No Hasil eksplorasi penyebab masalah diidentifikasi masalah 1 Rendahnya motivasi Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap belajar peserta didik 1. Minat peserta didik dalam belajar yang rendah, peserta didik malas hasil pengalaman penulis, kajian kelas 5. dalam membaca dan memahami soal secara mandiri. literatur, dan hasil wawancara 2. Rendahnya usaha peserta didik untuk belajar secara mandiri. (teman sejawat, kepala sekolah dan 3. Kurangnya perhatian peserta didik ketika membahas materi yang sulit pakar guru penggerak) dapat dipahami. diketahui bahwa penyebab masalah 4. Kurangnya pemberian reward atau apresiasi dari guru. rendahnya motivasi belajar peserta didik kelas 5 adalah sebagai berikut. Berdasarkan kajian literatur: 1. Faktor dalam diri peserta didik 1. Berdasarkan hasil penelitian Wann Nurdiana Sari, Murtono & Erik yaitu kurangnya kesadaran Aditia Ismaya tahun 2021 dengan judul Peran Guru dalam peserta didik akan pentingnya Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa Kelas V SDN belajar. Tambahmulyo 1 Vol.1 No.11 Universitas Muria Kudus dengan link https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/472/395 2. Latar belakang kondisi keluarga DOI: https://doi.org/10.47492/jip.v1i11.472 yang kurang mendukung motivasi anak untuk belajar. Faktor yang menjadi pendukung guru dalam meningkatkan minat belajar 3. Guru masih kurang dalam siswa yaitu keinginan siswa itu sendiri, sarana prasarana, lingkungan memberikan reward atau sekitar, dan keluarga. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi apresiasi kepada peserta didik. cenderung menunjukkan perasaan tertarik dan berpartisipasi aktif saat 4. Belum optimalnya inovasi pembelajaran. pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. 2. Berdasarkan hasil penelitian dari Palittin dan Purwanty tahun 2019 dengan judul Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Volume 6 Nomor 2, Magistra: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan dengan link http://www.ejournal.unmus.ac.id/index.php/magistra/article/view/1801 DOI: https://doi.org/10.35724/magistra.v6i2.1801
Motivasi yang dimiliki oleh siswa merupakan penggerak semangat untuk
belajar. Ada dua faktor yang mempengaruhi motifasi yaitu faktor intrinsik (faktor kesehatan, faktor psikologi, minat, bakat, intelegensi, dan kesiapan) dan faktor ekstrinsik (faktor keluarga, faktor sekolah, dan juga faktor masyarakat). Berdasarkan hasil wawancara: 1. Wawancara teman sejawat (Guru DD) a. Peserta didik belum memahami pentingnya belajar. b. Materi pembelajaran yang disajikan kurang menarik. c. Kurangnya dukungan dari orangtua dan keluarga dalam kemajuan belajar. 2. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K) a. Kurangnya dukungan dari orangtua. b. Kurangnya kesadaran peserta didik terhadap tanggung jawab sebagai pelajar. c. Belum optimalnya inovasi pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. 3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK) a. Latar belakang kondisi lingkungan keluarga. b. Guru belum maksimal dalam menggunakan inovasi pembelajaran baik dari segi model maupun media pembelajaran. c. Kondisi siswa yang mengalami masalah kesehatan jasmani/rohani. 2 Peserta didik kelas 5 Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap kurang aktif dalam 1. Peserta didik hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. hasil pengalaman penulis, kajian mengikuti 2. Banyak peserta didik yang kurang merespon ketika diberi kesempatan literatur, dan hasil wawancara pembelajaran. untuk bertanya tentang materi. (teman sejawat, guru dan pakar guru 3. Banyak peserta didik yang tidak aktif maju ke depan kelas untuk penggerak) dapat diketahui bahwa menyampaikan pendapat atau presentasi. penyebab masalah peserta didik 4. Kurangnya rasa percaya diri pada peserta didik. kelas 5 kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran adalah sebagai berikut. Berdasarkan kajian literatur: 1. Rasa percaya diri pada peserta 1. Berdasarkan penelitian dari Farida Payon, F., Andrian, D., dan didik yang masih rendah. Mardikarini, S tahun 2021 dengan judul Faktor yang Mempengaruhi 2. Kurangnya pemahaman peserta Keaktifan Belajar Peserta Didik Kelas III SD Jurnal Ilmiah Kontekstual didik terhadap materi yang dengan link diajarkan. http://jurnal.umus.ac.id/index.php/kontekstual/article/view/397 3. Pembelajaran yang masih DOI: https://doi.org/10.46772/kontekstual.v2i02.397 berpusat pada guru (teacher center). Faktor internal yang mempengaruhi keaktifan belajar yaitu faktor 4. Guru belum menerapan model fisiologis meliputi keadaan fisik (panca indra), sedangkan faktor pembelajaran yang inovatif. psikologis meliputi perhatian, tanggapan, dan ingatan. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi keaktifan belajar adalah faktor nonsosial yaitu tempat dan fasilitas serta faktor sosial yaitu guru dan teman sebaya.
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara teman sejawat (Guru DD) a. Tingkat percaya diri peserta didik yang masih rendah. b. Pembelajaran yang monoton. c. Kondisi kesehatan peserta didik. d. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. 2. Wawancara guru (Guru Kelas RH) a. Penerapan model pembelajaran yang belum inovatif. b. Pembelajaran masih teacher center. c. Pengaruh teman sebaya yang sering menganggu ketika belajar. 3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK) a. Metode dan media pembelajaran yang belum diterapkan guru dalam proses pembelajaran. b. Belum menggunakan media yang berbasis teknologi yang menarik perhatian siswa. c. Pembelajaran yang belum berpusat pada peserta didik. 3 Ada peserta didik Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap kelas 5 yang masih 1. Kurangnya pembiasaan membaca baik di rumah ataupun di sekolah. hasil pengalaman penulis, kajian belum lancar 2. Kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan peserta didik. literatur, dan hasil wawancara membaca. 3. Peserta didik tersebut masih membutuhkan bimbingan secara khusus (teman sejawat, guru dan pakar guru dalam membaca, sehingga peserta didik tersebut selalu menyelesaikan penggerak) dapat diketahui bahwa tugas paling akhir. penyebab masalah ada peserta didik 4. Kurangnya kesadaran peserta didik pentingnya kemampuan membaca kelas 5 yang masih belum lancar dalam menyelesaikan tugas sehari-hari. membaca adalah sebagai berikut. 1. Faktor internal yaitu kurangnya Berdasarkan kajian literatur: kesadaran dan keinginan peserta 1. Berdasarkan jurnal oleh Magdalena Elendiana tahun 2020 dengan judul didik untuk lancar membaca. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Jurnal 2. Hasil asessmen peserta didik yang Pendidikan dan Konseling JPdK Volume 2 No1 pada link menyatakan peserta didik https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/5 membutuhkan pendampingan 72 khusus dalam belajar. DOI: https://doi.org/10.31004/jpdk.v2i1.572 3. Kurangnya pembiasaan membaca baik di rumah ataupun di sekolah. Rendahnya minat baca siswa bisa jadi dari lingkungan keluarga dan 4. Peran serta orangtua kurang lingkungan sekolah yang kurang mendukung aktivitas membaca serta maksimal dalam membimbing kurangnya keinginan dan kemauan dari siswa itu sendiri. peserta didik ketika di rumah. 2. Berdasarkan jurnal oleh Ade Irma Suryani tahun 2020 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Siswa (Studi Kasus di SDN 105 Pekanbaru) Volume 9 Nomor 1 dengan link https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7860
Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen
yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Adapun fakor yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa di kelas tinggi yaitu fakor intelektual dan faktor psikologis.
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K) a. Hasil asessmen yang menyatakan peserta didik membutuhkan pendampingan khusus. b. Keterbatasan kompetensi orangtua dalam membimbing peserta didik di rumah. c. Kurangnya pembiasaan membaca. 2. Wawancara dengan guru (Guru Kelas RH) a. Kurangnya motivasi peserta didik untuk lancar membaca. b. Kegiatan membaca belum dijadikan rutinitas. c. Keterbatasan bimbingan membaca secara khusus baik di sekolah maupun di rumah. 3. Wawancara pakar (Guru Penggerak Ibu EK) a. Peserta didik tersebut memiliki kondisi yang berbeda dengan teman yang lain. b. Kurangnya pembiasaan literasi membaca di sekolah. c. Kurangnya perhatian guru maupun orang tua.
4 Guru belum Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
mengoptimalkan 1. Guru masih kesulitan menentukan model pembelajaran yang sesuai hasil pengalaman penulis, kajian model pembelajaran dengan materi pembelajaran. literatur, dan hasil wawancara yang inovatif sesuai 2. Keterbatasan waktu menjadikan guru kesulitan dalam merealisasikan (teman sejawat, kepala sekolah dan dengan karakteristik inovasi dalam pembelajaran. pakar pengawas sekolah) dapat materi. 3. Adanya keterbatasan alat dan bahan untuk membuat pembelajaran diketahui bahwa penyebab masalah inovatif. guru belum mengoptimalkan model 4. Kurangnya pemahaman guru mengenai sintaks model pembelajaran. pembelajaran yang inovatif sesuai dengan karakteristik materi adalah Berdasarkan kajian literatur: sebagai berikut. 1. Berdasarkan jurnal dari Tibahary, A., dan Muliana, M tahun 2018 1. Pemahaman guru mengenai dengan judul Model-Model Pembelajaran Inovatif Scolae: Journal of berbagai macam model Pedagogy, 1(1), 54-64 dengan link pembelajaran inovatif masih http://ejurnal.stkipdamsel.ac.id/index.php/scl/article/view/12 kurang. DOI: https://doi.org/10.56488/scolae.v1i1.12 2. Guru belum memahami sintaks dalam setiap model pembelajaran Kurangnya pemahaman guru mengenai berbagai macam model inovatif. pembelajaran inovatif. 3. Guru masih kesulitan menentukan model pembelajaran 2. Berdasarkan penelitian oleh Fahrurrozi Fahrurrozi, Yofita Sari, Alya yang sesuai dengan materi Rahmah tahun 2022 dengan judul Pemanfaatan Model Project Based pembelajaran. Learning sebagai Stimulus Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam 4. Keterbatasan waktu dalam Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Volume 4 Nomor 3 dengan link menyusun model pembelajaran https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/2794 dengan menyesuaikan media DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2794 pembelajaran. 5. Pola pikir guru yang masih Guru masih terbiasa mengajarkan siswanya dengan pembelajaran nyaman dengan model konvensional melalui model pembelajaran yang kurang mengajak siswa pembelajaran konvensional. untuk berpikir kreatif.
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara Teman Sejawat (Guru DD) a. Guru belum memahami sintaks dalam setiap model pembelajaran. b. Keterbatasan waktu dalam menyusun model pembelajaran dengan menyesuaikan media pembelajaran. c. Tuntutan terselesaikannya materi yang terlalu banyak. 2. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K) a. Pemikiran guru yang masih nyaman dengan model pembelajaran konvensional. b. Kurangnya pemahaman guru mengenai berbagai macam model pembelajaran. c. Keterbatasan pelatihan-pelatihan terkait dengan model pembelajaran inovatif. 3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah) a. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga dalam menerapkan pembelajaran inovatif. b. Guru belum paham sintak-sintak pada model pembelajaran inovatif. c. Inovasi atau kreativitas guru belum sepenuhnya diterapkan dalam proses pembelajaran. d. Guru enggan belajar tentang model-model pembelajaran inovatif karena berada di zona nyaman. 5 Peserta didik masih Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap kesulitan dalam 1. Guru masih kurang dalam memberikan latihan soal yang berbasis hasil pengalaman penulis, kajian menyelesaikan soal HOTS. literatur, dan hasil wawancara HOTS. 2. Instrumen penilaian yang dibuat guru masih menggunakan ranah (teman sejawat, guru dan pakar kognitif C1, C2, dan C3. pengawas sekolah) dapat diketahui 3. Peserta didik belum memahami langkah-langkah penyelesaian soal bahwa penyebab masalah peserta HOTS dengan baik. didik masih kesulitan dalam 4. Kurangnya diklat/workshop mengenai penyusunan soal HOTS bagi menyelesaikan soal HOTS adalah guru. sebagai berikut. 1. Guru kesulitan menyesuaikan Berdasarkan kajian literatur: indikator yang berbasis HOTS. 1. Berdasarkan jurnal oleh Subroto Rapih dan Sutaryadi tahun 2018 dengan 2. Instrumen penilaian yang dibuat judul Perpektif Guru Sekolah Dasar terhadap Higher Order Tinking guru masih menggunakan ranah Skills (HOTS): Pemahaman, Penerapan dan Hambatan, Premiere kognitif C1, C2, dan C3. Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Volume 8(1) 3. Peserta didik belum dibiasakan dengan link mengerjakan soal HOTS. http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/2560/pdf 4. Peserta didik belum memahami DOI: 10.25273/pe.v8i1.2560 materi yang berorientasi HOTS. 5. Guru belum memfasilitasi dengan Permasalahan utama yaitu guru belum mengetahui bagaimana cara baik hal-hal terkait pemecahan mengajarkan pembelajaran yang menuju HOTS. Faktor-faktor yang soal HOTS, baik metode mempengaruhi HOTS antara lain: lingkungan kelas, karakteristik pembelajaran maupun media keluarga, karakteristik psikologis, dan kecerdasan. untuk menunjang penyelesaian soal HOTS. 2. Berdasarkan jurnal oleh I. A. N. T. Widhiyani dan I. N. Sukajaya, G. Suweken tahun 2019 dengan judul Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skills untuk Pengkategorian Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Indonesia Vol. 8 No. 2 dengan link https://ejournal-pasca.undiksha.ac.id/index.php/JPM/article/view/2854 DOI: https://doi.org/10.23887/jppm.v8i2.2854
Adapun karakteristik-karakteristik soal HOTS adalah sebagai berikut:
a. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. b. Berbasis permasalahan kontekstual. c. Menggunakan bentuk soal beragam
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara Teman Sejawat (Guru DD) a. Peserta didik yang belum memahami materi. b. Guru belum membiasakan peserta didik mengerjakan soal HOTS. c. Keterbatasan guru dalam merancang soal berbasis HOTS. 2. Wawancara Guru (Guru Kelas RH) a. Guru kesulitan menyesuaikan indikator yang berbasis HOTS. b. Peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal HOTS. c. Soal HOTS yang terlalu panjang menjadikan peserta didik malas untuk mengerjakan. 3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah) a. Motivasi peserta didik dalam belajar masih rendah. b. Kebutuhan peserta didik dalam mencari sumber-sumber belajar masih pasif. c. Kurangnya pemahaman materi dalam soal HOTS. d. Guru belum memfasilitasi dengan baik hal-hal terkait pemecahan soal HOTS, baik metode pembelajaran maupun media untuk menunjang penyelesaian soal HOTS.
6 Pemanfaatan Berdasarkan pengalaman: Setelah dilakukan analisis terhadap
teknologi/ inovasi 1. Ketersediaaan sarana perangkat teknologi yang terbatas di sekolah. hasil pengalaman penulis, kajian yang belum optimal 2. Guru masih menggunakan PPT sederhana dalam pembelajaran. literatur, dan hasil wawancara dalam pembelajaran. 3. Keterbatasan waktu guru untuk membuat media pembelajaran yang (kepala sekolah, guru dan pakar berbasis IT dikarenakan adanya beban tugas yang lain. pengawas sekolah) dapat diketahui 4. Guru belum aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan IT. bahwa penyebab masalah pemanfaatan teknologi/ inovasi yang Berdasarkan kajian literatur: belum optimal dalam pembelajaran 1. Berdasarkan jurnal oleh Budiyono tahun 2020 dengan judul Inovasi adalah sebagai berikut. Pemanfaatan Teknologi Sebagai Media Pembelajaran di Era Revolusi 1. Kompetensi guru dalam 4.0 Vol.6, No.2 dengan link penggunaan IT masih terbatas. https://e- 2. Persiapan penggunaan teknologi journal.undikma.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/2475/ dalam pembelajaran 1918 membutuhkan banyak waktu. DOI: https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2475 3. Kurangnya pengetahuan guru dalam pembuatan video Seorang pendidik perlu menempatkan fungsi media berbasis teknologi pembelajaran yang menarik. secara tepat, jika media sebagai perantara berarti pemanfaatan media 4. Keterbatasan waktu guru untuk pembelajaran adalah mengupayakan seluruh perangkat yang dapat membuat media pembelajaran membantu menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. yang berbasis IT dikarenakan adanya beban tugas yang lain. 2. Berdasarkan jurnal oleh Sutria Ningsih, dkk tahun 2020 dengan judul 5. Pola pikir guru yang beranggapan Problematika Guru dalam Menggunakan Teknologi Informasi dan bahwa lebih mudah Komunikasi (TIK) dan Implikasinya di Sekolah Dasar, Jurnal PAJAR menggunakan cara belajar (Pendidikan dan Pengajaran) Volume 4 Nomor 2 dengan link konvensional. https://www.researchgate.net/publication/341138202_PROBLEMATI KA_GURU_DALAM_MENGGUNAKAN_TEKNOLOGI_INFORM ASI_DAN_KOMUNIKASI_TIK_DAN_IMPLIKASINYA_DI_SEKO LAH_DASAR DOI:10.33578/pjr.v4i3.7964
Problem/kendala yang terjadi dalam penggunaan TIK di sekolah dasar
seperti: menguras waktu, terbatasnya jumlah infokus, siswa kurang fokus terhadap materi, tidak tersedianya jaringan internet dan tidak tersedianya layar infokus.
Berdasarkan hasil wawancara:
1. Wawancara Kepala Sekolah (Ibu K) a. Kompetensi guru yang masih terbatas dalam penggunaan IT. b. Sarana dan prasarana sekolah yang terbatas. c. Pelatihan mengenai penggunaan IT masih terbatas. 2. Wawancara Guru (Guru Kelas RH) a. Kurang memiliki wawasan implementasi teknologi dalam pembelajaran. b. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan. c. Kurangnya pengetahuan guru dalam pembuatan video pembelajaran yang menarik. 3. Wawancara pakar (Pengawas Sekolah) a. Guru membutuhkan waktu yang lama untuk menyiapkan pembalajaran yang menggunakan teknologi. b. Pola pikir guru yang beranggapan bahwa lebih mudah menggunakan cara belajar konvensional. c. Kompetensi guru dalam penggunaan teknologi kurang memadai. d. Guru kurang mengembangkan kemampuan dalam menggunakan teknologi.