Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan penulis adalah mengembangkan bahan ajar

berbasis phenomenon based learning untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi. Adapun,

peneliti menggunakan model ADDIE sebagai model penelitian pengembangan dengan

menggunakan 5 (lima) langkah yang sesuai dengan pengembangan bahan ajar. Menurut Buku

Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan R2D2: Teori & Praktek menyatakan bahwa model

ADDIE masuk kedalam jenis model paramorf yang menggunakan deskripsi verbal, dan ADDIE

masuk kedalam model procedural. Model procedural diartikan sebagai model yang

mengutamakan keberaturan dari langkah-langkah untuk melakukann penelitian pengembangan.

Model penelitian pengembangan ADDIE memiliki 5 (lima) langkah dalam melakukan

penelitian produk bahan ajar, yakni: 1) Analisis (analyze), 2) Desain (design), 3) Pengembangan

(development), 4) Implementasi (implementation), dan 5) Evaluasi (evaluation). Adapun, berikut

ini bagan dari tahapan model ADDIE:


Bagan Tahapan Model ADDIE

Penelitian pengembangan dalam menggunakan model ADDIE akan menyesuaikan

tahapannya, seperti bagan diatas. Adapun, bahan ajar yang dikembangkan adalah muatan

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial pada kelas IV di sekolah dasar. Pemilihan model

ini didasarkan adanya tahapan kerja yang sistematis, yakni setiap tahapan selalu dilakukan

evaluasi (penilaian dan revisi produk, sehingga produk layak digunakan dan valid. Selain itu,

model ADDIE memiliki perlaksanaan tahapan yang sederhana, sehingga mudah diterapkan.

3.2 Prosedur Penelitian

Pada proses melaksanakan penelitian pengembangan menggunakan model ADDIE,

produk yang dikembangkan adalah bahan ajar yang berbasis Phenomenon based Learning untuk

meningkatkan kecakapan multiliterasi. Adapun, peneliti menggunakan prosedur model penelitian

ADDIE, yakni Analyze, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Maka, berikut

lebih jelasnya tentang prosedur dari tahap ke tahap dalam melakukan penelitian pengembangan

bahan ajar berbasis Phenomenon based Learninng untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi

pada pembelajaran IPAS Kelas IV sekolah dasar. Adapun, tahapan peneliti melakukan penelitian

menggunakan model ADDIE sebagai berikut.


3.2.1 Tahap Analisis (Analyze)

Tahap analisis ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan dan tujuan, proses

pembelajaran, kebutuhan siswa, dan konteks materi. Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi

untuk mencatat sesuatu yang terpenuhi dari sekolah. Setelah menganalisis kebutuhan, proses

pembelajaran dan siswa. Maka, peneliti merumuskan tujuan dari melakukan penelitian

pengembangan agar sesuai dengan hasil analisis penelitian. Saat melakukan kegiatan analisis,

maka analisis kebutuhan dapat berupa kebutuhan sekolah secara menyeluruh dan dapat dicarikan

solusinya. Lalu, analisis pembelajaran dapat ditemukan dari hal-hal yang tidak dipenuhi atau

kurang dalam pembelajaran. Terakhir, analisis siswa untuk dapat menemukan kesulitan atau

tidak terpenuhinya siswa selama proses pembelajaran. Tahapan pada setiap analisis dapat

dilakukan melalui metode wawancara sebagai orientasi awal untuk melakukan penelitian.

3.2.2 Tahap Desain (Design)

Tahap perancangan sebagai tahapan selanjutnya untuk menindak lanjuti tahap analisis.

Pada tahap ini, setelah melakukan analisis dari peneliti membuat perancangan atau mendesain

produk dari bahan ajar yang berkaitan pada tampilan materi dalam bahan ajar. Selain merancang

tampilan produk, peneliti juga merancang lembar validasi bahan ajar dan angket dari hasil

responden siswa untuk digunakan pada tahap pengembangan.

3.2.3 Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan sebagai tahap selanjutnya yang dilakukan untuk tindak lanjut dari

perancangan. Pada tahap pengembangan, setelah perancangan bahan ajar selesai, maka
dilakukannya pengembangan bahan ajar dengan cara melakukan validasi bahan ajar dan materi

ajar. Lembar angket yang diisi responden siswa dapat menilai desain dan isi materi bahan ajar.

3.2.4 Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi sebagai tahap selanjutnya, yakni penerapan produk pengembangan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari produk bahan ajar dapat meningkatkan kecakapan

multiliterasi. Penerapan produk dilakukan setelah bahan ajar sudah dikembangkan dengan

adanya validasi dari bahan ajar yang dapat dibutuhkan. Penerapan produk pengembangan ini jika

dari hasilnya dinilai kurang efektif , maka diperlukan perbaikan pada bahan ajar sesuai respon

pengguna.

3.2.5 Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tahap evaluasi sebagai tahap akhir untuk menilai kualitas dari produk pengembangan

bahan ajar melalui uji penelitian tertentu. Adapun, terdapat dua jenis evaluasi, yakni (1) evaluasi

formatif (menilai pada setiap tahapan model ADDIE, dan (2) evaluasi sumatif (menilai

akhir/seluruh tahapan diakhir). Evaluasi ini dilakukan dengan uji validitas untuk mengukur

keberhasilan siswa, dan uji efektifitas untuk mengukur penggunaan produk yang efektif dalam

mencapai tujuan dari pengembangan.

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk menjadi bagian penting dalam penelitian untuk mengetahui kelayakan

dari produk bahan ajar yang telah dikembangkan. Kelayakan produk terlihat dari keberhasilan

dalam menuju sasaran dan tujuan, serta kesesuaian pada kebutuhan siswa, guru, dan sekolah
untuk memberikan solusi dari pembelajaran. Pada produk pengembangan bahan ajar yang baik

dilihat dari kriteria pembelajaran dan kriteria penampilan dari produk tersebut. Dalam

melaksanakan uji coba produk dilakukan sebanyak dua kali, yaitu uji ahli dan uji pengguna.

Adapun, penjelasan lebih lanjut dipaparkan sebagai berikut.

3.3.1 Desain Uji Coba

Pengembangan dari bahan ajar berbasis phenomenon based learning harus melakukan uji

coba untuk mengetahui tingkatan validitas dari bahan ajar tersebut. Pada tahap analisis ini

dilakukan sebanyak dua kali, yaitu (1) evaluasi ahli yang berasal dari ahli bidang studi atau

muatan/mata pelajaran, dan (2) uji coba produk melalui produk yang di uji secara perorangan.

Pada pelaksanaan uji coba, produk peneliti harus melalui review oleh para penilai yang

dilakukan oleh ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli bahan ajar, respodn praktisi

(pendidik), dan respond siswa. Setelah review dari uji coba para ahli, maka dilanjutkan dengan

menganalisis dan melakukan revisi sesuai masukan yang diberikan. Berikut ini desain uji coba

produk disajikan pada gambar


3.3.2 Subjek dan Objek Uji Coba

Bahan ajar berbasis phenomenon based learning diujikan kepada para ahli isi dan ahli desain,

serta 3 (tiga) siswa kelas IV sekolah dasar, dengan alur tahapan sebagai berikut:

• Tahap review para ahli

Pada tahap review para ahli, dari peneliti melakukan subjek uji coba kepada ahli

bidang studi/muatan pelajaran dan ahli desain, serta ahli bahan ajar. Pada ahli bidang

studi atau muatan pelajaran dan ahli desain adalah dosen yang ahli di bidang IPA dan

IPS. Sedangkan, ahli bahan ajar yang diminta untuk mengevaluasi dan melakukan review

terkait produk bahan ajar adalah ahli bahan ajar di Universitas Pendidikan Ganesha.

• Tahap uji coba perorangan

Pada tahap uji coba perorangan dilakukan oleh 3 siswa kelas IV sekolah dasar

yang terpilih secara heterogen/beragam. Siswa yang dipilih tersebut, terdiri dari siswa

yang memiliki hasil belajar tinggi, siswa yang memiliki hasil belajar sedang, dan siswa

yang memiliki hasil belajar rendah. Hasil penilaian hasil belajar terlihat dari nilai raport

dan keseharian siswa di sekolah dasar.

3.3.3 Jenis Data

Penelitian yang digunakan adalah RnD, sehingga jenis data yang digunakan dalam

penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sistematika nya adalah dari siswa diberikan produk

bahan ajar secara perorangan, dan disajikan kepada para ahli isi, ahli bahan ajar, dan siswa kelas

IV sekolah dasar. Berikut ini pemaparan terkait data kualitatif dan kuantitatif.
• Data Kualitatif

Sebaran data kualitatif yang berupa kata-kata didapatkan dari hasil penilaian,

masukan, tanggapan, kritik, dan saran terhadap perbaikan instrument angket terbuka

(sederhana) dari review para ahli dan siswa.

• Data Kuantitatif

Sebaran data kuantitatif berupa angka-angka didapatkan dari hasil penskoran nilai

ataupun persentase dengan melalui angket penilaian dari para ahli, praktisi pembelajaran

dan hasil belajar siswa. Berikut ini pemaparannya sebagai berikut:

• Penilaian para ahli tentang ketepatan pada komponen bahan ajar. Bentuk

review penilaian para ahli terkait ketepatan komponen bahan ajar, meliputi: 1)

kecermatan isi, 2) ketepatan cakupan materi, 3) ketepatan penggunaan bahasa

yang benar, 4) pengemasan, 5) ilustrasi gambar maupun materi, dan 6)

kelengkapan komponen lain pada bahan ajar yang dapat menjadikan produk

lebih efektif.

• Penilaian praktisi pembelajaran meliputi: kelengkapan materi, sistematika

uraian materi, penggunaan bahasa, instrument, dan bahan ajar.

• Hasil belajar siswa dalam melakukan uji coba sebelum menggunakan bahan

ajar (pre-test) dan sesudah menggunakan bahan (post-test) IPAS berbasis

phenomenon based learning.

• Angket tentang tanggapan siswa setelah menggunakan bahan ajar berbasis

phenomenon based learning.


3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Peneliti melakukan penelitian pengembangan bahan ajar berbasis phenomenon based

learning menggunakan lembar kuesioner dari para ahli, praktisi pembelajaran, dan siswa.

Peneliti juga mengumpulkan data melalui tes dengan menghasilkan hasil belajar siswa pro-test

dan post-test pada penggunaan bahan ajar. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan data melalui

observasi dan wawancara kepada siswa kelas IV sekolah dasar.

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis phenomenon based learning menggunakan

metode kuesioner atau angket, tes, dan observasi serta wawancara untuk mengumpulkan data.

Berikut ini dipaparkan penjelasan terkait metode untuk mengumpulkan data secara kuantitatif

dan kualitatif.

• Metode Angket (Kuesioner)

Metode angket atau kuesioner adalah teknik mengumpulkan atau memperoleh

data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dikirimkan

kepada responden atau subjek penelitian untuk dijawab. Adapun, menurut Arikunto

(2010: 195) jenis metode angket atau kuesioner dibagi menjadi dua berdasarkan cara

menjawabnya, yakni metode angket atau kuesioner terbuka (responden menjawab dengan

kalimat sendiri) dan tertutup (responden menjawab dengan memilih jawaban yang telah

disediakan). Adapun penulis menggunakan angket tertutup (structural) dengan adanya

hasil penilaian ahli isi bidang studi/muatan pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli

bahan ajar, serta diperoleh juga dari review siswa yang melakukan tahap uji perorangan.
• Metode Tes

Metode tes adalah teknik mengumpulkan atau memperoleh data melalui pre-test

dan post-test untuk mengukur keefektifan belajar siswa dalam meningkatkan kecakapan

multiliterasi setelah menggunakan bahan ajar berbasis phenomenon based learning.

Adapun terdapat dua jenis tes yang dapat digunakan dalam penelitian pengembangan,

yakni: tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes dengan pertanyaan

tertutup yang diartikan bahwa jawaban benar telah tersedia, sehingga yang diujikan dapat

memilih jawaban. Sedangkan tes subjektif adalah bentuk tes dengan pertanyaan terbuka

yang diartikan bahwa jawaban dapat dituliskan menggunakan kata-kata sendiri, sehingga

bentuk jawaban adalah uraian atau esai.

• Metode Wawancara

Metode wawancara adalah teknik mengumpulkan atau memperoleh data dengan

peneliti melakukan tanya jawab lisan kepada satu atau dua orang lebih secara langsung.

(Usman dan Akbar, 2008: 55) Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dari subjek

penelitian, melengkapi data dari metode lainnya, dan menguji hasil dari metode

pengumpulan data lainnya. Metode wawancara ditujukan kepada beberapa responden

atau subjek penelitian, dan dilaksanakan apabila data dari metode angket (kuesioner)

belum mendalam atau lengkap. Sehingga, metode ini sebagai penambah cara untuk

mengumpulkan data.

• Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik mengumpulkan atau memperoleh data dengan

peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan dari objek yang dilihat. Pengamatan yang
dilakukan tidak hanya sebatas pengamatan, tetapi peneliti mengamati keadaan atau

fenomena pada objek sasaran yang diteliti dan dilanjutkan pada pencatatan terkait

informasi yang didapatkan setelah melakukan pengamatan langsung. Tujuan dari

menggunakan metode observasi untuk mengetahui penyebab atau faktor dari kurangnya

minat siswa membaca (literasi) pada berbagai buku.

3. 4.2 Metode Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan jenis metode non-tes adalah lembar

kuesioner. Adapun, metode yang menggunakan lembar kuesioner terdiri dari metode observasi,

metode wawancara, dan metode kuesioner.

1) Lembar Kuesioner

Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Review Ahli Isi Mata Pelajaran
(Sumber: Suartama, 2016)
Aspek Komponen Nomor Jumlah
Butir Soal Butir
Kurikulum • Kesesuaian materi dengan KD 1 1
• Kesesuaian materi dengan 2 1
indikator
• Kesesuaian materi dengan 3 1
tujuan pembelajaran
• Ketepatan materi 5 1
Materi • Kemenarikan materi 4, 7 2
• Materi mudah dipahami 9 1
• Materi bermanfaat bagi siswa 6 1
dalam kehidupan nyata
• Penggunaan bahasa yang tepat 8 1
dan konsisten
• Kesesuaian evaluasi dengan 15 1
materi
• Memberikan umpan balik hasil 10, 12 2
evaluasi materi
• Membantu mengingat 14 1
kemampuan dan pengetahuan
sebelumnya
Bahan Ajar • Diberikan petunjuk 11 1
penggunaan
• Materi didukung penggunaan 13 1
bahan ajar yang tepat
Jumlah 15

Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Review Ahli Desain Pembelajaran
(Sumber: Suartama, 2016)
Aspek Komponen Nomor Jumlah Butir
Butir Soal
Tujuan • Kejelasan tujuan umum 1, 2, 3, 4 4
pembelajaran
• Kesesuaian indicator
pembelajaran
• Kejelasan tujuan
pembelajaran
Strategi • Penyampaian materi 5 1
memberikan langkah-
langkah yang logis dan alur
navigasi yang bebas
• Membantu mengingat 8 1
kemampuannya dan
pengetahuan sebelumnya
• Memberikan contoh-contoh 9 1
dalam penyajiannya
• Penyampaian materi yang 6, 7 2
menarik
Evaluasi • Diberikan evaluasi untuk 10 1
mengukur kemampuan
siswa
Jumlah 10

Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Review Ahli Bahan Ajar
(Sumber: Suartama, 2016)
Aspek Komponen Nomor Butir Jumlah Butir
Soal
Tampilan • Kemudahan penggunaan 1 1
• Kualitas tampilan 6 1
• Konsistensi antara gambar 3 1
dengan materi
Teks • Keterbacaan 2, 7, 10 3
Gambar • Kesesuaian gambar 8 1
Warna • Komposisi dan kombinasi 4 1
warna yang tepat dan serasi
Suara • Penggunaan gambar dan 5, 9 2
background yang sesuai
Jumlah 10

Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Praktisi, Uji Coba Perorangan dan Kelompok Kecil
(Sumber: Suartama, 2016)
Aspek Komponen Nomor Butir Jumlah Butir
Soal
Tampilan • Kemenarikan 1 1
bahan ajar
• Kemudahan 3 1
penggunaan
bahan ajar
Teks • Keterbacaan teks 4 1
• Penggunaan jenis 2 1
huruf yang sesuai
• Penggunaan 5 1
ukuran huruf
yang sesuai
Gambar • Penggunaan 6 1
gambar yang
sesuai dengan
materi
Motivasi • Bahan ajar dapat 7 1
membangkitkan
motivasi siswa
Materi • Kemenarikan 9, 11 2
materi yang
disampaikan
• Materi mudah
dipahami
• Tujuan
pembelajaran
mudah dipahami
Evaluasi • Kesesuaian soal 8, 10 2
• Memberikan
umpan balik hasil
evaluasi
Jumlah 11

• Lembar Tes

Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Subjektif aspek Intelegensia
Indikator Instrumen Kriteria Penilaian Skor
Pertanyaan Maksimal
Indikator Pencapaian Isi soal uraian Siswa dapat menjawab 3
Kompetensi dengan lengkap dan benar
Siswa dapat menjawab 2
dengan benar dan kurang
lengkap
Siswa dapat menjawab 1
dengan benar
Siswa tidak dapat 0
menjawab dengan benar
Jumlah Skor Skor

Tabel 3.6
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
(Sumber: Data Peneliti)
Metode Instrumen Sumber Data
Non-tes Lembar Kuesioner • Pakar Ahli
• Observasi (ahli isi, ahli
• Wawancara desain, ahli
• Kuesioner bahan ajar)
(Angket) • Praktisi dan
Siswa kelas IV
SD Negeri
Tes Lembar Tes Intelegensi • Siswa kelas IV
SD Negeri

3.5 Uji Validitas, Praktis, dan Efektivitas

3.5.1 Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran pada suatu tes. Sedangkan

uji validitas adalah menguji suatu instrument yang didalamnya terdapat indicator pada variable

penelitian. Instrumen yang memiliki tingkat validitas tinggi disesuaikan pada penilaian kriteria

yang sejajar dengan tes (Arikunto, 1999: 65). Uji validitas dilakukan oleh para ahli untuk

menguji setiap instrument yang dibuat oleh peneliti. Adapun, dalam menguji instrument

menggunakan rumus korelasi product moment.

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y

n = jumlah peserta didik (uji coba)

X = skor pada setiap butir soal pada siswa uji coba

Y = skor total pada siswa uji coba

Terdapat koefisien korelasi yang dinterpretasikan kedalam bentuk kriteria untuk memudahkan

sebagai berikut:
Nirai r Interpretasi

0,81-1,00 Sangat tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 1991 : 29)

Setelah harga dari koefisien validitas pada tiap butir soal diperoleh, maka dilakukan uji

signifikansi untuk mengukur keberartian dari koefisiensi korelasi dengan berpedoman pada

distribusi kurva normal melalui statistic uji-t. Hasil dari uji-t dibandingkan pada nilai t tabel

dengan taraf kepercayaan adalah 95 % dan derajat kebebasan (dk) = N-2. Validitasnya suatu

instrument terlihat dari thitung > ttabel.

3.5.2 Uji Praktis

Uji praktis adalah lanjutan dari uji validitas yang bertujuan untuk menguji instrument

angket atau kuesioner. Dalam hal ini, setelah mendapatkan hasil analisis angket, maka uji praktis

baru dapat dilakukan. Uji praktis dilakukan oleh guru untuk menilai penggunaan, manfaat, daya

tarik, dan kejelasan dari bahan ajar. Sama halnya dengan uji validitas, uji praktis juga

menggunakan rumus korelasi product moment pada setiap komponen penilaian. Selain guru, uji

kepraktisan dapat dilakukan pada guru untuk mengisi instrument. Hasil dari uji praktis tertuang

pada tabel dengan adanya kriteria yang menyesuaikan pada nilai validitas.
3.5.3 Uji Efektivitas

Uji efektivitas bahan ajar dilihat dari hasil tes pengetahuan yang telah dilakukan oleh siswa.

Hasil tes tersebut akan menghasilkan pre-test (sebelum pemberian bahan ajar) dan post-tes

(sesudah pemberian bahan ajar). Pada uji efektivitas menggunakan statistic deskriptif, dengan

mencari rata-rata, standar deviasi, varians, nilai terendah, dan nilai tertinggi pada perhitungan

pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil data pre-test dan post-test, perlunya dilakukan analisis

perbandingan korelasi untuk membuktikan bahwa terdapat perbedaan signifikansi antara

sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar. Setelah dilakukan analisis, maka didapatkan nilai

koefisiensi korelasi, mencari t hitung, derajat kebebasan, dan taraf signifikansi. Jika t hitung

lebih kecil nilainya atau bertanda negative, maka penggunaan bahan ajar dapat dikatakan efektif.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan metode dan teknik analisis data pada penelitian pengembangan bahan

ajar berbasis phenomenon based learning untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi, yaitu

analisis statistic deskriptif kualitatif dan analisis statistic deskripsi kuantitatif. Adapun, berikut

ini penjelasan terkait kedua analisis data tersebut sebagai berikut:

• Analisis Statistik Deskriptif Kualitatif

Metode analisis statistik deskriptif kualitatif yang langkah-langkah penelitiannya

melakukan pengolahan data berupa kata-kata tertulis dan lisan atau berupa deskripsi dari

hasil review ahli. Analisis data kualitatif tidak berupa angka-angka melainkan kata-kata.

Sehingga, teknik dari analisis data statistic deskriptif kualitatif adalah mengumpulkan

informasi yang didapat pada data kualitatif, seperti jawaban secara lisan maupun tertulis
yang berisikan tanggapan, masukan, kritik, dan saran dari media bahan ajar dengan

tujuan untuk memperbaiki/revisi produk pengembangan bahan ajar.

• Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif

Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif dengan langkah-langkah penelitian

melakukan pengolahan data berupa angka-angka dari produk yang diteliti dari ahli

pembelajaran. Penelitian yang dilakukan peneliti, analisis statistic deskriptif kuantitatif

digunakan untuk mengolah data dari lembar angket yang telah terisi kedalam bentuk

skor/nilai. Teknik analisis ini selanjutnya mengukur validitas produk pengembangan

bahan ajar dengan menghitung rata-rata dari skor melalui rumus mencari nilai rata-rata

(mean).

Rumus :

M=

dengan keterangan,

M = rata-rata, = total penjumlahan semua skor, dan n = jumlah ahli pembelajaran

Jika rata-rata skor pada analisis ini sudah menemukan hasilnya, maka untuk

mengambil keputusan kebijakan menggunakan pedoman konversi skala 5 (lima) untuk

menghasilkan baik atau tidaknya produk pengembangan bahan ajar. Adapun, tabel dari

pedoman skala lima sebagai berikut.

Tabel Pedoman Konversi Skala Lima


Rentangan Skor Predikat

4,0<X≤5,0 Sangat Baik

3,3<X≤4,0 Baik

2,7<X≤3,3 Cukup

2,0<X≤2,7 Tidak Baik

1,0<X≤2,0 Sangat Tidak Baik

Keterangan :

X = rata-rata skor

Anda mungkin juga menyukai