x +

3y =24

Dari kedua persamaan di atas, dapat disederhanakan menjadi:

X + 2y = 10 (persamaan 1) dan x+ y = 8 (persamaan 2)

Dari persamaan 1 dan persamaan 2 diperoleh:


37
y=2 (persamaan 3)

Untuk mencari nilai , substitusi ke , diperoleh:

x+y=8

x+2=6

X =4

 Sehingga, tinggi bangun berbentuk persegi panjang adalah 4 meter dan tinggi

bangun berbentuk trapesium adalah 2 meter.

 Untuk menggambar menara dengan tinggi 30 meter, maka penjelasan sebagai

berikut:

Misal:

Banyaknya bangun berbentuk persegipanjang pada menara

Banyaknya bangun berbentuk trapesium pada menara

4a + 2b = 30

Untuk b=3 maka a=6

Berikut adalah salah satu gambar menara dengan tinggi 30 meter:

38
2 Representasi komunikasi lisan

Untuk mengetahui komunikasi lisan siswa dalam soal tersebut dimana

siswa menjelaskan hasil pengerjaannya lewat wawancara yang dilakukannya

dengan peneliti. Dengan menjelaskan sesuai dengan langkah-langkah pemecahan

masalah Polya.

39
2.5.7 Penelitian yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan Dewi (2009), pendidikan matematika pascasarjana

Universitas Negeri Surabaya. Dalam penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa

kemampuan matematika tinggi, keakuratan komunikasi tulis laki-laki lebih baik

dari perempuan, tetapi kelengkapan komunikasi tulis perempuan lebih baik

daripada laki-laki. Sedangkan dalam komunikasi lisan, keakuratan dan

kelengkapan komunikasi matematis laki-laki lebih baik daripada perempuan.

Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama

meneliti tentang kemampuan komunikasi matematika. Akan tetapi dalam

menentukan subjek, penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, berbeda halnya

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam penentuan subjek dilakukan

berdasarkan jenis kecerdasan yang dimiliki lebih khususnya kecerdasan logis

matematis dan kecerdasan linguistic.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Dina Fakhriyana (2016). Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menentukan

subjek berdasarkan kecerdasan yang dimiliki. Sedangkan perbedaannya,

penelitian ini meneliti tentang kemampuan literasi sedangkan penelitian yang

akan dilakukan peneliti adalah meneliti tentang komunikasi matematis.

3) Penelitian yang dilakukan Faridah Bahiyatun Nisa’ (2020), Program studi Tadris

Matematika Institut Agama Islam Negeri Jember. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menentukan

subjek berdasarkan kecerdasan yang dimiliki. Sedangkan perbedaanya, peneliti

ini meneliti tentang analisis hubungan menggunakan penelitian kuantitatif.


40
Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah meneliti tentang komunikasi

matematis.

4) Penelitian yang dilakukan Melisa (2019), fakultas Tarbiyatul dan Keguruan Prodi

Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Dalam penelitian

tersebut mendapatkan hasil bahwa siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal

tinggi akan terlihat unggul dalam komunikasi matematis tulis, tapi akan terlihat

rendah dalam komunikasi matematis lisan. Sedangkan, siswa yang berkecerdasan

intrapersonal rendah akan terlihat kurang dalam berkomunikasi tulis, akan tetapi

belum unggul dalam berkomunikasi lisan. Persamaan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang keakuratan,

kelengkapan, dan kelancaran komunikasi matematis tulis dan komunikasi

matematis lisan. Akan tetapi, dalam menentukan subjek penelitian ini berdasarkan

kecerdasan intrapersonal, berbeda halnya dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti yakni berdasarkan jenis kecerdasan yang dimiliki lebih khususnya

kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistik.

5) Penelitian yang dilakukan Fildzah Mastura (2018), Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti

tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. . Akan tetapi dalam

menentukan subjek, penelitian ini berdasarkan setting pembelajaran artikulasi,

berbeda halnya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam penentuan

subjek dilakukan berdasarkan jenis kecerdasan yang dimiliki lebih khususnya

kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistic.

41
H. Kerangka Konseptual

Penelitian yang relevan


Teori Pendukung
Penelitian yang dilakukan Dewi (2009),
pendidikan matematika pascasarjana Universitas
Dewi (2009) menjelaskan untuk Negeri Surabaya.
mengetahui komunikasi matematis Penelitian yang dilakukan oleh Dina Fakhriyana
siswa diperlukan petunjuk atau (2016) .
indikator yang dapat menentukan Penelitian yang dilakukan Faridah Bahiyatun
Nisa’ (2020), Program studi Tadris Matematika
apakah informasi yang dapat
Institut Agama Islam Negeri Jember.
menentukan apakah informasi yang Penelitian yang dilakukan Melisa (2019),
diberikan akurat, lengkap, dan lancar. fakultas Tarbiyatul dan Keguruan Prodi
Teori kecerdasan yang dikemukakan Pendidikan Matematika Universitas Islam
oleh Gardner (dalam Jayantika ) tahun Negeri Ar-Raniry.
2013 ada delapan kecerdasan yang Penelitian yang dilakukan Fildzah Masturah
(2018),Program studi matematika Universitas
diungkapkan oleh Gardner, dua
Muhammadiyah Malang.
diantaranya yaitu kecerdasan
linguistik dan kecerdasan logis
matematis.

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Berdasarkan Kecerdasan Linguistik dan


Kecerdasan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV)

Pertanyaan Penelitian Harapan


1. Bagaimana kemampuan Memberikan informasi kepada pendidik
komunikasi matematis tulis
atau peneliti lain berupa gambaran
siswa SMP berdasarkan kemampuan komunikasi matematis siswa
kecerdasan linguistik dalam
SMP berdasarkan kecerdasan linguistik
menyelesaikan masalah
dan kecerdasan logis matematis dalam
SPLDV?
menyelesaikan
2. Bagaimana kemampuan
masalah SPLDV
komunikasi matematis tulis
siswa SMP berdasarkan
kecerdasan logis matematis
dalam menyelesaikan
masalah SPLDV?

42
BAB III

METODE P[ENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Prosedur Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Sebagaimana menurut (Sukmadinata,2011), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena yang ada, baik bersifat

alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai

karakteristik,kualitas,dan keterkaitan antara kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif

tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel

yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Dengan

demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan

dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis

kebenaran berdasarkan data yang diperoleh. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data kualitatif mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari jenis kecerdasan.

3.1.2 Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut.

a. Membuat Instrumen Penelitian

Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi instrument tes

kecerdasan majemuk, lembar tes komunikasi tulis, dan pedoman wawancara.

b. Melakukan Validasi Instrumen

Instrumen yang divalidasi yaitu instrument tes kecerdasan majemuk, lembar tes

43
komunikasi tulis, dan pedoman wawancara. Instrumen-instrumen tersebut

divalidasi oleh validasi ahli.

c. Melakukan Tes Kecerdasan Majemuk

Setiap siswa diberikan lembar tes kecerdasan majemuk yang sama untuk

dikerjakan secara individu dalam waktu 30 menit. Hal tersebut dilakukan untuk

memilih subjek penelitian yang berkecerdasan linguistik dan logis matematis

yang dominan.

d. Menentukan Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua siswa yang terdiri dari

satu subjek dengan kecerdasan logis-matematis yang dominan dan satu subjek

dengan kecerdasan linguistik yang dominan. Pemilihan subjek berdasarkan tes

kecerdasan majemuk yang diberikan kepada siswa. Terlebih dahulu

menentukan kelas mana yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah itu,

memberikan tes kecerdasan majemuk (TKM) dengan alokasi watu 30 menit

dengan jumlah soal 80.

e. Memberikan Tes Komunikasi Matematis Tulis (TKMT)

TKMT diberikan kepada subjek yang telah terpilih untuk mendekskripsikan

komunikasi matematis siswa secara tertulis. Diberikan alokasi waktu 30 menit

dengan 1 soal essay. Tes ini diberikan kepada subjek di hari yang berbeda

dengan pemberian tes kecerdasan majemuk (TKM).

f. Memberikan Wawancara

Subjek dalam penelitian diwawancarai berdasarkan hasil pengerjaan tes

komunikasi matematis tulis.

g. Menganalisis Data
44
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data hasil dari lembar tes komunikasi

matematis tulis dan hasil wawancara. Data hasil tes komunikasi tulis yang

diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan indikator komunikasi matematis

tulis siswa dalam memecahkan masalah matematika. Untuk menganalisis data

hasil wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan

agar dalam pelaksanaannya tidak ada informasi yang terlewat dengan cara

memutar rekaman hasil wawancara untuk memperkuat dan melengkapi hasil

tes.

h. Membuat Laporan

Setelah menganalisis data, peneliti membuat laporan

untuk mendeskripsi kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan

kecerdasan linguistik dan logis matematis dalam menyelesaikan masalah

SPLDV.

45
Prosedur penelitian ini secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3 1 Prosedur Penelitian

46
3.2 Sumber dan Data Penelitian

Sumber data utama pada penelitian ini terdiri dari dua hasil tes dan satu hasil

wawancara. Hasil tes yang pertama merupakan hasil pengerjaan siswa saat

melakukan tes kecerdasan majemuk dan hasil tes yang kedua berupa hasil pengerjaan

siswa saat melakukan tes komunikasi matematis tulis, sedangkan sumber data yang

terakhir berupa pernyataan verbal siswa yang diperoleh saat wawancara

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP yang akan dipilih dua

orang siswa kelas VIII dengan kecerdasan logis matematis yang dominan dan

kecerdasan linguistik yang dominan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

sedangkan instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga

instrumen diantaranya adalah:

1. Lembar Tes Kecerdasan Majemuk (TKM)

Instrumen tes kecerdasan majemuk ini berbentuk lembar tes yang akan diisi oleh

subjek penelitian. Instrumen tes kecerdasan majemuk ini terdiri dari 80 soal yang

diadopsi dari Winarto (2010), soal ini dikerjakan dengan alokasi waktu 30 menit.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kecerdasan apa yang dominan pada siswa

diantara kecerdasan majemuk yang ada. Dalam tes kecerdasan majemuk, siswa

memilih dari skor 1-5 yang lebih mengarah pada diri siswa dan tidak ada pemilihan

jawaban salah maupun benar. Dari tes tersebut, akan diperoleh kecerdasan yang

dominan dalam diri siswa berdasarkan jawaban yang dipilih siswa.


47
2. Tes Komunikasi Matematis Tulis

Tes komunikasi matematis tulis dalam bentuk essay (uraian). Pembuatan soal

dalam bentuk essay bertujuan untuk memudahkan mendeskripsikan komunikasi

matematis secara tulis siswa kelas VIII SMP dala menyelesaikan masalah SPLDV.

Adapun lembar tes komunikasi matematis tulis ini terdapat satu masalah SPLDV.

Masalah tersebut disusun untuk memunculkan indikator kemampuan komunikasi

matematis dalam penyelesaian masalah SPLDV. Masalah yang terdapat dalam tes ini

diadaptasi dari soal PISA yang tetap memperhatikan indikator komunikasi matematis

yang kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan divalidasi oleh validator

ahli pada bidangnya.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang secara umum

bersifat terbuka yang dirancang untuk mengetahui lebih jelas tentang kemampuan

komunikasi matematis subjek dalam menyelesaikan masalah SPLDV. Subjek

diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan yang mereka tulis ketika menyelesaikan

masalah. Sebelum digunakan, pedoman wawancara ini divalidasi oleh dosen jurusan

matematika Universitas Negeri Semarang. Pedoman wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti sendiri.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian karena dengan data peneliti

dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Pada penelitian ini, data diperoleh

dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

bermacam-macam. Sesuai dengan karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian


48
ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Tes

Tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-

aturan yang sudah ditentukan Arikunto (2013). Dalam penelitian ini, tes

digunakan untuk memilih subjek penelitian dengan kecerdasan logis

matematis yang dominan dan subjek penelitian dengan kecerdasan linguistik

yang dominan, yaitu dengan terlebih dahulu memberikan tes kecerdasan

majemuk. Setelah itu dipilih dua subjek berdasarkan jenis kecerdasannya.

Selanjutnya dari kedua subjek tersebut diberikan tes komunikasi matematis

tulis. Setelah itu barulah dianalisis bagaimana hasil komunikasi matematis

tulis siswa.

2. Wawancara

Menurut Sukmadinata (2011), wawancara merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

kualitatif. Tujuan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba

(Moleong, 2013) antara lain mengonstruksi mengenai orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.

Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk mengklarifikasi jawaban tes

tulis siswa. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka namun tetap mengacu

terhadap pedoman wawancara yang sudah disusun oleh peneliti dan sudah

divalidasi oleh dosen jurusan matematika Universitas Negeri Semarang.

Untuk menghindari hilangnya informasi maka dalam pelaksanaan wawancara

peneliti menggunakan alat bantu perekam suara yang kemudian akan disusun
49
transkrip wawancara sebagai bahan dokumentasi dan keperluan analisis data.

Dalam penelitan ini, dilakukan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2012),

uji kredibilitas data antara lain dapat dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. Untuk

menjamin kredibilitas data penelitian, dilakukan triangulasi. Triangulasi

merupakan teknik pengecekan keabsahan data dengan menggunakan suatu

hal diluar data sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2013).

Terdapat tiga triangulasi dalam keabsahan data, yakni triangulasi sumber,

triangulasi pengumpulan data dan triangulasi waktu (Sugiyono 2017:73).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi waktu. Pada

triangulasi ini, peneliti akan mempertimbangkan waktu pengumpulan data

bisa hari, jam, waktu sehabis makan, pagi , siang dsb. Karena waktu bisa

mempengaruhi data yang diperoleh.. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas

data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti bisa

melaksanakan pengujian secara berulang hingga memperoleh data yang pasti

dan akurat.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Analisis Hasil Tes kecerdasan Majemuk

Menganalisis data hasil tes kecerdasan majemuk untuk menentukan siswa

dengan kecerdasan logis matematis yang dominan dan kecerdasan linguistik

yang dominan. Selanjutnya menganalisis data hasil tes kecerdasan majemuk

berdasarkan kunci jawaban yang telah dibuat sebelumnya. Tes tersebut


50
dianalisis untuk menentukan subjek penelitian yaitu dua orang siswa yang

terdiri dari satu siswa dengan kecerdasan logis matematis yang dominan dan

satu siswa dengan kecerdasan linguistic yang dominan. Penentuan kecerdasan

majemuk yang dominan berdasarkan hasil instrumen tes kecerdasan majemuk

Skor maksimal masing-masing kecerdasan adalah 50, dengan poin maksimal

per butir soal adalah 5 dan poin minimalnya adalah 1. Masing-masing siswa

akan dianalisis satu skor tertinggi kecerdasannya apakah kecerdasan linguistik

dan satu skor tertinggi kecerdasannya apakah kecerdasan logis-matematis.

3 Tabel 3. 1 Kisi-kisi Tes Kecerdasan Majemuk

Butir Soal Jenis kecerdasan

1-10 Linguistik

11-20 Logis-Matematis

Jika pada tiga urutan teratas skor kecerdasan majemuk pada masing-

masing siswa ada skor yang sama, maka peneliti akan berkonsultan dengan guru

untuk menanyakan dalam keseharian siswa ini cenderung memiliki kecerdasan

yang mana dengan melihat kemampuan komunikasi siswa sehari-hari. Sebelum

digunakan, lembar tes kecerdasan majemuk terlebih dahulu dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing dan divalidasi oleh validator ahli. Selanjutnya, lembar

tes kecerdasan majemuk dikatakan valid apabila validasi memberikan kriteria

skala penilaian paling sedikit 2. Berikut ini diberikan Tabel 3.2 Hasil kriteria tes

kecerdasan majemuk.

51
Tabel 3. 2 Hasil Kriteria Tes Kecerdasan Majemuk

Kriteria Skala Penilaian Keterangan

Petunjuk dinyatakan 3 Baik

dengan lengkap

dan jelas

Penggunaan jenis 4 Sangat Baik

ukuran dan huruf

mudah dibaca

Penggunaan bahasa 4 Sangat Baik

sesuai dengan kaidah

Bahasa Indonesia yang

baik dan benar

Pernyataan pada setiap 4 Sangat Baik

item menggunakan

bahasa yang sederhana

dan mudah dipahami

siswa.

Kalimat yag digunakan 4 Sangat Baik

tidak menimbulkan

tafsir ganda

Berdasarkan kriteria pada tabel 3.2 tersebut, tes kecerdasan majemuk valid

karena memenuhi kriteria instrumen dikatakan valid yaitu ketika validator

52
memberikan skala penilaian minimal 2.

2. Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematis Tulis

Data hasil tes komunikasi matematis tulis dianalisis menggunakan kunci

jawaban yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian dilakukan identifikasi jawaban

dari subjek penelitian dengan indikator dalam pemecahan masalah. Untuk

mendekskripsikan komunikasi matematis siswa secara tertulis, maka peneliti

menganalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

Indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis pada penelitian ini

adalah (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan,

mendemonstrasikan serta menyampaikannya secara visual; (2) Kemampuan

memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara

tertulis, maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan dalam

menggunakan istilah, notasi-notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk

menyampaikan ide-ide dan hubungan dengan model situasi secara tertulis.

Kemampuan subjek dalam mengekspresikan segala ide matematis melalui tulisan,

mendemonstrasikan serta menyampaikan secara visual menujukan bahwa subjek

mampu menyampaikan ide matematisnya melalu berbagai bentuk media. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jacobs (2002:380-381) bahwa

salah satu aspek kemampuan komunikasi matematis adalah menulis yaitu kegiatan

yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran,

dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas kertas untuk

menyelesaikan soal. Kemampuan yang baik dalam menyampaikan apa yang

terdapat dalam pikiran mengakibatkan orang lain bisa dengan mudah memahami

ide yang dimiliki subjek.

53
Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian singkat.

Data yang disajikan meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data yang

menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan pembahasan terhadap data

dengan mengacu pada indikator komunikasi matematika siswa sehingga

memungkinkan untuk mengambil kesimpulan data tersebut. Selanjutnya, lembar

tes komunikasi matematis tulis dikatakan valid apabila validator memberikan

skala penilaian paling sedikit 2. Berikut ini disajikan Tabel 3.3 hasil kriteria tes

komunikasi matematis tulis,

4 Tabel 3. 3 Hasil Kriteria Tes Komunikasi Matematis Tulis

Kriteria Skala Keterangan

Penilaian

Materi yang digunakan dalam soal 4 Baik

telah dipelajari siswa

Pertanyaan dan alternatif jawaban 4 Sangat Baik

yang diberikan jelas

Informasi yang diberikan mudah 4 Sangat Baik

dimengerti dan jelas maknanya

Rumusan pertanyaan menggunakan 4 Sangat Baik

kata tanya/perintah yang menuntut

jawaban uraian

Penulisan rumus dan formula 4 Sangat Baik

matematika sesuai dengan Aturan

penulisan

54
Penggunaan bahasa sesuai dengan 3 Baik

kaidah Bahasa Indonesia yang baik

dan benar

Menggunakan bahasa Yang 4 Sangat Baik

sederhana dan mudah dipahami

Kalimat yang digunakan Tidak 4 Sangat Baik

menimbulkan tafsir ganda-

Berdasarkan hasil kriteria pada tabel 3.3 tersebut, tes komunikasi

matematis tulis valid karena memenuhi kriteria instrumen dikatakan valid yaitu

ketika validator memberikan skala penilaian minimal 2.

c. Analisis Hasil Wawancara

Data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dianalisis agar menjadi

data yang siap digunakan pada tahap selanjutnya. Untuk mengetahui data hasil

wawancara, metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Meminta siswa untuk menjelaskan mengenai penyelesaian soal cerita yang

dikerjakan secara lisan.

2) Selama siswa mengungkapkan penjelasan mengenai penyelesaian soal cerita

yang dikerjakan secara lisan, semua ucapan siswa direkam.

3) Selanjutnya, menuliskan hasil wawancara siswa. Agar hasil wawancara siswa

benar maka peneliti mengulang hasil rekaman dan mencocokkannya dengan

tulisan yang sudah dibuat.

4) Setelah semuanya dianggap cocok maka langkah selanjutnya adalah

mentranskrip hasil wawancara siswa kedalam bentuk tulisan.

55
5) Mendeskripsikan hasil wawancara siswa.

Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara yang disesuaikan dengan

aspek-aspek kemampuan komunikasi matematis siswa, maka dapat diketahui

kemampuan komunikasi matematis pada masing-masing siswa. Selanjutnya

pedoman wawancara dikatakan valid apabila validator memberikan pernyataan

―Ya‖ paling sedikit 3. Berikut ini disajikan Tabel 3.4 hasil validasi kriteria

pedoman wawancara.

5 Tabel 3. 4 hasil validasi kriteria pedoman wawancara

Kriteria Ya/tidak Simpulan

Tujuan wawancara Ya LDR

terlihat jelas

Urutan pertanyaan Ya LDR

dalam tiap bagian jelas

dan terurut secara

Sistematis

Pertanyaan tidak Ya LDR

menimbulkan tafsir

Ganda

Pertanyaan tidak Ya LDR

mengarahkan siswa yang

diwawancarai pada suatu

kesimpulan tertentu

Berdasarkan hasil validasi pada table 3.4 tersebut, pedoman wawancara

valid karena memenuhi kriteria instrument dikatakan valid yaitu ketika validator
56
memberikan pernyataan ―ya‖ minimal 3.

3.7 Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono,

2013:341). Penyajian data membuat data terorganisasi dan tersusun dalam pola

hubungan, sehingga memudahkan dalam memahami apa yang terjadi dan menjawab

pertanyaan penelitan. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Berikut penjabaran dari langkah-langkah

penyajian data dalam penelitian ini.

a. Menyajikan hasl tes kecerdasan majemuk siswa untuk memilih subjek penelitian.

b. Menyajikan hasil tes komunikasi matematis tulis dari subjek penelitian.

c. Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam.

d. Menyajikan hasil analisis yang berupa gambaran dalam pemecahan masalah

matematika subjek penelitan dengan kecerdasan yang dimiliki.

3.8 Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan yang utuh untuk mampu

menjawab pertanyaan penelitian. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini

memperhatikan hasil tes komunikasi matematis tulis dan hasil wawancara, berdasarkan

langkah-langkah pemecahan masalah oleh Polya (1973) sesuai dengan jenis dan tingkat

kecerdasan yang dimiliki.

57

Anda mungkin juga menyukai