Anda di halaman 1dari 10

Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS SERVICE LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLECTIVE THINKING SISWA

Nindya Puri Setiawati1*, Bhakti Karyadi1, Ariefa Primair Yani1


1
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu
Email: Nindypuri15@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui kerangka dan kelayakan LKPD IPA berbasis service learning
menurut dosen ahli dan praktisi, serta mengetahui reflective thinking peserta didik setelah belajar
dengan menggunakan LKPD IPA berbasis service learning. Jenis penelitian ini adalah Research and
Development dengan metode 1) Tahap analisis, 2) perancangan, 3) pengembangan dan produksi, 4)
implementasi, dan 5) evaluasi. Data dianalisis secara deskriptif yaitu hasil pengembangan LKPD IPA
materi dampak pencemaran lingkungan terdiri atas kerangka umum yang berisi halaman judul,
kompetensi, tujuan pembelajaran, peta konsep, dan lembar kegiatan, serta kerangka isi berisi judul,
tujuan kegiatan, pengantar materi, alat dan bahan, langkah kerja, tabel dan gambar, pertanyaan
diskusi, kesimpulan, dan kolom refleksi. Hasil penilaian validasi dari tim dosen ahli dan praktisi dilihat
dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan memberikan hasil 94,75% sehingga
bahan ajar LKPD IPA berbasis service learning yang dikembangkan memiliki kelayakan dengan kategori
sangat baik. Hasil pretest-posttest kemampuan reflective thinking peserta didik sebelum dilakukan uji
coba LKPD dan setelah peserta didik belajar dengan semua LKPD menunjukkan adanya peningkatan
dengan rerata skor 61,4 berkategori kurang menjadi 79,4 berkategori cukup. Berdasarkan penilaian
skor hasil tes pretest-posttest kemampuan reflective thinking maka peserta didik telah memiliki
kemampuan reflective thinking.

Kata kunci : Reflective Thinking, LKPD, Service Learning

Abstract
This study aims to determine the framework and feasibility of LKPD IPA based on service learning
according to expert lecturers and practitioners, and to know reflective thinking of learners after
learning by using LKPD IPA based on service learning. This research uses Research and Development
is method: 1) Stage analysis, 2) design, 3) development and production, 4) implementation, and 5)
evaluation. The data in a analyzed descriptive that is the result of the development of LKPD IPA of
material is impact environmental pollution the consisted of a general framework containing title page,
competence, learning objectives, concept maps, and activity sheets, and content framework
containing the title, activity objectives, material introduction, tools and materials, Work steps, tables
and drawings, discussion questions, conclusions, and reflection columns. The result of validation
assessment from expert lecturer team and practitioner is seen from feasibility aspect of content,
language, presentation, and graph give result 94,75% so that teaching materials LKPD IPA based
service learning with very good category. Pretest-posttest results reflective thinking ability of learners
prior to LKPD trial and after learners learn with all LKPD showed an increase with average score of 61.4
categorized less to 79.4 enough categorized. Based on the scores of pretest-posttest test results of
reflective thinking ability, the students have reflective thinking ability.

Keywords: Reflective Thinking, LKPD, Service Learning

76
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

PENDAHULUAN dapat membuat peserta didik berusaha


Perubahan kurikulum 2013 menghubungkan pengetahuan yang
menuntut adanya peningkatan dalam diperolehnya untuk menyelesaikan
proses pembelajaran. Kurikulum 2013 permasalahan baru yang berkaitan dengan
mengubah pendekatan pembelajaran yang pengetahuan lamanya (Widiawati, 2016).
berpusat pada guru menjadi pendekatan Keterkaitan reflective thinking dengan
pembelajaran yang berpusat pada peserta service learning yaitu sebuah jembatan
didik. Kurikulum 2013 mengharuskan yang menghubungkan pelayanan dan
adanya kegiatan belajar berupa real pembelajaran melalui sebuah proses
experience yang menuntut peserta didik refleksi (Kuntjara dkk, 2013).
untuk melakukan pembelajaran secara Pembelajaran dengan menggunakan
otentik. Pembelajaran otentik dapat strategi pembelajaran dapat lebih mudah
terjadi ketika guru memberikan diterapkan guru jika dalam proses
kesempatan belajar yang bermakna dan pembelajarannya dilengkapi dengan bahan
sesuai sehingga peserta didik dapat ajar berupa lembar kerja siswa atau lembar
berpikir ilmiah, memecahkan masalah, kegiatan peserta didik (LKPD). Sebenarnya
berpikir kritis dan merefleksikan masalah LKS dengan LKPD sama, hanya
dalam kehidupan sehari-hari (Nastiti, penamaannya saja terdapat perbedaan.
2016). Menurut Undang-Undang tentang Sistem
Salah satu upaya peningkatan proses Pendidikan Nasional Tahun 2003, istilah
pembelajaran adalah dengan adanya siswa diganti menjadi peserta didik maka
strategi pembelajaran inovatif. LKPD memiliki pengertian yang sama
Pembelajaran inovatif salah satunya dengan LKS dalam hal ini LKS dimaksudkan
service learning. Service learning didesain sebagai LKPD. Penyebutan LKS beralih
untuk membuat materi pembelajaran yang menjadi LKPD disebabkan oleh
berhubungan dengan masalah dalam berkembangnya paradigma pendidikan
kehidupan nyata (Andersen, 1998). tentang guru dan siswa.
Service learning menjadikan anak Berdasarkan hasil observasi di salah
tidak hanya mengerti tentang lingkungan satu Sekolah MTs Negeri 2 Kota Bengkulu,
tetapi anak juga merasakan atau terlibat ditemukan LKPD IPA yang dipergunakan
langsung di dalam lingkungan. Service dalam proses pembelajaran merupakan
learning juga untuk merespon kebutuhan LKPD yang berisikan rangkuman materi
lingkungan yang bertujuan memberikan dan latihan-latihan soal untuk dikerjakan
pengalaman bermakna pada anak atas apa oleh peserta didik. LKPD yang digunakan
yang telah ia peroleh dalam pendidikan belum menyisipkan fakta atau fenomena
untuk diterapkan dalam kehidupan nyata yang dapat menggali rasa ingin tahu
di lingkungan (Asyraf dkk, 2014). Selama peserta didik dan belum memberikan
proses pembelajaran, peserta didik harus kesempatan kepada peserta didik untuk
mampu membangun pengalaman belajar melakukan kegiatan penyelidikan dan
berdasarkan apa yang peserta didik pemecahan masalah.
lakukan selama pembelajaran, maka perlu Berdasarkan hal tersebut peneliti
adanya refleksi setelah pembelajaran yang bekerja sama dengan guru IPA untuk
dilakukan. Salah satunya dengan melakukan penelitian dengan judul
mengembangkan kemampuan reflective penelitian yaitu Pengembangan LKPD IPA
thinking pada diri peserta didik. Berbasis Service Learning Untuk
Kemampuan reflective thinking Meningkatkan Kemampuan Reflective
merupakan suatu kegiatan berpikir yang Thinking Siswa.

77
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

METODE Analisis kemampuan reflective


Rancangan penelitian yang dilakukan thinking dapat diketahui dengan:
adalah menggunakan langkah-langkah 1) Menghitung rata-rata skor pretest-
metode penelitian dan pengembangan posttest kemampuan reflective thinking
(Research and Develop-ment/R&D) yang 2) Menghitung skor pretest-posttest
mengacu kepada langkah-langkah model kemampuan reflective thinking tiap
ADDIE (Branch, 2009) yaitu tahap Analisis peserta didik dengan menggunakan
(Analysis), tahap Perancangan (Design), skor kategori predikat menggunakan
tahap Pengembangan dan Produksi nilai KKM di bawah ini.
(Develop-ment and Production), tahap Tabel 2. Interval nilai dan predikat pretest-posttest
kemampuan reflective thinking peserta
implementasi (Implementation), dan didik untuk KKM 75
tahap Evaluasi (Evaluation). Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VIIA
MTs Negeri 2 Kota Bengkulu berjumlah 20
orang peserta didik. Teknik pengumpulan
data menggunakan instrumen validasi,
lembar kinerja, dan lembar tes. Teknik (Kemendikbud, 2016)
analisis data menggunakan teknik 3) Menghitung persentase kategori
deskriptif kualitatif dengan melihat: predikat skor kemampuan reflective
1) Skor rata-rata bahan ajar LKPD pada thinking peserta didik
aspek kelayakan isi, kebahasaan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
penyajian, dan kegrafikan.
2) Mengkonversikan skor rata-rata Deskripsi Hasil Analisis Instruksional
menjadi nilai dengan kriteria Pada tahap ini telah dilakukan
Tabel 1. Hasil konversi skor menjadi skala empat analisis kebutuhan bahan ajar yang
menjadi proses awal dalam penyusunan
LKPD. Analisis kurikulum dilakukan dengan
cara mengidentifikasi kompetensi yang
mengacu pada kurikulum 2013 mata
(Widoyoko, 2016) pelajaran IPA kelas VII semester dua materi
3) Kemudian hasil konversi dipersentase- dampak pencemaran lingkungan. Hasil
kan untuk mengetahui keidealan tiap analisis kurikulum yaitu kompetensi inti 3.
aspek Memahami pengetahuan (faktual,
4) Menghitung Persentage of agreement konseptual, dan prosedural) berdasarkan
untuk melihat kereabilitasan suatu rasa ingin tahunya tentang ilmu penge-
bahan ajar dengan menggunakan tahuan, teknologi, seni, budaya, terkait
rumus: fenomena, dan kejadian tampak mata dan
(𝐴−𝐵) 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
PA = {1 − }100% ranah kongret (menggunakan, mengurai,
(𝐴+𝐵
merangkai, memodifikasi, dan membuat)
(Borich, 1994) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
Keterangan: menghitung, menggambar, dan
PA = Percentage of agreement mengarang) sesuai yang dipelajari di
A = Skor tertinggi yang diberikan oleh sekolah dan sumber lain yang sama dalam
validator sudut pandang teori. Kompetensi Dasar
B = Skor terendah yang diberikan oleh
3.8. Menganalisis terjadinya pencemaran
validator
lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem

78
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

dan 4.8. Membuat tulisan tentang gagasan positif bagi perkembangan pribadi peserta
penyelesaian masalah pencemaran di didik diantaranya, membantu per-
lingkungannya ber-dasarkan hasil kembangan pribadi baik secara personal
pengamatan. Hasil penjabaran kompetensi maupun inter-personal, memahami dan
inti dan kompetensi dasar berupa indikator mengaplikasikan pengetahuan mereka,
pencapaian yang terdiri dari tujuh mengembangkan cara berpikir kritis,
indikator pencapaian hasil belajar yaitu mengubah cara berpikir dan perspektif,
(1)Memahami konsep pencemaran dan membentuk karakter pribadi yang kuat
lingkungan; (2) Memberi contoh (soft skill) seperti kepedulian, berpikir
pencemaran yang sering ditemukan di kreatif dan kritis, leadership, membangun
lingkungan sekitar (berasal dari limbah teamwork, dan kemampuan ber-
rumah tangga, pabrik, dan pertanian); (3) komunikasi (Billig, 2000).
Memperkirakan jenis pencemaran dari Deskripsi Hasil Perancangan dan
artikel yang dipaparkan; (4) Menyelidiki Pengembangan LKPD
pengaruh detergen terhadap tingkat Berdasarkan Gambar 1. hasil dari
keracunan ikan dari hasil percobaan; (5) perancangan dan pengembangan,
Menganalisis dampak yang ditimbulkan terdapat lima unsur kerangka umum LKPD
oleh pencemaran air, udara, dan tanah; (6) yang dikembangkan berdasarkan service
Menganalisis upaya yang dapat dilakukan learning yaitu (1) Halaman judul berisikan
untuk mencegah pencemaran; dan (7) informasi yang berkaitan dengan pokok
Menyajikan hasil diskusi melalui studi materi yang akan dipelajari yaitu materi
kasus dan percobaan tentang pencemaran dampak pencemaran lingkungan dengan
lingkungan. alokasi waktu pembelajaran dua kali
Pemilihan materi dampak pertemuan; (2) Kompetensi berisi uraian
pencemaran ini diambil karena di dalam isi kompetensi yang akan dipelajari pada
materi mencakup permasalahan- LKPD yang terdiri dari Kompetensi Inti dan
permasalahan yang umum ditemukan di Kompetensi Dasar berdasarkan atas
kehidupan sehari-hari sehingga pemilihan analisis kurikulum; (3) Tujuan
topik di dalam pembuatan LKPD ini pembelajaran berisikan tujuan pencapaian
didasarkan atas service learning. Service hasil belajar dari seluruh kegiatan dalam
Learning merupakan strategi pengajaran LKPD dan tujuan yang dibuat juga sudah
yang efektif karena merupakan sebuah mencerminkan kepada indikator reflective
jembatan yang menghubungkan pelayan- thinking; (4) Peta konsep berisikan
an dan pembelajaran melalui sebuah rangkaian konsep pengetahuan-
proses refleksi (Kuntjara dkk, 2013). Anak pengetahuan yang akan dicapai peserta
akan belajar melakukan pelayanan untuk didik dalam menggunakan bahan ajar
merespon kebutuhan lingkungan yang LKPD; dan (5) Lembar kegiatan
bertujuan untuk memberikan pengalaman menggambarkan keseluruhan isi kegiatan
bermakna (meaningful learning) atas apa dalam LKPD. Gambaran kerangka umum
yang telah ia peroleh di sekolah untuk dan kerangka isi kegiatan LKPD dari hasil
diterapkan dalam kehidupan nyata di pengembangan berbasis service learning
lingkungan (Asyraf dkk, 2014). Harapan- disajikan pada gambar di bawah ini.
nya jiwa melayani dapat lebih tertanam
pada diri peserta didik dan pada akhirnya
tindakan untuk melayani semakin dapat
terwujud dalam upaya meningkatkannya.
Service learning memberikan keuntungan

79
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

ditemukan di masyarakat; (4) Alat dan


Bahan yang digunakan dalam kegiatan 1
adalah sebuah artikel yang berisi informasi
permasalahan dampak yang ditimbulkan
dari tumpukan sampah anorganik dan
kegiatan 2 berupa alat dan bahan
percobaan tentang pengaruh konsentrasi
detergen terhadap tingkat keracunan ikan
nila berdasarkan gerak operculum dan
Gambar 1. Kerangka umum LKPD berbasis service
learning
kondisi ikan; (5) Langkah kerja yang dibuat
disusun berdasarkan atas hasil dari
langkah-langkah percobaan uji coba
peneliti sehingga langkah kerja yang dibuat
memudahkan peserta didik melakukan
kegiatan secara berurutan; (6) Tabel dan
gambar yang disajikan mengandung
informasi pendukung yang memudahkan
peserta didik menemukan jawaban atas
permasalahan yang memberikan
gambaran kepada peserta didik untuk
Gambar 2. Kerangka isi kegiatan pada LKPD memahami topik/cerita dari permasalahan
berbasis service learning
yang diberikan; (7) Pertanyaan diskusi
Gambar 2 merupakan kerangka
berisikan pertanyaan yang mengandung
struktur yang terdapat dalam lembar
permasalahan-permasalahan yang akan
kegiatan LKPD. Kerangka struktur lembar
dipecahkan oleh kelompok peserta didik
kegiatan yang telah dirancang, terdapat
secara diskusi yang diambil dari kasus-
sembilan unsur yang menggambarkan
kasus yang menjadi topik permasalahan di
keseluruhan isi kegiatan yang tercakup
dalam LKPD. Setiap butir pertanyaan
dalam LKPD yaitu: (1) Judul dalam LKPD
mengandung indikator reflective thinking
berisi informasi umum terjadinya suatu
yaitu mengekspresikan kesadaran
fenomena yang menggambarkan topik
terhadap permasalahan, mengekspresikan
permasalahan yang akan dibahas untuk
hubungan antara konsep pembelajaran
tercapainya suatu kompetensi dasar; (2)
dan pengalaman, permasalahan
Tujuan kegiatan telah termuat indikator
dipecahkan berdasarkan wawasan dan
reflective thinking sehingga proses
pengalaman, permasalahan yang
kegiatan menjadi terarah karena reflective
dipecahkan dapat menjadi bahan evaluasi,
thinking dapat memunculkan kemampuan
dan memunculkan kemampuan analisis
analisis peserta didik dalam memecahkan
sehingga dari persoalan yang disajikan
permasalahan yang ada sehingga tujuan
dapat melatih kelompok memiliki
pencapaian hasil belajar dapat tercapai; (3)
kemampuan reflective thinking; (8)
Pengantar materi berisikan informasi
Kesimpulan yang sudah dibuat
umum seputar topik permasalahan yang
menggambarkan keseluruhan hasil dari
bertujuan agar peserta didik dapat
tujuan kegiatan yang telah dilakukan oleh
menemukan arahan yang terstruktur
peserta didik selama proses kegiatan
untuk memahami materi yang diberikan.
sehingga tercapainya tujuan
Materi yang disajikan mengandung
pembelajaran; (9) Kolom refleksi berisi
indikator service learning karena materi
hasil pemikiran yang tanpa sengaja
diambil dari permasalahan yang umum

80
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

dituangkan oleh peserta didik sebagai keempat validator sehingga produk LKPD
bahan untuk mengevaluasi diri atas makna hasil pengembangan ini sangat layak di
yang diperolehnya selama pembelajaran ujicobakan kepada peserta didik.
berlangsung dan digunakan untuk melihat
seberapa jauh perkembangan kemampuan Uji Coba produk LKPD Berbasis Service
reflective thinking peserta didik. Learning
LKPD yang dibuat dirancang lebih Hasil penilaian skor kinerja kelompok
menarik serta lebih kontekstual dengan aspek kongnitif terhadap LKPD pada
situasi dan kondisi sekolah ataupun kegiatan 1 dan kegiatan 2 disajikan pada
lingkungan sosial budaya peserta didik. Hal tabel di bawah ini.
ini karena LKPD yang dirancang didasarkan Tabel 3. Hasil penilaian skor kinerja kelompok
aspek kongnitif terhadap LKPD pada
akan service learning. Persoalan dalam
kegiatan 1 dan kegiatan 2
service learning merujuk pada 3 indikator
No Nama Skor LKPD pada
service learning menurut The National
Kelompok Kegiatan Kegiatan
Center for Service-Learning dalam Kirby
1 2
(2016) yaitu materi diambil dari
1. Kelompok 1 80,5 88
permasalahan yang umum ditemukan di
2. Kelompok 2 60,5 93
masyarakat, solusi masalah didapatkan
melalui kombinasi antara ilmu yang telah 3. Kelompok 3 77,5 83
didapatkan dan pengalaman dimasyarakat 4. Kelompok 4 77,5 93
sebelumnya, serta permasalahan dan Rata-rata skor 74 89,25
solusi mampu menjadi wadah refleksi. Berdasarkan Tabel 4, Hasil penilaian
Harapannya ketika peserta didik sudah kinerja kelompok terhadap LKPD pada
memiliki konsep yang didapatkan di kelas, kegiatan 1 berada pada kategori cukup
peserta didik terdorong untuk memiliki dengan rerata skor 74, dari hasil penelitian
kesadaran akan permasalahan berupa yang didapatkan terdapat hasil kinerja
tindakan untuk mengatasi permasalahan yang belum optimal dari peserta didik.
yang didapatkan dari kombinasi antara Permasalahan tersebut berada pada
pengetahuan yang telah didapatkan dan persoalan yang disajikan dalam LKPD
dari pengalaman yang didapatkan sebelum menghadirkan situasi kongrit ke dalam
konsep diberikan sehingga peserta didik pembelajaran yang mengharuskan peserta
dapat memahami konsep yang didik untuk memahami persoalan yang
didapatkannya untuk mengaplikasi-kan kompleks harapannya agar peserta didik
ilmunya tersebut guna merespon terdorong untuk memahami hubungan
kebutuhan lingkungan. pencemaran lingkungan dan dampaknya.
Namun, pemberian persoalan yang
Hasil Validasi LKPD IPA Berbasis Service kompleks belum mampu untuk dipahami
Learning oleh peserta didik dikarenakan persoalan
Hasil rata-rata skor validasi LKPD IPA yang diberikan terlalu tinggi untuk
berbasis service learning yang di dipahami oleh peserta didik. Hal ini sesuai
kembangkan dilihat dari aspek kelayakan dengan pendapat piaget bahwa
isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan perkembangan kongnitif anak saat
oleh tim dosen ahli dan praktisi (guru menginjak umur 11-12 tahun berada pada
memberikan hasil 94,75%” maka dapat tahap operasi konkrit dimana seorang anak
disimpulkan bahwa produk LKPD yang mengarah pada kejadian konkrit yang
dikembangkan berdasarkan atas service dapat diamati pada saat itu, anak masih
learning ini dinilai “Sangat Layak” oleh terikat kepada pengalaman pribadi yang

81
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

masih konkret, anak belum mampu Deskripsi Hasil Pretest dan Posttes
melakukan problem yang bersifat abstrak Kemampuan Reflective Thinking
(Ibda, 2015). Artinya untuk anak tingkat Secara keseluruhan kemampuan
SMP perkembangan intelektualnya masih reflective thinking peserta didik sebelum
terbatas pada persoalan yang bersifat dilakukan uji coba LKPD dengan meng-
kongrit dengan pemberian permasalahan gunakan tes pretest tergolong dalam
yang sederhana. Menindaklanjuti hal kategori kurang dengan rata-rata skor
tersebut, peneliti memberikan per- 61,4. Kemampuan reflective thinking
masalahan sama namun dengan metode setelah peserta didik belajar dengan
yang berbeda yaitu memberikan per- semua LKPD yang ada dengan meng-
masalahan kongrit melalui percobaan di gunakan tes posttest meningkat menjadi
dalam LKPD pada kegiatan 2 sehingga anak tergolong dalam kategori cukup dengan
terlibat langsung dalam kegiatan. Menurut rerata skor 79,4. Hasil rata-rata skor
piaget, menciptakan kegiatan belajar yang pretest-posttest kemampuan reflective
dapat menantang anak mencapai tahap thinking peserta didik disajikan pada tabel
perkembangan berikut-nya. Artinya di bawah ini.
dengan memberikan per-masalahan yang Tabel 4. Hasil rerata skor pretest-posttest
melibatkan langsung anak untuk ikut kemampuan reflective thinking tiap
peserta didik
melakukan kegiatan dapat memberikan
kesempatan bagi anak untuk memperoleh Hasil Kemampuan
pengalaman langsung dari lingkungan Reflective Thinking Peserta
sehingga dapat membentuk skema baru Tes Didik
dalam struktur kognitifnya. Hasilnya Rata-rata
Kategori
kinerja kelompok terhadap LKPD pada Skor
kegiatan 2 membaik yaitu 89,25 dengan Pretest 61,4 Kurang
kategori baik, artinya kinerja kelompok Posttest 79,4 Cukup
terhadap LKPD yang dikerjakan peserta Peningkatan kemampuan reflective
didik sebagai proses dalam melatih thinking peserta didik dengan tes pretest-
kemampuan reflective thinking dengan posttest disebabkan karena hasil
melihat kinerjanya dalam mengerjakan kinerjanya dalam mengerjakan kegiatan di
suatu diskusi kelompok sudah mengalami dalam LKPD sudah Baik sehingga anak
peningkatan sehingga hasil kinerjanya sudah memiliki bekal untuk dilatih
dalam mengerjakan kegiatan di dalam memiliki kemampuan reflective thinking.
LKPD sudah Baik. Hal ini sesuai dengan Melalui persoalan yang diberikan di dalam
salah satu indikator berfikir kritis dari Ennis pretest-posttest yang dikembangkan
(1993) bahwa terdapat aspek menentukan berdasarkan indikator reflective thinking
strategi dalam bentuk argument. Sesuai dapat me-nuntun peserta didik dalam
pendapat tersebut maka membangun belajar dan menuntun peserta didik dalam
argument didapatkan dari kelompok memahami konsep dampak pencemaran
peserta didik yang berdiskusi dalam lingkungan sehingga peserta didik terarah
memecahkan suatu permasalahan dari untuk aktif dalam menemukan konsep.
pengerjaan semua kegiatan yang ada di Berikut adalah gambar grafik peningkatan
dalam LKPD untuk mendorong kelompok ke-mampuan reflective thinking peserta
peserta didik memiliki kemampuan tingkat didik pada tes pretest-posttest.
tinggi yaitu kemampuan reflective
thinking.

82
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

Persentase kategori
100% Peningkatan Kemampuan melakukan problem yang bersifat abstrak
Reflective Thinking (Ibda, 2015). Artinya untuk anak usia
Pretest menginjak remaja, perkembangan
50% Posttest kemampuan berfikir anak belum sampai
pada tingkat yang lebih tinggi namun
dengan persoalan yang diberikan
0% harapannya dapat melatih kemampuan
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
tingkat tinggi peserta didik yaitu salah
Kategori
satunya reflective thinking.
Gambar 3. Grafik peningkatan kemampuan Hasil penilaian test posttest
reflective thinking peserta didik pada tes
pretest-posttest memberikan hasil yang membaik yaitu
Berdasarkan grafik diatas, dari 20 hanya 5% peserta didik saja yang masing-
orang peserta didik yang mengikuti test masing mendapatkan skor kurang dan
pretest hanya 20% peserta didik yang cukup. Hal tersebut dikarenakan hasil
mendapatkan skor dengan kategori cukup kinerjanya dalam mengerjakan kegiatan di
dan 80% peserta didik mendapatkan skor dalam LKPD sudah Baik sehingga anak
dengan kategori kurang. Permasalahan sudah memiliki bekal untuk dilatih
tersebut berada pada permasalahan memiliki kemampuan reflective thinking.
dampak yang memungkinkan timbulnya Artinya cara berfikir anak telah mencapai
pencemaran yang dipecahkan ber- tahap perkembangan berikutnya dalam
dasarkan wawasan dan pengalaman belum membentuk skema baru dalam struktur
dikuasai oleh peserta didik, permasalahan kognitifnya.
yang di pecahkan belum dapat
PENUTUP
mengarahkan peserta didik untuk
mengevaluasi diri dalam memberikan Simpulan
upaya dalam mengatasi permasalahan, 1. LKPD IPA yang dikembangkan ber-
serta peserta didik belum mampu dasarkan atas service learning pada
memecahkan permasalahan yang dapat materi dampak pencemaran lingkungan
memunculkan kemampuan analisisnya. terdiri atas lima unsur kerangka umum
Hal ini disebabkan karena permasalahan yaitu halaman judul, kompetensi,
yang akan dipecahkan peserta didik dalam tujuan pembelajaran, peta konsep, dan
test pretest mengarah pada indikator lembar kegiatan, serta terdapat
reflective thinking yang menuntut peserta sembilan unsur kerangka isi yang
didik untuk berfikir tingkat tinggi. menggambarkan keseluruhan isi
Kenyataannya, perkembangan intelektual kegiatan pada LKPD yaitu judul, tujuan
anak masih terbatas pada persoalan yang kegiatan, pengantar materi, alat dan
bersifat kongrit dengan pemberian bahan, prosedur kegiatan, tabel dan
permasalahan yang sesuai dengan tingkat gambar, pertanyaan diskusi,
perkembangan anak. hal ini sesuai dengan kesimpulan, dan kolom refleksi.
teori piaget yang menyatakan bahwa 2. LKPD hasil pengembangan dinyatakan
perkembangan kongnitif anak saat layak oleh tim dosen ahli dan tim
menginjak umur 11-12 tahun berada pada praktisi (guru) karena memberikan hasil
tahap operasi konkrit dimana seorang anak 94,75% dengan kategori sangat baik
mengarah pada kejadian konkrit yang untuk diuji coba kepada peserta didik di
dapat diamati pada saat itu, anak masih MTs Kelas VII.
terikat kepada pengalaman pribadi yang 3. Pembelajaran dengan menggunakan
masih konkret, anak belum mampu LKPD IPA hasil pengembangan service

83
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

learning dapat meningkatan reflective Borich, Gary D. 1994. Observation Skills for
thinking peserta didik hal ini dapat Effective Teaching. The University of Texas:
dilihat dari rerata skor kemampuan USA
reflective thinking peserta didik Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional
sebelum dilakukan uji coba LKPD dan Design: The ADDIE Approach.
setelah peserta didik belajar dengan www.springer.com, diakses 08 Februari
semua LKPD menunjukkan adanya 2017
peningkatan hasil dengan rerata skor
61,4 berkategori kurang menjadi 79,4 Ennis, Robert H. 1993. Critical Thinking
berkategori cukup Assessment.http://faculty.education.illinoi
Saran s.edu, diakses 08 Februari 2017

1. Pembuatan soal tes kemampuan Ibda, Fatimah. 2015. Perkembangan


reflective thinking sebaiknya dibuat Kognitif: Teori Jean Peaget. (Artikel Jurnal
dengan butir soal tes yang identik Intelektualita, Vol.3 (1), (http://jurnal.ar-
antara soal tes pretest-posttest raniry.ac.id,diakses 08 Februari 2017)
sehingga hasil yang diperoleh terlihat Kemendikbud. 2016. Panduan Penilaian
jelas peningkatan nilai berdasarkan oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk
kriteria peningkatan nilai reflective Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
thinkingnya dengan menggunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
gains score. (Salinan)
2. Bagi peneliti lanjutan agar dapat
Kirby. 2016. Service Learning Definitions
melakukan pengembangan terhadap
and Benefits : What is Service Learning,
indikator reflective thinking dengan cara
(https://provost.wayne.edu, diakses 27
mengembangkan indikator-indikator
Januari 2017)
yang lebih tinggi lagi namun disesuaikan
dengan tingkat perkembangan peserta Kuntjara, Esther., Palit, Herry., Arifin,
didik. Lilianny Sigit., Natadjaja, Listia., &
Cahyono, Yohanes Budi. 2013. Panduan
Pelaksanaan Service Learning.
DAFTAR PUSTAKA
http://lppm.petra.ac.id, diakses 08
Andersen, Susan M. 1998. Service Februari 2017
Learning: A National Strategy for Youth
Nastiti, Chusnindiyah Sari., & Nurohman,
Development. http://gwdspace.wrlc.org,
Sabar. 2016. Pengembangan LKPD Materi
diakses 08 Februari 2017
Sistem Ekskresi Pada Ginjal untuk
Asyraf, Lathifah., Syamsudin, Muhammad Mengembangkan Kemampuan
Munif., & Karsono. 2014. Efek Metode Pemecahan Masalah dan Sikap Ingin Tahu
Service Learning Terhadap Kemandirian Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Piyungan.
Anak. http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id, http://www. journal.student.uny.ac.id,
diakses 08 Februari 2017 diakses 10 Februari 2017
Billig, Shelley H. 2000. Research on K-12 Undang-Undang Republik Indonesia
School-Based Service Learning: The Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Evidence Builds. USA: Denver. Pendidikan Nasional (Salinan)
http://search.proquest.com, diakses 20
Widiawati, Restu. 2016. Kemampuan
Februari 2017
Berpikir Reflektif Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika Pada

84
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(1): 76-85 (2018) e-ISSN 2598-9669

Materi Sistem Persamaan Linier Dua


Variabel (SPLDV) Berdasarkan Gender
Kelas VIII di MTs Negeri Tanjunganom.
http://www.simki.unpkediri.ac.id, diakses
28 Januari 2017
Widoyoko, Eko Putro. 2016. Evaluasi
Program Pembelajaran: Panduan Praktis
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

85

Anda mungkin juga menyukai