A. Konteks Penelitian
masalah. As'ari, dalam seminar dan Loka Karya (Shadiq, 2007), mengutip
pendapat NCREL (2003) bahwa pada dasarnya abad ke-21 ini diwarnai oleh
ini adalah masalah non-routine yang strukturnya tidak teratur (ill-structured prob-
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
1
http://bekti-satriadi.blogspot.co.id/2012/10/pemecahan-masalah-siswa.html
1
2
solusi yang diperoleh. Namun hal ini masih kontradiksi dengan fakta yang
ditunjukkan oleh TIMSS tahun 2011 (Mullis, 2012) dan PISA tahun2009
dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada penekanan untuk
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, yang termuat dalam
Standar Isi (Permen 22 Tahun 2006), yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap
peserta didik saat ini akan berpengaruh pada sikap dan karakternya di kemudian
hari. Hal ini secara tidak langsung juga mendasari penanaman karakter dalam diri
peserta didik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting bagi kita
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciri-
ciri dari adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita
Muhkal (dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang
2
http://www.slideshare.net/leeazedta/pemecahan-masalah-matematika-37982683
3
Ibid.,
3
lebih rendah (dibawah nilai rata-rata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam
wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan
apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide
tesebut. Herman Hudoyo (dalam Rifai, 2012) menyatakan bahwa belajar konsep
sacara utuh dalam matematika, aturan mempunyai makna yang sama dengan
prinsip. Prinsip dalam matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
berbagai dalil, hukum, dan aturan atau rumus-rumus yang berlaku dalam mencari
4
https://ehajulaeha027.wordpress.com/2014/10/06/kesulitan-belajar-peserta-didik/
5
https://ninamath.wordpress.com/2014/04/12/jenis-jenis-kesalahan-dalam-menyelesaikan-
soal-matematika/
4
kesalahan matematika peserta didik telah dikaji oleh banyak peneliti (Brodie,
2010; Shein, 2012: Gal dan Linchevsky, 2010; Bingolbali, dkk,2010). Brodie
maka bisa ditulis x. Kesalahan dalam bentuk basic error dan appropriate error
Pada kesalahan ini peserta didik tidak memahami bahwa 2 bisa bernilai
nol. Partial insight terjadi pada saat siswa menjelaskan as you substitute lower
pada bilangan yang kecil. Padahal pada bilangan yang besar nilai 2 + 1 justru
kalau tidak segera diatasi, kesalahan tersebut akan berdampak secara beruntun ke
6
Subanji, Kesalahan Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika (Malang;
Universitas Negeri Malang 2015). Hlm. 18
7
Ibid.,
5
perlu menelusuri sumber kesalahannya. Hal ini dapat dilakukan dengan peta
dengan sifat logis dan analitis (yang sering disebut penalaran).9 Hal yang sangat
8
Subanji, Kesalahan Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika (Malang;
Universitas Negeri Malang 2015). Hlm. 24
9
Subanji, Teori Kesalahan Kostruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang; Universitas Negeri Malang, 2015) hlm. 6
6
Pengetahuan yang terbentuk dapat digunakan untuk membangun konsep baru atau
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Karena itu dalam belajar
konsep baru.11
kepalanya. Gesture yang dilakukan oleh guru sangat berkaitan dengan proses
gesture. Karena itu gesture sangat menarik bila dikaitkan dengan proses berfikir
paserta didik.13
10
Ibid., hlm. 1
11
Ibid., hlm 1
12
Ibid., hlm 19
13
Subanji, Teori Kesalahan Kostruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang; Universitas Negeri Malang, 2015) hlm. 19
7
Lebih lanjut ditemukan bahwa kesulitan peserta didik antara lain terjadi
matematika hanya diajarkan secara formal, dan tidak dikaitkan dengan kehidupan
aturan yang harus dipenuhi. Bagi peserta didik yang penting mengikuti aturan
macam, yaitu soal rutin dan soal nonrutin. Soal rutin adalah soal latihan biasa
yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis ini
banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih peserta
lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang
dipelajari di kelas. Dengan kata lain, soal nonrutin ini menyajikan situasi baru
yang belum pernah dijumpai oleh peserta didik sebelumnya. Dalam situasi baru
14
Ibid., hlm. 19
8
itu, ada tujuan yang jelas yang ingin dicapai, tetapi cara mencapainya tidak segera
oleh suatu prosedur rutin ( routine procedure ) yang sudah diketahui si pelaku
(Shadiq, 2004). Menurut Hudojo (2003), suatu pertanyaan akan merupakan suatu
problem bagi peserta didik jika dipenuhi syarat- syarat berikut: (1) peserta didik
diperkirakan, peserta didik mampu mengerjakan soal tersebut, (3) peserta didik
belum tahu algoritma/cara menyelesaikan soal tersebut, (4) peserta didik mau dan
yang belum dikenal. Menurut Polya (dalam Suherman, 2003), dalam pemecahan
suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu: (1) memahami
15
http://pujirokhayanti999.blogspot.co.id/2014/02/tugas-masalah-rutin-dan-non-rutin-
dalam.html
9
rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh.16
sampel yang peneliti gunakan yaitu pada kelas VII-A, peneliti mencoba
membagikan beberapa masalah yang dituangkan dalam soal yang terkait dengan
soal-soal nonrutin pada materi Aljabar dan keseluruhan dari peserta didik kelas
VII-A tidak ada satupun dari peserta didik yang dapat memecahkan masalah yang
peneliti ajukan..
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka fokus penelitian ini adalah
masalah nonrutin Pada Materi Aljabar Kelas VII MTs Nurul Ikhlas Ambon ?
16
http://pujirokhayanti999.blogspot.co.id/2014/02/tugas-masalah-rutin-dan-non-rutin-
dalam.html
10
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah
masalah nonrutin Pada Materi Aljabar Kelas VII MTs Nurul Ikhlas Ambon.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
pembaca.
2. Kegunaan Praktis
E. Landasan Teori
a. Definisi kesalahan
maupun tidak melakukan tindakan, merupakan suatu ide yang nyata. Definisi
kesalahan menurut Andi dan Minato; Senders dan Moray adalah sesuatu yang
telah dilakukan, yang tidak diharapkan oleh pelaku, tidak diinginkan oleh suatu
11
aturan yang ditetapkan atau oleh pengamat luar, atau yang membuat system
melampaui batasnya.17
Adanya hambatan yang dialami peserta didik pada saat belajar dapat diketahui
mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami
Kesalahan timbul akibat adanya kesulitan peserta didik dalam belajar. Seorang
anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciri-ciri dari
adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita Muhkal
(dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang lebih
rendah (dibawah nilai rata-rata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam
wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan
17
Dhoruri, Atmini. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
18
https://ninamath.wordpress.com/2014/04/12/jenis-jenis-kesalahan-dalam-
menyelesaikan-soal-matematika/
12
kekeliruan; kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek dasar
lainnya.
sebelumnya.
13
melakukan penelitian.
b. Kesalahan konsep
apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide
tesebut. Herman Hudoyo (dalam Rifai, 2012) menyatakan bahwa belajar konsep
materi sacara utuh dalam matematika, aturan mempunyai makna yang sama
dengan prinsip. Prinsip dalam matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah berbagai dalil, hukum, dan aturan atau rumus-rumus yang berlaku dalam
kesalahan matematika peserta didik telah dikaji oleh banyak peneliti (Brodie,
2010; Shein, 2012: Gal dan Linchevsky, 2010; Bingolbali, dkk,2010). Brodie
19
Ibid.
14
maka bisa ditulis x. Kesalahan dalam bentuk basic error dan appropriate error
Pada kesalahan ini peserta didik tidak memahami bahwa 2 bisa bernilai
nol. Partial insight terjadi pada saat siswa menjelaskan as you substitute lower
bilangan yang kecil. Padahal pada bilangan yang besar nilai 2 + 1 justru akan
kepalanya. Gesture yang dilakukan oleh guru sangat berkaitan dengan proses
20
Subanji, Teori Kesalahan Kostruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang; Universitas Negeri Malang, 2015) hlm. 19
21
Ibid.,
15
gesture. Karena itu gesture sangat menarik bila dikaitkan dengan proses berpikir
siswa.22
namun alasan yang dikemukakan tidak sesuai, yakni karena gradiennya tidak
sama sehingga tidak bisa dijumlahkan. Peserta didik diminta untuk menjustifikasi
sebaran alasan yang diberikan oleh peserta didik yaitu 2x + 3y = 5xy (karena 2
kambing ditambah 3 sapi bisa menjadi 5 sapi kambing), ada juga yang memberi
alasan karena koefisien 2 dan 3 berbeda, jadi tidak boleh dijadikan satu. adapun
+ y.23
22
Subanji, Teori Kesalahan Kostruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang; Universitas Negeri Malang, 2015) hlm. 19
23
Subanji, Teori Kesalahan Kostruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang; Universitas Negeri Malang, 2015) hlm. 73
16
e. Pemecahan masalah
dihadapi peserta didik., yang memerlukan solusi baru (resolutions) dan jalan atau
cara untuk menuju solusi tersebut tidak segera diketahui (posamentier dan krulik,
1998; someren, 1994). Dalam hal ini masalah yang diberikan kepada peserta didik
berupa masalah yang bersifat menantang sehingga pesesrta didik merasa tertarik
diberikan harus sesuai dengan kondisi kognitif peserta didik, artinya masalah
yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa hanya saja solusinya belum segera
diketahui.24
yang tidak rutin. Polya (Firdaus, 2009) juga menjelaskan bahwa pemecahan
masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk
mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Memecahkan masalah
dapat dipandang sebagai proses yang meminta peserta didik untuk menemukan
24
Kadek Adi Wibawa, defragmentasi struktur berfikir mahasiswa dalam memecahkan
masalah matematika, (Malang, 2016) hlm. 16
17
f. Soal Nonrutin
biasa (familiar).
25
Dhoruri, Atmini. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131568306/Makalah%20LSM%202010%20Pemecahan%2
0masalah%20final%20atmini.pdf Diakses pada tanggal 02 November 2016).
26
Ibid.,
27
Ibid.,
18
yang kita kenal sebelum diterapkan pada situasi yang tidak biasa (unfamiliar).
problems). Soal tipe inilah yang sering kita berikan kepada peserta didik,
walaupun harus kita sadari bahwa dengan hanya memberi soal-soal tipe ini, tidak
masalah.
matematika, maka peserta didik akan kaya akan variasi dalam menyelesaikan
pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan
prosedur yang dipelajari di kelas. Dengan kata lain, soal nonrutin ini menyajikan
situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh peserta didik sebelumnya. Dalam
situasi baru itu, ada tujuan yang jelas yang ingin dicapai, tetapi cara mencapainya
28
http://kiseriotamatematika.blogspot.co.id/2016/02/makalah-bentuk-soal-pemecahan-
masalah.html
29
http://pujirokhayanti999.blogspot.co.id/2014/02/tugas-masalah-rutin-dan-non-rutin-
dalam.html
19
pada akhirnya mereka mampu menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah
soal nonrutin inilah yang dapat digunakan sebagai soal pemecahan masalah. Dan
masalah matematika, ada juga permasalahan non rutin dalam arti soal yang tidak sering
dimunculkan dalam soal-soal matematika. Soal nonrutin ini sangat efisien untuk sellu
diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk melatih daya nalar dan berfikir kritis
nonrutin.
Tidak hanya soal rutin yang mempunyai kekurangan dan kelemahan, dalam
permasalahan nonrutin juga pasti mengalami hal yang serupa. Dalam hal ini
kelemahannya antara lain: 1) peserta didik akan merasa kesulitan dalam memecahkan
masalah sehingga butuh proses yang benar-benar srius untuk mengajarkan pemecahan
masalah nonrutin. 2) butuh kekreatifan yang imiliki oleh peserta didik untuk dapat
soal nonrutin. Sedangkan kelebihan yang diraih dalam permasalahan nonrutin ini ialah: 1)
peserta didik akan terlatihdalam menghaadapi masalah nonrutin. 2) daya nalar peserta
didik akan bertambah karena sering menghadapi permasalahan nonrutin. 3) peserta didik
g. Materi Aljabar
20
sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti banyaknya bahan bakar minyak
yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu
tertentu, atau banyaknya makanan ternak yang dibutuhkan dalam 3 hari, dapat
a. Bentuk Aljabar
Pernahkah kamu sakit batuk? Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu ke
dokter? Bila kamu memeriksakan diri atau berobat ke dokter biasanya dokter akan
memberikan resep.
Contoh obat yang dibeli dengan resep dokter: Pada botol Vitamin C
tertulis sehari 3 x 1. Pada botol obat batuk tertulis sehari 3 x 2 sendok teh. Apa
x 2 sendok teh artinya dalam sehari obat batuk harus diminum 3 kali, sekali
minum 2 sendok teh. Dengan perkataan lain dalam sehari banyaknya obat batuk
3x2=2+2+2
1 x a ditulis a
dan seterusnya.
matematika, perkalian untuk bilangan yang sama, seperti2 x 2 itu dapat ditulis
22. .Apakah pada obat yang dibeli dengan resep dokter dapat ditulis 22?
Penulisan itu berlaku juga untuk sebarang bilangan bulat misalkan a. Dengan
a4 = a x a x a x a
a5 = a x a x a x a x a , dan seterusnya.
Perhatikan lagi huruf a dalam 2a, 3a atau a2. Huruf a tersebut dinamakan
b2 + a, 3b + 5a dan sebagainya.
tersebut, huruf x dan y disebut variabel. Variabel adalah lambang pengganti suatu
bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga
Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak
dimaksud koefisien adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.
9. Koefisien pada suku 5x adalah 5, pada suku 3y adalah 3, pada suku 8x adalah 8,
Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-
masing variabel yang sama. Contoh: 5x dan 2x, 3a2 dan a2, y dan 4y, ...
Suku tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-
masing variabel yang tidak sama. Contoh: 2x dan 3x2, y dan x3, 5x dan 2y, ..
b) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi
c) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi
d) Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi
Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku banyak.
Contoh 1.
a. 3x4 + 2x2 + x 2
b. x2 + 3y2
Penyelesaian:
= 6s3 + ( 1) s2 + s 5
= 6s3 s2 + s 5
Contoh 3
a. 2x + 4y + 5j
b. 4a 3b 5a+ 2b
Penyelesaian:
b. 4a 3b 5a+ 2b = 4a 5a 3b + 2b
= ( 1)a +( 1)b
= a b
Soal Latihan.
1. 4x + 2y =............
2. 2x + 5y + 7z =...........
4. 4a 3b 5a + 2b =..........
5. 3x 2y + 2x + 2y =............
F. Metode Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
a. Lokasi penelitian
4. Sumber Data
sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua
1. Data primer
26
tes dan wawancara yang akan dilakukan kepada peserta didik. Yang
menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII-A yang
nilai terendah.
2. Data sekunder
segabainya.
berikut:
6. Analisis Data
1. Mereduksi data
27
mentah yang tertulis pada catatan lapangan. Pada tahap ini dilakukan klarifikasi
data berdasarkan jawaban yang dibuat pada setiap soal, dilanjutkan dengan
menganalisis pada jawaban yang benar. Setelah itu mendengar alasan tentang apa
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
kegiatan merangkum data berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi
data dan penyajian data, selanjutnya data tersebut ditarik kesimpulan tentang
pemeriksaan kabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar
data itu.30
8. Tahap-tahap Penelitian.
30
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & K, (Cet. VI; Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 246
28
1. Tahap persiapan
Ambon.
MTs Nurul Ikhlas Ambon mengenai kelas dan waktu yang akan
2. Tahap pelaksanaan
menyelesaikan soal.
reflektif.