Berdasarkan hasil validasi dan uji coba kelas terhadap bahan ajar untuk
Banjarmasin, maka dihasilkan bahan ajar yang valid, praktis, efektif dan layak
digunakan. Berikut ini deskripsi hasil pengembangan bahan ajar dan hasil uji coba
Sederhana serta karakteristik peserta didik kelas X SMA semester dua. Dalam
berpikir kritis pada materi Getaran Harmonis Sederhana. Bahan ajar yang
dikembangkan ini telah di telaah oleh Sri Hartini, M.Sc selaku dosen pembimbing
telah ditetapkan dalam standar isi (standar kurikulum). RPP dibuat dalam rangka
menjadi lebih terarah. Selain itu, fungsi pelaksanaan RPP berfungsi untuk
55
56
direncanakan. RPP yang digunakan telah disusun sedemikian rupa. RPP yang
dikembangkan ini mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar kemudian
terbimbing.
Penelitian ini terdiri dari 3 kali pertemuan sehingga memerlukan tiga RPP
pada materi getaran harmonis sederhana dengan alokasi waktu tiga kali pertemuan
(3x45 menit). Pada RPP pertama berisi tentang materi getaran harmonis pada
bandul, pada RPP kedua berisi tentang materi getaran harmonis pada pegas, dan
pada RPP ketiga berisi tentang materi energi pada getaran harmonis. RPP ini
harus dikerjakan oleh peserta didik. LKPD memiliki peranan yang sangat besar
kritis. LKPD ini menekankan pada keterampilan berpikir kritis sehingga peserta
didik pada saat mengisi LKPD tersebut maka peserta dapat berlatih secara pelan-
57
kritis.
kerja peserta didik yang dikembangkan yaitu: LKPD pada pertemuan pertama
tentang getaran harmonis pada bandul, LKPD pada pertemuan kedua tentang
getaran harmonis pada pegas, dan LKPD pada pertemuan ketiga tentang energi
pada getaran harmonis. LKPD ini berisikan tujuan, alat dan bahan, prosedur
kritis yang dikembangkan berupa penilaian yang dapat dinilai melalui jawaban
disertai dengan rubrik yang digunakan untuk menentukan skor atau nilai yang
evaluasi.
Materi ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
peserta didik untuk belajar. Materi ajar berisi materi tentang getaran harmonis
sederhana yang digunakan peserta didik sebagai sumber belajar. Materi ajar
peserta didik yang dikembangkan terdiri dari sampul buku, kata pengantar, daftar
isi, peta konsep, tujuan pembelajaran, judul bab, materi getaran harmonis
58
sederhana, tahukah anda, sekilas info, contoh soal, ayo berpikir kritis, rangkuman,
X karangan Aris Prasetyo Nugroho, Indarti, dan Naila Hilmiyana Syifa yang
SMA/MA Kelas X”; dan Sunardi yang berjudul “Fisika untuk Siswa SMA/MA
buku yang digunakan dalam pengembangan materi ajar peserta didik ini dikemas
Tes hasil belajar ini berupa pretest dan posttest yang mana soal yang dibuat
soal, jawaban dan skor. Tes hasil belajar yang dikembangkan dalam bentuk soal
essay yang terdiri dari sembilan soal tentang gerak harmonik sederhana. Tes hasil
penilaian sikap yang dapat dinilai melalui jawaban siswa dalam menjawab pretest
dan posttest. Penilaian keterampilan berpikir kritis disertai dengan kisi-kisi soal
59
yang digunakan untuk menentukan skor atau nilai yang akan diberikan kepada
pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik, tes hasil belajar, dan
materi ajar yang dinilai oleh dua orang pakar dan satu orang praktisi. Bertindak
sebagai validator bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
Fisika FKIP ULM dalam bidang akademisi; dan Fitriani, S.Pd selaku guru Fisika
di MAN 1 Banjarmasin dalam hal ini sebagai praktisi. Dari hasil validasi dari
pakar dan praktisi kemudian dilakukan revisi pada bahan ajar yang dikembangkan
isi RPP dengan skor rata-rata validitas sebesar 3,6 dengan kategori sangat baik
dan reliabilitas sebesar 0,92 dengan kategori sangat tinggi kemudian validator
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil penilaian validasi lembar kegiatan
peserta didik meliputi: syarat didaktik, syarat kontruksi; dan syarat kebahasaan
dan grafis dalam kategori baik dengan skor rata-rata validitas sebesar 3,4 dan
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil penilaian validasi materi
ajar meliputi: format materi ajar, bahasa, isi materi ajar peserta didik, dan
penyajian dalam kategori sangat valid dengan skor rata-rata validitas sebesar 3,4
dengan kategori bahwa materi ajar baik dan reliabilitas penilaian validasi materi
Hasil perhitungan validasi tes hasil belajar (THB) dapat dilihat pada
Tabel 4.4
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil penilaian validasi tes
hasil belajar meliputi: materi soal, bahasa, dan waktu dalam kategori baik dengan
skor rata-rata validitas sebesar 3,3 dan reliabilitas penilaian validasi materi ajar
sebesar 0,97 yang dinyatakan sangat tinggi. Hasil validasi dari akademisi dan
62
praktisi dari materi ajar yang dikembangkan dinyatakan bahwa materi ajar valid
Hasil validasi dari akademis dan praktisi menyatakan bahwa tes hasil
belajar yang dikembangkan layak diuji cobakan dengan revisi kecil dengan yang
dikembangkan sesuai saran yang diberikan validator. Perbaikan tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang telah divalidasi akan dilakukan perbaikan sesuai
dengan saran-saran sehingga menghasilkan tes hasil belajar yang lebih baik dari
sebelumnya.
kemudian akan diujikan pada kelas besar. Simulasi bahan ajar dilakukan untuk
memperoleh kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa peserta simulasi yang
dilakukan pada tanggal 21 April 2018. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh kritik
dan saran dari 10 orang peserta simulasi. Kritik dan saran dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Tabel 4.6 Kritik dan saran perbaikan bahan ajar dari hasil simulasi
No Kritik/Saran
1. Tulisan judul di papan tulis belum selesai
63
Bahan ajar yang dikembangkan diuji cobakan pada tanggal 23 April 2018
dikelas X MIA-2 MAN 1 Banjarmasin yang terdiri dari 30 peserta didik. Data-
RPP yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Keterlaksanaan RPP dinilai dan
diamati oleh dua orang pengamat setiap pertemuan. Keterlaksanaan RPP diamati
oleh Ali Fitroni, Rusi Milita, Sinar Meisura A, dan Nurul Hasanah. Hasil analisis
Tabel 4.7 terlihat bahwa pada keterlaksanaan RPP pada tiga pertemuan
keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama sebesar 3,8 dengan kategori sangat
baik, pada pertemuan kedua sebesar 3,9 dengan kategori sangat baik, dan pada
pertemuan ketiga sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik. Adapun reliabilitas
pada pertemuan pertama adalah 0,7 dengan kategori tinggi, reliabilitas pada
pertemuan kedua sebesar 0,7 dengan kategori tinggi, dan reliabilitas pertemuan
keterlaksanaan RPP sebesar 3,8 dengan kategori sangat baik dan reliabilitas
kepada peneliti dalam mengajar. Saran-saran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8
dibawah ini.
Keefektifan bahan ajar pada penelitian ini dapat dilihat dari tes hasil
belajar. Hasil belajar siswa pada penelitian ini diambil melalui pretest dan posttest
dan dihitung dengan menggunakan uji gain dengan jumlah siswa 30 orang. Secara
umum, nilai uji gain dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini
Dapat dilihat pada Tabel 4.9 bahwa tes hasil belajar siswa secara
keseluruhan sebesar 0,42 dan dikategorikan sedang. Hal ini menunjukan bahwa
bahan ajar yang telah dikembangkan dan digunakan pada peserta didik adalah
efektif untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis. Ketuntasan tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang diberikan kepada peserta didik berjumlah 9 soal
dengan tipe soal essay. Pada soal tes hasil belajar yang diberikan, ada beberapa
soal melatihkan keterampilan berpikir kritis yaitu soal nomor 1, 5, 6a, 6b, 7a, 7b,
8, dan 9. Sedangkan, soal yang lain seperti soal no 2, 3, dan 4 merupakan soal
biasa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan soal ini merupakan soal
menghitung.
Tabel 4.10 Hasil tes hasil belajar dari pretest dan posttest untuk soal yang memuat
indikator keterampilan berpikir kritis
Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata
N-Gain Score Kategori
Pretest Posttest
1,26 34,72 0,34 Sedang
Berdasarkan Tabel 4.10 bahwa nilai rata-rata pretest sebesar 1,26, nilai
rata-rata post test sebesar 34,72 dan N-gain yang diperoleh sebesar 0,34
berkategori sedang.
Keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada lembar kerja peserta didik
(LKPD) yang diberikan setiap pertemuan. Jumlah pertemuan pada penelitian ini
sebanyak 3 pertemuan, sehingga LKPD yang diberikan tiga kali. Dalam setiap
66
Dari LKPD yang telah dinilai dan diperoleh persentase setiap indikator
keterampilan berpikir kritis yang digunakan, dapat dilihat dari Tabel 4.11.
Gambar 4.11. Persentase tiap indikator yang dicapai peserta didik dalam tiga kali
pertemuan
Indikator KBK Persentase
Memberikan penjelasan dasar 75
Merumuskan masalah 97
Analisis data 74
Memberikan argumen 74
Menarik kesimpulan 86
Melakukan evaluasi 57
keterampilan berpikir kritis yang dapat dicapai peserta didik adalah memberikan
sangat baik, analisis data dengan kategori baik, memberikan argumen dengan
kategori baik, menarik kesimpulan dengan kategori sangat baik dan melakukan
4.2.
dengan kategori baik, pertemuan kedua dengan kategori sangat baik, dan
keterampilan berpikir kritis pada kelas X-MIA 2 sebesar 76,04 dan keterampilan
Setelah dianalisis LKPD untuk tiga kali pertemuan, maka dapat dilihat
data keterampilan berpikir kritis peserta didik yang disajikan pada Tabel 4.10.
Dari Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 2 peserta didik atau hanya 6,7%
peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis sangat baik dan
sebanyak 28 peserta didik atau hanya 93,3% peserta didik termasuk ke dalam
Bahan ajar yang dikembangkan meliputi: RPP, LKPD, THB, dan materi ajar.
Kelayakan bahan ajar yang dikembangkan dapat dilihat validitas bahan ajar,
melalui tes hasil belajar. Sedangkan untuk melihat keterampilan berpikir kritis
68
dilihat dari lembar kerja peserta didik setiap pertemuan. Kelayakan bahan ajar dan
penelitian ini.
aspek tinjauan komponen RPP, bahasa, dan isi RPP dalam kategori sangat baik.
Dapat dilihat dari tabel 4.1, reliabilitas pada validasi RPP dengan kategori tinggi.
Validitas yang diperoleh dengan kategori sangat baik sehingga RPP ini valid
digunakan untuk pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarno dan
mencapai kategori minimal “valid”. Selain itu, suatu instrumen dikatakan valid
atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat itu betul-betul mampu
mengukur dan menilai apa yang ingin diukur dan/atau dinilai (Yusuf, 2015). RPP
yang dikembangkan dapat mengukur sejauh mana guru dapat menjalankan sintaks
(1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; (2) Identitas mata
pelajaran atau tema/subtema; (3) Kelas/semester; (4) Materi pokok;
(5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah
jam pelajaranyang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
(6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (7)
Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (8) Materi
pembelajaran, memuat fakta, konsep prinsip dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi; (9) Metode pembelajaran; (10)
Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran; (11) Sumber belajar, dapat berupa:
buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar
lain yang relevan; (12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan
melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan (13) Penilaian
hasil belajar.
Pada bahasa dan isi RPP yang digunakan, RPP ini disusun selengkap
mungkin dan sistematis sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan guru lain.
Terutama, ketika guru yang bersangkutan tidak hadir sehingga guru lain dari mata
pernyataan oleh Daryanto (2014: 89-90) bahwa secara umum ciri-ciri Rencana
a. Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru
digunakan oleh guru lain (misalnya: ketika guru pelajaran tidak hadir), mudah
Hasil penilaian dengan kategori baik dan sangat baik pada setiap aspek
dikembangkan sesuai dan valid digunakan sebagai bahan ajar. Dengan RPP yang
kontruksi; dan kebahasan dan grafis. Hasil validasi dari akademisi dan praktisi
dari LKPD yang dikembangkan dengan kategori baik dan reliabilitas lembar
kegiatan peserta didik dengan kategori tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid
atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat itu betul-betul mampu
mengukur dan menilai apa yang ingin diukur dan/atau dinilai (Yusuf, 2015). Pada
peserta didik tiap pertemuan sehingga dapat dikatakan LKPD ini valid. Adapun
dikembangkan telah memenuhi beberapa syarat yang dijelaskan oleh Darmodjo &
kaligis (1993) yaitu: syarat didaktik, syarat kontruksi, dan syarak teknis (dalam
Astuti, 2016).
71
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Astuty dan Setiawan (2013) , hasil
penilaian dari validator untuk LKPD berkategori baik yang berarti Lembar Kerja
Siswa (LKS) hasil pengembangan layak digunakan. Selain itu, Satria dkk. (2014)
bahwa hasil validasi LKPD menunjukkan rata-rata skor LKPD mencapai ≥ 61%
maka LKPD dikatakan layak. Selain itu, Riduwan (2007) dalam Anna dkk. (2010)
Artinya, apabila LKPD ini diujikan beberapa kali ke subjek atau objek yang sama
Aspek penilaian validasi materi ajar yaitu: format materi ajar, bahasa,
dan isi materi ajar peserta didik, penyajian, dan manfaat/kegunaan materi ajar.
Hasil validasi materi ajar dari praktisi dan akademisi menyatakan bahwa validitas
materi ajar dengan kategori baik dan reliabilitas pada materi ajar berkategori
sangat tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid atau mempunyai validitas yang
tinggi apabila alat itu betul-betul mampu mengukur dan menilai apa yang ingin
diukur dan/atau dinilai (Yusuf, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa materi ajar
Selain itu, hal yang membuat materi ajar menjadi valid karena format
materi ajar yang dikembangkan sesuai dengan Kemendiknas (2008) dimulai dari
72
ganda. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan kompetensi dasar (Rusman, 2010).
kelebihan materi ajar antara lain: (1) Menimbulkan minat baca; (2) Ditulis dan
dirancang untuk peserta didik; (3) Menjelaskan tujuan intruksional; (4) Disusun
peserta didik dan kompetensi akhir yang akan dicapai; (6) Memberikan
peserta didik; (8) Memberikan rangkuman; (9) Gaya penulisan komunikatif dan
semi formal; (10) Kepadatan berdasarkan kebutuhan peserta didik; (11) Dikemas
umpan balik dari peserta didik; (13) Menjelaskan cara mempelajari materi ajar
yaitu: untuk memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal, mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik
peserta didik maupun pengajar, dan dapat digunakan secara tepat dan bervariasi
Manfaat yang diberikan oleh materi ajar ini dapat dirasakan oleh guru
maupun peserta didik. Manfaat materi ajar bagi guru antara lain: diperoleh materi
73
ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh,
menambah khasanah pengetahuan dan pengalam guru dalam menulis materi ajar,
didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya; dan
menambah angka kredit daftar usulan pengusulan angka kredit (DUPAK) jika
bagi peserta didik, antara lain: kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
yang harus dipelajari peserta didik (Dirman dan Juarsih, 2014). Pada materi ajar
ini berisikan pengetahuan tentang materi getaran harmonis sederhana. Selain itu,
materi ajar ini juga berisi keterampilan yang ingin dilatihkan yaitu keterampilan
berpikir kritis.
Aspek penilaian validasi tes hasil belajar peserta didik yaitu materi soal,
bahasa, dan waktu. Hasil validasi dari akademisi dan praktisi, validitas THB
dengan kategori baik dan reliabilitas penilaian validasi tes hasil belajar dengan
ketegori tinggi. Arifin (2014) mengatakan bahwa jika suatu tes dapat memberikan
74
informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka
tes itu valid untuk tujuan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, tes hasil
tentang berhasil atau tidaknya peserta didik dalam menguasai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dan guru juga dapat mengetahui efektif atau tidaknya bahan ajar
yang dikembangkan melalui tes hasil belajar. Hal ini sejalan dengan Yusuf (2015)
bahwa suatu instrumen dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat itu betul-betul mampu mengukur dan menilai apa yang ingin diukur
dan/atau dinilai. Selain itu, Arifin (2014) juga mengatakan bahwa tes yang
pengukurannya rendah.
Tes hasil belajar yang valid menunjukkan bahwa tes hasil belajar telah
disimpulkan bahwa tes hasil belajar layak digunakan dalam pembelajaran fisika.
Tabel 4.7. Secara keseluruhan, hasil analisis kepraktisan bahan ajar dengan
kategori sangat baik. Hasil penelitian Nafrianti dkk. (2016) mengatakan bahwa
RPP dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar dapat dikatakan praktis
apabila produk tersebut mudah untuk digunakan (Akker dkk., 2013). Selain itu,
RPP dengan kategori sangat praktis maka RPP layak digunakan (Komsiatun dan
Retnawati, 2015).
sangat baik adalah RPP disusun secara rinci mungkin agar mudah dipahami dan
oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti (Majid,2014: 25).
Beberapa pegangan yang dijadikan patokan suatu bahan ajar dikatakan praktis
adalah: (1) biaya yang digunakan tidak terlalu tinggi; (2) mudah
diadministrasikan; (3) mudah diskor; (4) mudah diinterpretasikan; (5) waktu yang
inkuiri dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada fase ini
guru dapat menyiapkan peserta didik untuk belajar dan menjabarkan proses untuk
pelajaran dengan jelas sehingga fase ini dapat terlaksana sangat baik.
tidak sesuai dan fase 2 terlaksana dengan kategori sangat baik. Pada fase ini, guru
yang didemontrasikan dan peserta didik mampu memberikan penjelasan dasar dari
76
masalah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pada fase 2 ini terlaksana sangat
baik karena guru dapat mengarahkan jawaban dari masalah yang disajikan.
data dan menguji hipotesis dan fase 4 diperoleh rata-rata dengan kategori sangat
baik. Pada fase ini, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data dan menguji dugaan sementara yang telah dibuat sehingga
pada fase ini bisa terlaksana dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada fase
4 ini, RPP dapat dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik dan ini terbukti dari
peserta didik lancar dalam melakukan praktikum tanpa ada kendala yang begitu
banyak.
dengan kategori sangat baik. Hal ini terbukti dari guru dapat membimbing peserta
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki dengan kategori baik. Pada fase ini,
ada untuk menilai atau memutuskan sesuatu pada soal evaluasi. Hal ini
77
menunjukkan bahwa pada fase ini, RPP dapat dilaksanakan oleh guru dengan
baik.
Terakhir, pada fase penutup terlaksana dengan kategori sangat baik. Hal
ini menunjukkan pada fase ini dapat dilaksanakan dengan sangat baik dan terbukti
dari peserta didik serta guru dapat menyimpulkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran bersama-sama.
berdasarkan data pretest dan postest yang dihitung dengan uji gain. Sebelum uji
gain, data nilai pre test dan post test diuji normalitas data untuk mengetahui data
Smirnov pada aplikasi statiscal product and service solution (SPSS) untuk
tidak. Dengan membandingkan pada pada taraf signifikansi α =0,05, pada pretest
sebesar 0,015 dan pada post test sebesar 0,698 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Efektivitas bahan ajar dapat dilihat dari tes hasil belajar berdasarkan data
pretest dan postest yang dihitung dengan uji gain. Uji N-gain memiliki tiga
kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pada soal tes hasil belajar yang
diberikan, ada beberapa soal melatihkan keterampilan berpikir kritis yaitu soal
nomor 1, 5, 6a, 6b, 7a, 7b, 8, dan 9. Soal yang lain seperti soal nomor 2, 3, dan 4
merupakan soal biasa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan soal ini
menunjukkah bahwa bahan ajar yang dikembangkan efektif. Bahan ajar yang
efektif dibuktikan dari hasil belajar peserta didik setelah menggunakan bahan ajar
bahan ajar untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis pada materi getaran
harmonis sederhana (GHS). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Khomsiatun dan
Gain score pada soal yang memuat indikator berpikir kritis keterampilan
berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 4.9. Gain score yang diperoleh sebesar
berkategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan
peningkatan hasil belajar pada soal-soal yang memuat indikator berpikir kritis
sebelum menggunakan bahan ajar dan setelah menggunakan bahan ajar. Tegeh
produk pengembangan dapat mencapai tujuan tertentu. Dapat dilihat bahwa bahan
ajar yang dikembangkan dapat dikatakan efektif digunakan karena sesuai dengan
tujuan yang diharapkan yaitu bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing dapat
pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu faktor pendukung
bahan ajar yang dikembangkan ini dapat efektif dalam melatihkan keterampilan
berpikir kritis. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah
79
model inkuiri terbimbing. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Damayanti dkk.
bahwa proses pembelajaran yang menggunakan bahan ajar dengan model inkuiri
peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kurniawati (2014) bahwa salah
inkuiri terbimbing.
Berdasarkan ketuntasan nilai tes hasil belajar hanya 3 orang dari 30 orang
menggunakan bahan ajar yang efektif adalah tipe soal yang diberikan berada pada
suatu soal maka semakin tinggi tingkat kesukaran suatu tes (Arikunto, 2016). Dari
sembilan soal yang diberikan, pada soal nomor 1, 8 dan 9 memperoleh nilai rata-
rata terendah.
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2016; Yusuf, 2015). Hal
yang menyebabkan rendahnya nilai peserta didik adalah peserta didik belum
memahami konsep karena peserta didik terfokus pada percobaan dan mengisi
LKPD. Selain itu, peserta didik juga belum mampu membangun pemahaman
80
yang mungkin aktif tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar, aturan dan
mana peserta didik diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang
telah dimiliki untuk menilai suatu kasus (Arikunto, 2016). Sprenger juga
dahulu. Hal yang menyebabkan nilai soal ini rendah adalah peserta didik sudah
diberikan informasi yang berkaitan dengan soal tersebut tetapi peserta didik lupa
kembali informasi atau pengetahuan yang pernah dimilikinya pada saat yang
dibutuhkan dengan tepat (Syah, 2010). Teori interferensi menjelaskan lupa terjadi
karena adanya gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingatan
terhadap informasi yang telah tersimpan di situ, seolah-olah informasi yang lama
digeser dan kemudian menjadi lebih sukar diingat (Syah, 2010). Selain itu,
penjejalan infomasi yang terlalu banyak dalam waktu singkat adalah cara untuk
seorang peserta didik tidak dapat mengikuti proses pembelajaran yang baik yaitu
ditandai dengan rendahnya hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang
yang rendah atau berada di bawah rata-rata yang dicapai oleh peserta didik lain
dalam satu kelasnya (Ahmadi dan Supriyono, 2004). Kesulitan yang dihadapi
adalah minat dan motivasi yang dimiliki peserta didik. Motivasi dan minat yang
dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajar dan akhirnya
mengalami kejenuhan belajar. Hal ini dipengaruhi oleh rentang waktu yang
berperan penting dalam proses pembelajaran dan keberhasilan proses belajar itu
sendiri. Selain itu, Mustofa (2015) juga mengatakan bahwa minat mempengaruhi
Syah ,2010). Syah juga mengatakan bahwa penyebab kejenuhan yang paling
umum adalah keletihan yang melanda peserta didik karena keletihan penyebab
Bahan ajar yang dikembangkan ini efektif untuk digunakan. Bahan ajar
yang dikembangkan dapat efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
pertama, bahan ajar untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis sesuai dengan
disajikan dengan struktur dengan alur materi dari yang paling mudah ke paling
sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks, serta disajikan dengan gambar-
gambar yang sesuai untuk penguatan materi pembelajaran. Selain itu, materi ajar
dilatihkan. Keempat, bahan ajar yang disusun memiliki keterkaitan yang konsisten
antara RPP, LKPD, materi ajar, dan THB sehingga memudahkan dalam
dilakukan.
kritis diukur dengan menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang
LKPD diberikan pada tiap pertemuan yaitu sebanyak tiga kali pertemuan. Peserta
diminta untuk melakukan praktikum dan diminta untuk menyelesaikan tugas yang
ada di LKPD untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
keterampilan berpikir kritis yang dapat dicapai peserta didik sebagai berikut.
bahwa nilai persentase keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan kategori
baik. Leicester & Taylor (2010) mengatakan bahwa peserta didik belajar berpikir
nilai persentase keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan kategori sangat
permasalahan sangat penting agar peserta didik tahu langkah apa yang diambil
menurut Leicester & Taylor (2010) mengatakan bahwa peserta didik belajar
didik dengan kategori baik. Dalam analisis, peserta didik diminta untuk
Peserta didik dapat menganalisis data dengan baik karena guru memberikan
pertanyaan pengarah agar peserta didik mampu menemukan sendiri arah dan
dibuat dalam LKPD. Kelebihan pada LKPD yang dikembangkan ini yaitu
variabel.
nilai persentase keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan kategori baik.
Peserta didik dapat memberikan argumen dengan baik dan beberapa peserta didik
nilai persentase keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan kategori baik.
menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru. Pada indikator ini,
peserta didik sudah mampu menyimpulkan dengan tepat sesuai dengan tujuan
85
percobaan dan beberapa peserta didik yang mampu menyimpulkan tapi kurang
tepat. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik dapat menghasilkan sebuah
nilai persentase keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan kategori cukup.
Pada indikator ini, persentase yang diperoleh paling rendah diantara yang lain
keputusan dalam menjawab dan pada soal ini peserta didik dituntut sudah
evaluasi (solusi alternatif). Evaluasi bermaksud untuk sejauh mana peserta didik
untuk menilai suatu kasus (Arikunto, 2016). Peserta didik belum menguasai
konsep materi yang dipelajari sehingga belum bisa menerapkan konsep ke dalam
soal.
keterampilan berpikir kritis pada pertemuan kedua dan pertemuan ketiga jika
yang digunakan karena peserta didik terbiasa dengan model konvensional dengan
86
metode ceramah. Pada pertemuan ketiga, peserta didik mulai jenuh dengan
pembelajaran. Seorang peserta didik yang sedang dalam keadaan jenuh sistem
akalnya tak dapat dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses
Dapat dilihat dari jumlah peserta dan persentase pada Tabel 4.10,
kritis sudah berkategori baik. Hal ini dikarenakan bahan ajar yang dikembangkan
kritis. Hal ini sejalan dengan penelitian Yulianti dkk. (2010) bahwa bahan ajar
peserta didik. Dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis agar sangat baik,
perlu dilatihkan secara terus menerus-menerus melalui bahan ajar yang dapat
kritis tidak bisa dilatihkan sekali saja untuk mendapatkan hasil yang maksimal
tetapi harus terus-menerus dilatihkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Samahah
dan Novita (2016) bahwa satu kali pembelajaran tidaklah cukup untuk dapat
(1) Pada pertemuan ketiga, terlalu banyak yang harus dihitung untuk
pertemuan ini.
(2) Semakin menurun minat dan motivasi sehingga peserta didik menjadi jenuh
(3) Terkendala pada kegiatan inti, peserta didik melakukan praktikum yang
(4) Peserta didik terfokus pada percobaan dan mengisi LKPD daripada