Anda di halaman 1dari 11

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : WAHYU ANTONIATI
Asal Institusi : SMP NEGERI 1 DORO
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah
yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam
eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
o Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
o Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik
masalah.
o Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan
temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di
Sekolah:
o Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
o Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
o Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk
menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
o Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau
pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
o Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
o Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
o Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat
menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi
penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan
strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab
diidentifikasi masalah
1 Rendahnya Sumber kajian Literatur jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis
keterampilan berpikir 1. Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan berpikir tingkat tinggi eksplorasi penyebab masalah
kritis dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran matematika. Jurnal Ilmiah Sekolah maka dapat diketahui banwa
Dasar, 4(2), 257-269. penyebab masalah rendahnya
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat beberapa simpulan, keterampilan berpikir kritis adalah
pertama hasil analisis PAP menunjukkan siswa kelas V SDN 1 Padang Sambian :
cenderung memiliki Kemampuan Berpikir HOTS Cukup serta masih rendah dalam 1. Siswa kesulitan
menyelesaikan soal ranah kognitif C6. Kedua, pada hasil wawancara menunjukkan membuat/membentuk kalimat
siswa kelas V SDN 1 Padang Sambian cenderung mengalami kesulitan saat matematika
membuat/membentuk kalimat matematika. Simpulan yang diperoleh berimplikasi 2. Pembelajaran belum berpusat
pada peningkatan kemampuan berpikir siswa tiap tingkat ranah kognitif melalui pada siswa
penilaian berbasis HOTS. 3. Siswa belum menguasai
https://doi.org/10.23887/jisd.v4i2.25336 konsep
2. Sennen, E., Pelian, M. Y., & Helmon, A. (2020). Efektivitas Model Problem Solving 4. Siswa cenderung menghafal
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis HOTS dalam Pembelajaran materi
Matematika SD. Jurnal Literasi Pendidikan Dasar, 1(2), 14-20. 5. Siswa jarang berlatih
Rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis, rasional dan logis serta kurangnya mengerjakan soal HOTS
aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika diduga disebabkan oleh proses 6. Motivasi siswa rendah
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran Matematika
selama ini cenderung konvensional, seperti pembelajaran langsung (direct teaching).
Berpikir kritis (HOTS) belum terbiasakan kepada siswa. Untuk diketahui, HOTS atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif.
Hal yang perlu diingat oleh guru yaitu HOTS bukan soal yang pasti sulit
https://doi.org/10.36928/jlpd.v1i2.2113
3. Kamid, K., & Sinabang, Y. (2019). Pengaruh penerapan model pembelajaran problem
based learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) ditinjau
dari motivasi belajar siswa. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(1),
127-139.
Rendahnya kemampuan berpikir peserta didik dikarenakan masih rendahnya
Keterampilan kolaborasi peserta didik yang tidak muncul dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga perlu ditingkatkan untuk mempersiapkan peserta didik pada
era globalisasi ini. Selain itu masih rendahnya kemampuan berpikir peserta didik juga
dikarenakan Masih banyaknya guru menggunakan metode ceramah yang dilakukan
secara konvensional dalam proses pembelajaran, dan menjadikan metode ceramah
dalam proses pembelajaran sebagai pilihan utama para pendidik.
https://doi.org/10.38035/jmpis.v1i1.249
4. Jiwandono, N. R. (2020). Keterampilan Berpikir Kritis Pada Perangkat Dan Hasil
Evaluasi Pembelajaran Fonologi. ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan
Pembelajarannya, 3(1),51-55.
Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya keterampilan berpikir kritis
mahasiswa Ketika mengerjakan soal-soal yang menuntut keterampilan berpikir
tingkat tinggi
https://doi.org/10.33503/alfabeta.v3i1.776

Hasil wawancara
1. Nama : Bpk Junaidi (Guru Matematika)
Hasil wawancara :
a. Anak belum menguasai konsep
b. Anak jarang berlatih mengerjakan soal HOTS
2. Nama : Ibu Neneng (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Siswa cenderung menghafal materi dan tidak memahami konsep

2 Kurangnya Sumber kajian Literatur jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis


Kemampuan 1. Fauzi, I., & Arisetyawan, A. (2020). Analisis kesulitan belajar siswa pada materi eksplorasi penyebab masalah
Menerapkan Konsep geometri di sekolah dasar. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 11(1), 27-35. maka dapat diketahui banwa
ke dalam Kehidupan Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa diantaranya adalah (1) kesulitan siswa dalam penyebab masalah Kurangnya
Nyata penggunaan konsep yaitu ketidak mampuan siswa dalam menyatakan arti dari istilah Kemampuan Menerapkan Konsep
yang mewakili konsep bangun datar dan ketidakmampuan siswa dalam mengingat ke dalam Kehidupan Nyata adalah
suatu kondisi yang cukup bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang :
mewakili dari konsep keliling dan luas bangun datar. (2) kesulitan siswa dalam 1. Siswa kesulitan dalam
penggunaan prinsip yaitu ketidakmampuan siswa dalam menentukan faktor yang memahami pernyatan implisit
relevan yang terdapat pada gambar bangun datar dan kesulitan siswa dalam 2. Siswa kesulitan mengaitkan
memahami arti dari prinsip yang telah mereka temukan yang mengakibatkan mereka antar konsep
tidak mampu menerapkan prinsip tersebut dan, (3) kesulitan siswa dalam 3. Kurangnya kemampuan awal
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan verbal adalah siswa pada mata pelajaran
ketidakmampuan siswa dalam menggunakan konsep dan prinsip pada materi bangun matematika
datar. 4. siswa kurang memahami soal
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/20726/10384 HOTS
2. Aryani, I., & Maulida, M. (2019). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan 5. Siswa tidak memahami materi
Soal Matematika melalui Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jurnal Serambi
Ilmu, 20(2), 274-290.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian
siswa masih melakukan kesalahan yang beranekaragam ketika menerapkankan
keterampilan berpikir Higher Order Thinking Skills ( HOTS ) dalam mengerjakan
soal. Bentuk kesalahan HOTS diantaranya adalah kesalahan siswa dalam memahami
pernyataan implisit, kesalahan mengubah informasi/fakta ke dalam pernyataan
matematika, kesalahan siswa dalam mengaitkan kekonsep lain, kesalahan siswa dalam
menulis, mengkonstruksi, mengkreasi ide, konsep, rumus, atau cara menyelesaikan
masalah, dan sebagian besar siswa tidak atau salah membuat kesimpulan dari
penyelesaian masalah.
https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/serambi-ilmu/article/view/1459
3. Rohmah, M., & Ni’mah, F. (2021). IDENTIFIKASI DAN PENGARUH
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA. QUANTUM, 12(2), 249-260.
Berdasarkan data hasil analisis skor tiap soal dan wawancara tidak terstruktur, dapat
disimpulkan bahwa siswa mampu melakukan kalkulasi dengan baik, namun masih
kurang dalam hal menganalisis dan menerapkan materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemapuan siswa dalam kemampuan berpikir
tingkat tinggi dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa.
https://pdfs.semanticscholar.org/5c99/ec7bbede946ab2bfc5f13b8c6e3db23b2445.pdf
4. Andriyani, R., & Saputra, N. N. (2020). Optimalisasi kemampuan Higher Order
Thinking Skills mahasiswa semester awal melalui penggunaan bahan ajar berbasis
berpikir kritis. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 8(1), 77-86.
Pentingnya optimalisasi kemampuan berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran
didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian siswa belum mampu untuk
menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dipelajari di sekolah dengan
bagaimana cara mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran di
sekolah dasar cenderung menekankan pada aspek hafalan, tanpa mengembangkan
pemahaman yang mendalam untuk diaktualisasikan. Sehingga terkesan tidak
konstektual, pembelajaran yang telah siswa lakukan seolah-olah tidak sama atau
terpisah dari kehidupan nyata sehingga menjadikan pembelajaran tersebut tidak
bermakna karena mereka tidak dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari
apabila dihadapkan pada situasi berbeda yang mereka temui di luar kelas.
http://dx.doi.org/10.24256/jpmipa.v8i1.948.

Hasil Wawancara
1. Nama : Ibu Neneng (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Kurangnya kemampuan awal siswa pada mata pelajaran matematika
dan siswa kurang memahami soal HOTS
2. Nama : Ibu Erwin Wijayanti (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Siswa banyak yang tidak memahami materi

3 Tingkat motivasi Sumber kajian Literatur jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis


rendah 1. Fani, K. (2021). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal HOTS Pada eksplorasi penyebab masalah
Pelajaran IPA. Genderang Asa: Journal of Primary Education, 2(2), 66-75. maka dapat diketahui banwa
Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada pelajaran IPA penyebab masalah tingkat
kelas V MIN 25 Aceh Utara yaitu : Siswa mengerjakan soal dengan terburu-buru, motivasi rendah adalah :
Siswa yang tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan soal, Siswa tidak 1. Siwa menyelesaikan soal secara
terbiasa mengerjakan latihan soal, Rendahnya tingkat konsentrasi siswa karenadalam terburu-buru
proses pembelajaran, Rendahnya minat dan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan
soal tipe HOTS (Higher Order Thiking Skill), dan Karena kondisi kelas yang kurang 2. Rendahnya minat dan tingkat
kondusif akan mempengaruhi konsentrasi siswa, serta Rendahnya motivasi dari konsentrasi siswa
orang tua dan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Upaya mengatasi 3. Lingkungan yang kurang
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada pelajaran IPA kelas V MIN kondusif
25 Aceh Utara, yaitu: dengan memberikan pengajaran perbaikan (remedial), 4. Rasa malas dalam belajar
kegiatan pengulangan materi (pengayaan), dan motivasi yang dapat mendorong siswa 5. Minimnya literasi numerasi
untuk lebih aktif dalam belajar, serta siswa mendapatkan pengetahuan sesuai dengan
yang diharapkan strandar kompetensi dan kompetensi dasar. Selain itu, perlunya
sebagai guru dapat menerapkan pembelajaran HOTS dengan lebih maksimal, dan
membiasakan siswa melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan
soal HOTS
https://journal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/genderangasa/article/view/165/30
2. Rohman, I. M., Mustangin, M., & Khairunnisa, G. F. (2021). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking
Skills (HOTS) berdasarkan Motivasi Belajar pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV). Jurnal Penelitian, Pendidikan, Dan Pembelajaran, 16(9).
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan mendasar di
dalam matematika yang harus dimiliki peserta didik, pendidik harus melatih dan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki peserta didiknya. Dalam
memecahkan masalah peserta didik memerlukan motivasi belajar untuk meningkatkan
semangat belajar agar memberikan hasil belajar yang efektif. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam
menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) berdasarkan motivasi
belajar pada materi sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV)
https://jim.unisma.ac.id/index.php/jp3/article/view/10719/8456
3. Kusmiyati, K. (2023). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan
Memecahkan Masalah Matematis Tipe HOTS dan Motivasi Belajar Siswa MA Amanatul
Ummah Mojokerto. Wahana, 75(1), 42-56.
Penyebab rendahnya motivasi belajar siswapada proses pembelajaran matematika
yaitu: (1) Kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan guru masih kurang memuaskan, hal ini disebabkan
kurangnya motivasi belajar dalam prosespembelajaran matematika yang berdampak
pada nilai yang akan diraih oleh siswa;(2) Kondisi lingkungan yang tidak
mendukung pada saat belajar matematika membuat peserta didik tidak
berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
https://doi.org/10.36456/wahana.v75i1.7210

Hasil Wawancara
1. Nama : Ibu neneng (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Kurangnya kemampuan konsentrasi, lingkungan yang kurang
kondusif dan rasa malas belajar yang tinggi
2. Nama : Ibu Erwin Wijayanti (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Pembelajaran yang sedang saja masih kurang berhasil apalagi
pembelajaran HOTS
3. Nama : Bapak Junaidi (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Minimnya literasi numerasi

4 Kesulitan siswa dalam Sumber kajian Literatur jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis
menyelesaikan 1. Faizzah, S. N., & Sutarni, S. (2023). Investigasi Kesulitan Siswa dalam eksplorasi penyebab masalah
masalah terkait HOTS Menyelesaikan Masalah HOTS Matematika. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan maka dapat diketahui banwa
Matematika, 7(2), 1963-1975. penyebab masalah Kurangnya
Kesimpulan penelitian adalah bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah Latihan dan Pemahaman Terkait
HOTS ini disebabkan karena kesulitan dalam mematimatisasi dan memahami HOTS adalah :
masalah, kesalahan dalam penerapan formula dalam memecahkan masalah HOTS, 1. Siswa kesulitan dalam
dan keterbatasan kemampuan siswa terhadap fundamental matematika, Faktor lain memahami masalah dalam
yang diperoleh meliputi rendahnya kuantitas latihan soal HOTS siswa SMP, penerapan formula
kecemasan siswa dalam menyelesaikan masalah, sumber buku ajar yang digunakan pemecahan masalah HOTS
berisi rumus - rumus yang banyak, dan seringnya guru memberikan masalah 2. Siswa yang tidak memahami
rutin dari pada non rutin. materi
https://doi.org/10.31004/cendekia.v7i2.2438 3. Siswa yang tidak mengerti
2. Mahmudah, W. (2018). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal perintah soal yang terlihat
matematika bertipe Hots berdasar Teori Newman. Jurnal UJMC, 4(1), 49-56. 4. Siswa kurang mendapatkan
Berdasarkan dari uraian hasil analisis di atas, kesalahan-kesalahan siswa dalam latihan soal tentang HOTS
menyelesaikan soal hots sebagian besar karena kesalahan dalam memahami maksud yang diberikan guru.
dari soal yang diberikan, kemudian kesalahan transformasi dan keterampilan proses,
sehingga menyebabkan penulisan jawaban akhirnya menjadi salah. Hasil penelitian
diperoleh 4 jenis kesalahan dan besar presentase untuk setiap jenis kesalahan yaitu
kesalahan pemahaman 65%, kesalahan transformasi 30%, kesalahan keterampilan
proses 8,5% dan kesalahan notasi 10%. Hasil menunjukkan kesalahan pemahaman
dan kesalahan transformasi lebih dominan dibandingkan kesalahan lainnya. Secara
umum faktor penyebab kesalahan adalah kemampuan penalaran dan kreativitas siswa
yang rendah dalam memecahkan masalah konteks nyata dan memanipulasinya ke
dalam bentuk aljabar. Faktor yang paling berpengaruh adalah siswa tidak terbiasa
menggunakan proses pemecahan masalah dengan benar.
https://doi.org/10.17977/um065v2i12022p45-53
3. Sofyan, F. A., & Fihtanti, A. I. (2019). implementasi hots pada pembelajaran
matematika sd/mi kelas 6. Jurnal Guru Kita PGSD, 4(1), 18-26.
Telah diterapkannya pembelajaran berbasis HOTS di kelas 6 SD N 25 Palembang dan
simpulan yang didapat dari hasil penelitian implementasi pembelajaran matematika
berbasis HOTS sebagi berikut: (1) Ratarata tingkat keberhasilan guru dalam
menerapkan dan merumuskan RPP berbasis HOTS dalam kategori baik; (2) Rata-rata
tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis HOTS keseluruhan berada
dalam kategori cukup baik; (3) Rata-rata tingkat keberhasila perumusan penilaian
autentik berbasis HOTS di kelas 6 berada dalam kategori cukup Beberapa faktor
pendukung dan faktor penghambat implementasi pembelajaran berbasis HOTS
dikelas 6, antara lain : a) Sarana dan Prasarana yang cukup memadai, b) Presepsi guru
yang positif terhadap implementasi pembelajaran berbasis HOTS, c) Dukungan dan
komitmen dari kepala sekolah untuk kualitas pendidikan terutama dalam
pembelajaran matematika berbasis HOTS, d) Karakteristik siswa yang berada
diperkotaan cendrung lebih aktif dalam pembelajaran, dan e) Kualifikasi pendidikan
guru yang memadai. Adapun faktor penghambatnya ialah : a) Pelatihan dan
pendampingan tentang HOTS masih minim diperoleh, b) Kurangnya pemahaman
kerakteristik dalam berpikir kritis.
https://doi.org/10.24114/jgk.v4i1.16241

Hasil wawancara :
1. Nama : Ibu Neneng (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Tidak terbiasa dalam menyelesaiakn soal HOTS dan kurang
memahami kalimat dalam soal

2. Nama : Ibu Erwin Wijayanti (Guru Matematika)


Hasil Wawancara : Mengusahakan pembelajaran rendah dan sedang saja belum
maksimal

5 Kurangnya Dukungan Sumber kajian Literatur jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis


dan Pembimbingan 1. Agusta, A. R., & Sa’dijah, C. (2021). Kesiapan guru melaksanakan pembelajaran eksplorasi penyebab masalah
berbasis HOTS ditinjau dari pengetahuan dan kemampuan mengemas perangkat maka dapat diketahui banwa
pembelajaran. PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi), 3(2), 402- penyebab masalah Kurangnya
424. dukungan dan bimbingan adalah :
a. Pengetahuan guru terhadap konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam 1. Rendahnya pemahamnan
ranah berpikir kritis masih tergolong rendah yang didasarkan pada beberapa tentang pembelajaran HOTS
faktor penyebab diantaranya belum ada pembekalan tentang konsep berpikir 2. Kemampuan siswa yang
kritis, tingkat pendidikan dan masa kelulusan yang sudah sangat lama, tidak berbeda-beda
mengikuti pendidikan profesi guru dan belum memiliki sertifikat pendidik 3. Kurangnya waktu yang
b. Pengetahuan guru terhadap konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam dibutuhkan untuk pembelajaran
rana berpikir kritis masih tergolong rendah, hal ini juga dilandasi oleh beberapa HOTS
penyebab yaitu belum pernah mendapatkan informasi tentang konsep dan
pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, tingkat
pendidikan, banyak guru yang tidak memiliki inisiatif untuk mengembangkan
pengetahuan
c. Sangat sedikit guru yang memiliki kemampuan mengemas pembelajaran
bermuatan keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis dan berpikir
kreatif). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengemas
pembelajaran berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis dan
berpikir kreatif) masih belum memenuhi harapan.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/padaringan/article/view/3422/2623
2. Sinta, U. A., Roebyanto, G., & Nuraini, N. L. S. (2022). Analisis Kesulitan Guru
dalam Menyusun Soal Evaluasi Berbasis Hots Pada Pembelajaran Matematika di SDN
Torongrejo 2. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan, 2(1),
45-53.
a. Guru di SDN Torongrejo 2 telah paham terkait karakteristik soal evaluasi berbasis
HOTS yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Karakteristik lain
yang ada dalam soal berbasis HOTS antara lain mengandung permasalahan
yang kontekstual, kompleks dengan banyak jawaban yang mengecoh, stimulus
yang merangsang siswa untuk berpikir kritis, dan memiliki bentuk soal yang
beragam. Implementasi soal evaluasi berbasis HOTS di SDN Torongrejo 2 belum
dapat diterapkan secara maksimal. Kurang terlatihnya guru dalam menyusun
dan mengembangkan soal yang berorientasi pada HOTS mengakibatkan
guru mengalami kesulitan. Kesulitan yang dihadapi guru meliputi.(1) Kesulitan
dalam mengatasi kemampuan siswa yang berbeda-beda.(2) Guru kurang bisa
membagi waktu dalam menyusun soal evaluasi berbasis HOTS.(3) Guru kesulitan
dalam menyesuaikan indikator soal dengan kata kerja operasional yang sesuai
dengan Taksonomi Bloom.(4) Guru kesulitan dalam menyusun kata-kata dalam
menyampaikan stimulus, yang sesuai dengan karakteristik soal berbasis
HOTS.(5) Guru kesulitan dalam membagi level kognitif C4, C5, dan C6
pada soal evaluasi.(6) Guru kesulitan dalam mengembangkan bentuk soal.
Kesulitan yang dihadapi guru disebabkan oleh beberapa faktor antara lain guru
kesulitan dalam membagi waktu karena padatnya kegiatan guru diluar kegiatan
sekolah. Tidak adanya pelatihan penyusunan soal berbasis HOTS dan adanya
pandemi mengakibatkanKKG tidak berjalan dengan lancar, dua hal tersebut
menjadi faktor utama yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun
evaluasi berbasis HOTS. Selain itu, guru juga terkendala dengan minimnya
sumber untuk dijadikan bahan referensi guru dalam menyusun soal.Kesulitan yang
dirasakan guru dalam menyusun soal berbasis HOTS dapat diatasi dengan
mengikuti pelatihan, berdiskusi dengan guru-guru lainnya di KKG, dan guru
dapat terus melatih kemampuannya dalam menyusun soal berbasis HOTS
agar guru terbiasa dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam
mengembangkan soal biasa menjadi soal berbasis HOTS.
http://journal3.um.ac.id/index.php/fip/article/view/2111
3. Miftahuddin, A., Nurfalah, E., & Yuliastuti, R. (2021). Tantangan Guru Dalam
Menyusun Soal Matematika Smk Berbasis Hots Di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal
Riset Pembelajaran Matematika, 3(2), 91-100.
a. Kesulitan guru dalam menyusun soal matematika berbasis HOTS berbeda-beda
tingkatannya. Tingkatannya tidak diperlihatkan dengan angka namun berdasarkan
indikator kesulitannya. Guru mengalami kesulitan karena faktor internal mendasar
seperti kemampuan dan pengetahuannya yang masih kurang dalam memahami
soal HOTS. Selain itu faktor eksternal yang mendasar karena penyusunan soal
HOTS harus meliputi kerjasama antara guru, sekolah, dan siswa. Faktor eksternal
tersebut sangat berpengaruh dalam penyusunan soal HOTS karena dalam
menyesuaikan soal HOTS dengan KD, KKO, dan level soal HOTS harus dilihat
kondisi guru dari segi pengetahuan dan pemahaman, siswa dari segi
pengetahuannya, dan sekolah dari segi dukungan untuk menyelenggarakan
pelatihan penyusunan soal HOTS. Apabila guru, siswa, dan sekolah mampu
bekerja sama dalah hal ini maka kemungkinan tidak adanya kesulitan dalam
menyusun soal HOTS.
https://321-Article%20Text-1446-1-10-20211102.pdf

Hasil Wawancara
4. Nama : Ibu Neneng (Guru Matematika)
Hasil wawancara : Kurangnya dukungan orang tua dalam pendidikan dan terlalu
banyaknya tugas yang diemban guru
5. Nama : Ibu Erwin Wijayanti ( Guru Matematika)
Hasil wawancara : Menyesuaikan kemapuan siswa

Anda mungkin juga menyukai