Anda di halaman 1dari 12

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa: Patrisia Pattikawa, S.Pd
Asal Institusi: SMP Negeri 1 Mamberamo Tengah
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
• Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
• Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
• Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
• Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang
diidentifikasi.
• Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
• Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
• Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
• Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
• Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
• Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis
dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

1 Rendahnya motivasi KAJIAN LITERATUR: Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


peserta didik dalam literatur dan wawancara, penyebab
pembelajaran 1. Rendahnya motivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, sikap belajar siswa yang tidak rendahnya motivasi belajar siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang, dan tingkat kepuasan belajar rendah adalah :
yang rendah. (Rike Kurnia Sari, 2021)
1) Rendahnya disiplin Belajar
2. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang 2) Materi yang dipelajari susah,
mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi jasmani dan rohani siswa, 3) Siswa tidak menyukai cara pengajaran
kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa (Sudaryono, guru,
2012). 4) siswa tidak menyukai mata pelajaran
tertentu
3. Berdasarkan hasil penelitian Sri Wahyuni Naibaho, dkk. (2021). Mengatakan faktor-faktor penyebab
5) kondisi lingkungan keluarga yang
rendahnya motivasi belajar siswa meliputi : 1) cita-cita atau aspirasi siswa; 2) kemampuan siswa; 3) kondisi
siswa; 4) kondisi lingkungan siswa; 5) unsur dinamika dalam mengajar siswa. (Sri Wahyuni Naibaho, dkk. kurang mendukung
2021. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Mts Negeri 1 Tapanuli Tengah 6) Anak merasa tidak pintar atau kurang
Disaaat percaya diri
Pandemi Covid-19. Tapanuli Selatan: Jurnal.ipts.ac.id. Volume 4, No.2) 7) Upaya guru membelajarkan siswa
https://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/article/view/2596/1769

Hasil Wawancara (Rekan sejawat)

Narasumber : Ester Jaya Pabassing, S.Pd,


Waktu : 4 Januari 2024

1. Peserta didik masih memiliki motivasi belajar rendah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah materi yang dipelajari susah, siswa tidak menyukai cara pengajaran guru, siswa tidak menyukai
mata pelajaran tertentu bahkan kondisi lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Selain itu anak
merasa tidak pintar atau kurang percaya diri
2. Saya biasanya memberikan motivasi bahwa apa yang bisa dilakukan hari ini belum tentu bisa dilakukan
hari esok. Mengenali faktor yang sangat mempengaruhi motivasi siswa yang rendah dengan bertanya
kepada orang tua atau keluarga lainnya dan teman dekatnya. Setelah itu, diberikan nasihat yang bisa
membangkitkan semangatnya.

Hasil Wawancara (Kepala Sekolah)

Narasumber: Welem Sulindrik Rumandewai, S.Pd

Waktu : 4 Januari 2024


1. Motivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran berasal dari faktor internal dan eksternal
1) Faktor internal: 1) Kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya belajar, mereka lebih suka
bermain
2) Faktor eksternal: 1) orang tua tidak memperhatikan anak belajar di rumah, 2) anak juga dibebani
dengan pekerjaan membantu pekerjaan orangtua, 3) kurangnya sarana dan prasarana (seperti
infokus, buku pelajaran), 4) Banyaknya beban guru dalam administrasi sehingga guru tidak fokus
untuk memotivasi siswa
2 Pembelajaran di kelas KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
masih belum berbasis literatur dan wawancara, penyebab
Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi penggunaan tingkatan taksonomi, hal ini dapat
HOTS pembelajaran di kelas masih belum
dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan berbagai kategori berbasis HOTS adalah :
pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama 1. guru masih mengajar dengan
pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yang masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa paradikma lama siswa hanya di suruh
hanya dituntut untuk menghafal. Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak dibangun dengan menghafal bukan berlatih untuk
baik sehingga hampir semua materi yang diberikan oleh guru hanya diterima siswa tanpa adanya tindakan kemampuan menalar
kritis saat pembelajaran. Lusi, Nelly widyawati, Levilia : 2020) https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp- 2. Peserta didik belum begitu
content/uploads/2021/02/Lusi.pdf memahami materi dan belum siap
Kurikulum 2013 yang diberlakukan saat ini mengamani penyempurnaan pada standar isi dan standar mengerjakan Soal -soal yang HOTS
penilaian. Pada standar isi dirancang agar peserta didik mampu berfikir kritis dan analisis sesuai dengan
standar internasional dengan melakukan pengurangan materi yang tidak relevan dan pendalaman serta
peluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Sedangkan pada standar penilaian dilakukan dengan
mengadaptasikan model-model penilaian standar internasional bertahap. Penilaian hasil belajar lebih
menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thingking Skill). (Kemendikbud,
2017).
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi Higher Order Thingking Skill (HOTS), karena dengan berfikir tingkat tinggi dapat mendorong
peserta didik untuk berfikir secara mendalam dan luas menganai materi pelajaran. Higher Order Thingking
Skill (HOTS) atau keterampilan berfikir tinggi merupakan bagian dari taksonomi Bloom hasil revisi yang
berupa kata kerja operasional yang terdiri dalam analye (C4), evaluate (C5), create (C6) yang dapat digunakan
dalam penyusunan soal (Aydin & Yilmaz. 2010:58).
(Berlian Arista Putri. 2019. Analisis Kesulitan Proses Pembelajaran Berbasis HOTS Di Kelas V Sdn 4
Muara Padang)

Hasil Wawancara (Rekan sejawat)

Narasumber : Ester Jaya Pabassing, S.Pd,


Waktu : 4 Januari 2024

Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) karena :
1) guru masih mengajar dengan paradigma lama siswa hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk
kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan guru dan peserta didik yang kurang.
2) Peserta didik belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal yang HOTS

Hasil Wawancara (Kepala Sekolah)


Narasumber: Welem Sulindrik Rumandewai, S.Pd

Waktu : 4 Januari 2024

Menurutnya, Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) karena :
1. Rendahnya keinginan peserta didik untuk berpikir kritis.
2. Peserta didik kesusahan ketika level soal sudah masuk ke ranah HOTS, mereka tidak bisa
menganalisa soal
3. Kurangnya pembinaan dan pelatihan tentang materi HOTS
3 Model pembelajaran KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
yang digunakan guru kajian literatur dan hasil wawancara, serta
Tibahary dan Muliana (2018) menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya berpusat pada guru memiliki
belum inovatif dikonfirmasi melalui
banyak kelemahan. Sedangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan peran guru adalah observasi/pengamatan dapat diketahui
membantu peserta didik menemukan sendiri fakta, konsep, atau prinsip akan membentuk karakter peserta bahwa guru belum menggunakan model
didik menjadi lebih kreaktif, interaktif, inovatif, dan inspiratif. Untuk itu diperlukan implementasi model-
pembelajaran yang inovatif disebabkan
model pembelajaran yang inovatif di setiap kelas. oleh:
Ulya dan Rahayu (2019) menyatakan bahwa salah satu penyebab guru belum mampu menyusun skenario 1. Kurangnya kedisiplinan guru dalam
pembelajaran inovatif yang menyenangkan bagi peserta didik adalah karena kurangnya pengetahuan guru menyiapkan strategi pembelajaran
mengenai model-model pembelajaran yang inovatif. 3. Guru perlu menambah dan menggali lagi pengetahuan 2. Guru terlalu nyaman menggunakan
terkait model-model pembelajaran yang inovatif 4. Guru harus meningkatkan kedisiplinan dalam menyiapkan pembelajaran konvensional (berpusat
strategi pembelajaran 5. Sesama guru saling berkolaborasi dan berbagi ilmu 6. Guru perlu merancang proses pada guru)
pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik Ada juga guru yang sudah memiliki pengetahun mengenai 3. Kurangnya pengetahuan guru terkait
pembelajaran inovatif namun terkendala pada saat mengimplementasikannya. Indikator pembelajaran yang model-model pembelajaran yang
inovatif yaitu: (1) Kelengkapan persiapan mengajar (2) Kemutakhiran bahan ajar dan media pembelajaran (3) inovatif
Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi (4) Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran (5) 4. Guru kesulitan memilih model
Perangkat evaluasi yang sesuai. pembelajaran inovatif yang sesuai
5. Latar belakang pendidikan dan
Hasil Wawancara (Rekan sejawat) generasi guru yang berbeda-beda
6. Kurangnya pengetahuan guru terkait
Narasumber : Ester Jaya Pabassing, S.Pd,
Waktu : 4 Januari 2024 penggunaan teknologi
7. Peserta didik belum memahami
dengan baik langkah-langkah
pembelajaran dalam model
pembelajaran yang diterapkan
8. Fasilitas dan sarana belajar yang
belum memadai

Sebagian guru sudah menerapkan pembelajaran yang inovatif. Namun, ada juga sebagian guru yang masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Penyebabnya adalah latar belakang Pendidikan dan generasi guru
(guru muda dan senior) yang berbeda-beda, serta kurangnya pemahaman guru terkait penggunaan teknologi.
Solusinya adalah guru muda dan senior harus saling berkolaborasi (bekerjasama) dan berbagi ilmu, terus
belajar dan menggali pengetahuan terkait pengembangan model-model pembelajaran inovatif. Sementara
dalam proses pembelajaran, ada peserta didik yang belum memahami dengan baik Langkah-langkah (sintak)
dari model pembelajaran inovatif yang dipergunakan guru.

Hasil Wawancara (Kepala Sekolah)

Narasumber: Welem Sulindrik Rumandewai, S.Pd


Waktu : 4 Januari 2024

Dari hasil supervisi, ada guru sudah menggunakan pembelajaran yang inovatif, namun ada juga guru yang
masih belum maksimal menggunakan pembelajaran inovatif. Adanya guru-guru yang terkendala dalam
menggunakan pembelajaran inovatif disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru, guru sudah nyaman
dengan pembelajaran konvensional. Solusinya adalah guru perlu adaptif terhadap perkembangan zaman,
menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang dapat mengaktifkan peserta didik.

4 Kurangnya Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil


kemampuan literasi kajian literatur dan hasil wawancara,
Jurnal Ilmiah
peserta didik serta dikonfirmasi melalui
1. Harahap dkk (2022) menyatakan bahwa literasi dapat dimaknai sebagai berikut: (1) Kemampuan menulis observasi/pengamatan dapat diketahui
dan membaca (2) Pengetahuan dalam bidang tertentu (3) Kemampuan mengolah informasi (4) bahwa kemampuan literasi peserta didik
Penggunaan huruf untuk menggambarkan suatu kata yang rendah disebabkan oleh: 1.
(Harahap, D, G, S, dkk. 2022. Analisis Kemampuan Literasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Kurangnya kemampuan menulis dan
Volume 6 Nomor 2 Halaman 2089-2098. membaca peserta didik 2. Kurangnya
kemampuan pemahaman bacaan peserta
2. Hasyda dan Djenawa (2020) menyatakan bahwa literasi tidak hanya seputar kebahasaan saja, tetapi didik 3. Salahnya konsep guru dalam
pemahaman literasi telah bertransformasi luas pada disiplin disiplin ilmu yang lain. Untuk itu sangatlah memahami literasi 4. Kurangnya minat
penting meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi baca peserta didik 5. Guru belum
kemampuan literasi peserta didik adalah kualitas guru. merancang pembelajaran yang
(Hasyda S, Djenawa, A. 2020. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture Bermedia Mind mengaktifkan peserta didik 6. Kurangnya
Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sosial Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu kemampuan peserta didik dalam
Volume 4 Nomor 3 Halaman 696-706. mengolah informasi

Hasil Wawancara (Kepala Sekolah)

Narasumber: Welem Sulindrik Rumandewai, S.Pd

Waktu : 4 Januari 2024

Menurut pak kepala sekolah : Ada sekitar 20% peserta didik yang kemampuan literasinya berada pada
tingkatan perlu intervensi khusus. Kemampuan literasi dipengaruhi oleh minat baca dan konsep guru dalam
memberikan pemahaman literasi kepada peserta didik. Solusinya adalah peserta didik perlu diajarkannya
membaca aktif, dimana peserta didik mampu menumbuhkan rasa empati, mempertahankan argumen,
perspektif berpikir dari sisi orang lain.

Hasil Wawancara (Rekan sejawat)

Narasumber : Ester Jaya Pabassing, S.Pd,


Waktu : 4 Januari 2024
Menurut Ibu Ester, Masih ada peserta didik yang kemampuan literasinya berada pada tingkatan perlu
intervensi khusus. Indikatornya yaitu kelancaran membaca, ketahanan peserta didik dalam membaca teks,
pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan. Solusinya adalah membudayakan peserta didik untuk gemar
membaca serta guru memberikan latihan latihan atau aktivitas-aktivitas yang bisa membimbing peserta
didik untuk memahami isi bacaan.

5 Guru masih belum KAJIAN LITERASI : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
mengoptimalkan literatur dan wawancara, penyebab Guru
1. Problematika yang dihadapi guru dalam menguasai TIK pada pembelajaran: a) kemampuan dasar guru
pemanfaatan masih belum mengoptimalkan
dalam bidang TIK yang memang masih rendah. b) ketersediaan fasilitas TIK yang masih belum memadahi.
teknologi informasi pemanfaatan teknologi informasi (TIK)
c) Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK dalam proses pembelajaran. Sehingga guru kurang
(TIK) dalam dalam pembelajaran adalah :
terangsang untuk lebih mengembangkan diri. d) Keterbatasan waktu yang digunakan untuk
pembelajaran a) kemampuan dasar guru dalam bidang
mempersiapkan media TIK di dalam pembelajaran. e) Anggapan guru yang menganggap bahwa materi
TIK yang memang masih rendah.
yang ada dibuku sudah cukup untuk mengajarkan siswa dengan baik sehingga tidak diperlukan media TIK.
b) ketersediaan fasilitas TIK yang masih
f) Kenyamanan guru dalam menggunakan metode belajar konvensional, yang dianggap lebih mudah dan
belum memadahi.
tidak menyulitkan. g) Tidak adanya kegiatan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan
c) Sekolah tidak mengharuskan guru
kemampuan guru dalam bidang TIK (Tanti Nurhayati: 2016)
menggunakan TIK dalam proses
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6024/1/093911069.pdf
pembelajaran. Sehingga guru kurang
2. Pada pemanfaatannya, fasilias komputer/laptop/jaringan internet ini seringkali tidak termaksimalkan,
terangsang untuk lebih mengembangkan
sejauh ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
diri.
komunikasi. Guru masih cenderung menggunakan cara-cara tradisional dalam pembelajaran, atau yang d) Keterbatasan waktu yang digunakan
sering disebut dengan pembelajaran berpusat pada guru. Guru aktif sementara peserta didik menjadi untuk mempersiapkan media TIK di
pendengar pasif di dalam kelas. (Kukuh Andri Aka : 2017) dalam pembelajaran.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1228808&val=11388&title= e) Anggapan guru yang menganggap
bahwa materi yang ada dibuku sudah
WAWANCARA :
cukup untuk mengajarkan siswa dengan
Hasil Wawancara (Rekan sejawat) baik sehingga tidak diperlukan media TIK.
f) Kenyamanan guru dalam menggunakan
Narasumber : Ester Jaya Pabassing, S.Pd, metode belajar konvensional, yang
Waktu : 4 Januari 2024
dianggap lebih mudah dan tidak
menyulitkan.
g) Tidak adanya kegiatan
pelatihan pelatihan bagi guru untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam
bidang TI

Menurutnya, Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran karena : 1) Guru Kurang menguasai IT, 2) kurang paham media apa saja yang perlu disiapkan,
3) jaringan internet atau wifi yang belum memadai 4) Sarana dan prasarana pendukung tidak memadai. 5)
Sebagian besar peserta didik belum mempunya HP sebagai alat dalam pembelajaran
Hasil Wawancara (Kepala Sekolah)

Narasumber: Welem Sulindrik Rumandewai, S.Pd

Waktu : 4 Januari 2024

Beliau mengatakan Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam
pembelajaran karena : jaringan internet yang tidak memadai, kurangnya sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran berbasis TIK, guru belum paham dan belum menguasai IT.

Anda mungkin juga menyukai