A. JUDUL:
Pengembangan soal barisan dan deret berbasis hots (higher order thinking skills)
untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI SMA/MA
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belajar merupakan hal yang tak pernah bisa terpisahkan dari kehidupan
manusia. Manusia diberikan bekal oleh Sang Pencipta berupa akal dan pikiran
sebagai modal awal berada di dunia. Berbagai ilmu pengetahuan berkembang sebagai
anugrah yang teramat besar dan terus diserap serta dimanfaatkan hingga kini.
Perkembangan yang terus menerus menuntut manusia merombak dan menyesuaikan
tingkat berfikir yang semakin kritis, efektif dan efisien. Sehingga diperlukan proses
penyesuaian teknik belajar yang tepat guna dan sesuai dengan tuntutan di era
globalisasi.
text), yaitu menjelaskan ide atau solusi dari suatu permasalahan atau gambar dengan
menggunakan bahasa sendiri. 2) menggambar (drawing), yaitu menjelaskan ide atau
solusi dari permasalahan matematika dalam bentuk gambar. 3) ekspresi matematika
(mathematicalekpression), yaitu menyatakan masalah atau peristiwa sehari-hari
dalam bahasa. Peneliti mencoba memberikan solusi dengan mengembangkan soal
barisan dan deret berbasis HOTS sebagai sarana pengukur kemampuan komunikasi
matematis siswa. Hal ini dilakukan dengan melakukan penelitian yang berjudul
“pengembangan soal barisan dan deret berbasis hots (higher order thinking skills)
untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI SMA/MA”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah, yaitu
“Bagaimana pengembangan soal barisan dan deret berbasis HOTS yang valid dapat
mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa SMA?”
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pada pengembambangan ini, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan soal berbasis HOTS yang
valid dan dapat digunakan sebagai instrument untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis siswa SMA.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teorits maupun secara
praktis. Adapun manfaat secara teoritis yang diharapkan antara lain sebagai berikut:
1. Hasil penelitian dapat menambah bahan kajian bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
2. Hasil penelitian dapat menambah wawasan bagi pihak-pihak yang
memerlukan pengetahuan, terutama yang terkait dengan pengembangan soal
berbasis HOTS untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematis
siswa.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan antara lain sebagai berikut:
7
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru dalam
kegiatan belajar-mengajar.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi
para peneliti yang juga berupaya untuk membuat kegiatan belajar-mengajar
menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien.
5. Spesifikasi produk yang Diharapkan
C. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengembangan
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
proses/cara, perbuatan mengembangkan. Menurut Setyosari (2016: 277)
pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
mengevaluasi produk pendidikan. Sugiyono (2008: 297) menjelaskan bahwa
penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Seels dan Richey
(dalam Sutarti & Irawan, 2017: 6) penelitian pengembangan juga dapat didefinisikan
sebagai suatu kajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan, dan evaluasi
program, proses dan produk yang memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan
efektivitas. Dari beberapa pengertian di atas, pengembangan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah proses untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi
produk pendidikan yang memenuhi kriteria validitas dan kepraktisan
b. Soal Tes
Penilaian tertulis merupakan salah satu jenis penilaian yang paling sering
digunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa. Suharmi Arikunto dalam (Hamzah,
2014) menyatakan tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Menurut Noehi dalam (Hamzah, 2014) alat ukur tes terdiri atas tes objektif, tes
jawaban singkat, tes menyelesaikan masalah, dan tes uraian.
Bentuk soal yang digunakan untuk mengukur kompetensi sebaiknya terdiri dari
berbagai bentuk soal. Variasi bentuk soal yang berhubungan dengan waktu penilaian
meliputi formatif, ujian tengah semester, sumatif, diagnostik, dan penempatan.
Adapun ciri-ciri tes yang baik yaitu, valid (tesnya tepat dalam mengukur), reliable
(tesnya tetap dalam mengukur), objektif (penilaiannya tidak berubah-ubah),
praktikabilitas, dan ekonomis (Hamzah, 2014). Menurut Hamzah fungsi tes minimal
ada 4, yaitu:
9
Berdasarkan bentuk soal secara umum, Arikunto (2012: 177) membagi tes
menjadi 2 macam yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif pada umumnya
berbentuk uraian. Tes objektif adalah tes di mana informasi atau jawaban yang
dibutuhkan untuk menjawab soal telah tersedia (Yuniar, Rakhmat, & Saepulrohman,
2015: 189). Menurut Arikunto (2012: 181) macam-macam tes objektif diantaranya;
tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan dan tes isian singkat.
Selaras dengan pendapat tersebut (Hamzah, 2014) juga berpendapat soal tes
memiliki berbagai bentuk yaitu, soal tes objektif, soal tes berstruktur, dan soal tes
uraian. Tes uraian adalah tes yang jawabannya diberikan dalam bentuk menuliskan
pendapat berdasar pengetahuan yang dimiliki (Hamzah, 2014). Pengetahuan yang
diukur dengan tes uraian merupakan pengetahuan kognitif tingkat tinggi (Hamzah,
2014). Penilaian uraian atau disebut juga asesmen esai merupakan bentuk penilaian
yang memungkinkan guru menganalisis jalan berpikir siswa (Farida, 2017). Tes esai
adalah salah satu tes yang digunakan juga dalam instrumen penelitian. Soal esai
menuntut siswa untuk mengorganisasikan atau menyajikan jawaban dalam bentuk
uraian (Farida, 2017). Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
membuat tes esai (Widana, 2017) antara lain:
Adapun bentuk tes uraian terdiri dari tiga macam (Farida, 2017), yaitu:
Butir soal uraian bebas menuntut jawaban siswa yang sangat terbuka dan
masalah yang dikemukakan tidak spesifik seperti pada bentuk uraian yang
lainnya. Siswa diberikan kebebasan untuk menuangkan pemikiran, keluasan
pengetahuannya, dan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan/karangan.
Adapun langkah-langkah penskoran tes uraian, sebagai berikut (Farida, 2017):
a) Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk
dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b) Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban. Pemberian skor
pada setiap jawaban tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan
oleh siswa.
c) Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban dari
sebagian skor siswa. Jumlah skor-skor tertinggi dari setiap kriteria
jawaban tersebut disebut skor maksimum dari suatu soal.
d) Periksalah satu soal-soal untuk semua siswa sebelum pindah ke soal lain,
untuk menghindari pemberian skor berbeda terhadap jawaban serupa.
e) Bila tiap butir soal telah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan
siswa untuk setiap soal.
f) Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal, sehingga jumlah
inilah yang nantinya menjadi nilai akhir dari suatu perangkat tes yang
disajikan.
d. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan soal yang menguji
tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan yang tidak hanya
mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan
(Dirjendikdasmen, 2017: 3). Karakteristik soal HOTS menurut Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah (2017: 4) dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi, 2) berbasis permasalahan kontekstual dan 3)
menggunakan bentuk soal beragam.
13
D. METODE PENELITIAN
b. Desain
Pada tahap one to one, peneliti menguji cobakan desain yang telah
dikembangkan ke beberapa siswa dengan tingkatan kemampuan berpikir yang
berbeda sebagai tester. Hasil dari pelaksanaan ini berupa tanggapan siswa untuk
menjadi bahan revisi desain produk. Kemudian desain produk prototipe 1 yang
sudah direvisi menjadi prototipe 2.
Desain yang sudah direvisi dari hasil expert reviews dan one to one
diujicobakan terhadap kelompok kecil 5-6 orang. Hasil dari ujicoba ini
digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh produk akhir dan uji
kelayakan soal tersebut.
Hasil revisi dari expert reviews, one to one, dan small group menjadi
produk akhir dan dapat diujicobakan ke subjek penelitian sebagai uji lapangan.
Subjek penelitian uji lapangan yang di ambil adalah satu kelas. Tetapi
pengembangan ini dibatasi hanya sampai tahap expert review karena suatu
kondisi yang tidak memungkinkan dilakukan ujicoba produk.
Data penelitian adalah informasi berupa fakta atau angka yang digunakan dalam
penelitian. Data merupakan sesuatu yang masih memerlukan pengolahan. Adapun
jenis data dari pengembangan ini adalah:
4) Data Kualitatif, berupa saran perbaikan dari validator.
5) Data kuantitatif, berupa hasil penilaian dari validator
22
Lembar validsi berisi pilihan jawaban yang di konveksi dalam bentuk skor
yaitu, (4) sangat sesuai, (3) sesuai, (2) cukup sesuai, (1) kurang sesuai, dan (0) tidak
sesuai. Lembar tersebut diberikan dan diisi oleh tiga orang dosen validator dalam
bentuk skor. Ketiga dosen validator tesebut merupakan dosen pendidikan matematika
Universitas Lambung Mangkurat. Rata-rata penilaian dari ketiga validator tersebut di
ambil sebagai hasil validitas soal yang menentukan kelayakan dari soal yang
dikembangkan. Adapun aspek yang dukur di dalam lembar validasi meliputi aspek
materi, konstruk, dan bahasa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
kuantitatif yang bertujuan utama menganalisis tingkat kevalidan soal yang
dikembangkan serta untuk kelayakan soal dalam mengukur kemampuan komunikasi
matematis. Data kuantitatif dianalisis berdasarkan hasil lembar validasi soal dari
dosen Ahli. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini mencakup kriteria kesesuaian
soal. Kesesuaian soal terpenuhi berdasarkan rata-rata validasi dari ahli atau dosen
validator.
data juga digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan serta tolak ukur suatu
produk yang dikembangkan.
Analisis kelayakan suatu produk dilihat dari analisis telaah lembar validasi
terhadap soal. Suatu instrumen penilaian yang baik harus memiliki validasi yang
tinggi. Teknik analisis data untuk lembar validasi soal dilakukan dengan langkah
langkah sebagai berikut.
1. Pengumpulan semua data yang diperoleh dari para validator untuk semua
komponen, sub komponen dari butiran penilaian.
2. Soal yang telah divalidasi oleh validator kemudian dianalisis. Skor hasil
penilaian tiap butir soal ini kemudian di rata-ratakan, sehingga menjadi skor
rata-rata. Kemudian skor rata-rata dari tiap butir soal dirata-ratakan lagi
terhadap banyak validator, sehingga menghasilkan rata-rata validitas yang
menentukan soal yang dikembangkan valid atau tidak valid. Pada skala
penilaian ini dianalogikan dengan skala skor rentang 0-4, sehingga tingkat
kelayakan instrumen dapat diketahui dengan uji validitas.
Aspek validitas menurut sudjana dalam (Riyani, 2017) dianalisis dengan
menggunakan rumus:
n
∑ vt
i=1
VR=
n
(Riyani, 2017)
Keterangan:
VR = Rata-rata Validasi
vt = Rata-rata Skor Tiap Validasi
n = Banyak Validasi
Nilai rata-rata (VR) menentukan kriteria yang diperoleh dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Rata-Rata (VR)
24
Rata-Rata Penilaian
Kriteria
Para Ahli
1 3 ≤ VR < 4 Sangat Valid
2 2 ≤ VR < 3 Valid
3 1 ≤ VR < 2 Kurang Valid
4 0 ≤ VR < 1 Tidak Valid
(Riyani, 2017)
Berdasarkan tabel 3 soal dikatakan valid jika reratanya (VR) ≥ 2 (Riyani, 2017).
Adapun pedoman penskoran komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 4,
sebagai beikut:
Tabel 2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator Keterangan
Menjelaskan ide atau solusi dari suatu
Menulis (Written Text) permasalahan atau gambar dengan
menggunakan bahasa sendiri
Menjelaskan ide atau solusi dari
Menggambar (Drawing) permasalahan matematika dalam bentuk
gambar
Menyatakan masalah atau peristiwa
Ekspresi Matematika (Mathematical
sehari-hari dalam bahasa model
Ekspression)
matematika
Hadiyanto (dalam Ella Andhani, 2018: 22)