Anda di halaman 1dari 27

Nama : Ahmad Rif’an, S.Pd.

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
1 Motivasi belajar siswa rendah Kajian literatur Setelah dianalisis berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara
serta dikonfirmasi melalui observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
Menurut Rismawati (2020) menyatakan motivasi belajar yang
pendidikan maka dapat diketahui bahwa penyebab masalah motivasi
dimiliki oleh seorang peserta didik dapat mempengaruhi
hasil belajar yang didapat oleh peserta didik. Masalah dalam belajar siswa rendah adalah sebagai berikut.
motivasi belajar akan memberikan dampak secara langsung 1. Kurangnya pendekatan personal guru kepada peserta didik dalam
terhadap hasil belajar yang diinginkan peserta didik.
proses pembelajaran.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab
rendahnya motivasi dalam belajar di antaranya: 2. Kurangnya kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran
1. ketertarikan terhadap materi, sehingga pembelajaran dirasa kurang menarik dan memotivasi
2. cita-cita peserta didik
siswa.
3. kondisi peserta didik,
4. faktor lingkungan keluarga, 3. Ada permasalahan dalam keluarga ataupun dengan teman sebaya.
5. peran pendidik 4. Sarana dan prasarana kurang mendukung dalam keragaman minat
6. lingkungan berteman
dan bakat siswa.

Menurut Khafid (2008) menyatakan bahwa motivasi belajar


dipengaruhi oleh:
1. Minat siswa
2. Manfaat materi bagi kehidupan siswa
3. Kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran
4. Strategi/teknik/metode pembelajaran guru
5. Perhatian orang tua
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
6. Sarana dan prasarana pembelajaran
7. Suasana pembelajaran

Menurut Permatasari (2018) menyatakan bahwa banyak


faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar
peserta didik yang tidak diperhatikan sehingga membuat
peserta didik tidak dapat belajar dengan kondusif, antara
lain:
1. Faktor Intern
a. Siswa sering jatuh sakit
b. Kurangnya memperhatikan penjelasan guru
c. Siswa tidak konsentrasi saat mengikuti pelajaran
d. Siswa tidak mempunyai rasa percaya diri dalam
mengikuti pelajaran
2. Faktor ekstern
a. Kurangnya metode pembelajaran yang variasi
b. Kurangnya media pembelajaran
c. Kurangnya sumber belajar
d. Kurangnya penegakan disiplin sekolah
e. Lingkungan belajar yang kurang mendukung

Menurut Widodo (2020) menyatakan bahwa motivasi belajar


siswa dipengaruhi oleh:
1. Faktor internal terdiri dari: fisik dan psikologis.
2. Faktor eksternal terdiri dari: sosial, keluarga, lingkungan
pembelajaran, guru, sumber belajar, dan fasilitas belajar.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

Menurut Wahyuningsih (2011) menyatakan bahwa faktor


yang menyebabkan motivasi belajar terdapat dua macam
yaitu :
1. Motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik yang
meliputi sikap, kebutuhan, rangsangan, afeksi, dan
kompetensi.
2. Motivasi yang berasal dari luar peserta didik yaitu
berupa motivasi belajar dari guru, sarana prasarana
sekolah, keadaan orang tua peserta didik, dan kondisi
lingkungan tempat tinggal peserta didik.

Sumber harian berita Kompas (2020) menyebutkan bahwa hal


ini juga dikarenakan:
1. pengaruh sosial media,
2. Banyaknya hiburan (TV dan Youtube),
3. Guru dan orang tua kurang mendorong siswa untuk
rajin membaca,
4. Sarana/media membaca yang kurang,
5. Konsep membaca yang diajarkan tidak bervariasi,
6. Pengaruh game dan lain-lain

Hasil Wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar
1. Guru
a. Pergaulan bebas, sehingga menyebabkan keinginan
untuk belajar semakin menurun
b. Cara guru menyampaikan materi, jika metode
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
pengajaran monoton terkadang sulit dipahami oleh
siswa
c. Masalah dalam keluarga ataupun dengan teman
sebaya juga menjadi penyebab motivasi belajar siswa
menjadi rendah
d. Faktor kemajuan teknologi terkadang membawa
dampak buruk dalam dunia Pendidikan, misalnya
program-program yang kurang mendidik

2. Pakar
a. Pembelajaran masih bersifat konseptual.
b. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
inovatif.
c. Faktor hubungan antara pendidik dan peserta didik
belum akrab

3. Pengawas
1) Motivasi internal rendah
a. Keinginan dalam diri siswa untuk belajar tidak besar
b. Semangat berprestasi untuk meraih juara rendah
c. Percaya diri kurang
2) Motivasi eksternal tidak mendukung
a. Guru kurang memotivasi
b. Tata kelola sekolah kurang mendukung keragaman
bakat & minat siswa
c. Sarana & prasarana belajar kurang.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
2 Kurangnya implementasi rencana Kajian Literatur Setelah dianalisis berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara
pembelajaran (penggunaan serta dikonfirmasi melalui observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
strategi, teknik atau metode yang Faktor yang dapat memengaruhi penerapan RPP ada dua hal, pendidikan dapat diketahui bahwa penyebab masalah adalah sebagai
di gunakan) yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
berikut.
1. Faktor internal yang pertama adalah kompetensi siswa.
1. Guru kurang inovatif, kreatif, dan keliru dalam menggunakan
Setiap siswa mempunyai daya kemampuan,
karakateristik dan nalar berbeda. Kedua, guru yang metode ataupun media pembelajaran
kurang inovatif, kreatif, dan salah dalam menggunakan 2. RPP hanya sebagai dokumen formal administrasi pembelajaran
metode ataupun media pembelajaran yang ingin di (formalitas)
implementasikan. 3. RRP guru masih dirancang oleh pihak lain
2. Faktor eksternal, yaitu fasilitas sekolah yang kurang 4. Guru belum melakukan diagnostik tes kepada peserta didik
memadai untuk menerapkan pembelajaran yang sudah
5. Guru tidak berani keluar dari zona nyaman sehingga hanya
dirancang sedemikian rupa agar bisa diterapkan di
kelas. melakukan pembelajaran yang bersifat praktis.

Menurut Jesica (2017) kurangnya implementasi rencana


pembelajaran guru dikarenakan hal berikut.
(1) Kebiasaan membaca belum dimulai dari rumah,
(2) Perkembangan teknologi yang canggih,
(3) Sarana membaca yang minim

Hasil wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar

1. Kepala Sekolah
a. Guru kurang terampil memanfaatkan waktu luang
untuk mengkaji RPP sebelum mengajar.
b. Guru merasa terbebani jika mengajar harus sesuai
langkah langkah pembelajaran di RPP dan faktor usia
yang lebih suka menggunakan metode ceramah.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
c. Guru kurang memahami bahwa RPP itu penting
dipakai untuk pembelajaran.

2. Guru
a. Belum melakukan tes diagnostik pada peserta didik
b. RRP guru masih dirancang oleh pihak lain
c. Keterbatasan jam mengajar
d. Tergantung situasi atau kondisi dari Tim pengawas
pendidikan
e. Perubahan kurikulum
f. Media dan sumber belajar kurang

3. Pakar
1. RPP hanya sebagai dokumen formal administrasi
pembelajaran (formalitas).
2. Kurangnya kreativitas
3 alokasi waktu tidak cukup.
3. Kompetensi guru kurang.

3 Siswa kesulitan dalam Kajian literatur Setelah dianalisis terhadap hasil kajian literatur dan wawancara
menyampaikan pendapat ketika serta dikonfirmasi melalu observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
sedang diskusi kelompok Menurut Miller (1990:233-237) dalam Karnadi (2009:109) pendidikan dapat diketahui bahwa penyebab masalah siswa kesulitan
menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi dalam menyampaikan pendapat ketika diskusi kelompok adalah sebagai
kemampuan mengutarakan pendapat adalah sebagai berikut: berikut.
1. Faktor internal 1. Sarana mendukung literasi membaca masih kurang.
a. Faktor bawaan (innate drive), yaitu faktor bawaan yang 2. Kurangnya program sekolah dan guru dalam meningkatkan literasi
ditirunkan dari orang tua kepada anak terutama faktor membaca peserta didik.
intelegensi. Anak yang intelegensinya tinggi akan 3. Faktor bawaan
memperlihatkan superioritas linguistik, baik dari 4. Siswa merasa takut salah dan kurang percaya diri.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
segikuantitas maupun dari segi kualitas.
b. Jenis kelamin (sex different). Anak laki-laki cenderung
lebih mampu mengutarakan pendapat karena anak laki-
laki cenderung lebih agresif. Anak yang agresif lebih
berani dalam mengekspresikan ide atau gagasannya.

2. Faktor eksternal
a. Pola asuh orang tua (parenting style). Pola asuh
demokratis di mana orang tua sedikit memberi
kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang
terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya,
dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang
menyangkut dengan kehidupan. Hal itu menyebabkan
anak lebih berani untuk mengutarakan pendapat.
b. Peniruan (modeling). Anak cenderung meniru perilaku
orang-orang di sekitarnya, termasuk dalam hal
mengutarakan pendapat.
c. Hiburan (entertainment). Hiburan seperti radio dan
televisi memiliki andil dalam mempercepat penguasaan
kosa kata pada anak sehingga anak memiliki
ketrampilan berbahasa yang baik. Anak menjadi lebih
percaya diri untuk mengutarakan pendapat kepada
orang lain.
d. Teman sebaya (peer influence). Teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan mengutarakan
pendapat anak. Karena selama disekolah atau dirumah
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
anak banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Anak
memperkaya kosa kata dari proses interaksi dengan
teman sebaya. Anak lebih berani mengungkapkan
perasaan atau ide dengan teman sebaya dibanding
dengan orang yang lebih tua.
e. Pendidikan di sekolah (education). Metode mengajar
guru, prosedur dan kemampuan guruturut
mempengaruhi anak dalam mengutarakan pendapat.
Guru mengajar dengan metode pembelajaran yang
menuntut anak untuk mengutarakan pendapat. Metode
pembelajaran harus inovatif yang bisa menggairahkan
peran serta siswa

Menurut Ferina, dkk (2020) menyatakan bahwa faktor


yang memengaruhi kesulitan berbicara siswa berasal dari
faktor luar dan faktor dalam siswa. Faktor dalam penyebab
kesulitan berbicara ini anak kurang percaya diri, minder, dan
merasa takut. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa
adalah lingkungan sekolah seperti guru, teman, dan keadaan
lingkungan sekitar.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
Hasil wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala
Sekolah, Pengawas, dan Pakar
1. Guru
a. Faktor internal dan eksternal siswa
b. Faktor Keluarga
c. Faktor literasi dan mental
d. Faktor malasnya siswa dalam mengikuti kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler
2. Pakar
a. Sifat introvert .
b. Sulit bicara gagap.
c. Memikirkan akibat.
d. Adaptasi lebih lama.
e. Kurang stimulasi

3. Pengawas
a. Siswa merasa takut salah.
b. Tidak fokus.
c. Tidak terbiasa berbicara secara langsung.
d. Penguasaan kosakata Bahasa Indonesia kurang.
e. Referensi terkait materi kurang,
f. Anak tidak percaya diri.
g. Anak belum terbiasa berbicara dlm sebuah forum.

4. Dosen
a. Siswa kurang percaya diri.
b. Siswa tidak terbiasa berbicara di depan umum
c. Ada siswa tertentu yang mendominasi.
d. Siswa tidak menguasai topik diskusi.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
4 Relasi/hubungan guru dengan Kajian literatur :
orang tua terkait pembelajaran Setelah dianalisis terhadap hasil kajian literatur dan wawancara serta
masih sangat terbatas. 1. Menurut Valeza (2017 :32-39) faktor yang memengaruhi dikonfirmasi melalui observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
orangtua dalam melakukan bimbingan belajar pada anak pendidikan dapat diketahui bahwa penyebab masalah kurangnya
di rumah, yaitu: relasi/hubungan guru dengan orang tua terkait pembelajaran adalah
a. Latar belakang pendidikan orangtua sebagai berikut.
b. Tingkat ekonomi orang tua 1. Latar pendidikan orang tua
c. Jenis pekerjaan orang tua 2. Kesibukan orang tua yang tidak memperhatikan anaknya
d. Waktu yang tersedia 3. Tidak ada buku penghubung antara guru dan orang tua.
e. Jumlah anggota keluarga 4. Kurang memanfaatkan grup wali kelas, misalnya whatsapp.
2. Menurut Grant dan Ray (Suriansyah, 2014:66-68) melihat 5. Kelas sosial dan ekonomi memiliki dampak yang signifikan
dari perspektif hambatan yang bersumber dari guru dalam terkait membangun relasi hubungan antara guru, orang tua,
rangka meningkatkan keterlibatan keluarga, keterlibatan dan pihak sekolah
orang tua murid, dan atau masyarakat di sekolah adalah
mencakup sebagai berikut.
a. Doubts about parent (parent lack training, should not
help with learning)/keraguan tentang orangtua
(orangtua kurang pengetahuan, tidak mampu
membantu belajar). Tenaga pendidik dan bahkan
sekolah secara keseluruhan sering meragukan dan tidak
yakin akan kemampuan orang tua murid dalam
memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada
anak-anak saat belajar di rumah. Di samping itu juga
tidak yakin akan kemampuan dan mungkin juga
kemauan orangtua murid untuk terlibat dalam
menbantu sekolah meningkatkan mutu pendidikan.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
Oleh karena itu, akhirnya program kemitraan di sekolah
dengan masyarakat tidak terlaksana dengan baik dan
optimal.

b. Perceived job limitations (teaching doesn’t involve working


with families) /adanya keterbatasan kerja (mengajar tidak
melibatkan bekerja dengan keluarga).
Keterbatasan kerja yang dirasakan oleh guru dalam
membina kemitraan sebagai akibat dari beban kerja guru
sehari penuh saat berada di sekolah harus berhadapan
dengan siswa, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup
untuk melakukan kolaborasi dengan masyarakat dan
orangtua murid. Demikian juga halnya dengan usaha
melibatkan orangtua murid dalam pembelajaran
dirasakn guru belum memiliki waktu yang cukup, karena
guru harus mengejar target kurikulum yang harus
dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.

c. Negative attitude (prior negative experiences, biases about


families) /sikap negatif (pengalaman sebelumnya
negatif, bisa tentang keluarga).
Pengalaman sebelumnya yang kurang baik dalam
kemitraan dengan keterlibatan orangtua murid atau
masyarakat membuat guru dan pihak sekolah menjadi
enggan untuk melakukan kegiatan kolaborasi dan
kemitraan selanjutnya. Hal ini menjadi penghambat
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
efektivitas pelaksanaan kerjasama sekolah dan
masyarakat secara keseluruhan.

d. Scheduling (classroom schedule inflexible, time conflicts


with parents) /penjadwalan (jadwal kelas tidak fleksibel,
konflik waktu dengan orangtua).
Jadwal pelajaran yang ada di sekolah pada umumnya
sudah ditetapkan secara rigid dan pasti selama jam
pelajaran berlangsung mulai masuk sekolah sampai
pulang sekolah. Akibatnya apabila ingin menggunakan
waktu belajar untuk kegiatan kolaborasi, kerjasama dan
kemitraan jadwal tersebut sangat sulit untuk digunakan.
Di samping itu, waktu yang tersedia dan sesuai untuk
guru belum tentu sesuai untuk masyarakat dan orangtua
murid. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi sekolah memilih
waktu yang tepat (bagi guru dan sekolah serta bagi
masyarakat dan orangtua murid) untuk melakukan
pertemuan, kolaborasi atau kegiatan bersama di sekolah.
e. Curricular constraints (high stakes testing) kendala
kurikuler.
Kurikulum di sekolah telah diatur apa dan kapan
pencapaian target yang harus diselesaikan. Sehingga
telah diatur waktu efektif untuk belajar dalam setiap
semester. Apabila waktu efektif tersebut digunakan
untuk kegiatan lain, maka akan menjadi masalah dalam
pencapaian target kurikulum.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
f. Lack of confidence (fear of being judged by families)
kurangnya kepercayaan (takut dihakimi oleh keluarga).

Hasil Wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar

1. Guru
a. Kesibukan orang tua yang tidak memperhatikan
anaknya
b. Kurangnya sharing pendapat antara orang tua dan guru
terkait perkembangan anak.
c. Latar belakang orang tua/keluarga itu sendiri, misalnya
peserta didik tinggal sama neneknya atau bibinya dan
bukan sama orang tuanya sendiri.
d. Kelas sosial dan ekonomi memiliki dampak yang
signifikan terkait membangun relasi hubungan antara
guru, orang tua, dan pihak sekolah.

2. Teman Sejawat
a. Orangtua kurang memperhatikan
perkembangan belajar anak.
b. Guru jarang berkonsultasi dengan orangtua
terkait perkembangan belajar anak.
c. Orangtua menyerahkan sepenuhnya tanggung
jawab belajar di sekolah.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
d. Sulit mencari orang tua dan rumah yang jauh
e. Ditemukan orangtua siswa yang belum memiliki hp
android.

3. Kepala Sekolah
a. Orang tua jarang menghadiri undangan rapat sekolah
b. Orangtua datang hanya saat anaknya bermasalah
c. Kurangnya kerja sama antarguru dan orang tua siswa
dalam hal menyelesaikan masalah
d. Orang tua tidak perhatian
e. Kurang aktifnya memanfaatkan grup Whatsapp wali
kelas

4. Pengawas
a. Kurangnya kepedulian dari orangtua.
b. Orangtua menyerahkan proses pembelajaran pada
pihak sekolah.
c. Kurangnya kepedulian guru.
d. Faktor ekonomi orangtua.
e. Latar belakang pendidikan orangtua.

5. Pakar
a. Kurangnya komunikasi terkait proses pembelajaran
(formatif).
b. Tidak ada buku penghubung antara guru dan orangtua.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
5 Guru belum maksimal Kajian literatur
mengimplementasikan model- Setelah dianalisis terhadap hasil kajian literatur dan wawancara
model pembelajaran inovatif. 1. Kendala dalam menerapkan pembelajaran inovatif, di serta dikonfirmasi melalu observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
antaranya: pendidikan dapat diketahui bahwa penyebab masalah guru belum
a. Keterbatasan sarana contohnya laboratorium, maksimal mengimplementasikan model-model pembelajaran inovatif
menyulitkan peserta didik untuk melihat dan adalah sebagai berikut.
mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep
materi. 1. Pemahaman guru mengenai model pembelajaran inovatif
b. Memerlukan alokasi waktu yang panjang dibandingkan yang masih rendah.
dengan metode pembelajaran yang lain. 2. Efisiensi waktu, lebih memilih model pembelajaran yang
c. Pemahaman guru mengenai model pembelajaran praktis dibanding yang inovatif
inovatif yang masih rendah, 3. Kendala sarana dan prasana yang terdapat disekolah.
d. Guru merangkap dua posisi di sekolah, dan 4. Pelatihan yang masih kurang
pemahaman model inovatif yang yang masih terbatas,

Hasil wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar

1. Guru
a. Kompetensi guru yang kurang memadai
b. Sarana dan prasarana sekolah belum maksimal
c. Pembiayaan yang tergolong besar
d. Input siswa masih rendah
e. Jaringan internet yang tidak ada
f. Alokasi waktu yang tidak cukup
g. Ketercapaian target kurikulum yang harus dicapai
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

2. Teman Sejawat
a. Guru belum mahir dalam pembuatan video
pembelajaran
b. Sarana media video pembelajaran yang masih kurang
c. Bahasa dalam video pembelajaran yang kurang sesuai
dengan karakter siswa
d. Guru kesulitan mengatur waktu saat proses
pembelajaran, karena memerlukan alokasi waktu yang
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran
yang lain

3. Kepala Sekolah
a. Adanya pola pikir/minsed bahwa metode ceramah lebih
baik.
b. Kurang ada kemauan dalam meningkatkan
keprofesionalan guru.
c. Kurang meng-update metode atau media pembelajaran
yang inovatif
d. Fasilitas yang kurang memadai

4. Pengawas
Faktor internal antara lain:
a. Efisiensi waktu, lebih memilih model pembelajaran yang
praktis dibanding inovatif.
b. Kurangnya pengetahuan dalam hal cara cara
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
kerja/pengaplikasiannya
c. Sarana dan prasana yang kurang memadai

5. Pakar
a. Efisiensi waktu.
b. Daya kreativitas yang rendah
c. Pelatihan kompetensi masih kurang.
d. Supervisi kepala sekolah belum efektif

6. Guru belum memahami dengan Kajian literatur : Analisis eksplorasi penyebab masalah :
baik materi terkait soal Higher Setelah dianalisis terhadap hasil kajian literatur dan wawancara serta
Order Thinking Skill ( HOTS) 1. Kendala yang dialami oleh guru di antaranya, yaitu dikonfimasi melalu observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
keterbatasan waktu untuk menyusun soal HOTS, belum pendidikan kita, dapat diketahui bahwa penyebab masalah guru belum
paham dalam mencari dan mencocokan KKO untuk soal memahami dengan baik materi materi terkait soal HOTS adalah sebagai
HOTS, pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, berikut.
minimnya sosialisasi mengenai pembuatan soal HOTS, dan 1. Guru belum memahami membuat soal HOTS adalah belum
masih membuat soal yang modelnya sama. mampu membedakan antara C3, C4, dan C5. Penyebabnya adalah
2. Menurut Indrawati, dkk (2022) penyebab guru belum kekeliruan dalam menafsirkan kata kerja operasional pada ketiga
memahami membuat soal HOTS adalah belum mampu ranah tersebut.
membedakan antara C3, C4, dan C5. Penyebabnya adalah 2. Keterbatasan waktu guru dalam membuat soal HOTS.
kekeliruan dalam menafsirkan kata kerja operasional pada
ketiga ranah tersebut. Soal-soal yang dibuat para guru
belum maksimal memenuhi standar HOTS.

Hasil wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

1. Guru
a. Keterbatasan waktu guru dalam membuat soal HOTS
b. Pemilihan KD yang terkadang kurang tepat
c. Minimnya sosialisasi tentang pembuatan soal HOTS
d. Pengetahuan guru masih minim terkait soal-soal yang
menganalisis, mencipta dan mengevaluasi

2. Teman Sejawat
a. Guru belum menerapkan pembelajaran HOTS secara
maksimal dan masih melaksanakan pembelajaran
berbasis LOTS
b. Soal berbasis HOTS dianggap lebih sulit
c. Tidak adanya pertemuan antarguru membahas soal
HOTS

3. Kepala Sekolah
a. Guru masih kesulitan dalam menyusun LKPD yang
berbasis HOTS
b. Kurangnya pelatihan tentang HOTS bagi guru
c. Guru belum paham tentang soal HOTS

4. Pengawas
a. Guru kurang memahami cara mencocokkan KKO
dengan HOTS
b. Kuranngnya sosialisasi tentang pembelajaran HOT
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
5. Pakar
a. Guru kurang berfikir secara HOTS
b. Kurang menganalisis soal HOTS
c. Butuh waktu yang cukup
d. Kurangnya pelatigan (Praktik)
e. Penyusunan soal copypaste

7 Guru belum maksimal Kajian literatur


memanfaatkan teknologi/TIK dalam Setelah dianalisis terhadap hasil kajian literatur dan wawancara
pembelajaran 1. Kendala guru dalam pemanfaatan TIK diantaranya, yaitu serta dikonfirmasi melalu observasi yang sesuai dengan kondisi satuan
tidak adanya akses, tidak adanya sarana TIK, pendidikan dapat diketahui bahwa penyebab masalah guru belum
pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, guru tidak maksimal memanfaatkan teknologi/TIK dalam pembelajaran adalah
memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya sebagai berikut.
kemauan guru untuk memanfaatkan TIK. (Sri Lestari 1. Kurangnya sarana dan prasarana (jaringan internet)
2015) 2. Kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang memang masih
rendah.
2. Nurhayati (2015) mengatakan bahwa problematika yang 3. Guru belum mengetahui teknologi yang mau dimanfaatkan
dihadapi guru dalam menguasai TIK disebabkan karena 4. Keterbatasan waktu yang digunakan dalam menyiapkan media TIK
beberapa hal antara lain :
a. Kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang
memang masih rendah.
b. Ketersediaan fasilitas TIK yang masih belum mewadahi.
c. Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK
dalam proses pembelajaran. Sehingga guru kurang
terangsang untuk lebih mengembangkan diri.
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
d. Keterbatasan waktu yang digunakan untuk
mempersiapkan media TIK di dalam pembelajaran.
e. Kenyamanan guru dalam menggunakan metode belajar
konvensional, yang dianggap lebih mudah dan tidak
menyulitkan.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dimaknai bahwa


selain masalah ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana
yang kurang memadai juga ada masalah utama yang perlu
diperbaiki terlebih dahulu yakni mindset bapak/ibu guru kita
yang cenderung kurang aktif dalam merespon
perkembangan teknologi dalam pendidikan serta enggan
untuk keluar dari zona nyaman.

Hasil Wawancara dengan Guru, Teman Sejawat, Kepala


Sekolah, Pengawas, dan Pakar

1. Guru
a. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah kurang
memadai
b. Sebagian guru yang berumur tua yang tidak mampu
mengoperasikan alat seperti laptop dan LCD
proyektor

2. Teman Sejawat
a. Kurang percaya diri dalam mengintegrasikan TIK
No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
b. Kompetensi guru belum memadai
c. Terbatasnya fasilitas belajar
d. Tidak semua guru menguasai platform pembelajaran
3. Kepala Sekolah
a. Minimnya sarana dan prasarana yang tersedia di
sekolah
b. Keterbatasan guru dalam menggunakan media
c. Kemampuan guru menggunakan teknologi, umur,
dan waktu

4. Pengawas
a. Masih ada guru yang termasuk generasi ”tua”
b. Kendala biaya
c. Jaringan internet.
d. Adanya aturan yang kontradiktif yang diterapkan di
sekolah.

5. Pakar
a. Sarana dan prasarana kurang memadai
b. Guru belum mengetahui teknologi yang mau
dimanfaatkan
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, H. (2017, September 11). Hambatan dalam Pelibatan Keluarga/Orangtua/Masyarakat


dalam Praktik Pendidikan di Sekolah. Blogbarabai.com; Blogger.
https://www.blogbarabai.com/2016/05/hambatan-dalam-pelibatan.html

Ferina, O., Ardhyntama, V., Pd, M., Muhammadin, A., Fath, A., Guru, P., Dasar, S., Pgri, S.,
Pendidikan Guru, P., Kunci, K., Kesulitan, F., & Siswa, B. (n.d.). Retrieved September 3, 2022,
from
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/349/2/OCVI%20MILLA%20FERINA_PGSD_AR
2020.pdf

Khafid. M. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar Akuntansi: Motivasi


Belajar sebagai Variabel Intervening. Lembaran Ilmu Kependidikan, 37(1).

Lilis Nur Chotimah, Hety Mustika Ani, Joko Widodo, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Siswa , JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial: Vol 11 No 2 (2017)

Rismawati, R. (2020). Efektivitas Pemanfaatan Bahan Ajar Berbasis Strategi Pembelajaran Debat
Aktif (Active Debate) untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Peserta Didik Kelas XI di SMAN
8 Jeneponto (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
LAMPIRAN

NARASUMBER

1. Akhmad Humaidi, M.Pd. (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaan STKIP PGRI Banjarmasin)
2. Dr. Endang Waryanti, M.Pd. ( Praktisi dan Dosen di UNP PGRI Kediri)

3. Heri Susanto, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris di MTsN 7 Jombang)

4. Hj. Faridah Binti Lasanipa, S.Ag.,M.Ag.

5. Khairani, S.Ag. (Kepala MTsN 11 Hulu Sungai Selatan)


6. La Ode Faisal, S.Pd.

7. La Risi, S.Pd.,M.Pd (Pengawas Sekolah Kabupaten Muna)


8. Muhammad Arsyad, M.Pd. (Dosen FKIP ULM Universitas Lambung Mangkurat dan Asesor
BAN S/M Kalimantan Selatan)
9. Muhammad Alfian Dzulfikar, S.Sos.I (Guru Bimbingan Konseling/BK di MA NU RAUM)

10. Muhammad Najibulloh Muzaki, S.Kom., M.Cs (Pakar Komunikasi dan Dosen di UNP PGRI
Kediri)
11. Noor Sa'adah (Manajer dan Instruktur Lembaga Pelatihan Kerja Eltibiz)
12. Nurhaena, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris di MTss Bacari Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan)
13. Nursinah, S.Ag.,M.Pd. (Pengawas Madrasah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan)

14. Risnawati, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia di MTss Bacari Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan)
15. Sari Sita Wati, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia di MA NU RAUM)

16. Sudar, S.Pd, M.Pd. (Guru sekaligus Praktisi pendidikan tingkat Kabupaten Demak)
INSTRUMEN WAWANCARA

Narasumber : Muhammad Arsyad, M.Pd.


Jabatan : Dosen FKIP ULM Universitas Lambung Mangkurat dan Asesor BAN
S/M Kalimantan Selatan)

1. Menurut pendapat Bapak, apa saja penyebab motivasi belajar siswa rendah?
Jawab:
Pembelajaran masih bersifat konseptual, sebagian guru belum mengaitkan materi
pembelajaran dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kadang
siswa tidak mengetahui manfaat mempelajari suatu materi untuk mendukung
aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa kadang merasa mempelajari
suatu materi itu hanya merupakan kewajiban yang dituntut oleh kurikulum, bukan
melihat dari manfaat langsung yang bisa diambil dari materi pelejaran tersebut.
Selain terkait materi, model pembelajaran yang digunakan oleh guru juga dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan melibatkan seluruh siswa untuk aktif berpartisipasi terutama berbasis project dan
penemuan (disocvery) atau minimal mengamati langsung di lingkungan sekitar akan
lebih memotivasi siswa dalam aktivitas belajar, karena pembelajaran tidak bersifat
abstrak sehingga meminimalisir munculnya rasa bosan pada siswa. Selain itu, model-
model pembelajaran tersebut dapat mendukung pembelajaran kontekstual seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Faktor lain yaitu hubungan antara pendidik dan peserta didik. Agar motivasi siswa
dapat terbangun, maka pendidik harus membuat peserta didik merasa nyaman saat
belajar. Misalnya, siswa yang berupaya aktif dalam pembelajaran harus diapresiasi
apapun hasilnya. Tidak perlu ada sanksi apabila siswa kurang tepat dalam melakukan
sesuatu pada pembelajaran. Tetap diapresiasi namun tetap bantu diluruskan dengan
cara-cara yang tidak membuat siswa berkecil hati.

2. Menurut pendapat Bapak, apa saja yang menjadi penyebab guru kurang
mengimplementasikan/menggunakan RPP dalam pembelajaran?
Jawab:
Pertama, sebagian besar guru hanya menyusun RPP hanya sebagai dokumen formal
administrasi pembelajaran (formalitas). Sehingga terkadang di awal semester guru
menyusun RPP melalui kegiatan MGMP dsb, tetapi setelah RPP tersebut disusun,
dokumen tersebut tidak dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembelajaran setiap
pertemuan. Bahkan terkadang guru hanya mengedit (menyesuaikan) beberapa bagian
dari RPP yang disusun bersama-sama saat MGMP tanpa berusaha untuk menganalisis
bagaimana kebutuhan siswa akan proses/kegiatan belajar dan bagaimana kondisi
sumber daya (sarana dan prasarana) di sekolah, sehingga tidak jarang RPP yang disusun
tidak relevan dengan kondisi yang ada.

Kedua, tuntutan aktivitas pembelajaran yang tertuang pada RPP menuntut adanya
aktivitas 5M yang harus dilakukan oleh siswa dan harus melatihkan 4C pada
keterampilan abad 21. Kenyataannya di lapangan terkadang guru belum mampu untuk
mengimplementasikan hal tersebut karena kurangnya kreativitas dalam merancang
pembelajaran sehingga alokasi waktu tidak cukup atau karena guru perlu peningkatan
kompetensi dalam menerapkan 5M dan 4C tersebut dalam pembelajaran. Namun
sebagian guru juga belum memperoleh kompetensi yang cukup terkait 5M dan 4C
tersebut.
3. Menurut pendapat Bapak, apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
menyampaikan pendapat ketika sedang diskusi kelompok?
Jawab:
Pertama, ada pembiasaan yang kurang tepat dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sejak di tingkat dasar, kadang siswa tidak diapresiasi saat dia menyampaikan pendapat,
apresiasi biasanya cenderung diberikan kepada siswa yang pendapatnya sesuai dengan
guru, sementara siswa yang pendapatnya dianggap salah cenderung tidak diapresiasi
bahkan cenderung untuk diberikan sanksi. Contohnya saat siswa diminta menjawab soal
laithan ke depan atau menjawab secara lisan, kadang saat siswa tersebut menjawab
dengan jawaban kurang tepat siswa malah mendapat hukuman dengan berdiri di depan
kelas, ditambah lagi kadang adanya rekan-rekan siswa lain yang mengolok-olok,
akhirnya hal tersebut menyebabkan siswa takut untuk menyampaikan pendapat saat
diskusi keompok.

Kedua, siswa juga kadang kurang dibiasakan untuk menerima pendapat yang berbeda
dari rekan siswa yang lain. Cara berpikir binary (benar dan salah) masih menjadi
kebiasaan dalam pembelajaran, sehingga sebagian siswa berpikir jika tidak sesuai
dengan pendapatnya maka pendapat tersebut adalah salah. Padahal dalam diskusi, sejak
dini guru harusnya mengajarkan bahwa setiap siswa berhak memberikan pendapatnya,
apapun itu, apabila pendapat tersebut ternyata ada yang kurang, maka siswa tetap harus
diapresiasi karena telah ikut dalam proses berpikir dan berdiskusi.
Dua pendapat di atas akan bisa diatasi dengan penggunaan model pembelajaran yang
tepat dan pembiasaan yang baik oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Menurut pendapat Bapak,, apa saja penyebab kurangnya relasi/hubungan guru dengan
orang tua terkait pembelajaran masih sangat terbatas?
Jawab :
Pertama, kurangnya komunikasi terkait proses pembelajaran misalnya model, materi dan
kemajuan belajar (formatif). Sekolah cenderung berkomunikasi dengan guru hanya saat
siswa mengalami masalah atau saat menyampaikan hasil asesmen sumatif (misalnya saat
pembagian rapor). Komunikasi harusnya bisa dilakukan setiap saat tidak hanya saat siswa
ada masalah atau saat pembagian rapor. Adanya komunikasi di awal semester antara
guru dan orang tua penting untuk dilakukan sehingga orang tua mengetahui apa saja
yang harus dicapai di akhir semester dan bagaimana cara mencapainya, sehingga orang
tua juga akan dapat memberikan dukungan untuk mencapai kompetensi tersebut.

Kedua, hanya sebagian sekolah yang membuat buku penghubung antara guru dan
orang tua yang isinya memuat proses pembelajaran setiap hari atau setiap minggu,
sehingga orang tua juga kesulitan untuk memantau dan mengetahui apa saja yang bisa
dilakukan oleh orang tua untuk mendukung proses pembelajaran.

5. Menurut pendapat Bapak, apa saja yang menyebabkan guru belum maksimal
menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif?
Jawab :
Pertama, sebagian guru masih memiliki kemampuan yang kurang untuk menggunakan
model-model pembelajaran tersebut.

Kedua, sebagian guru merasa untuk menggunakan model tersebut perlu persiapan yang
bagus, untuk menyiapkan pembelajaran tersebut kadang memerlukan tenaga dan waktu
ekstra, padahal pendapat tersebut kurang tepat.

Ketiga, sebagian guru masih memiliki daya kreativitas yang rendah untuk merancang
pembelajaran dengan menggunakan model inovatif, khususnya mengaitkan materi
tertenntu dengan model-model pembajaran tersebut. Misalnya saya pernah bertemu
dengan salah seorang guru, beliau mengutarakan, ”masa, untuk mengajari penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian saja harus menggunakan model discovery.
Padahal dalam pembelajaran guru bisa meminta siswa untuk mempraktikkan hal
tersebut di rumah. Misalnya dimulai dengan menghitung ada berapa orang yang tinggal
dirumah masing-masing, kemudian hitung jumlah sandal yang ada di rumah, lalu ajak
siswa berpikir kenapa jika di dalam rumah ada 6 orang jumlah sandal yang tersedia
misalnya 12 buah. Hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat
kontekstual dan bisa dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian guru masih
kurang kreatif melihat hal-hal tersebut sehingga beranggapan penerapan model-model
pembelajaran inovatif itu sulit. Hal ini perlu terus dilatih kepada guru.

Keempat, kesempatan untuk mendapatkan peningkatan kompetensi untuk menerapkan


model-model tersebut masih kurang. Selain melalui pelatihan guru juga bisa
mengadakan diskusi rutin antar guru di sekolah untuk berbagi pengalaman dan
informasi terbaru atau mengadakan diseminasi antar guru.

Kelima, supervisi kepala sekolah yang belum efektif agar guru menerapkan model
tersebut. Hasil supervisi kepala sekolah dapat mendorong dan memotivasi guru untuk
menerapkan model-model pembelajaran inovatif.

6. Menurut pendapat Bapak, apa saja yang menyebabkan guru belum paham tentang
materi soal yang berbasis HOTS?
Jawab:
Menurut saya, materi soal berbasis HOTS ini memang memerlukan fokus dan
pemikiran yang tidak mudah. Untuk memahami dan menyusun soal yang berbasis HOTS
kadang guru sendiri harus bisa terlebih dahulu berpikir secara HOTS, sehingga memang
perlu waktu, latihan, dan pembiasaan yang agak panjang agar bisa memahami materi
tentang HOTS.
Dalam mempelajari HOTS, guru sebaiknya diajak menganalisis bentuk-bentuk soal
yang berbasis HOTS kemudian diiringi dengan praktek atau workshop. Apabila pelatihan
atau peningkatan kemampuan hanya dalam bentuk teori, maka guru akan kesulitan
dalam memahami bagaimana seharusnya bnetuk sola yang berbasis HOTS. Guru juga
harus banyak berliatih dan saling minta pendapat dengan guru lain terkait soal HOTS
yang sudah disusunnya.
Terkadang dalam menyusun soal, guru lebih banyak menyusun soal yang sifatnya
textbook, ada anggapan yang penting sesuai dengan kompetensi yang akan diukur.
Padahal anggapan ini keliru. Pola pikir seperti ini juga yang kadang membuat guru
kesulitan membuka diri untuk mempelajari dan memahasi soal yang berbasis HOTS

7. Menurut pendapat Bapak, apa penyebab guru belum maksimal memakai teknologi
informasi dalam pembelajaran?
Pertama, masih ada guru yang termasuk generasi ”tua” yang baru menggunakan
teknologi sehingga masih kesulitan beradaptasi dengan teknologi yang ada.

Kedua, penggunaan teknologi kadang memerlukan biaya yang tidak murah sehingga
sebagian guru masin mempertimbangkan efisiensi penggunaan teknologi dalam
pembelajaran

Ketiga, ketersedia sarana teknologi di beberapa daerah kadang masih sangat terbatas,
misalnya terkait dengan jaringan dsb

Keempat, adanya aturan yang kontradiktif, misalnya dengan alasan agar siswa bisa fokus
belajar di sekolah, maka siswa tidak diperbolehkan membawa gawai, sementara sekolah
belum mampu untuk menyediakan gawai bagi siswa untuk digunakan di sekolah saat
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai