Anda di halaman 1dari 16

Nama : Liaizati, S.Pd.

Kelas : 002
NIM : 2022084263

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Rendahnya motivasi Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
belajar peserta didik 1. Minat peserta didik dalam belajar yang rendah, peserta didik malas hasil pengalaman penulis, kajian
kelas 5. dalam membaca dan memahami soal secara mandiri. literatur, dan hasil wawancara
2. Rendahnya usaha peserta didik untuk belajar secara mandiri. (teman sejawat, kepala sekolah dan
3. Kurangnya perhatian peserta didik ketika membahas materi yang sulit pakar guru penggerak) dapat
dipahami. diketahui bahwa penyebab masalah
4. Kurangnya pemberian reward atau apresiasi dari guru. rendahnya motivasi belajar peserta
didik kelas 5 adalah sebagai berikut.
Berdasarkan kajian literatur: 1. Faktor dalam diri peserta didik
1. Berdasarkan hasil penelitian Wann Nurdiana Sari, Murtono & Erik yaitu kurangnya kesadaran
Aditia Ismaya tahun 2021 dengan judul Peran Guru dalam peserta didik akan pentingnya
Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa Kelas V SDN belajar.
Tambahmulyo 1 Vol.1 No.11 Universitas Muria Kudus dengan link
https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/472/395 2. Latar belakang kondisi keluarga
DOI: https://doi.org/10.47492/jip.v1i11.472 yang kurang mendukung
motivasi anak untuk belajar.
Faktor yang menjadi pendukung guru dalam meningkatkan minat belajar 3. Guru masih kurang dalam
siswa yaitu keinginan siswa itu sendiri, sarana prasarana, lingkungan memberikan reward atau
sekitar, dan keluarga. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi apresiasi kepada peserta didik.
cenderung menunjukkan perasaan tertarik dan berpartisipasi aktif saat 4. Belum optimalnya inovasi
pembelajaran. pembelajaran yang menarik
perhatian peserta didik.
2. Berdasarkan hasil penelitian dari Palittin dan Purwanty tahun 2019
dengan judul Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
Volume 6 Nomor 2, Magistra: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
dengan link
http://www.ejournal.unmus.ac.id/index.php/magistra/article/view/1801
DOI: https://doi.org/10.35724/magistra.v6i2.1801

Motivasi yang dimiliki oleh siswa merupakan penggerak semangat untuk


belajar. Ada dua faktor yang mempengaruhi motifasi yaitu faktor
intrinsik (faktor kesehatan, faktor psikologi, minat, bakat, intelegensi,
dan kesiapan) dan faktor ekstrinsik (faktor keluarga, faktor sekolah, dan
juga faktor masyarakat).
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara teman sejawat (Guru DD)
a. Peserta didik belum memahami pentingnya belajar.
b. Materi pembelajaran yang disajikan kurang menarik.
c. Kurangnya dukungan dari orangtua dan keluarga dalam kemajuan
belajar.
2. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K)
a. Kurangnya dukungan dari orangtua.
b. Kurangnya kesadaran peserta didik terhadap tanggung jawab sebagai
pelajar.
c. Belum optimalnya inovasi pembelajaran yang menarik perhatian
peserta didik.
3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK)
a. Latar belakang kondisi lingkungan keluarga.
b. Guru belum maksimal dalam menggunakan inovasi pembelajaran
baik dari segi model maupun media pembelajaran.
c. Kondisi siswa yang mengalami masalah kesehatan jasmani/rohani.
2 Peserta didik kelas 5 Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
kurang aktif dalam 1. Peserta didik hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. hasil pengalaman penulis, kajian
mengikuti 2. Banyak peserta didik yang kurang merespon ketika diberi kesempatan literatur, dan hasil wawancara
pembelajaran. untuk bertanya tentang materi. (teman sejawat, guru dan pakar guru
3. Banyak peserta didik yang tidak aktif maju ke depan kelas untuk penggerak) dapat diketahui bahwa
menyampaikan pendapat atau presentasi. penyebab masalah peserta didik
4. Kurangnya rasa percaya diri pada peserta didik. kelas 5 kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran adalah sebagai berikut.
Berdasarkan kajian literatur: 1. Rasa percaya diri pada peserta
1. Berdasarkan penelitian dari Farida Payon, F., Andrian, D., dan didik yang masih rendah.
Mardikarini, S tahun 2021 dengan judul Faktor yang Mempengaruhi 2. Kurangnya pemahaman peserta
Keaktifan Belajar Peserta Didik Kelas III SD Jurnal Ilmiah Kontekstual didik terhadap materi yang
dengan link diajarkan.
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/kontekstual/article/view/397 3. Pembelajaran yang masih
DOI: https://doi.org/10.46772/kontekstual.v2i02.397 berpusat pada guru (teacher
center).
Faktor internal yang mempengaruhi keaktifan belajar yaitu faktor 4. Guru belum menerapan model
fisiologis meliputi keadaan fisik (panca indra), sedangkan faktor pembelajaran yang inovatif.
psikologis meliputi perhatian, tanggapan, dan ingatan. Faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi keaktifan belajar adalah faktor nonsosial
yaitu tempat dan fasilitas serta faktor sosial yaitu guru dan teman
sebaya.

Berdasarkan hasil wawancara:


1. Wawancara teman sejawat (Guru DD)
a. Tingkat percaya diri peserta didik yang masih rendah.
b. Pembelajaran yang monoton.
c. Kondisi kesehatan peserta didik.
d. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang
diajarkan.
2. Wawancara guru (Guru Kelas RH)
a. Penerapan model pembelajaran yang belum inovatif.
b. Pembelajaran masih teacher center.
c. Pengaruh teman sebaya yang sering menganggu ketika belajar.
3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK)
a. Metode dan media pembelajaran yang belum diterapkan guru dalam
proses pembelajaran.
b. Belum menggunakan media yang berbasis teknologi yang menarik
perhatian siswa.
c. Pembelajaran yang belum berpusat pada peserta didik.
3 Ada peserta didik Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
kelas 5 yang masih 1. Kurangnya pembiasaan membaca baik di rumah ataupun di sekolah. hasil pengalaman penulis, kajian
belum lancar 2. Kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan peserta didik. literatur, dan hasil wawancara
membaca. 3. Peserta didik tersebut masih membutuhkan bimbingan secara khusus (teman sejawat, guru dan pakar guru
dalam membaca, sehingga peserta didik tersebut selalu menyelesaikan penggerak) dapat diketahui bahwa
tugas paling akhir. penyebab masalah ada peserta didik
4. Kurangnya kesadaran peserta didik pentingnya kemampuan membaca kelas 5 yang masih belum lancar
dalam menyelesaikan tugas sehari-hari. membaca adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal yaitu kurangnya
Berdasarkan kajian literatur: kesadaran dan keinginan peserta
1. Berdasarkan jurnal oleh Magdalena Elendiana tahun 2020 dengan judul didik untuk lancar membaca.
Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Jurnal 2. Hasil asessmen peserta didik yang
Pendidikan dan Konseling JPdK Volume 2 No1 pada link menyatakan peserta didik
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/5 membutuhkan pendampingan
72 khusus dalam belajar.
DOI: https://doi.org/10.31004/jpdk.v2i1.572 3. Kurangnya pembiasaan membaca
baik di rumah ataupun di sekolah.
Rendahnya minat baca siswa bisa jadi dari lingkungan keluarga dan 4. Peran serta orangtua kurang
lingkungan sekolah yang kurang mendukung aktivitas membaca serta maksimal dalam membimbing
kurangnya keinginan dan kemauan dari siswa itu sendiri. peserta didik ketika di rumah.
2. Berdasarkan jurnal oleh Ade Irma Suryani tahun 2020 dengan judul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Siswa
(Studi Kasus di SDN 105 Pekanbaru) Volume 9 Nomor 1 dengan link
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7860

Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen


yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi
dan menjadi otomatis. Adapun fakor yang mempengaruhi kemampuan
membaca siswa di kelas tinggi yaitu fakor intelektual dan faktor
psikologis.

Berdasarkan hasil wawancara:


1. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K)
a. Hasil asessmen yang menyatakan peserta didik membutuhkan
pendampingan khusus.
b. Keterbatasan kompetensi orangtua dalam membimbing peserta didik
di rumah.
c. Kurangnya pembiasaan membaca.
2. Wawancara dengan guru (Guru Kelas RH)
a. Kurangnya motivasi peserta didik untuk lancar membaca.
b. Kegiatan membaca belum dijadikan rutinitas.
c. Keterbatasan bimbingan membaca secara khusus baik di sekolah
maupun di rumah.
3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK)
a. Peserta didik tersebut memiliki kondisi yang berbeda dengan teman
yang lain.
b. Kurangnya pembiasaan literasi membaca di sekolah.
c. Kurangnya perhatian guru maupun orang tua.

4 Guru belum Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap


mengoptimalkan 1. Guru masih kesulitan menentukan model pembelajaran yang sesuai hasil pengalaman penulis, kajian
model pembelajaran dengan materi pembelajaran. literatur, dan hasil wawancara
yang inovatif sesuai 2. Keterbatasan waktu menjadikan guru kesulitan dalam merealisasikan (teman sejawat, kepala sekolah dan
dengan karakteristik inovasi dalam pembelajaran. pakar pengawas sekolah) dapat
materi. 3. Adanya keterbatasan alat dan bahan untuk membuat pembelajaran diketahui bahwa penyebab masalah
inovatif. guru belum mengoptimalkan model
4. Kurangnya pemahaman guru mengenai sintaks model pembelajaran. pembelajaran yang inovatif sesuai
dengan karakteristik materi adalah
Berdasarkan kajian literatur: sebagai berikut.
1. Berdasarkan jurnal dari Tibahary, A., dan Muliana, M tahun 2018 1. Pemahaman guru mengenai
dengan judul Model-Model Pembelajaran Inovatif Scolae: Journal of berbagai macam model
Pedagogy, 1(1), 54-64 dengan link pembelajaran inovatif masih
http://ejurnal.stkipdamsel.ac.id/index.php/scl/article/view/12 kurang.
DOI: https://doi.org/10.56488/scolae.v1i1.12 2. Guru belum memahami sintaks
dalam setiap model pembelajaran
Kurangnya pemahaman guru mengenai berbagai macam model inovatif.
pembelajaran inovatif. 3. Guru masih kesulitan
menentukan model pembelajaran
2. Berdasarkan penelitian oleh Fahrurrozi Fahrurrozi, Yofita Sari, Alya yang sesuai dengan materi
Rahmah tahun 2022 dengan judul Pemanfaatan Model Project Based pembelajaran.
Learning sebagai Stimulus Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam 4. Keterbatasan waktu dalam
Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Volume 4 Nomor 3 dengan link menyusun model pembelajaran
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/2794 dengan menyesuaikan media
DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2794 pembelajaran.
5. Pola pikir guru yang masih
Guru masih terbiasa mengajarkan siswanya dengan pembelajaran nyaman dengan model
konvensional melalui model pembelajaran yang kurang mengajak siswa pembelajaran konvensional.
untuk berpikir kreatif.

Berdasarkan hasil wawancara:


1. Wawancara Teman Sejawat (Guru DD)
a. Guru belum memahami sintaks dalam setiap model pembelajaran.
b. Keterbatasan waktu dalam menyusun model pembelajaran dengan
menyesuaikan media pembelajaran.
c. Tuntutan terselesaikannya materi yang terlalu banyak.
2. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K)
a. Pemikiran guru yang masih nyaman dengan model pembelajaran
konvensional.
b. Kurangnya pemahaman guru mengenai berbagai macam model
pembelajaran.
c. Keterbatasan pelatihan-pelatihan terkait dengan model pembelajaran
inovatif.
3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah)
a. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga dalam menerapkan
pembelajaran inovatif.
b. Guru belum paham sintak-sintak pada model pembelajaran inovatif.
c. Inovasi atau kreativitas guru belum sepenuhnya diterapkan dalam
proses pembelajaran.
d. Guru enggan belajar tentang model-model pembelajaran inovatif
karena berada di zona nyaman.
5 Peserta didik masih Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
kesulitan dalam 1. Guru masih kurang dalam memberikan latihan soal yang berbasis hasil pengalaman penulis, kajian
menyelesaikan soal HOTS. literatur, dan hasil wawancara
HOTS. 2. Instrumen penilaian yang dibuat guru masih menggunakan ranah (teman sejawat, guru dan pakar
kognitif C1, C2, dan C3. pengawas sekolah) dapat diketahui
3. Peserta didik belum memahami langkah-langkah penyelesaian soal bahwa penyebab masalah peserta
HOTS dengan baik. didik masih kesulitan dalam
4. Kurangnya diklat/workshop mengenai penyusunan soal HOTS bagi menyelesaikan soal HOTS adalah
guru. sebagai berikut.
1. Guru kesulitan menyesuaikan
Berdasarkan kajian literatur: indikator yang berbasis HOTS.
1. Berdasarkan jurnal oleh Subroto Rapih dan Sutaryadi tahun 2018 dengan 2. Instrumen penilaian yang dibuat
judul Perpektif Guru Sekolah Dasar terhadap Higher Order Tinking guru masih menggunakan ranah
Skills (HOTS): Pemahaman, Penerapan dan Hambatan, Premiere kognitif C1, C2, dan C3.
Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Volume 8(1) 3. Peserta didik belum dibiasakan
dengan link mengerjakan soal HOTS.
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/2560/pdf 4. Peserta didik belum memahami
DOI: 10.25273/pe.v8i1.2560 materi yang berorientasi HOTS.
5. Guru belum memfasilitasi dengan
Permasalahan utama yaitu guru belum mengetahui bagaimana cara baik hal-hal terkait pemecahan
mengajarkan pembelajaran yang menuju HOTS. Faktor-faktor yang soal HOTS, baik metode
mempengaruhi HOTS antara lain: lingkungan kelas, karakteristik pembelajaran maupun media
keluarga, karakteristik psikologis, dan kecerdasan. untuk menunjang penyelesaian
soal HOTS.
2. Berdasarkan jurnal oleh I. A. N. T. Widhiyani dan I. N. Sukajaya, G.
Suweken tahun 2019 dengan judul Pengembangan Soal Higher Order
Thinking Skills untuk Pengkategorian Kemampuan Pemecahan Masalah
Geometri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika
Indonesia Vol. 8 No. 2 dengan link
https://ejournal-pasca.undiksha.ac.id/index.php/JPM/article/view/2854
DOI: https://doi.org/10.23887/jppm.v8i2.2854

Adapun karakteristik-karakteristik soal HOTS adalah sebagai berikut:


a. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.
b. Berbasis permasalahan kontekstual.
c. Menggunakan bentuk soal beragam

Berdasarkan hasil wawancara:


1. Wawancara Teman Sejawat (Guru DD)
a. Peserta didik yang belum memahami materi.
b. Guru belum membiasakan peserta didik mengerjakan soal HOTS.
c. Keterbatasan guru dalam merancang soal berbasis HOTS.
2. Wawancara Guru (Guru Kelas RH)
a. Guru kesulitan menyesuaikan indikator yang berbasis HOTS.
b. Peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal HOTS.
c. Soal HOTS yang terlalu panjang menjadikan peserta didik malas
untuk mengerjakan.
3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah)
a. Motivasi peserta didik dalam belajar masih rendah.
b. Kebutuhan peserta didik dalam mencari sumber-sumber belajar
masih pasif.
c. Kurangnya pemahaman materi dalam soal HOTS.
d. Guru belum memfasilitasi dengan baik hal-hal terkait pemecahan
soal HOTS, baik metode pembelajaran maupun media untuk
menunjang penyelesaian soal HOTS.

6 Pemanfaatan Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap


teknologi/ inovasi 1. Ketersediaaan sarana perangkat teknologi yang terbatas di sekolah. hasil pengalaman penulis, kajian
yang belum optimal 2. Guru masih menggunakan PPT sederhana dalam pembelajaran. literatur, dan hasil wawancara
dalam pembelajaran. 3. Keterbatasan waktu guru untuk membuat media pembelajaran yang (kepala sekolah, guru dan pakar
berbasis IT dikarenakan adanya beban tugas yang lain. pengawas sekolah) dapat diketahui
4. Guru belum aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan IT. bahwa penyebab masalah
pemanfaatan teknologi/ inovasi yang
Berdasarkan kajian literatur: belum optimal dalam pembelajaran
1. Berdasarkan jurnal oleh Budiyono tahun 2020 dengan judul Inovasi adalah sebagai berikut.
Pemanfaatan Teknologi Sebagai Media Pembelajaran di Era Revolusi 1. Kompetensi guru dalam
4.0 Vol.6, No.2 dengan link penggunaan IT masih terbatas.
https://e- 2. Persiapan penggunaan teknologi
journal.undikma.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/2475/ dalam pembelajaran
1918 membutuhkan banyak waktu.
DOI: https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2475 3. Kurangnya pengetahuan guru
dalam pembuatan video
Seorang pendidik perlu menempatkan fungsi media berbasis teknologi pembelajaran yang menarik.
secara tepat, jika media sebagai perantara berarti pemanfaatan media 4. Keterbatasan waktu guru untuk
pembelajaran adalah mengupayakan seluruh perangkat yang dapat membuat media pembelajaran
membantu menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. yang berbasis IT dikarenakan
adanya beban tugas yang lain.
2. Berdasarkan jurnal oleh Sutria Ningsih, dkk tahun 2020 dengan judul 5. Pola pikir guru yang beranggapan
Problematika Guru dalam Menggunakan Teknologi Informasi dan bahwa lebih mudah
Komunikasi (TIK) dan Implikasinya di Sekolah Dasar, Jurnal PAJAR menggunakan cara belajar
(Pendidikan dan Pengajaran) Volume 4 Nomor 2 dengan link konvensional.
https://www.researchgate.net/publication/341138202_PROBLEMATI
KA_GURU_DALAM_MENGGUNAKAN_TEKNOLOGI_INFORM
ASI_DAN_KOMUNIKASI_TIK_DAN_IMPLIKASINYA_DI_SEKO
LAH_DASAR
DOI:10.33578/pjr.v4i3.7964

Problem/kendala yang terjadi dalam penggunaan TIK di sekolah dasar


seperti: menguras waktu, terbatasnya jumlah infokus, siswa kurang
fokus terhadap materi, tidak tersedianya jaringan internet dan tidak
tersedianya layar infokus.

Berdasarkan hasil wawancara:


1. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K)
a. Kompetensi guru yang masih terbatas dalam penggunaan IT.
b. Sarana dan prasarana sekolah yang terbatas.
c. Pelatihan mengenai penggunaan IT masih terbatas.
2. Wawancara Guru (Guru Kelas RH)
a. Kurang memiliki wawasan implementasi teknologi dalam
pembelajaran.
b. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan.
c. Kurangnya pengetahuan guru dalam pembuatan video pembelajaran
yang menarik.
3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah)
a. Guru membutuhkan waktu yang lama untuk menyiapkan
pembalajaran yang menggunakan teknologi.
b. Pola pikir guru yang beranggapan bahwa lebih mudah menggunakan
cara belajar konvensional.
c. Kompetensi guru dalam penggunaan teknologi kurang memadai.
d. Guru kurang mengembangkan kemampuan dalam menggunakan
teknologi.

Anda mungkin juga menyukai