Anda di halaman 1dari 4

Desain Dedaktis Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting
dalam pendidikan. Matematika tumbuh dan berkembang untuk diri sendiri sebagai
suatu ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan sebagai
persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisa dan kontruksi,
generalitas dan individualitas (Hamzah, 2011: 129). Pembelajaran matematika
hendaknya tidak hanya mencakup berbagai penguasaan konsep matematika,
melainkan juga terkait aplikasinya dalam kehidupan nyata. Kemampuan matematika
aplikatif, seperti mengoleksi, menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan
data, serta mengkomunikasikannya sangat perlu untuk dikuasai siswa. Dalam hal ini
mempelajari matematika diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran
matematika.
Salah satu hal yang paling penting dalam pembelajaran matematika saat ini
adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematika siswa. Sesuai
dengan peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan dan Budaya Nomor 22 Tahun 2016
mengenai tujuan pembelajaran matematika yakni : (a) memahami konsep matematika,
mendeskripsikan bagaimana keterkaitan antar konsep matematika dan menerapkan
konsep atau logaritma secara efisien, luwes, akurat dan tepat dalam memecahkan
masalah, (b) menalar pola sifat dari matematika, mengembangkan atau memanipulasi
matematika dalam menyusun argumen, merumuskan bukti, atau mendeskripsikan
argumen atau pernyataan matematika, (c) memecahkan masalah matematika yang
meliputi kemampuan memahami masalah, menyusun model penyelesaian
matematika, menyelesaikan model matematika, dan memberi solusi yang tepat, dan
(d) mengkomunikasikan argumen atau gagasan dengan diagram, tabel, simbol, atau
media lainnya agar dapat memperjelas permasalahan atau keadaan. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa sangatlah
penting untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran matematika.
Untuk mencapai tujuan di atas, maka kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam pembelajaran matematika sangat perlu dikembangkan. Menurut
pandangan kedua ahli Silver dan Smith ternyata kemampuan komunikasi matematis
memang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Hal ini diperkuat oleh
Baroody (1993; 107), bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa
mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu
representing, listening, reading, discussing, and writing.
Salah satu ruang lingkup materi yang dapat mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
simbol, tabel, diagram dan media lain yaitu materi persamaan dan pertidaksamaan
linier satu variabel pada kelas VII. Kompetensi yang harus dicapai siswa adalah siswa
dapat menjelaskan dan menyelesaikan massalah yang berkaitan dengan persamaan
dan pertidaksamaan linier satu variabel. Ketika tujuan dari pembelajaran matematika
tercapai, siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas belajar siswa dalam mempelajari dan memecahkan masalah pada
materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel tidak selalu dapat
berlangsung sesuai dengan harapan. Siswa masih mengalami beberapa hambatan/
kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika. Kesulitan dan hambatan yang
dihadapi oleh siswa ini dikenal dengan learning obstacle. Menurut Brousseau,
hambatan belajar yang dihadapi siswa dapat direduksi bahkan dieliminasi melalui
proses pembelajaran yang sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa sehingga
mengidentifikasi dan mengkarakteristikan suatu kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa merupakan hal yang esensial dan penting untuk diketahui.
Hal ini terungkap dalam hasil Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2012 (OECD, 2014, hlm. 19) kemampuan matematika siswa
SMP Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara. Salah satu soal yang
diujikan pada PISA adalah materi aljabar (termasuk di dalamnya persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel). Rendahnya kemampuan siswa dalam materi
aljabar, khususnya persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dapat diketahui
juga dari hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun
2011 yang menyatakan bahwa kemampuan matematika siswa SMP Indonesia berada
pada peringkat ke-38 dari 42 negara dan kemampuan siswa dalam memecahkan soal
bentuk pertidaksamaan linear satu variabel seperti 9𝑥−6<4𝑥+4, Indonesia berada pada
peringkat ke-33 dari 42 negara (TIMSS, 2011, hlm. 137). Oleh karena itu, materi
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel penting untuk dikuasai siswa
dengan baik.
Desain Didaktis merupakan rancangan pembelajaran berupa bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan penelitian identifikasi learning obstacle (hambatan
belajar) pada proses pembelajaran matematika yang telah muncul sebelumnya. Pada
saat proses pembelajaran di kelas, bahan ajar desain didaktis dibuat melalui
serangkaian situasi didaktis beserta prediksi respon dan antisipasinya. Pengembangan
desain didaktis mempunyai peranan penting dalam belajar dan pembelajaran
matematika. Peranan tersebut sangat berpengaruh terhadap bagaimana siswa
melakukan pembelajaran di kelas (Suryadi, 2010, hlm. 6). Bahan ajar merupakan
salah satu komponen dalam pembelajaran yang mendukung dalam situasi didaktis.
Bahan ajar yang dibuat harus ada alternatif pembelajaran untuk mengantisipasi
munculnya masalah dalam pembelajaran, yang menggambarkan adanya upaya untuk
memfasilitasi lintasan belajar (learning trajectory) alur belajar anak. Desain didaktis
dirancang dengan tujuan untuk mengatasi atau mengurangi kesulitan belajar yang
muncul pada pembelajaran sebelumnya, sehingga siswa mampu memahami konsep
suatu materi dalam matematika secara utuh. Dengan menggunakan desain didaktis
diharapkan kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dikurangi sehingga tujuan
pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.
Menurut Didi Suryadi (2010, hlm. 10) proses pengembangan desain didaktis
ini dilakukan dalam tiga fase guru dalam berpikir dalam menyusun rancangan
pembelajaran, yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan
setelah pembelajaran. Fase pertama meliputi kajian materi, analisis materi dan
identifikasi learning obstacle siswa. Guru menentukan materi yang akan diteliti
kemudian guru mengkaji materi dan soal-soal yang akan diberikan kepada siswa
untuk mengetahui hubungan siswa dengan materi yang akan diajarkan. Identifikasi
learning obstacle siswa dilakukan dengan menganalisis hasil jawaban siswa atas soal-
soal yang diberikan, menganalisis hasil wawancara guru dan siswa, menganalisis
buku pelajaran yang digunakan di sekolah dan bahan ajar yang digunakan oleh guru.
Melalui tahapan ini guru dapat merancang serangkaian situasi didaktis beserta
prediksi respon dan antisipasinya. Fase kedua yaitu implementasi desain. Proses ini
disebut analisis metapedadidaktik. Guru menganalisis serangkaian situasi didaktis
yang berkembang di kelas, menganalisis situasi belajar, situasi pedagogis, respon
siswa, situasi didaktis yang dikembangkan di kelas, serta menganalisis interaksi yang
berdampak terhadap terjadinya perubahan situasi didaktis. Fase ketiga yaitu analisis
retrospektif. Analisis retrospektif dilakukan dengan membandingkan rancangan dalam
desain didaktis hipotetik dengan hasil analisis metapedadidaktik. Hal ini dilakukan
guna memperoleh informasi untuk revisi desain.
Berdasarkan permasalahan tersebut, bahwa pentingnya seorang guru
merancang pembelajaran dengan desain dedaktis yang dapat mengantisipasi semua
kemungkinan respon siswa dengan desain dedaktis. Oleh karena itu penulis akan
melakukan penelitin yang berjudul, “Desain Dedaktis Pengembangan Kemampuan
Komunikasi matematis siswa Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier
Satu Variabel di Kelas VII SMP”.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk desain dedaktis persamaan dan pertidaksamaan linier satu
variabel dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP
kelas VII?

Anda mungkin juga menyukai