Anda di halaman 1dari 11

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa:
Asal Institusi:
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah
yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab
masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk
menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Rendahnya KAJIAN LITERATUR: 1.
Motivasi belajar 1. Rendahnya motivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, sikap belajar siswa
siswa rendah yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang,
(PEDAGOGIK) dan tingkat kepuasan belajar yang rendah. (Rike Kurnia Sari/2021)

2. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi
jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan
upaya guru
membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012).
2 Peserta didik sulit KAJIAN LITERATUR: Setelah dilakukan
memahami apa 1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, mengenai faktor-faktor prediktor yang analisis terhadap kajian
yang mereka baca mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman dilihat dari aspek kompetensi literatur dan
linguistik, maka terbentuk empat faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca wawancara, penyebab
pemahaman pada siswa kesulitan membaca pemahaman yaitu: (1) faktor kosakata, Peserta didik sulit
(2) faktor makna kata, (3) faktor gramatikal, (4) faktor pembeda memahami apa yang
kalimat. (Eviani Damastuti: 2015) mereka baca yaitu:
2. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan membaca. Umunya, a. tingkat intelegensi
kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada b. kemampuan
bacaan yang dibacanyadan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor– faktor itu antara berbahasa
lain :
a. tingkat intelegensi c. sikap dan minat
b. kemampuan berbahasa d. keadaan bacaan
c. sikap dan minat e. kebiasaan membaca
d. keadaan bacaan f. pengetahuan tentang
e. kebiasaan membaca cara membaca
f. pengetahuan tentang cara membaca g. latar belakang sosial,
g. latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. ekonomi dan
h. emosi budaya.
widyasari :2019 h. emosi siswa
https://www.academia.edu/40972450/Meningkatkan_kemampuan_
memahami_bacaan_melalui_ pelatihan_aspek_pemahaman_bacaan
3 Hubungan KAJIAN LITERASI
komunikasi antar 1. Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat
guru dan orang tua
dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga,
peserta didik
terkait dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling
pembelajaran mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang
masih kurang
tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
(Membangun pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai
relasi/hubungan)
keberhasilan dalam belajar. (Anis Pusitaningtyas: 2016)
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan antara orang
tua dan guru antara lain yaitu kurangnya kemampuan orang tua dalam menggunakan
media sosial, signal yang kurang memadai dan waktu yang kurang dalam berkomunikasi .
(Nadha Luthfiyah Firdaus : 2022)
https://digilib.uinsby.ac.id /51809/2/Nadha%20Luthfiyah%20Firdaus_D97217063.pdf.
4 Penggunaan model KAJIAN LITERATUR
pembelajaran 1. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran diantaranya adalah
inovatif yang masih dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah-
belum maksimal langkah pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran. (Indah Fajar
Friani, Sulaiman, Mislinawati: 2017)
2. Menurut pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas guru yang menggunakan
model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung
menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini
disebabkan kurangnya penguasaan tenaga pendidik terhadap model-model pembelajaran
yang ada padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalguru. (AD WIDYATAMA : 2014)
http://eprints.ums.ac.id/32621/2/04.%20BAB%20I.pdf
(Higher Order 1. Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang 1.
Thinking Skill)
higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua
guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai
HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses
pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran
matematika yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap
perencanaan pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang
memuat HOTS, walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan
untuk diterapkan dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran, guru masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan
HOTS siswa. Pada tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen
penilaian HOTS masih rendah. (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono,
Mufidah: 2020) https://www.researchgate.net/publication/347821490_
2. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi penggunaan tingkatan
taksonomi, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order Thinking
Skills (HOTS) dengan berbagai kategori pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih
mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) yang masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa
hanya dituntut untuk menghafal. Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak
dibangun
dengan baik sehingga hampir semua materi yang diberikan oleh guru hanya
diterima siswa tanpa adanya tindakan kritis saat pembelajaran. Lusi, Nelly widyawati,
Levilia : 2020)
https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Lusi.pdf pola Low
Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona nyaman tanpa
adanya tantangan.
6 Guru masih belum KAJIAN LITERASI :
mengoptimalkan 1. Problematika yang dihadapi guru dalam menguasai TIK pada pembelajaran:
pemanfaatan a) kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang memang masih rendah.
teknologi informasi b) ketersediaan fasilitas TIK yang masih belum memadahi.
(TIK) dalam c) Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK dalam proses pembelajaran.
pembelajaran Sehingga guru kurang terangsang untuk lebih mengembangkan diri.
d) Keterbatasan waktu yang digunakan untuk mempersiapkan media TIK di dalam
pembelajaran.
e) Anggapan guru yang menganggap bahwa materi yang ada dibuku sudah cukup untuk
mengajarkan siswa dengan baik sehingga tidak diperlukan media TIK.
f) Kenyamanan guru dalam menggunakan metode belajar konvensional, yang dianggap
lebih mudah dan tidak menyulitkan.
g) Tidak adanya kegiatan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam bidang TIK(Tanti Nurhayati: 2016)
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6024/1/093911069.pdf
2. Pada pemanfaatannya, fasilias komputer/laptop/jaringan internet ini seringkali tidak
termaksimalkan, sejauh ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Guru masih cenderung menggunakan cara-cara

Anda mungkin juga menyukai