Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan

Pengembangan bahan ajar matematika pada penelitian ini menggunakan

model pengembangan 4-D Thiagarajan dengan tahapan pengembangan yaitu

Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan).

1. Tahapan Define (Pendefinisian)

Tahapan ini merupakan tahapan awal yang bertujuan mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan peneliti untuk dijadikan dasar dalam

mengembangkan bahan ajar LKS.

a. Analisis awal-akhir dan analisis siswa

Pada tahapan ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan wawancara

dengan siswa mengenai pembelajaran matematika di sekolah serta penggunaan

bahan ajar dalam KBM. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh guru Mts Al-Jihad

Samili bahwa cara penyampaian materi yang diberikan oleh guru

menyesuaikan dengan model pembelajaran pada K-13 revisi dengan disertai

40
41

materi melalui buku kemendikbud, ataupun kelompok belajar. Mengingat

kemampuan siswa yang beragam dalam memahami materi, maka guru merasa

masih perlu melakukan pembelajaran yang berpusat pada guru yaitu ceramah.

Selain itu, kebanyakan siswa belum aktif dalam pembelajaran karena

kurangnya minat, kepercayaan diri dan keberanian untuk bertanya atau

berpendapat terkait materi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan hasil

wawancara kepada siswa yang mengatakan bahwa mereka tidak terlalu aktif

ketika mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara guru mengenai bahan ajar, diketahui bahwa

bahan ajar yang digunakan hanya terbatas pada sumber buku pembelajaran

yang disediakan oleh pemerintah dan hanya dipinjamkan kepada siswa saat

pembelajaran berlangsung terkadang kita juga searsing di google untuk

menyesesuikan mata pelajaran di buku untuk melihat langkah-langkah yang

tidak tertera di buku. Oleh karena itu, guru berpendapat bahwa siswa masih

membutuhkan bahan ajar lain. Pendapat tersebut didasari oleh hasil belajar

siswa pada materi pola bilangan dengan menggunakan ba han ajar yang

tersedia ternyata belum dapat membantu siswa memperoleh pemahaman materi

yang maksimal mengingat pola bilangan merupakan salah satu materi yang

cukup sulit.

Berdasarkan wawancara dengan siswa menyatakan bahwa mereka

memahami materi pola bilangan namun belum seutuhnya, ada beberapa subbab

yang masih belum maksimal dipahami. Mereka belum dapat terampil dalam

mengerjakan soal latihan, terlebih yang berbeda dengan contoh soal. Mereka
42
juga berpendapat bahan ajar yang dipinjamkan ketika pembelajaran di sekolah

masih kurang untuk membantu dalam belajar, sehingga membutuhkan bahan

ajar tambahan.

b. Analisis tugas

Pada tahapan ini, dilakukan identifikasi, perincian, serta menyusun materi-

materi yang akan dipelajari siswa secara sistematis. Materi pada bahan ajar

LKS adalah pola bilangan untuk siswa kelas VIII di Mts Al-Jihad Samili.
43

c. Analisis konsep

Setelah peneliti meneliti Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) pada peraturan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, sesuai dengan KD

3.11 dan 4.11 pada materi pola bilangan, maka analisis konsep adalah

menentukan pola barisan dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan

barisan konfigurasi objek.

d. Spesifikasi tujuan pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis tugas dan analisis konsep yang telah dijabarkan,

spesifikasi tujuan pembelajaran menjadi dasar untuk merancang bahan ajar

menggunakan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.

Tabel 4.1
44

2 Deskripsi Tahapan Perancangan (Design)

Kegiatan pada tahap ini adalah penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan desain

awal perangkat pembelajaran.

a. Penyusunan Tes

Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan analisis konsep yang dijabarkan dalam

spesifikasi tujuan pembelajaran. Tes yang dimaksud adalah tes kemampuan pemecahan masalah

pada materi perbandingan dan angket disposisi matematis siswa. Tes hasil belajar kemampuan

pemecahan masalah siswa terdiri dari 4 butir soal berbentuk uraian. Tes yang dikembangkan

disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan

evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.

b. Pemilihan Media

Dalam pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media yang tepat yang sesuai

dengan karakteristik materi pembelajaran. Dalam penelitian ini materi yang dikembangkan

dalam perangkat pembelajaran ini adalah materi perbandingan kelas VII SMP dengan

menggunakan Pendekatan Realistik. Media yang digunakan dalam pembelajaran meliputi

media gambar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Pegangan Guru (BG), Buku
45
Siswa, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan gambar yang menarik yang telah tersedia dalam

perangkat. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi

perbandingan dan menemukan konsep-konsep yang ada di dalamnya. Dengan adanya

pemilihan media ini diharapkan siswa lebih menyenangi matematika dan lebih antusias dan

aktif di dalam pembelajaran.

c. Hasil Perancangan Awal

3. tahap pengembangan

Hasil dari tahap define dan design menghasilkan rancangan awal

sebuah perangkat pembelajaran yang disebut dengan Prototype I. Setelah

perangkat pembelajaran dengan pendekatan realistik didesain dalam bentuk

Prototype I, maka dilakukan uji validitas terhadap pakar/ahli (expert

review) dan uji coba lapangan.

Validasi merupakan langkah pertama pada tahap pengembangan.

Validasi para ahli difokuskan pada format, isi, ilust rasi, dan bahasa pada

perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Hasil validasi ahli berupa

nilai validasi, koreksi, kritik, dan saran yang digunakan sebagai dasar untuk

melakukan revisi dan penyempurnaan perangkat pembelajaran. Hasil revisi

tersebut merupakan perangkat pembelajaran yang telah memenuhi kriteria

valid dan selanjutnya disebut prototype II.

Angket Disposisi Matematis Siswa. Semua hasil tahap perancangan ini disebut

prototype 1. Secara garis besar hasil perancangan awal adalah sebagai berikut:

a. Hasil Validasi Ahli


Validasi para ahli dilakukan untuk melihat validitas pembelajaran, isi

dan bahasa yang mencakup semua perangkat yang dikembangkan. Hasil

validasi para pakar digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan

penyempurnaan terhadap perangkat pembelajaran.

1) Validator

Sebelum perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian diuji


46
cobakan, terlebih dahulu perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

divalidasikan kepada lima orang validator untuk memvalidasi seluruh

perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Validator yang

melakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan

terdiri dari 5 orang, 3 orang dosen matematika di UNIMED dan 2 orang

guru matematika SMP.

a. Uji Coba Terbatas


Setelah bahan ajar direvisi dan dinyatakan layak, maka tahap selanjutnya
adalah uji coba terbatas untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar
LKS. Uji coba terbatas dilakukan kepada 16 siswa kelas VIII yang sudah
mempelajari materi pola bilangan. Siswa diminta mengerjakan bahan ajar
LKS dengan memperhatikan perintah yang ada, kemudian dilanjutkan dengan
mengisi angket respon siswa terhadap bahan ajar LKS. Siswa mengerjakan
bahan ajar yang terdiri dari 4 aktivitas dan uji kompetensi kurang lebih selama
2 jam atau 120 menit, sehingga dapat diperkirakan untuk setiap aktivitas dapat
dikerjakan siswa dalam waktu 25 menit.

B. Kajian Produk Akhir


Setelah diuraikan hasil penelitian di atas, dihasilkan sebuah produk akhir,
yaitu berupa bahan ajar menggunakan pembelajaran model RICOSRE
(Reading, Identifying the problem, Constructing the solution, Solving the
problem, Reviewing the solution dan Extending the solution) khususnya pada
materi pola bilangan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan validasi bahan
ajar. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang telah
dikembangkan.
Validasi dilakukan dengan menilai beberapa aspek, diantaranya yaitu
aspek cakupan materi, aspek kebahasaan, aspek teknik penyajian, aspek
pembelajaran
47

model RICOSRE, dan aspek penilaian pembelajaran. Hasil validasi bahan ajar
berupa penyataan validator ahli yang menyatakan bahwa bahan ajar layak
diujicobakan setelah dilakukan beberapa perbaikan sesuai dengan saran atau
masukan yang diberikan oleh validator ahli. Selain itu, diperoleh pula data
kuantitatif dari hasil validasi ahli yang menunjukkan bahwa bahan ajar
memperoleh kriteria Sangat Layak dengan persentase skor sebesar 87,02%.
Bahan ajar yang dikembangkan ini sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD)
dan indikator yang telah ditetapkan pemerintah. Pada tahap Define
(Pendefinisian) dilakukan analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis tugas,
analisis tugas, analisis konsep, dan spesifikasi tujuan pembelajaran. Setelah
itu, dilanjutkan pada tahap Design (Perancangan) dengan melakukan
perancangan bahan ajar atau Draft 1 yang disertai penggunaan tahapan dari
pembelajaran model RICOSRE dalam setiap aktivitas dan membuat penilaian
bahan ajar untuk validator ahli serta angket respon siswa. Jika bahan ajar telah
selesai dirancang, maka dilanjutkan dengan validasi bahan ajar oleh ahli, yaitu
3 dosen dan 5 guru matematika. Setelah memperoleh penilaian dari ahli,
dilakukan perbaikan bahan ajar LKS sesuai dengan saran atau masukan dari
validator ahli, kemudian uji coba terbatas pada kelompok kecil dapat
dilakukan.
Uji coba terbatas dilakukan terhadap 16 siswa. Pada penelitian ini proses
uji coba bahan ajar dilakukan dengan tatap muka secara langsung di sekolah
kepada siswa yang mendapatkan izin dari orang tua untuk datang ke sekolah
dan dilakukan dengan mendatangi siswa kepada siswa yang tidak
mendapatkan izin dari orang tua untuk datang ke sekolah.
Berdasarkan analisis data respon siswa diperoleh hasil yang menunjukkan
bahwa produk berupa bahan ajar yang dihasilkan memperoleh kriteria sangat
baik dengan persentase skor sebesar 83,85%. Penilaian yang dilakukan oleh
siswa ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan membantu
siswa untuk lebih mudah memahami materi. Bahan ajar yang dikembangkan
menggunakan pembelajaran model RICOSRE berisikan ilustrasi masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami konsep materi.
48

Tahapan pada pembelajaran model RICOSRE tidak hanya membantu


siswa untuk menyelesaikan ilustrasi masalah, namun juga membantu
memahami konsep materi, menemukan rumus matematika, dan menyelesaikan
masalah yang homogen menggunakan konsep yang sudah dipahami. Tahapan
pada pembelajaran model RICOSRE dimulai dari Reading (Membaca),
dimana siswa diberikan pengenalan konsep dan ilustrasi masalah. Tahap kedua
yaitu Identifying the problem (Mengientifikasi Masalah), dalam
pengembangan bahan ajar LKS ini siswa harus mengidentifikasi masalah yang
ada setelah membaca ilustrasi masalah. Tahap ketiga adalah Constructing the
solution (Membangun solusi), dalam pengembangan bahan ajar LKS ini siswa
dapat membangun solusi untuk menyelesaikan masalah dengan pengetahuan
atau konsep yang telah ia ketahui. Tahap keempat adalah Solving the problem
(Memecahkan masalah), dimana siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia
bangun sebelumnya untuk memecahkan masalah baik secara mandiri maupun
berkelompok. Tahap kelima yaitu Reviewing the solution (Mengecek solusi),
dalam pengembangan ini siswa dapat memperbaiki konsep, mengetahui
keefektifan solusi yang ia gunakan dan memilih solusi yang paling efektif.
Tahap keenam adalah Extending the solution (memperluas solusi), setelah
siswa mendapatkan solusi yang paling efektif, maka siswa dapat menerapkan
solusi tersebut untuk memecahkan masalah yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai