Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup
manusia. Lembaga pendidikan, sekolah misalnya memegang peranan yang
cukup penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai pelaksana pendidikan
juga berperan sebagai pendidik sekaligus fasilitator yang mengarahkan
siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sesuai permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 13 tentang penilaian,
disebutkan bahwa Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan: menetapkan
KKM; menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran; menyusun instrumen
penilaian dan pedoman penskorannya; melakukan analisis kualitas
instrumen; melakukan penilaian; mengolah, menganalisis, dan
menginterpretasikan hasil penilaian;melaporkan hasil penilaian; dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian.1 Selain prosedur penilaian seorang
pendidik juga harus memahami instrumen penilaian yang telah disebutkan
pada permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 14 bahwa instrumen
penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian
akhir atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

Setelah mengikuti kegiatan selama waktu tertentu maka untuk


mengukur kemampuan siswa melakukan tes menjadi sangat penting, kegiatan
menganalisis soal akan mengukur sejauh mana kualitas soal yang diujikan
kepada peserta tes. Kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar
sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Demikian juga, agar proses
evaluasi itu berfungsi dengan semestinya dan sesuai tujuan, maka alat
evaluasi itu sendiri harus baik. Alat evaluasi yang dimaksud adalah tes hasil

1
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/07/download-permendikbud-no-23-tahun-2016.html
2

belajar yang berisi butir-butir soal.

Cara mengetahui kualitas suatu tes yaitu dengan melakukan analisis


kualitas tes. Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus
ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes.2 Kualitas sebuah
perangkat tes dapat dilihat dengan melakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan sebelum tes
diberikan kepada peserta tes dengan melihat kesesuaiannya dengan aspek
materi, konstruksi dan bahasa, sedangkan analisis kuantitatif dapat
dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu teori uji klasik dan
teori respons butir. Jika tes yang digunakan pendidik kurang baik, hasil yang
diperoleh juga kurang baik, ini dapat merugikan siswa. Oleh karena itu, yang
digunakan guru harus memiliki kualitas yang baik dilihat dari berbagai segi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis tes secara kualitatif ?
2. Bagaimana analisis tes secara kuantitatif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang analisis tes secara kualitatif.
2. Mengetahui tentang analisis tes secara kuantitatif.

2
https://eprints.uny.ac.id/52905/12/BAB%20II.pdf
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. ANALISIS TES SECARA KUALITATIF


1. Pengertian analisis tes secara kualitatif
Tes secara kualitatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Analisis tes yang dalam bahasa inggris disebut item analisis dilakukan
terhadap empirik. Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila
suatu tes telah dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal
telah kita peroleh. Analisis butir soal adalah suatu kegiatan analisis untuk
menentukan tingkat kebaikan butir- butir soal yang terdapat dalam suatu
tes sehingga informasi yang dihasilkan dapat kita pergunakan untuk
memperbaiki butir soal dan tes tersebut. Identifikasi terhadap setiap butir
item soal dilakukan dengan harapan akan menghasilkan berbagai
informasi berharga, yang pada dasarnya akan merupakan umpan balik
(feed back) guna melakukan perbaikan, pembenahan, dan penyempurnaan
kembali terhadap butir-butir soal, sehingga pada masa-masa yang akan
datang tes hasil belajar yang disusun atau dirancang oleh guru itu betul-
betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar
yang memiliki kualitas yang tinggi. Aiken dalam Suprananto (2012)
berpendapat bahwa kegiatan analisis tes merupakan kegiatan penting
dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang bermutu.Pada
prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan
kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap).3 Penelaahan ini
biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan. Aspek yang
diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal
ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci
jawaban/pedoman penskorannya.
3
http://riskangeblog.blogspot.com/2015/05/analisis-butir-soal.html
4

2. Tujuan kegiatan ini adalah:


a. Mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu sebelum digunakan.
b. Meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal
yang tidak efektif
c. Mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka telah
memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal
yang dapat memberikan informasi setepat- tepatnya tentang siswa
mana yang telah menguasai materi dan siswa mana yang belum
menguasai materi. Selanjutnya menurut Anastasia dan Urbina (1997)
dalam Suprananto (2012), analisis butir soal dapat dilakukan secara
kualitatif (berkaitan dengan isi dan bentuknya) dan kuantitatif
(berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya).4 Analisis kualitatif mencakup
pertimbangan validitas isi dan konstruksi, sedangkan analisis
kuantitatif mencakup pengukuran validitas dan reliabilitas butir soal,
kesulitan butir soal serta diskriminasi soal. Kedua teknik ini masing-
masing memiliki keunggulan dan kelemahan, oleh karena itu teknik
terbaik adalah menggunakan atau memadukan keduanya.

3. Analisis Butir Soal Secara Kualitatif


Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan
berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap).
Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan atau diujikan.
Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah
setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan
kunci jawaban atau pedoman penskorannya. Teknik Analisis Secara
Kualitatif Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis
butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik
panel.
4
https://core.ac.uk/download/pdf/322574858.pdf
5

 Teknik Moderator
Teknik Moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya
terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap
butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli
seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun dan
pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang
psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara
bersama-sama berdasarkan kaidah penulisannya. Disamping itu, para
penelaah dipersilahkan mengomentari berdasarkan kompetensinya
masing-masing. Setiap komentar atau masukan dari peserta diskusi
dicatat. Setiap butir soal sapat dituntaskan secara bersama-sama,
perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini ialah karena
memerlukan waktu lama untuk mendiskusikan setiap satu butir soal.
 Teknik Panel
Teknik Panel yakni suatu teknik menelaah butir soal berdasarkan
kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi,
konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau
pedoman penskoran.
Caranya beberapa penelaah diberikan butir-butir soal yang akan
ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian atau
penelaahan. Pada tahap awal, semua orang yang terlibat dalam
kegiatan penelaahan disamakan persepsinya, kemudian mereka
berkerja sendiri-sendiri di tempat berbeda. Para penelaah
dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan
memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir
soal dengan kriteria : soal baik, perlu diperbaiki, atau diganti.
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format
penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah
prosedur pelaksanaannya.
Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang
6

dimaksud adalah format penelaahan butir soal : uraian, pilihan


ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes.

4. Manfaat Analisis tes secara kualitatif


a. Dapat membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang
digunakan;
b. Relevan bagi penyusunan tes informal seperti tes yang disiapkan guru
untuk siswa di kelas;
c. Mendukung penulisan butir soal yang efektif;
d. Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas;
e. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi&Urbina,
1997:172).5
Analisis tes secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah
penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk menganalisis tes secara kualitatif, diantaranya
adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan
teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.
Teknik Panel yakni suatu teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah
penulisan tes. Ada pula manfaat yang di capai setelah menganalisis butir
soal, yaitu Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan
baik, Meningkatkan tes melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal, Meningkatkan validitas soal
dan reliabilitas, dan Merevisi soal yang tidak relevan dengan materi yang
diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab
butir soal tertentu.
Prosedur Analisis Tes Secara Kualitatif, dalam menganalisis butir
soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal akan sangat
membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format
penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir

5
https://www.slideshare.net/sabilal123/analisis-kualitas-perangkat-tes-secara-kualitatif
7

soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah format penelaahan


butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes.
Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan soal,
maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya.
Petunjuknya antara lain :
 Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di
dalam format!
 Berilah tanda cek (V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah
sesuai dengan kriteria!
 Berilah tanda cek (V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak
sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan
atau pada teks soal dan perbaikannya.

B. ANALISIS TES SECARA KUANTITATIF


Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan
butir soal didasarkan pada data empiris dari butir soal yang bersangkutan,
data empiris itu diperoleh dari soal yang telah diujikan. Aspek analisis
kuantitatif meliputi :
1) Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti ketepatan
suatu alat ukur menjalankan fungsinya. Sebuah butir soal dikatakan
valid ada apabila butir soal tersebut mampu menjalankan fungsinya
mengukur apa yang seharusnya di ukur secara tepat dan cermat.
Validitas suatu butir soal tercermin dari sejauhmana hasil pengukuran
mencerminkan fakta atau keadaan sebenarnya dari apa yang diukur.
Perhitungan validitas butir soal menggunakan alat bantu statistik
inferensial yaitu korelasi point biserial untuk soal objektif.6
2) Reabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauhmana hasil
suatu pengukuran dapat dipercara. Suatu hasil pengukuran hanya dapat

6
http://digilib.unimed.ac.id/705/1/Validitas%20dan%20reliabilitas%20suatu%20instrumen
%20penelitian.pdf
8

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran


terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil pengukuran yang
relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah. Salah satu syarat agar hasil ukur suatu butir soal dapat
dipercaya ialah soal tersebut harus mempunyai reliabilitas yang
memadai. ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan
responden terhadap soal atau tes yaitu teknik test retest, teknik belah
dua, dan bentuk ekivalen.
3) Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, butir soal
yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asadan
tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
sesuatu butir soal disebut indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0.
Indeks 0,00 ini menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.7
4) Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan
peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dengan peserta didik
yang berkemampuan rendah dalam belajar. Daya pembeda dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi
item. Angka indek diskriminasi item adalah sebuah angka atau
bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya oleh sebutir item.
Discriminatory power pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian
testee ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas ( the higher
group ) yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group)
yaitu kelompok testee yang tergolong bodoh.
5) Fungsi Distraktor

7
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/download/7202/4922
9

Fungsi distraktor atau pengecoh hanya diperuntukkan bagi butir-butir


soal pilihan ganda. Soal yang berbentuk pilihan ganda memiliki
beberapa pilihan jawaban, tetapi hanya ada satu jawaban yang benar
sedangkan jawaban yang lainnya merupakan jawaban yang salah.
Pilihan-pilihan jawaban yang salah inilah yang dikenal dengan istilah
distractor atau pengecoh. Tujuan utama penggunaan distraktor adalah
untuk membedakan peserta didik yang memahami dan kurang
memahami pelajaran. Peserta didik yang kurang memahami materi
pelajaran akan terkecoh dengan memilih pilihan jawaban yang salah.
Distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor
tersebut memiliki daya tarik yang baik bagi peserta didik.

Sebagai sebuah alat ukur, tes harus memenuhi syarat ukur yaitu
validitas dan reliabilitas. Sebelum pengujian syarat alat ukur yang baik
dilakukan, maka terlebih dahulu butir-butir soal pada tes harus diuji coba
menggunakan analisis kualitas butir. Dalam analisis kualitas butir,
karakteristik butir yang diuji adalah tingkat kesukaran, daya beda dan
fungsi distraktor. Dalam pengujian itu keputusan butir yang baik
didasarkan oleh beberapa kriteria yaitu, tingkat kesukaran harus sedang,
daya beda harus positif dan tinggi, dan distraktor harus dipilih paling tidak
satu orang peserta tes.

BAB III
PENUTUP
10

Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup manusia.


Lembaga pendidikan, sekolah misalnya memegang peranan yang cukup penting
dalam proses pendidikan. Sesuai permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 13
tentang penilaian, disebutkan bahwa Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
menetapkan KKM; menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran; menyusun
instrumen penilaian dan pedoman penskorannya; melakukan analisis kualitas
instrumen; melakukan penilaian; mengolah, menganalisis, dan
menginterpretasikan hasil penilaian;melaporkan hasil penilaian; dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian. Selain prosedur penilaian seorang pendidik
juga harus memahami instrumen penilaian yang telah disebutkan pada
permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 14 bahwa instrumen penilaian yang
digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir atau ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta
memiliki bukti validitas empirik. Setelah mengikuti kegiatan selama waktu
tertentu maka untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tes menjadi sangat
penting, kegiatan menganalisis soal akan mengukur sejauh mana kualitas soal
yang diujikan kepada peserta tes. Alat evaluasi yang dimaksud adalah tes hasil
belajar yang berisi butir-butir soal. Cara mengetahui kualitas suatu tes yaitu
dengan melakukan analisis kualitas tes. Analisis kualitas tes merupakan suatu
tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes (Nana
Sudjana, 2008). Tes secara kualitatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Analisis tes yang dalam
bahasa inggris disebut item analisis dilakukan terhadap empirik. c. Mengetahui
informasi diagnostik pada siswa apakah mereka telah memahami materi yang
telah diajarkan. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini
adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan
kunci jawaban atau pedoman penskorannya. Teknik Analisis Secara Kualitatif
11

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara
kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik
Moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang
sebagai penengah. Teknik Panel yakni suatu teknik menelaah butir soal
berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Caranya beberapa penelaah diberikan
butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian
atau penelaahan. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah
format penelaahan butir soal : uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen
non-tes. e. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi&Urbina,
1997:172). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis tes
secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik
moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang
sebagai penengah. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah
format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen
non-tes. Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan
soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya.
Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal
didasarkan pada data empiris dari butir soal yang bersangkutan, data empiris itu
diperoleh dari soal yang telah diujikan. Validitas berasal dari kata validity yang
memiliki arti ketepatan suatu alat ukur menjalankan fungsinya. Sebuah butir soal
dikatakan valid ada apabila butir soal tersebut mampu menjalankan fungsinya
mengukur apa yang seharusnya di ukur secara tepat dan cermat. Suatu hasil
pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil pengukuran
yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah. Salah satu syarat agar hasil ukur suatu butir soal dapat dipercaya ialah
soal tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Butir soal yang baik
adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Daya pembeda
merupakan kemampuan soal untuk membedakan peserta didik yang mempunyai
kemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah dalam
12

belajar. Soal yang berbentuk pilihan ganda memiliki beberapa pilihan jawaban,
tetapi hanya ada satu jawaban yang benar sedangkan jawaban yang lainnya
merupakan jawaban yang salah. Pilihan-pilihan jawaban yang salah inilah yang
dikenal dengan istilah distractor atau pengecoh. Sebelum pengujian syarat alat
ukur yang baik dilakukan, maka terlebih dahulu butir-butir soal pada tes harus
diuji coba menggunakan analisis kualitas butir. Dalam analisis kualitas butir,
karakteristik butir yang diuji adalah tingkat kesukaran, daya beda dan fungsi
distraktor.

SARAN
1. Ada kegiatan pengayaan bagi guru untuk lebih bisa memahami instrumen
evaluasi.
2. Penyusunan instrumen perlu memahami pedoman yang digariskan dalam
evaluasi.
3. Proses penyusunan instrumen evaluasi perlu ada tahapan yang
mengerahkan seperti pada enam tahapan dan perlu menyusun tabel
spesifikasi.
4. Perlu ada uji coba instrumen agar mendapatkan instruemn yang
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
13

Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran prisip, teknik, dan prosedur.


Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2018.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. B, Mahirah. 2017.
“Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa)”, Jurnal Idaarah, Vol. 1 No. 2. Daryanto.
1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan
Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Drajat,
Manpan dan Ridwan Effendi. 2014. Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Fauzan. 2016. Pengantar Sistem Administrasi Pendidikan. Yogyakarta: UII Press.
Kartawidjaya, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.
Bandung: Sinar Baru. Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2006.
Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004). Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2014.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyadi. 2010.
Evaluasi Pendidikan Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di
Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013. Pratama, Kadek Agus Bayu dan Dewa Bagus Ketut Ngurah Semara Putra.
2010. Merancang Penilaian Autentik. Jembrana: Media Educations. Prawira,
Yudha Andana. 2008. “Modul ANATES “, Mahasiswa UPI Bandung, Prodi
Pendidikan Bahasa Indonesia S2 Sekolah Pasca Sarjana. Purwanto, M. Ngalim.
2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Rohmad. 2015. Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian.
Purwokerto: STAIN Press. Roqib, Moh., 2009. Ilmu Pendidikan Islam:
Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.
Yogyakarta: LKiSYogyakarta. Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen
Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi. Saefulloh, Ahmad dan Imam Safi’i.
2017. “Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di SMP N 2 Ponorogo)”, Jurnal Educan,
Vol. 01 No. 01. Santosa, Muhaimin. 2016. “Analisis Butir soal Ulangan Akhir
Semester Genap Mata Pelajaran AL Qur’an Hadits Kelas VIII MTs Di Kecamatan
Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2015/ 2016”, Skripsi.
Purwokerto: IAIN Purwokerto. Setiadi, Hari. 2016. “Pelaksanaan Penilaian Pada
Kurikulum 2013”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 20 No. 2.
Siregar, Raja Lottung. 2017. “Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Islam”, Hikmah:
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 1. Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2015. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
14

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2004. Metodologi


Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukiman. 2017. Sistem Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.
Sukirman. 2010. “Analisis Kritis Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMP”. Makalah. Jawa Timur: Kemenag Prov. Jatim. Sulistyorini. 2009 Evaluasi
Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi hasil
Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryani, Yulinda Erma. 2017. “Pemetaan
Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia SMA Di Kabupaten Klaten”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, Vol. 21 No. 2. Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Thoha, M. Chabib. 1994.
Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2. Wahidmurni,
dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha
Litera. Wiguna, Satria, dkk. 2018. “ Kemampuan Guru PAI dalam Merancang Tes
(Analisis Aplikasi Anates Ganda Di Sekolah SMA Negeri 1 Hinai”, Edu Rigila,
Vol. 2 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai