Anda di halaman 1dari 16

Systematic Literature Review: Mathematical

Communication Ability through Quantum Learning Model


Based on Self Efficacy

Systematic Literature Review: Kemampuan Komunikasi Matematis


Siswa melalui Model Quantum Learning Berdasakan Self Efficacy

Hanif Jauhar Noor1*, Arief Agoestanto2*


1,2
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: noorjauhar@students.ac.id1,arief.math@mail.unnes.ac.id 2

Abstract
Mathematical communication skill is a crucial talent in mathematics learning. Mathematical
communication abilities are also linked to self-efficacy. The purpose of this research is to characterize
students' mathematical communication skills using Quantum Learning and self-efficacy. The Systematic
Literature Review approach was employed in this investigation. According to Publish or Perish, Google
Scholar, and SpringerLink, 21 papers published between 2013 and 2023 match the inclusion criteria. The
findings indicate that self-efficacy affects mathematical communication skills and the quantum learning
model and that there is a link between self-efficacy and mathematical communication skills and the
quantum learning model.
Keywords: Communication, Quantum Learning, Self Efficacy

Abstrak
Kemampuan komunikasi matematis merupakan bakat yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan komunikasi matematis juga terkait dengan self-efficacy. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengkarakterisasi kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan
Quantum Learning dan self-efficacy. Pendekatan Systematic Literature Review digunakan dalam penelitian
ini. Menurut Publish or Perish, Google Scholar, dan SpringerLink, 21 makalah yang diterbitkan antara
tahun 2013 dan 2023 cocok dengan kriteria inklusi. Hasil temuan menunjukkan bahwa efikasi diri
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis dan model pembelajaran kuantum serta terdapat
keterkaitan antara efikasi diri dan kemampuan komunikasi matematis dengan model pembelajaran
kuantum.
Kata kunci: Komunikasi, Quantum Learning, Self Efficacy.
1. PENDAHULUAN
Matematika adalah bidang studi di seluruh dunia yang berfungsi sebagai dasar untuk
kemajuan teknologi saat ini. Selain itu, matematika merupakan komponen penting dari banyak
disiplin ilmu dan dapat membantu dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis[1].
Matematika adalah topik vital yang dapat membantu orang dalam menyelesaikan tantangan di
kehidupan[2]. Matematika adalah disiplin ilmu yang menyelidiki hubungan antara gagasan dan
abstrak [3], [4]. Artinya matematika adalah mata pelajaran yang berpikir dengan tentunya
membutuhkan logika berpikir. Belajar matematika lebih dari sekedar menghafal fakta; ini juga
tentang memahami proses dan melacaknya saat selesai. Untuk itu, matematika perlu diajarkan
sejak jenjang sekolah dasar agar mereka berhasil.
Sesuai undang-undang no. 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran meliputi : 1) menggunakan
ide dengan benar dan tepat dalam memecahkan masalah dan memahami keterkaitan antar konsep,
serta memahami hubungan antar konsep. 2) Menggunakan matematika untuk mengumpulkan
bukti, 3) mengatasi masalah dengan memahaminya, merancang solusi matematika, melaksanakan
solusi komprehensif, dan menginterpretasikan hasil 4) Menggunakan simbol, tabel, gambar, atau
media lain untuk menjelaskan ide-ide yang dapat membantu pemahaman masalah atau tantangan
5) menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan mereka, memiliki rasa keingintahuan,
atensi, dan terpincut untuk menguasainya, serta gigih dan kukuh dengan kemampuannya dalam
memecahkan masalah [5].
Kemampuan siswa ketika belajar matematika meliputi kemampuan memecahkan masalah,
mengambil keputusan, berkomunikasi, dan memecahkan masalah [6]. Ketika belajar matematika,
siswa harus mampu berkomunikasi secara efektif. Komunikasi adalah suatu proses dimana
seseorang mengirimkan informasi yang telah dipilih dengan cermat sehingga penerima dapat
memahami arti penting dari informasi tersebut [7], [8]. Dalam konteks pendidikan, komunikasi
merupakan salah satu kendala yang tidak dapat diatasi[9]. Sebab, dalam bidang pendidikan,
informasi disebarluaskan melalui pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki baik oleh guru
maupun siswa. Ketika proses berjalan dengan baik, kepercayaan masyarakat tumbuh[10].
Komunikasi adalah langkah pertama dalam memahami suatu subjek[11]. Karena itu,
komunikasi dengan teman sebaya sangat penting untuk belajar matematika. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi penting untuk dikembangkan terlebih pada pembelajaran[7]. Kemampuan
berkomunikasi secara matematis ialah kemampuan yang berfungsi untuk memahami dan
mengkomunikasikan rancangan, kebenaran, dan gagasan di matematika dengan cara yang dapat
dipahami orang lain[6]. Selain kemampuannya untuk dipahami oleh orang lain, komunikasi juga
penting dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam konteks matematika, siswa dapat
mengevaluasi hasil belajarnya melalui interaksi dengan guru ataupun teman sebaya. Hal ini
memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi dan menaikkan hasil belajar mereka[10]. Ini berarti
komunikasi matematis memiliki implikasi penting bagi pendidikan matematika karena
memungkinkan siswa untuk memahami, menuliskan, dan mengembangkan ide atau konsep
secara sistematis dan konsisten[12].
Dalam bidang komunikasi matematika ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara matematis masih kurang[13], [14]. Ini menyiratkan bahwa kapasitas
komunikasi matematis di kalangan siswa semakin memburuk[15]. Hasil sebelumnya juga
dipengaruhi survei PISA OECD yang dilakukan pada 2018. Indonesia memiliki 379 senator dan
mendapat peringkat ke-73 dari 79 negara. Perkiraan ini didasarkan pada hasil PISA dari tahun
2015 yang menunjukkan peningkatan sebesar 63 poin dari 76, dengan skor rata-rata 386. Selain
itu, menurut analisis data TIMSS IEA Tahun 2015, Indonesia mendapat peringkat Ke-45 dari 50
negara. Untuk itu, memahami pendidikan matematika sangat penting untuk memahami
kemampuan komunikasi matematika di dalam kelas.
Kemampuan komunikasi matematika siswa terkait dengan keyakinan mereka[16]. Siswa
sering bergantung pada solusi dari teman sebaya atau instruktur saat menangani masalah latihan
aritmatika daripada mencoba menyelesaikannya sendiri. Hal ini karena siswa tidak memahami
kemampuannya sehingga sulit untuk menyelesaikan masalah. Ini dikenal sebagai self-efficacy.
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya demi mengatasi hambatan dan
menggapai tujuan[17]. Studi lain menggambarkan bahwa self-efficacy adalah aspek penting
dalam kapasitas seseorang untuk melakukan tugas tertentu [18]. Dalam definisi kedua, self-
efficacy dipandang sebagai faktor kritis yang mempengaruhi motivasi dan kinerja. Selain itu,
diperlukan model yang mampu memotivasi belajar matematika. Salah satu model yang bisa
dipakai adalah Quantum learning.
Quantum Learning adalah pendekatan dan teori pembelajaran baru yang berkembang di
sekolah dan perusahaan untuk semua jenis individu dan untuk semua alasan[19]Quantum
Learning menampilkan kerangka pembelajaran yang sistematis yang mencangkup: tumbuhkan,
alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan[20]. Selain itu, pendidikan Quantum dapat
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk siswa dengan memberikan informasi
tentang penanganan materi yang efisien dan efektif [21]. Pembelajaran berhasil dan bermakna
ketika siswa terhubung dengan sumber belajar seperti isi, ruang, lingkungan yang terbentuk, dan
kegiatan pembelajaran yang menarik yang diiringi musik.

Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi ialah peralihan pesan dari satu orang ke orang lain untuk mengirimkan
informasi, ide, atau perasaan[22]. Dalam komunikasi umpan balik merupakan hal yang sangat
penting pada proses komunikasi sebab menunjukkan apakah pesan diterima atau tidak oleh
penerima yang dituju dan bagaimana pesan itu diterima. Jika diperlukan, umpan balik dapat
membantu pengirim pesan dalam memperbaiki atau mengoreksi pesan yang dikirim. Akibatnya,
umpan balik merupakan komponen penting dari proses komunikasi yang baik. Pada pembelajaran
matematika terdapat komunikasi matematis.

Komunikasi matematis adalah kapasitas siswa untuk mengungkapkan usul atau rancangan
matematika, baik dengan lisan maupun tulisan, meliputi proses mengumpulkan, menjelaskan, dan
menarik kesimpulan[23]. Kemampuan komunikasi matematis dapat diperiksa dari dua perspektif:
menulis dan berbicara[24]. Komunikasi matematis secara tertulis siswa dapat ditunjukkan pada
saat mereka mengungkapkan konsep matematikanya kepada instruktur atau teman dalam diskusi
kelompok. Secara bersamaan, keterampilan komunikasi ditampilkan ketika siswa menjawab soal
dengan menggunakan model, tabel, grafik, atau simbol matematika lainnya. Untuk menjadikan
keterampilan komunikasi matematis penting bagi siswa, hampir semua topik matematika
membutuhkan penggunaan model, tabel, diagram, atau simbol lainnya[25].

Kemampuan komunikasi matematis meliputi: (1) menjabarkan ide matematika dengan jelas
dan mudah diakses; (2) membuat definisi konsep matematika dan mengembangkan generalisasi
menggunakan metode penemuan. (3) menggunakan kata-kata, simbol, konsep, atau model
matematika untuk menggambarkan bentuk, diagram, atau peristiwa dunia nyata; (4) menjelaskan
atau mengklarifikasi ide, situasi, atau hubungan matematika dalam bahasa sehari-hari, secara
lisan atau tulisan; (5) menafsirkan, menjelaskan, dan memperbaharui presentasi matematika; dan
(6) memahami dan menggunakan notasi matematika secara tepat dan tepat[26]
Beberapa indikasi kemampuan komunikasi antara lain sebagai berikut: (1) mengaitkan
objek dunia nyata dengan gambar, diagram, dan konsep matematik; (2) mengungkapkan konsep,
status, dan ikatan matematika secara lisan maupun tertulis mempergunakan objek, ilustrasi,
diagram, dan simbol matematika dunia nyata; (3) mengkomunikasikan keadaan sehari-hari
dengan bahasa atau representasi matematis (4) berpartisipasi dalam diskusi, memberikan
presentasi, dan menulis perihal matematika; (5) persepsi bacaan representasi matematis tertulis;
(6) menciptakan dugaan, merumuskan dalih, dan menguraikan definisi dan abstraksi dalam
matematika; (7) menjabarkan dan mengajukan perbincangan mengenai topik matematika yang
dipelajari[22].

Ada banyak strategi yang sangguo mengoptimalkan kemampuan komunikasi matematis


siswa, termasuk membiasakan mereka untuk mempresentasikan gagasannya, mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis[27]. Selanjutnya, guru dapat meminta agar siswa
mengungkapkan pendapat mereka secara lisan atau tertulis. Ini membantu siswa memperkuat
kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan menulis secara numerik dan memungkinkan
instruktur dalam memahami pengetahuan siswa tentang topik matematika yang diajarkan.

Self-Efficacy
Self-Efficacy merupakan aspek kunci dari kesanggupan seseorang untuk membereskan
berbagai kewajiban akademik pada tingkat tertentu[28]. Efikasi diri berdampak pada motivasi
akademik dan motivasi belajar, serta ketahanan belajar[29]. Efikasi diri didefinisikan sebagai
keyakinan seseorang dalam kapasitasnya untuk melakukan aktivitas, mencapai tujuan, dan
mengatasi masalah [30]. Efikasi diri merupakan evaluasi terhadap diri sendiri apakah suatu tugas
tertentu dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan seseorang atau enggak. Efikasi diri mengarah
kepada keyakinan seseorang akan kesanggupannya untuk mengatasi suatu pekerjaan. Seseorang
dengan Efikasi diri yang tinggi dapat (1) mengurangi stres, (2) menerima tanggung jawab atas
keberhasilannya, (3) mengelola risiko, dan (4) mengenali potensi dirinya. dan kelemahan, (5)
sanggup bersosialisasi dengan orang lain, (6) gigih serta pantang menyerah.
Pembelajaran Quantum
Quantum Learning merupakan cara pembelajaran serta filosofi baru untuk individu dan
siswa di sekolah dan bisnis[20]. Pembelajaran Quantum adalah pembelajaran yang digunakan
pada lingkungan belajar yang nyaman di mana kemampuan belajar, dan keterampilan komunikasi
dapat ditingkatkan[31]. Model Quantum Learning terdiri dari bimbingan, pendampingan,
nasehat, dan keseluruhan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
memori sambil membuat pembelajaran memuaskan dan menyenangkan[32].

2. METODE
Desain Penelitian
Pendekatan tinjauan literatur sistematis (SLR) diterapkan dalam penyelidikan ini. SLR
adalah strategi untuk mengidentifikasi, menilai, mengevaluasi, dan menginterpretasikan
penelitian sebelumnya tentang suatu subjek[33]. Penelitian SLR berusaha mengumpulkan,
menganalisis, dan membuat kesimpulan dari semua temuan penelitian yang relevan dengan
masalah penelitian [34]. Tahapan berikut termasuk dalam pencarian literatur sistematis: )
mengajukan pertanyaan untuk memperluas penelitian sebelumnya; 2) pemilihan kriteria
tergantung pada subjek studi; 3) mencari jurnal terkait; 4) memilih studi yang relevan; dan 5)
apakah materi diindeks dengan sintaks atau tidak [35].
Pertanyaan Penelitian
Berikut adalah pertanyaan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini
1. Bagaimana deskripsi kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model Quantum
Learning berdasarkan Self Efficacy?
2. Bagaimana hubungan antara Self Efficacy terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa dan model Quantum Learning?
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah hasil studi literatur yang bersifat nasional dan
internasional yang diterbitkan mulai tahun 2013-2023, terindeks Sinta 1-4 dan terindeks Scopus,
dikategorikan sebagai prosiding dan jurnal artikel, memiliki akses penuh, dan dikategorikan
sebagai bidang pendidikan matematika.
Strategi Pencarian Literatur
Sumber pencarian literatur elektronik yang digunakan adalah Publish or Perish 8, Google
Scholar, SpringerLink. Kata kunci yang digunakan “Kemampuan komunikasi matematis, self
efficacy, dan Model Quantum Learning” dan Communication mathematics skills, self efficacy,
dan Quantum Learning.
Seleksi dan Evaluasi Studi
Proses seleksi dan evaluasi dilakukan dengan membahas topik penelitian. Artikel yang sudah
relevan dengan topik penelitian dianalisis. Peneliti mendapatkan 62 artikel dari berbagai sumber,
dan 21 diantaranya berkaitan dengan kata kunci. Terakhir, kami akan membahas manfaat
komunikasi matematis, self-efficacy, dan paradigma Quantum Leaning dalam pendidikan
matematika

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Data penelitian yang disajikan pada artikel ini adalah hasil penelitian jurnal yang dikaitkan
dengan kemampuan komunikasi matematis, self-efficacy, dan Quantum Learning, sebagaimana
ditunjukkan pada tabel di bawah ini

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Model Quantum Learning


Berdasarkan Self Efficacy
Tabel 1 Jurnal Kemampuan Komunikasi Matematis, Quantum Learning, dan Self Efficacy
No Nama dan Nama Jurnal Hasil Penelitian
Tahun
1 Siagian, Jurnal Basicedu Pembelajaran kuantum dan pengembangan jigsaw dapat
2021 menaikkan hasil belajar matematika. Temuan kunci dari
penelitian ini adalah bahwa pendidikan dapat menaikkan
kreativitas siswa. Misalnya, mempergunakan teori
belajar konstruktivis membantu siswa menghasilkan
pengetahuan baru dan memahami ide-ide baru
2 Indah Jurnal Riset sosial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belajar
Hafizhah et humaniora, dan matematika lebih berhasil ketika jumlah siswa
al., 2022 pendidikan bertambah, sehingga mereka berpikir lebih kritis, maju,
dan bersemangat. memahami prinsip-prinsip matematika
yang diajarkan
3 Lisbona et Journal of Temuan dari dua investigasi ini mendukung hipotesis
al., 2018 Psicothema kami: NI dan self-efficacy meningkatkan PI, yang
mengarah pada kinerja yang unggul. Selain memandang
NI sebagai pendahulu PI, temuan menunjukkan bahwa
PI adalah pelopor kinerja.
4 Xiong et Inquiry (United Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan
al., 2020 States) self-efficacy seseorang dalam mengatasi penyakit yang
mengganggu dapat membantu psikologi seseorang.
5 Falco & Journal of Career Temuan penelitian ini menyoroti perlunya intervensi
Summers, Development dalam konseling yang mungkin efektif dalam
2019 meningkatkan efikasi diri STEM pada siswa yang lebih
tua.
6 Supriyati et Jurnal Inovasi Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi dapat
al., 2021 Pendidikan menjelaskan pemikiran matematisnya dalam bentuk
Matematika komunikasi matematis untuk menemukan solusi terbaik
(JIPM) dari suatu masalah. Mereka tampil kuat dan percaya diri
dalam mengubah konsep matematika menjadi simbol
dan model matematika. Murid yang lemah terus
bergumul dengan menjelaskan ide-ide matematika dan
memecahkan masalah.
7 Syafina & Jurnal Maju Berdasarkan temuan penelitian, tingkat kemampuan
Pujiastuti, komunikasi matematis siswa matematika ketika
2020 menyelesaikan tugas matematika dengan menggunakan
materi SPLDV dapat diringkas sebagai berikut: yang
berkinerja sangat tinggi mendapat skor empat indikator
komunikasi matematis, berkinerja tinggi mendapat skor
tiga, berkinerja tinggi mendapat skor dua, dan pemain
yang sangat lemah tidak mencetak gol. Dalam statistik
SPLDV, rata-rata proporsi murid dengan kemampuan
komunikasi adalah 45%.
8 Putri & PRISMA, Subjek dengan kemandirian belajar tinggi dapat
Rochmad, Prosiding Seminar menjawab tiga soal yang diajukan dengan melengkapi
2021 Nasional enam indikator kemampuan komunikasi matematis yang
Matematika telah ditentukan; subjek dengan kemandirian belajar
sedang memiliki indikator pencapaian yang berbeda
yaitu subjek dapat memenuhi lima indikator kemampuan
komunikasi matematis yang ditentukan; dan subjek
dengan kemandirian belajar rendah tidak memiliki
indikator prestasi. Berkinerja buruk dapat
menyelesaikan dua indikasi kemampuan komunikasi
matematika.
9 Suyitno, Unnes Journal of (1) Penilaian didasarkan pada tes bakat klasikal (lebih
2017 Mathematics dari 75% anak kelas ujian lulus), tes bakat rata-rata (di
Education atas KKM), dan tes bakat rata-rata. (rata-rata ujian
Research kemampuan komunikasi matematis kelas lebih tinggi
dari KKM), demikian pula rata-rata tes bakat (rata-rata
tes kemampuan komunikasi matematis kelas lebih tinggi
dari KKM), dan rata-rata tes bakat (rata-rata tes
kemampuan komunikasi matematis kelas adalah lebih
tinggi dari KKM).), serta tes bakat tipikal (tes
kemampuan komunikasi matematika kelas tipikal).
Berdasarkan tahapan ujian dapat disimpulkan bahwa (1)
siswa dengan model pembelajaran MEA memiliki
kemampuan komunikasi yang mendekati sempurna, dan
(2) siswa dengan efikasi diri yang tinggi dapat
memanfaatkan seluruh indikator komunikasi matematis
secara maksimal, sedangkan siswa dengan kemampuan
komunikasi matematis yang rendah. dan self-efficacy
sedang tidak dapat menjelaskan ide-ide matematika
secara efektif.
10 Masitoh & Malikussaleh (1) PBL digunakan dalam pembelajaran oleh lebih dari
Fitriyani, Journal of 85% siswa, dengan siklus I mencapai 97,368% dan
2018 Mathematics siklus II mencapai 96,491%. (2) Pada akhir semester
Learning (MJML) pertama, 60% mahasiswa lulus ujian kinerja dengan
nilai rata-rata 68,46. Skor ini meningkat menjadi
77,14% siswa yang lulus ujian kemampuan pada Siklus
II, dengan rata-rata 77,86. (3) Ramalan efikasi diri
matematis siswa dipertahankan pada rata-rata 89,77
setelah periode I. Temuan ini didukung oleh kesimpulan
pada Siklus II, saat efikasi diri matematis siswa tinggi
(rata-rata 93,31).
11 Nurhayati & IJoIS: Indonesian relevansi kemampuan komunikasi matematis dalam
Asikin, 2021 Journal of Islamic pembelajaran matematika, khususnya dalam pemecahan
Studies masalah. Hal ini dilakukan agar para akademisi dapat
memanfaatkan temuan penelitian ini untuk melakukan
penelitian lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis yang terkait dengan self-efficacy
dan model pembelajaran guna memperoleh hasil
penelitian prospektif yang sebesar-besarnya.
Pembelajaran keterampilan komunikasi matematis tidak
hanya diterapkan di sekolah menengah, tetapi juga di
sekolah dasar dan perguruan tinggi.
12 Emiliana Jurnal Prodi (1) Rata-rata kemampuan komunikasi dan kemampuan
(2019) Pendidikan pemecahan masalah matematis adalah 42,85 pada
Matematika kriteria gagal dan 50,89 pada kriteria buruk sebelum
(JPPM) menggunakan model pembelajaran kuantum pada materi
sistem persamaan linier bivariat; (2) setelah
menggunakan model pembelajaran kuantum pada materi
yang melibatkan sistem persamaan linier bivariat, rata-
rata kemampuan komunikasi dan kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah 67,55 dengan
kriteria cukup dan 63,39 dengan kriteria cukup.
13 Noperlis & Eductum: Jurnal Metode pembelajaran Quantum Learning bermanfaat
Neviyarni, Literasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat
2023 Pendidikan aktif dan kreatif serta menyerap topik yang diajarkan
dengan menggunakan metode ini.

Menurut Tabel 1, kapasitas Komunikasi Matematika berhubungan dengan kesanggupan siswa


untuk mengartikulasikan dan menjelaskan usul matematika pada orang lain secara jelas dan
teratur. Pembelajaran kuantum adalah metode pembelajaran di mana interaksi antara instruktur
dan siswa menciptakan tempat belajar yang menyenangkan, menyenangkan, dan sukses.
Selanjutnya, self-efficacy mengacu pada keyakinan siswa dalam kesanggupan mereka untuk
melakukan sesuatu dengan sukses. Menurut penelitian, paradigma pembelajaran kuantum dapat
membantu siswa dengan self-efficacy yang tinggi meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika mereka.
Siswa yang memiliki perasaan self-efficacy yang tinggi dapat sepenuhnya memanfaatkan semua
penanda komunikasi matematis. Dia dapat menyampaikan penalaran matematisnya dalam bentuk
komunikasi matematis untuk menemukan jawaban yang tepat atas masalah tersebut, meskipun
terdapat beberapa kesalahan. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi memandang usaha yang
menantang sebagai tantangan[44]. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan self-efficacy yang
kuat dapat secara efektif menjelaskan ide-ide mereka[41]. Mereka tampaknya bersemangat untuk
mengekspresikan pandangan matematika mereka. Pada saat yang sama, siswa yang kurang self-
efficacy berjuang untuk menjelaskan konsep matematika mereka secara efektif. Mereka tetap sulit
untuk memecahkan kesulitan dan kurang komprehensif. Akibatnya, self-efficacy mempengaruhi
kemampuan komunikasi matematika siswa dan paradigma pembelajaran Quantum. Semakin
tinggi self-efficacy seseorang maka semakin besar pula kemampuan komunikasi matematis
seseorang. 

2. Hubungan Antara Self Efficacy Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


dan Model Quantum Learning

Tabel 2 Hubungan Antara Self Efficacy Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dan Model
Quantum Learning
No Nama dan Nama Jurnal Hasil Penelitian
Tahun
1 Journal Of Temuan menunjukkan bahwa motivasi dan self-efficacy
Ugwuanyi Sociology And memiliki hubungan positif dengan belajar.
et al., Social
(2020) Anthropology
2 Sachitra & World Academy Menurut temuan penelitian, banyak siswa menunjukkan
Bandara of Science, self-efficacy akademik yang buruk tentang berbagai
(2017) Engineering, and tugas akademik, seperti. Bertanya dan menjawab
Technology pertanyaan dalam perkuliahan, menyusun rencana studi,
mencari bantuan dari dosen, dan membuat catatan
tambahan. Ikut serta dalam debat intelektual dengan
teman, suarakan pemikiran Anda, dan bicaralah di
depan rekan kerja.
3 Ordun & Journal of Menurut temuan, kesejahteraan emosional memiliki
Akün (2017) Advanced pengaruh yang cukup besar dan baik terhadap self-
Management efficacy dan self-efficacy, sedangkan self-efficacy
Science memiliki dampak yang besar dan positif terhadap self-
efficacy.
4 Emawati et Jurnal Pendidikan Menurut temuan penelitian, setelah mendapatkan model
al., (2020) Fisika pembelajaran Quantum, kemampuan metakognitif
seseorang meningkat dari satu kemampuan ke
kemampuan berikutnya. Pendidikan kuantum merusak
kemampuan metakognitif siswa sebagai akibat dari efek
yang sangat besar ini.
5 Wicaksono Al-Jabar: Jurnal Penerapan Quantum Learning dengan TANDUR dalam
& Vahlia Pendidikan pembelajaran matematika meningkatkan kemampuan
(2016) Matematika mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro dalam
menangkap topik matematika.
6 Sauduran & Attractive : Model Pembelajaran Quantum meningkatkan kapasitas
Roulina Innovative seseorang untuk memecahkan masalah matematika.
(2021) Education Journal Alhasil, karena dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah matematika selama proses
pembelajaran, model pembelajaran Quantum
diproyeksikan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran tradisional yang berdiri sendiri.
7 Zaharah et Jurnal Cendekia : Sebelum dan sesudah memanfaatkan multimedia
al., (2021) Jurnal Pendidikan pembelajaran matematika berbasis Quantum learning,
Matematika kemampuan komunikasi matematis siswa sangat
bervariasi.
8 Karlina et JURING (Journal 1) Siswa yang menggunakan model Quantum berbeda
al., (2020) for Research in dengan siswa yang tidak menggunakan model Quantum
Mathematics dalam kemampuan komunikasi matematikanya.
Learning) 2) Tidak ada kontak dengan siswa untuk memperbaiki
pembelajaran tanpa adanya paradigma pembelajaran.

Paradigma Quantum Learning, serta kemampuan komunikasi matematis, semuanya


terhubung. Self-efficacy siswa merupakan keyakinan mereka dalam kapasitas mereka untuk
menyelesaikan tugas atau tujuan. Siswa dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih percaya diri
dalam mengungkapkan dan menjelaskan suatu topik pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika dengan benar dan sering, kepada orang lain.
Kapasitas siswa untuk berkomunikasi dan menjelaskan topik matematika pada orang lain
secara jelas dan teratur disebut kemampuan komunikasi matematis mereka. Kemampuan ini
sangat diperlukan dalam proses belajar matematika karena mendukung siswa dalam memahami
ide dengan lebih baik dan membantu instruktur dalam menilai pengetahuan siswa. Selain
kemampuan tersebut, model yang digunakan instruktur dalam pembelajaran sangat signifikan.
Model pembelajaran Quantum digunakan dalam penelitian ini. Quantum Learning merupakan
gaya belajar yang menggabungkan guru dan siswa yang berinteraksi untuk mewujudkan
lingkungan belajar yang menarik, tentram, dan produktif . Paradigma pembelajaran ini
menggunakan strategi yang menarik dan menghibur seperti taktik kooperatif, permainan, dan
visualisasi untuk membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan menaikkan
kemampuan komunikasi matematis mereka
Di antara faktor-faktor yang menguasai self-efficacy, kemampuan komunikasi matematis, dan
pembelajaran Quantum, ada beberapa yang menonjol: 1) lingkungan belajar, yang menjadikan
siswa lebih termotivasi untuk belajar dan lebih mungkin berpartisipasi aktif dalam studinya. 2)
Kemampuan mengelola emosi, berpengaruh signifikan terhadap self-efficacy dan kemampuan
komunikasi interpersonal. Ketika seseorang dapat mengatasi kesulitan saat berkomunikasi, dia
lebih mungkin untuk menerima diri mereka sendiri dan berkomunikasi dengan lebih efektif. 3)
Sensitivitas materi, yang mungkin berdampak pada efikasi diri dan kemampuan komunikasi
matematika siswa. Materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit dapat menjadi sumber motivasi
yang rendah dalam komunikasi matematika. 4) Gaya belajar, sebagai salah satu faktor, dapat
meningkatkan self-efficacy, keterampilan komunikasi matematis, dan Quantum Learning. Sebagai
contoh, siswa yang menyenangi pembelajaran visual akan lebih mudah memahami RPP guru dan
berkomunikasi dengannya. 5) Jejaring sosial, seperti yang disediakan oleh teman dan keluarga,
dapat meningkatkan self-efficacy, keterampilan komunikasi matematis, dan pembelajaran
Quantum. Siswa yang mendapat bantuan memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dan lebih percaya
diri dalam berbicara, sedangkan siswa yang tidak menerima bantuan memiliki efikasi diri yang
lebih rendah dan lebih takut dan cemas berbicara. Karena itu, menurut Tabel 2, self-efficacy dapat
mempengaruhi komunikasi matematis dan model Quantum Learning. Hal ini didukung oleh
temuan penelitian yang memperlihatkan adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematika
antara siswa yang menggunakan paradigma Quantum Learning dengan yang tidak[54]. Selain itu,
beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa
sebelum dan sesudah menggunakan pendidikan matematika berbasis multimedia berbasis
Quantum Learning[53]. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara self-
efficacy, kemampuan komunikasi matematis, dan model Quantum Learning.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri memiliki dampak
yang cukup besar terhadap kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika,
khususnya dalam mengatasi masalah matematika dengan menggunakan paradigma pembelajaran
kuantum. Tidak hanya di sekolah menengah, tetapi juga di sekolah dasar dan menengah,
penelitian tentang kemampuan komunikasi matematika digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] E. Sarini, “Pengaruh Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Siswa terhadap Kemampuan
Memecahkan Masalah Matematika,” Jurnal Pendidikan MIPA, vol. 2, no. 1, pp. 9–15, 2019.
[2] A. Hendri Prayogi, “Desain Bahan Ajar Bangun Datar Segiempat Berbasis Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Siswa Smp Melalui Model Discovery Learning,” Jurnal LEMMA, vol. 5, no. 2, pp. 100–
111, 2019, doi: 10.22202/jl.2019.v5i2.3259.
[3] N. D. Gökalp, “Mathematics-How do students and teachers perceive it?,” International Journal of
Innovation in Science and Mathematics Education, vol. 28, no. 1, pp. 16–28, 2020.
[4] V. Hermawan and A. Andrianto, “Analisis Kesulitan Siswa Terhadap Pokok Bahasan Pangkat Rasional
Dan Bentuk Akar Di Kelas 1 Smu Bina Dharma 2 Bandung,” Symmetry: Pasundan Journal of Research in
Mathematics Learning and Education, vol. 3, no. 2, pp. 116–124, 2018, doi:
10.23969/symmetry.v3i2.1320.
[5] R. Adetia and A. G. Adirakasiwi, “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau Dari Self-
Efficacy Siswa,” Jurnal Educatio FKIP UNMA, vol. 8, no. 2, pp. 526–536, 2022, doi:
10.31949/educatio.v8i2.2036.
[6] A. Sopian and J. Sabandar, “Improving the Ability of Mathematic Problem Solving, Mathematic
Connection and Self Regulated Learning With Junior High School Students Through Metakognitive
Approach,” (Jiml) Journal of Innovative Mathematics Learning, vol. 1, no. 2, pp. 44–50, 2018, doi:
10.22460/jiml.v1i2.p116-122.
[7] I. P. Luritawaty, “Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematik melalui Pembelajaran Take and
Give,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 8, no. 2, pp. 239–248, 2019, doi:
10.31980/mosharafa.v8i2.378.
[8] H. Hakim, L. A. Daulay, and M. Listari, “Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gender
Siswa,” FARABI: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 4, no. 1, pp. 18–23, 2021, doi:
10.47662/farabi.v4i1.79.
[9] J. M. Syah and D. Sofyan, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP di Kampung Paledang Suci
Kaler pada Materi Segiempat dan Segitiga,” Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 1, no. 2, pp.
373–384, 2021, doi: 10.31980/plusminus.v1i2.1270.
[10] E. Sulastri and D. Sofyan, “Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Self Regulated Learning
pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel,” Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 2,
no. 2, pp. 289–302, 2022, doi: 10.31980/plusminus.v2i2.1875.
[11] E. Widayanti and S. A. Anggraeni, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Da-Lam
Menyelesaikan Soal Open Ended Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas Vii Smp,” Transformasi : Jurnal
Pendidikan Matematika dan Matematika, vol. 3, no. 02, pp. 115–128, 2019, doi: 10.36526/tr.v3i02.754.
[12] I. Fauziah, S. Maarif, and T. R. Pradipta, “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Self
Regulated Learning Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl),” Jurnal Analisa, vol. 4, no. 2, pp.
90–98, 2018, doi: 10.15575/ja.v4i2.3916.
[13] A. Purnamasari and E. A. Afriansyah, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Topik
Penyajian Data di Pondok Pesantren,” Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 1, no. 2, pp. 207–
222, 2021, doi: 10.31980/plusminus.v1i2.1257.
[14] A. W. Yanti and N. A. Novitasari, “Penggunaan Jurnal Reflektif pada Pembelajaran Matematika untuk
Melatih Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 10,
no. 2, pp. 321–332, 2021, [Online]. Available:
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv10n2_14/797
[15] R. Nuraeni, “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Antara Yang Mendapatkan
Pembelajaran Group Investigation dengan Konvensional,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, vol.
7, no. 2, pp. 219–228, 2018, [Online]. Available:
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv7n2_7/63
[16] T. Aulia, N. A. Nurcahyono, and N. Agustiani, “Penerapan Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Ditinjau dari
Self Efficacy,” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 6, no. 3, pp. 2816–2832, 2022, doi:
10.31004/cendekia.v6i3.1618.
[17] H. Nizham, S. Suhendra, and B. A. P., “Improving ability mathematic literacy, self-efficacy and reducing
mathematical anxiety with learning Treffinger model at senior high school students,” International Journal
of Science and Applied Science: Conference Series, vol. 2, no. 1, p. 130, 2017, doi:
10.20961/ijsascs.v2i1.16696.
[18] R. K. Malinauskas, “Enhancing of self-efficacy in teacher education students,” European Journal of
Contemporary Education, vol. 6, no. 4, pp. 732–738, 2017, doi: 10.13187/ejced.2017.4.732.
[19] T. Rahayu, S. Joyoatmojo, and S. W, “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Metode
Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mempelajari
Ekonomi Kelas X MIA 1 SMA N 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016,” BISE: Jurnal Pendidikan
Bisnis dan Ekonomi, vol. 2, no. 1, pp. 1–21, 2016, [Online]. Available:
https://jurnal.uns.ac.id/bise/article/view/17514
[20] M. W. K. Dewi and R. Nuraeni, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP ditinjau dari Self-
Efficacy pada Materi Perbandingan di Desa Karangpawitan,” Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika,
vol. 2, no. 1, pp. 151–164, 2022, doi: 10.31980/plusminus.v2i1.1586.
[21] M. P. Ningsih, S. Sugiyanti, and L. Ariyanto, “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning dan
Active Learning Berbantu Aplikasi Quizizz terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI,” Imajiner:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 3, no. 5, pp. 366–374, 2021, doi:
10.26877/imajiner.v3i5.7732.
[22] A. Astuti and Leonard, “Peran Kemampuan Komunikasi Matematika Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa,” Jurnal Formatif, vol. 2, no. 2, pp. 102–110, 2015, doi: 10.1016/0749-6036(91)90087-
8.
[23] M. Swasti, M. Maimunah, and Y. Roza, “Analysis of mathematical communication skill of grade viii
students in smp on patterns and row of number,” Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 6, no.
2, pp. 169–182, 2020, doi: 10.33654/math.v6i2.956.
[24] R. M. Ningsih and S. A. Awalludin, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Tipe
Kepribadian Extrovert dan Introvert,” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 5, no. 3, pp.
2756–2767, 2021, doi: 10.31004/cendekia.v5i3.763.
[25] K. S. Asih, Isnarto, Sukestiyarno, and Wardono, “Resiliensi Matematis pada Pembelajaran Discovery
Learning dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika,” PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, vol. 2, pp. 862–868, 2019.
[26] E. Surya and Riska Rahayu, “Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division( STAD ),” Pendidikan Matematika
Paradikma, vol. 7, no. 1, pp. 24–34, 2014, [Online]. Available: https://adoc.pub/download/abstrak-
abstractda28bb7a3c412985be74c1562df252d230154.html
[27] E. F. Y. Yang, B. Chang, H. N. H. Cheng, and T. W. Chan, “Improving pupils’ mathematical
communication abilities through computersupported reciprocal peer tutoring,” Educational Technology and
Society, vol. 19, no. 3, pp. 157–169, 2016.
[28] A. A. Putri, D. Juandy, and U. P. Indonesia, “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau Dari
Self Efficacy: Systematic Literature Review (SLR) Di Indonesia,” Symmetry | Pasundan Journal of
Research in Mathematics Learning and Education, vol. 7, no. 2, pp. 135–147, 2022, doi:
10.23969/symmetry.v7i2.6493.
[29] L. F. Masitoh and H. Fitriyani, “Improving students’ mathematics self-efficacy through problem based
learning,” Malikussaleh Journal of Mathematics Learning (MJML), vol. 1, no. 1, p. 26, 2018, doi:
10.29103/mjml.v1i1.679.
[30] D. S. Nahdi, “Eksperimentasi Model Problem Based Learning Dan Model Guided Discovery Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau Dari Self Efficacy Siswa,” Jurnal
Cakrawala Pendas, vol. 4, no. 1, pp. 50–56, 2018, doi: 10.31949/jcp.v4i1.711.
[31] L. Sultan and H. Hajerina, “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII A MTs. Alkhairaat Biromaru Pada Materi Aritmatika Sosial,” Guru Tua : Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 3, no. 1, pp. 7–20, 2020, doi: 10.31970/gurutua.v3i1.40.
[32] Anisa, R. Medriati, and D. H. Putri, “Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Pemahaman Konsep
Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X,” Jurnal Kumparan Fisika, vol. 2, no. 3, pp. 201–208, 2019, doi:
10.33369/jkf.2.3.201-208.
[33] E. Triandini, S. Jayanatha, A. Indrawan, G. Werla Putra, and B. Iswara, “Metode Systematic Literature
Review untuk Identifikasi Platform dan Metode Pengembangan Sistem Informasi di Indonesia,” Indonesian
Journal of Information Systems, vol. 1, no. 2, pp. 63–77, 2019, doi: 10.24002/ijis.v1i2.1916.
[34] G. Lame, “Systematic literature reviews: An introduction,” Proceedings of the International Conference on
Engineering Design, ICED, vol. 2019-Augus, no. August, pp. 1633–1642, 2019, doi:
10.1017/dsi.2019.169.
[35] F. Fianingrum, H. Pujiastuti, and M. Fathurrohman, “Disposisi Berpikir Kritis Matematis dalam
Pembelajaran Matematika: Systematic Literature Review,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, vol. 6,
no. 1, pp. 543–548, 2023, doi: 10.54371/jiip.v6i1.1341.
[36] G. Siagian, “Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning dan Jigsaw terhadap Hasil Belajar Matematika
di Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu, vol. 5, no. 3, pp. 4198–4205, 2021, [Online]. Available:
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1535/pdf
[37] Indah Hafizhah, Ikhwan Aldi Wardana, and Dede Indra Setiabudi, “Efektivitas Penggunaan Model
Pembelajaran Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Pada Pelajaran
Matematika,” Jurnal Riset sosial humaniora, dan pendidikan, vol. 1, no. 1, pp. 11–21, 2022, doi:
10.56444/soshumdik.v1i1.69.
[38] A. ; Lisbona, F. ; Palaci, M. ; Salanova, and M. Frese, “The Effects Of Work Engagement And Self
Efficacy On Personal Initiative And Perfomance,” Psicothema, vol. 30, no. 1, pp. 89–104, 2018, [Online].
Available: https://www.redalyc.org/articulo.oa?id=72754594014
[39] H. Xiong, S. Yi, and Y. Lin, “The Psychological Status and Self-Efficacy of Nurses During COVID-19
Outbreak: A Cross-Sectional Survey,” Inquiry (United States), vol. 57, no. 1, pp. 1–6, 2020, doi:
10.1177/0046958020957114.
[40] L. D. Falco and J. J. Summers, “Improving Career Decision Self-Efficacy and STEM Self-Efficacy in High
School Girls: Evaluation of an Intervention,” J Career Dev, vol. 46, no. 1, pp. 62–76, Feb. 2019, doi:
10.1177/0894845317721651.
[41] R. Supriyati, Supriyono, and Nila Kurniasih, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan
Self-Efficcy Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika,” Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika
(JIPM), vol. 3, no. 1, pp. 45–55, 2021, doi: 10.37729/jipm.v3i1.1125.
[42] V. Syafina and H. Pujiastuti, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi SPLDV,”
Maju, vol. 7, no. 2, pp. 118–125, 2020, [Online]. Available:
https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/511
[43] D. K. Putri and Rochmad, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Muhammadiyah Pangkalan
Bun Ditinjau dari Kemandirian Belajar pada Pembelajaran Model Knisley,” PRISMA, Prosiding Seminar
Nasional Matematika, vol. 4, pp. 134–138, 2021, [Online]. Available:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/44982/18291
[44] H. Suyitno, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Self-Efficacy Siswa pada Model
Pembelajaran Mea,” Unnes Journal of Mathematics Education Research, vol. 6, no. 2, pp. 251–258, 2017,
[Online]. Available: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer
[45] P. Nurhayati and M. Asikin, “Studi Literatur Komunikasi Matematis, Self Efficacy, Model Pembelajaran
Trefinger dan Asessmen Kinerja,” IJoIS: Indonesian Journal of Islamic Studies, vol. 2, no. 02, pp. 249–
275, 2021, [Online]. Available: https://journal.civiliza.org/index.php/ijois/article/view/46
[46] A. D. Noperlis and Neviyarni, “Studi Literatur : Efektivitas Metode Pembelajaran Quantum Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa,” Eductum: Jurnal Literasi Pendidikan, vol. 1, no. 2, pp. 341–349, 2023.
[47] C. S. Ugwuanyi, C. I. O. Okeke, and T. A. Ageda, “Motivation and Self-efficacy as Predictors of Learners’
Academic Achievement,” Journal Of Sociology And Social Anthropology, vol. 11, no. 3–4, pp. 215–222,
Aug. 2020, doi: 10.31901/24566764.2020/11.3-4.351.
[48] V. Sachitra and U. Bandara, “Measuring the Academic Self-Efficacy of Undergraduates: The Role of
Gender and Academic Year Experience,” World Acad Sci Eng Technol, vol. 11, no. 11, pp. 2320–2325,
2017, [Online]. Available: https://mgt.sjp.ac.lk/com/wp-content/uploads/2019/07/Vilani-2017-Sep.pdf
[49] G. Ordun and F. A. Akün, “Self Actualization, Self Efficacy and Emotional Intelligence of Undergraduate
Students,” Journal of Advanced Management Science, vol. 5, no. 3, pp. 170–175, May 2017, doi:
10.18178/joams.5.3.170-175.
[50] I. R. Emawati, F. C. A. Burhendi, N. Harahap, and S. Sugianta, “Efektifitas Model Pembelajaran Quantum
Learning di Tinjau dari Metakognitif Fisika Siswa Di SMAN 48 Jakarta,” Jurnal Pendidikan Fisika, vol. 8,
no. 1, pp. 24–32, 2020, doi: 10.24127/jpf.v8i1.2600.
[51] S. S. Wicaksono and I. Vahlia, “Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran Quantum Learning terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Mahasiswa,” Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, vol.
7, no. 2, pp. 275–282, 2016.
[52] G. N. Sauduran and C. V. S. Roulina, “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika,” Attractive : Innovative Education Journal, vol. 3, no. 2,
pp. 185–194, 2021.
[53] N. Zaharah, J. Marzal, and M. H. Effendi-Hsb, “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika
Berbasis Quantum Learning pada Materi Segiempat dan Segitiga untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis,” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 5, no. 3, pp. 2768–2782,
2021, doi: 10.31004/cendekia.v5i3.733.
[54] K. Karlina, D. Fitraini, and A. Sari, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Self Efficacy Peserta Didik SMP/MTs
Pekanbaru,” JURING (Journal for Research in Mathematics Learning), vol. 3, no. 2, pp. 149–158, 2020,
doi: 10.24014/juring.v3i2.9508.
 

Anda mungkin juga menyukai