Anda di halaman 1dari 16

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : ATIRINA ZALUKHU, S.Pd


Nomor UKG : 201500571200
Asal Sekolah : SD Negeri 076071 Lasara Lafau

Masalah yang Analisis eksplorasi


Hasil eksplorasi
No. telah penyebab
penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1. Pedagogik, 1. Guru mengajar dengan ceramah saja. 1. Guru mengajar
Literasi dan 2. Siswa tidak memberikan umpan balik dengan ceramah
Numerasi pada saat pembelajaran sedang saja.
berlangsung. 2. Siswa tidak
Pedagogik : 3. Minimnya pengetahuan guru tentang memberikan
pembelajaran inovatif umpan balik pada
Rendahnya motivasi
saat pembelajaran
belajar siswa KAJIAN LITERATUR :
sedang
1. Menurut Amna Emda (2017)
berlangsung.
dinyatakan bahwa faktor-faktor
3. Guru jarang
yang mempengaruhi motivasi
mengikuti
belajar antara lain:
workshop tentang
1) Cita-cita/aspirasi siswa
cara meningkatkan
2) Kemampuan siswa
motivasi belajar
3) Kondisi siswa dan lingkungan
siswa
4) Unsur-unsur dinamis dalam
4. Minimnya
belajar
pengetahuan guru
5) Upaya guru dalam
tentang
membelajarkan siswa
pembelajaran
https://www.portalbaraya.com/
inovatif
pendidikan/pr-
5375530892/contoh-lk-12-
eksplorasi-penyebab-masalah-
ppg-daljab-2022?page=2
2. Rohman (2018) faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
1) Tempat belajar
2) Fungsi fisik
3) Kecerdasan
4) Sarana dan prasarana
5) Waktu
6) kebiasaan belajar siswa
7) Faktor guru
8) orang tua
9) faktor emosional siswa
10) Kesehatan
11) Teman
https://www.portalbaraya.com/
pendidikan/pr-
5375530892/contoh-lk-12-
eksplorasi-penyebab-masalah-
ppg-daljab-2022?page=2

3. Menurut Winarno Surachman


(1998:35),
”Pendekatan metode ceramah
kurang mampu menarik minat
siswa, sehinggga
mengakibatkan rendahnya
kemampuan penalaran siswa.
https://www.kompasiana.com/
iffahnadiya/5dbe4163d541df5
5d4469c23/peran?page=all&pa
ge_images=1
4. Hattie dan Timperley (2007)
mengatakan bahwa umpan balik
terkait dengan tindakan atau
informasi yang diberikan oleh guru
yang memberikan informasi mengenai
aspek kinerja atau pemahaman
seseorang.
https://maglearning.id/2020/03/20/m
anfaat-penting-umpan-balik-feedback-
dalam-pembelajaran/
5. Menurut Prawiradilaga ada beberapa
aspek yang mempengaruhi inovasi,
yaitu kebaruan, temuan ulang,
kekhasan, manfaat relatif, sesuai,
rumit, dapat dicoba dan dapat
diamati. Inovasi juga merupakan
penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau diketahui
sebelumnya terkait dengan suatu ide,
metode, ataupun produk
http://eprints.umsida.ac.id/1526/1/K
ONSEP%20PEMBELAJARAN%20INOVA
TIF.pdf

HASIL WAWANCARA GURU,


KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWAS :

1. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Pembelajaran berpusat pada
guru, metode yangdi gunakan
hanya ceramah.
 Pelatihan yang diberikan
sudah cukup tapi guru
kurang mengembangkan
dirinya.
2. Menurut Kepala Sekolah
(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Guru kurang kreatif dalam
mengembangkan metode
pembelajaran inovatif
 Pembelajaran masih
terpusatpada guru, murid
kurang termotivasi dan
merasa bosan
3. Menurut Pakar Pendidikan /
Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Guru tidak menerapkan
metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik
siswa

Literasi. 1. Banyak di antara siswa yang tidak 1. Guru tidak


membaca buku pada rak sudut baca menerapkan
Rendahnya kelas. pelaksanaan
kemampuan siswa 2. Siswa tidak mengungkapkan kembali literasi sebelum
dalam menemukan isi teks bacaan yang sudah dibacanya. pembelajaran
informasi pada buku 3. Siswa tidak mampu menjawab dimulai
yang dibacanya. pertanyaan lisan mengenai teks 2. Banyak di antara
bacaan. siswa yang tidak
membaca buku
KAJIAN LITERATUR : pada rak sudut
1. Kemendikbud (2016: 17) baca kelas.
menjelaskan bahwa sudut baca 3. Siswa tidak
merupakan sebuah ruangan yang memanfaatkan
terletak di sudut kelas yang waktu luang
dilengkapi dengan koleksi buku dan untuk membaca
berperan sebagai perpanjangan buku
fungsi perpustakaan. 4. Siswa tidak
http://repository.ump.ac.id/3559/3 mengungkapkan
/BAB%20II.pdf kembali isi teks
2. Kurniawan, dkk (2013, hlm. 2) bacaan yang sudah
menjelaskanbahwa “keterampilan dibacanya.
membaca pemahaman merupakan 5. Siswa tidak mampu
kemampuan seseorangdalam bekerja menjawab
secara motorik dan mengoptimalkan pertanyaan lisan
fungsi mental yangberhubungan mengenai teks
dengan kegiatan kognitif untuk dapat bacaan.
memahami isi bacaan secaradetail
serta dapat memaknai bacaan
dengan cepat dan tepat”.

http://repository.upi.edu/39465/2/
S_PGSD_1503667_Chapter1.pdf
3. Farr, 1969, menjelaskan bahwa
karakteristik kemampuan memahami
bacaan tingkat menengah antara lain
:
 memahami arti kata-kata sesuai
penggunaanya dalam wacana
 mengenali susunan organisasi
wacana dan antar hubungan
bagian-bagiannya
 mengenali pokok-pokok pikiran
yang terungkapkan
 mampu menjawab
pertanyaanpertanyaan yang
jawabannya secara eksplisit
terdapat di wacana
 mampu menarik inferensi
tentang isi wacana
http://lib.unnes.ac.id/29146/1/1401
412104.pdf

HASIL WAWANCARA GURU,


KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWAS :
1. Menurut teman sejawat Dedi
Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Jarang dilaksanakan literasi
sebelum belajar
 Sedikitnya buku pada
pojok-pojok baca di dalam
kelas

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Kurang aktifnya petugas
perpustakaan untuk
mengelola perpustakaan
 Guru jarang menanyakan
kembali isi bacaan yang
telah dibaca siswa

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Pelaksanaan kegiatan literasi
kurang
 Sedikitnya buku di
perpustakaan

Numerasi : 1. Rendahnya pengetahuan guru 1. Guru tidak


dalam menciptakan media mampu
Rendahnya prestasi pembelajaran yang menarik pada mengintegrasi
belajar siswa dalam materi matematika. numerasi dalam
menyelesaikan soal- 2. Kurangnya kemampuan guru berbagai mata
soal numerasi dalam menguasai materi numerasi pelajaran.
2. Rendahnya
KAJIAN LITERATUR : pengetahuan
1. Ambarwati (2021) Menyebutkan guru dalam
rendahnya kemampuan literasi menciptakan
numerasi siswa disebabkan media
karena pemilihan model dan pembelajaran
media embelajaran yang kurang yang menarik
sesuai. Adapun pembelajaran pada materi
yang masih bergantung pada matematika.
guru, dimana guru hanya 3. Kurangnya
menggunakan pembelajaran kemampuan
konvensional, sehingga siswa guru dalam
kurang aktif dalam pelaksanaan menguasai
pembelajaran materi
https://j- numerasi
cup.org/index.php/cendekia/artic
le/view/829
2. Priyani, (2022) Menyatakan
Terdapat berbagai faktorpenyebab
rendahnya kemampuan literasi
numerasi yang dimiliki siswa:
 siswa belum terbiasa untuk
mengerjakan soal-soal
berbasis literasi, dimana
gurucenderung
memberikan soal yang
dapatlangsung dapat
diselesaiakan siswa
 Guru masih berfokus pada
hafalan, bukan pada
pengembangan kemampuan
bernalar
 Guru juga belum optimal
dalam mengembangkan
mediapembelajaran, model
maupun strategi belajar
untuk
mendukungoptimalisasi
literasi numerasi
https://media.neliti.com/media
/publications/431701-none-
8f499752.pdf
3. Sugimin (2022) Menyatakan
Pembelajaran matematika yang
dilakukan saat ini cenderung
didominasi oleh kegiatan guru,
sedangkan siswa bersifat pasif
yang hanya mendengar dan
memperhatikan penjelasan dari
guru. guru menjelaskan
(ceramah), siswa mendengarkan
sambil mencatat, guru bertanya,
siswa menjawab, siswa
mengerjakan soal latihan
dengan cara yang dituntun
guru.
https://cakrawala.upstegal.ac.id/i
ndex.php/cakrawala/article/dow
nload/186/153

HASIL WAWANCARA GURU,


KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWAS :
1. Menurut teman sejawat Dedi
Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Jarang dilaksanakan
penerapan numerasi lintas
mata pelajaran
 Sebagian guru kurang
mampu menyelesaikan
soal-soal numerasi

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Adanya guru yang tidak
mampu membuat soal
numerasi yang baik
 Kurangnya bimbingan
guru terhadap penerapan
numerasi

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Minimnya referensi buku
tentang soal numerasi
2. Kesulitan belajar siswa 1. Guru tidak memberikan motivasi 1. Guru tidak
termasuk siswa kepada siswa jarang
berkebutuhan khusus 2. Guru belum bisa menciptakan melibatkan
dan masalah pembelajaran yang siswa dalam
pembelajaran menyenangkan pembelajaran
(berdiferensiasi) di 3. Pembelajaran masih berpusat 2. Guru
kelas berdasarkan kepada guru. tidakmampu
pengalaman KAJIAN LITERATUR : mengelpla
mahasiswa saat 1. Menurut Fillmore H. Standford kelas dengan
menjadi guru : dalam buku Mangkunegara baik.
(2017:93) mengatakan bahwa 3. Guru tidak
Partisipasi siswa dalam “motivation as an energizing memberikan
pelaksanaan condition of the organism that motivasi
pembelajaran sangat services to direct that organism kepada siswa
rendah. toward the goal of a certain class” 4. Guru belum
(motivasi sebagai suatu kondisi bisa
yang menggerakkan manusia ke menciptakan
arah suatu tujuan tertentu). pembelajaran
http://repositori.unsil.ac.id/618/4 yang
/BAB%20II.pdf menyenangkan
2. Uno (2017:23), mengatakan 5. Pembelajaran
bahwa motivasi belajar masih berpusat
merupakan dorongan internal dan kepada guru.
eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk 11
mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur
yang mendukung.
https://eprints.uny.ac.id/18578/4/
BAB%20II.pdf
3. Menurut Rusman (2011 : 326),
pembelajaran menyenangkan
(joyfull instruction) merupakan
suatu proses pembelajaran yang
didalamnya terdapat suatu kohesi
yang kuat antara guru dan siswa,
tanpa ada perasaan terpaksa atau
tertekan.
https://sc.syekhnurjati.ac.id/essca
mp/files_dosen/modul/Pertemua
n_12TAR1080328.pdf
4. Menurut Kember (1997), SCL
(Student Centered
Learning)merupakan sebuah
kutub proses pembelajaran yang
menekankan siswa sebagai
pembangun pengetahuan
sedangkan kutub yang lain adalah
guru sebagai agen yang
memberikan pengetahuan sebagai
fasilitator saja
https://core.ac.uk/download/2308
22657.pdf

HASIL WAWANCARA GURU,


KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWAS :
1. Menurut teman sejawat Dedi
Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Murid tidak bisa
memberikan refleksi
terhadap materi
pembelajaran
 Sebagian guru kurang
mampu mengelolah kelas
dengan baik

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Adanya guru yang tidak
mampu menciptakan
pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan
 Kurangnya pengetahuan
guru tentang cara agar
siswa berperan aktif dalam
pembelajaran

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Guru masih melaksanakan
pembelajaran kovensional

3. Membangun 1. Orang tua kurang 1. Orang tua


relasi/hubungan memperhatikan kebutuhan kurang
dengan siswa dan anaknya dalam belajar. memperhatikan
orang tua siswa : 2. Orang tua menyerahkan kebutuhan
sepenuhnya masalah anaknya dalam
Kurangnya relasi pendidikan anak kepada guru. belajar.
antara guru dengan 3. Adanya orang tua siswa yang 2. Orang tua
orang tua siswa/wali selalu membela menyerahkan
terkait kemampuan 4. anaknya tanpa tahu dulu apa sepenuhnya
belajar siswa. masalah yang masalah
5. sebenarnya pendidikan
1. Cahyati & Kusumah, (2020) anak kepada
menyatakan bahwa selama guru.
3. Adanya orang
pembelajaran dirumah atau
tua siswa yang
daring, banyak orang tua yang selalu membela
kurang dalam memahami materi anaknya tanpa
yang diberikan oleh pihak tahu dulu apa
sekolah atau guru orang, orang masalah yang
tua menganggap tugas yang sebenarnya
diberikan terlihat sulit sehingga 4. Guru tidak
memiliki
mereka sulit untuk
kemampuan
menyampaikannya kepada anak. dalam
https://media.neliti.com/media/ menciptakan
publications/436530-none- pembelajaran
b16b3c05.pdf yang inovatif
2. Sagala, (2011 :104) menyatakan
5. Tidak ada usaha
guru dalam
bahwa perhatian orang tua dan
meningkatkan
motivasi orang tua memiliki kompetensinya
peran pokok dalam dalam hal
membangkitkan minat dan menciptakan
motivasi belajar anak. model-model
http://repository.upi.edu/3463/ pembelajaran.
10/S_KOM_0908119_BIBLIOGR
APHY.pdf
3. Subarto, (2020). Menyatakan
bahwa dalam proses
pembelajaran di rumah, pastilah
anak mengalami kecemasan,
stress, sedih, bosan, jenuh, dan
perasaan lainnya sehingga
menurunkan minat belajar anak.
Bagi anak seperti ini disinilah
peran orang tua sangat
dibutuhkan agar anak memiliki
self-regulating sehingga mampu
mengajarkan dirinya dalam
upaya memberikan penguatan
secara internal. Bila anak telah
memulai membangun
penguatan di dalam dirinya
sesuai dengan tugas-tugas
pembelajaran yang dijalaninya
hal ini akan memberikan
dampak yang signifikan bagi diri
anak.
https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/PIUOK/arti
cle/download/4739/2894

1. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Guru memberikan soal yang
sulit difahami orangtua
 Orang tua tidak
memahami materi
pembelajaran

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Adanya guru yang tidak mau
berkomuniksi dengan
orangtua
 Kurangnya kepedulian
orang tua terhadap
anaknya.

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Sekolah sulit menjalin
hubungan dengan orang tua

4. Pemahaman/ 1. Guru tidak memiliki kemampuan 1. Guru tidak


pemanfaatan model- dalam menciptakan pembelajaran memiliki
model pembelajaran yang inovatif kemampuan
inovatif berdasarkan 2. Tidak ada usaha guru dalam dalam
karakteristik materi meningkatkan kompetensinya menciptakan
dan siswa : dalam hal menciptakan model- pembelajaran
model pembelajaran. yang inovatif
Rendahnya KAJIAN LITERATUR : 2. Guru tidak
kemampuan guru 1. Rohyati (2022) Menyatakan mengikuti
dalam menggunakan Untuk mengoptimalkan workshop
pembelajaran yang kemampuan kognitif guru harus tentang
inovatif berdasarkan Pembelajaran
memiliki strategi. Strategi yang
karakteristik materi Inovatif
dan siswa. dapat upayakan oleh guru 3. Tidak ada usaha
adalah strategi dalam guru dalam
penerapan model pembelajaran meningkatkan
yang inovatif. kompetensinya
https://journal.ikipsiliwangi.ac.i dalam hal
d/index.php/jpmi/article/view/1 menciptakan
model-model
1065
pembelajaran.
2. Menurut kamus bahasa
Indonesia (2003) kata “inovasi”
mengangdung arti pengenalan
hal-hal yang baru atau
pembaharuan”. Inovasi juga
berarti penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada
atau yang sudah dikenal
sebelumnya (gagasan, metode,
atau alat).
https://www.e-
journal.umc.ac.id/index.php/pro
/article/view/2236/1332
3. Syah dan Kariadinata (2009: 16)
menyatakan bahwa
Pembelajaran inovatif dapat
menyeimbangkan fungsi otak
kiri dan kanan apabila dilakukan
dengan cara mengintegrasikan
media/alat bantu terutama yang
berbasis teknologi baru/maju ke
dalam proses pembelajaran
tersebut
https://afidburhanuddin.wordpr
ess.com/2014/01/17/konsep-
dasar-metode-pembelajaran-
inovatif/
4. Ibrahim, (1988) bahwa inovasi
yang dilakukan oleh seorang
guru lebih ditekankan pada
kegiatan mengajar, karena ia
diserahi tugas dan wewenang
mengelola kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah
ditetapkan.
https://afidburhanuddin.wordpr
ess.com/2014/01/17/konsep-
dasar-metode-pembelajaran-
inovatif/
5. Mustofa: (2007: 76). Dalam
upaya pembangunan pendidikan
nasional, sangat diperlukan guru
(pendidik) dalam standard mutu
kompetensi dan profesionalisme
yang terjamin (Mustofa: 2007:
76).
https://media.neliti.com/media/
publications/17245-ID-upaya-
pengembangan-
profesionalisme-guru-di-
indonesia.pdf

1. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Guru kurang memahami
model-model pembelajaran
inovatif
 Guru tidak mau belajar
menerapkan
pembelajaran inovatif

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Guru belum memahami
beberapa model atau metode
pembelajaran yang inovatif.
 Beban mengajar guru yang
terlalu banyak sehingga tidak
punya waktu lagi untuk
merancang pembelajaran yang
inovatif.
 Terkendala dengan sarana
prasarana yang kurang di
sekolah

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Pendidik tidak memiliki
kreativitas untuk
mengembangkan
metode/model/pendekatan
dalam pembelajaran
 Guru malas karena tidak
didukung dengan suasana kelas
dan fasilitas
 Guru bersifat tidak
perduli/egois terhadap
perkembangan pesertadidik

5. Materi terkait Literasi 1. Guru tidak melaksanakan 1. Siswa belum


numerasi, Advanced pembimbingan terhadap siswa mampu bernalar
material, miskonsepsi, yang tidak mampu menyelesaikan kritis
HOTS. soal HOTS.
2. Guru belum
2. Guru jarang memberikan soal-
Siswa kurang mampu soal HOTS kepada siswa. menerapkan
menyelesaikan soal 3. Guru tidak mampu membuat pembelajaran
HOTS. media pembelajaran dengan aktif yang
memnggunakan TIK memungkinkan
4. Guru tidak bisa memanfaatkan siswa mampu
in fokus sebagai media mengekplorasi
pembelajaran.
kemampuan
KAJIAN LITERATUR : berpikirnya
1. Mesi Aryani menyatakan
bahwa Penyebab guru banyak
menggunakan metode
ceramah dikarenakan kurang
mendapatkan pelatihan
mengenai pembelajaran HOTS
dan soal HOTS
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/in
dex.php/nara/article/download/1
2/13
2. Setiawati etal, ( 2018)
menyatakan bahwa Penulisan
soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar
keterampilan dalam menulis
soal (konsruksi soal), dan
kreativitas guru dalam memilih
stimulus soal sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah di
sekitar satuan pendidikan
https://digilibadmin.unismuh
.ac.id/upload/27008-
Full_Text.pdf
3. Anderson dan Krathwohl (2001)
menyatakan bahwa menurut
taksonomi Bloom yang sudah
direvisi proseskognitif dibagi
menjadi dua, yaitu kemampuan
berpikir tingkat rendah(Lower
Order Thinking Skill/LOTS)
dankemampuan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking
Skill/HOTS). Kemampuan
mengingat (C1-remember),
memahami (C2-understand),dan
menerapkan (C3-apply) termasuk
LOTS, sedangkan kemampuan
menganalisis (C4- analyze),
mengevaluasi (C5- evaluate), dan
mencipta (C6-create) termasuk
dalam cakupan HOTS.
https://repository.usd.ac.id/34846
/2/151134041_full.pdf

1. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Guru belum
membiasakan siswa
untuk berpikir kritis
 Soal yang diberikan
guru masihLOTS
 Siswa belum
terbiasa
mengerjakan
soal HOTS

2. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Guru belum
membiasakan konsep
pembelajaran yang
bermakna (Meaningful
Learning)
 Guru belum
melakukan
pembelajaran yang
berpusat pada siswa

1. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :

 Guru belum biasa


melatih siswa
menyelesaikan soal
HOTS karena guru
jarang memberi latihan
soal HOTS akibatnya
siswa salah dalam
mendeskripsikan
pertanyaan-pertanyaan
dari soal

6. Pemanfaatan 1. Guru tidak mampu membuat 1. Guru tidak


teknologi/inovasi media pembelajaran dengan mampu
dalam pembelajaran. memnggunakan TIK membuat
2. Guru tidak bisa memanfaatkan media
Rendahnya in fokus sebagai media pembelajaran
Kemampuan guru pembelajaran. dengan
dalam menggunakan KAJIAN LITERATUR : memnggunakan
media pembelajaran 1. Pentingnya media TIK
yang menarik dan pembelajaran 2. Guru tidak bisa
berbasis teknologi interaktif sebab proses memanfaatkan
pembelajaran merupakan in fokus
interaksi dua arah antara sebagai media
guru dengan siswa melalui pembelajaran.
komunikasiyang aktif dari
keduanya
(Syahroni dkk., 2020).
https://repo.undiksha.ac.id/119
64/3/1811031264-
BAB%201%20PENDAHULUAN.p
df
2. Permasalahan yang di alami
guru pada saat
pembelajaran daring yaitu
lemahnya penguasaan IT,
keterbatasan fasilitas
pendukung dan akses
jaringan internet
(Wahyuningsih et al., 2021)
https://ejournal.undiksha.ac.id
/index.php/JP2/article/downlo
ad/38941/19697/96589
3. Pembelajaran mengingat
potensi TIK itu sendiri dalam
memfasilitasi dan
mengoptimalkan proses belajar
siswa yang menurut
Siahaan (2010) antara lain:
a. membuat konkrit konsep
yang abstrak,
b. membawa obyek yang
berbahaya atau sukar
didapat ke dalam
lingkungan belajar,; 3)
menampilkan obyek yang
terlalu besar,
c. menampilkan obyekyang
tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang,
d. mengamati gerakan yang
terlalu cepat,
e. memungkinkan siswa
berinteraksi langsung
dengan lingkungannya; 7)
memungkinkan
keseragaman pengamatan
dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa;
f. membangkitkan motivasi
belajar siswa;
g. menyajikan informasi
belajar secarakonsisten,
akurat, berkualitas dan
dapat diulang
penggunaannya atau
disimpan
h. sesuai dengan
kebutuhan; atau 10)
menyajikan pesan belajar
secaraserempak untuk
lingkup sasaran yang
sedikit/kecil atau
banyak/luas, mengatasi
batasan waktu (kapan saja)
maupun ruang di mana
saja.
http://staff.uny.ac.id/sites/def
ault/files/penelitian/Dr.%20Chr
istina%20Ismaniati,%20M.Pd./
Penggunaan%20Teknologi%20I
nformasi%20dan%20komunika
si%20dalam%20peningkatan%2
0kualitas%20pembelajaran.pdf

1. Menurut teman sejawat Dedi


Candra Bugis, S.Pd.
menjelaskan bahwa :
 Masih jarang guru yang
mendayagunakan media
pembelajaran sebagai alat
untuk membantu
meningkatkan kegiatan
pembelajaran

2. Menurut Kepala Sekolah


(Talibudi Zendrato, S.Pd.,M.M)
menjelaskan bahwa :
 Guru tidak memahami media
pembelajaran berbasis TIK

3. Menurut Pakar Pendidikan /


Pengawas Sekolah (Adisa Lase,
S.Pd.) menjelaskan bahwa :
 Guru kesulitan
menentukan alokasi
waktu pembelajaran
 Guru suka cara yang
instan dengan copy paste
perangkat pembelajaran
tanpa memperhatikan
karakteristik

Anda mungkin juga menyukai