Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN GEOMORFOLOGI

HUJAN(PRESIPITASI), KLASIFIKASI HUJAN DAN CURAH HUJAN WILAYAH

Nama : Erlina Teresia Sihombing

Nim : 3213131014

Kelas : A – Regular

Hujan (presipitasi),

Dalam siklus hidrologi, terdapat fase presipitasi yang terjadi setelah kondensasi. Presipitasi
adalah proses jatuhnya segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam
bentuk cair (hujan) maupun padat (salju). Air hujan yang meresap ke dalam tanah sebagai air
tanah disebut perkolasi. Proses Terjadinya Presipitasi. Proses terjadinya presipitasi presipitasi
merupakan bagian dari siklus air, yaitu sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke
bumi yang berlangsung secara terus menerus. Pada mulanya, awan mengalami adveksi, yaitu
proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau
perbedaan tekanan udara. Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses
presipitasi.Terjadinya proses presipitasi dimulai saat awan mencair akibat pengaruh suhu udara
yang tinggi. Pada proses presipitasi, hujan akan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi
permukaan bumi.Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga mencapai nol derajat
Celcius, proses presipitasi berpotensi menghasilkan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis, seperti pada daerah iklim sub tropis.
Proses presipitasi dapat dijelaskan dengan berbagai teori, dua di antaranya yang dapat
menjelaskan dengan baik adalah

1. Proses kolisi-koalesensi (collision-coalescence process) untuk daerah latitudinal rendah


(sekitar khatulistiwa) dan
2. Proses Bergeron (Bergeron process atau disebut juga proses kristal es) untuk daerah
latitudinal tinggi.

Klasifikasi Hujan.

Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari
atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
memiliki curah hujan yang sama disebut isohyet. Berikut ini adalah beberapa klasifikasi hujan,
antara lain sebagai berikut. :

1) Klasifikasi Hujan Berdasarkan Ukuran Butirnya

 Hujan gerimis (drizzle), diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.


 Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di
bawah titik beku.
 Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan
yang temperaturnya di bawah titik beku.
 Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperatur nya di atas
titik beku dan diameter butirannya kurang lebih 7 mm.

2) Klasifikasi Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya

 Hujan zenithal, terjadi karena massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara
vertikal. Massa udara tersebut terus mengalami penurunan suhu, pada akhirnya terjadilah
pengembunan (kondensasi) dan membentuk awan konveksi. Awan tersebut turun menjadi
hujan, dan hujan tersebut adalah hujan zenithal (konveksi). Disebut juga hujan zenithal
karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua
tempat di daerah tropis mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
 Hujan frontal, terjadi di daerah pertemuan antara massa udara panas dan massa udara
dingin. Massa udara panas yang kurang padat akan naik ke atas massa udara dingin yang
lebih padat. Sepanjang bidang miring ini disebut daerah front. Hujan terjadi di daerah
front karena massa udara panas yang lembap bertemu dengan massa udara dingin
sehingga terjadi kondensasi. Kemudian, terbentuklah awan pada akhirnya turun hujan.
 Hujan orografis, terjadi karena massa udara yang mengandung uap air dipaksa bergerak
menaiki lereng gunung atau pegunungan. Oleh karena itu, massa udara tersebut terus
mengalami penurunan suhu sehingga mengalami kondensasi menjadi titik-titik air.
Akhirnya, titik-titik air turun di sekitar lereng pegunungan. Fenomena itulah yang
dinamakan hujan orografis.

Curah Hujan Wilayah

Curah hujan wilayah merupakan curah hujan yang pengukurannya dilakukan di suatu wilayah
tertentu (wilayah regional). Menurut Sosrodarsono & Takeda (1977) data curah hujan dan debit
merupakan data yang sangat penting dalam perencanaan waduk. Analisis data hujan
dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan
wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir.

Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir. Loebis (1987) mengatakan bahwa metode
yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada
tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon Thiessen dan metode
Isohyet .Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah
tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut yaitu :
1. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar). Metode aljabar ini adalah metode mencari rerata
suatu stasiun hujan. Pengukuran dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang
bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
2. Metode thiessen. Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya.
3. Metode Isohiet. Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai