Anda di halaman 1dari 13

NAMA MAHASISWA : TRI RETNOWATI

BIDANG STUDI : BAHASA INDONESIA


UNIVERSITAS : UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
telah Analisis eksplorasi
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Motivasi Hasil kajian literatur : Setelah dilakukan
belajar siswa 1. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat analisis terhadap kajian
rendah meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta literatur, dan hasil
terutama didik akan belajar dengan sungguh – sungguh apabila wawancara, serta
dalam mata memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, dikonfirmasi melalui
pelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru observasi/pengamatan,
Bahasa harusmampu membangkitkan motivasi belajar peserta dapat diketahui bahwa
indonesia didik sehingga dapat mencapai tujuan penyebab motivasi
materi teks pembelajaran (Mulyasa,2007 ;58 dalam Tahawali, belajar siswa yang
laporan 2018) rendah adalah :
https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v1i2.255 Sesudah dilakukan analisis
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi terhadap rendahnya
berprestasi yaitu sebagai berikut: (Sukadi,2006 motivasi belajar siswa
dalam Supriyatin, 2015) melalui hasil dan proses
a. pengalaman pada tahun-tahun pertama pembelajaran, kajian
kehidupan; literatur dan wawancara,
b. latar belakang budaya tempat seseorang maka dpat ditentutan
dibesarkan; penyebab masalah yang
c. peniruan tingkah laku (Modelling);
sesuai dengan satuan
d. lingkungan tempat proses pembelajaran
pendidikan sebagai
berlangsung; dan
berikut:
e. harapan orangtua terhadap anaknya
1. Faktor Guru
http://dx.doi.org/10.24127/ja.v3i1.14
a. Guru masih
4
menggunakan
3. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk
matode ceramah
belajar dan memegang peranan penting dalam dalam pembelajaran.
memberikan gairah atau semangat dalam belajar. b. Kurangnya pemberian
Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong motivasi kepada siswa
untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung saat proses
usaha untuk mencapai tujuan belajar (Puspitasari, pembelajaran.
c. Metode, model dan
2013 dalam Andriani dan Rasto, 2019)
media yang
https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14958
digunakan guru
Hasil wawancara belum menumbuhkan
Penyebab motivasi belajar siswa rendah dlam materi teks semangat siswa
laporan diisebabkan oleh hal-halsebagai berikut : dalam belajar.
1. Siswa kurang mendapat dukungan dari orang tua d. sikap guru yang
(Pungkas Suroso, S.Pd. ,Guru BK SMP Negeri 2 Ayah) kurang baik kepada
siswa
2. Siswa belum memahami tujuan belajar ( Amir 2. Faktor Siswa
Susanto, M.Pd., Waka kesiswaan SMP Negeri 2 ayah) a. Faktor dari diri siswa
sendiri belum
3. Siswa berasal dari keluarga yang minim kesadaran memahami tujuan
berpendidikan ( (Pungkas Suroso, S.Pd. ,Guru belajar dan motivasi
BK SMP Negeri 2 Ayah) ( b. Siswa
belajarkurang memiliki
4. Media, metode, dan model pembelajaran yang daya tarik terhadap
kurang variatif kurang menumbuhkan pembelajaran teks
semangat siswa dalam belajar (Rifqi Nur Hidayat laporan
S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 3. Faktor lingkungan
Ayah) sekolah dan keluarga
5. Masih menggunakan metode konvensional a. Kurangnya dukungan
dalam pembelajaran (Boiman, S.Pd, orang tua.
Kepala SMP Negeri 2 Ayah) b. Siswa berasal dari
6. Sikap guru yang kurang baik kepada siswa ( Annisa keluarga yang
Eliora, siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 1 Gombong) minim kesadaran
7. Siswa kurang memiliki daya tarik terhadap
pembelajaran teks laporan (Siti Maesaroh S.Pd, Guru berpendidikan dan
SMP N 2 Ayah) dari kkk

Wawancara pakar
Peserta didik yang mempunyai minat belajar
tinggi dalam proses pembelajaran dapat
menunjang hasil belajar semakin baik, begitupun
sebaliknya minat belajar peserta didik yang
rendah maka kualitas pembelajaran akan
menurun dan akan berpengaruh pada hasil
belajar peserta didik. Jika minat belajar peserta
didik kurang baik, maka peserta didik akan
merasa malas belajar sehingga akan berdampak
pada prestasi peserta didik yang menjadi kurang
optimal. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
misalnya faktor internal (dari dalam siswa)
maupun faktor eksternal (dari luar siswa). Faktor
internal dapat berupa motivasi yang
seharusnya dibangun dari diri sendiri, mood
belajar, semangat belajar. Sedangkan faktor
eksternal seperti pemberian motivasi dari
guru, metode yang diberikan guru dalam
pembelajaran, motivasi dari orangtua siswa,
faktor lingkungan sekitar, teman bermain,
dan guru juga sangat berperan penting
(Budiarto, S.Pd., Ketua MGMP bahasa
Indonesia Kabupaten Kebumen)
.
2 Minat siswa Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan
pada literasi 1. (Sudiana, 2019) Hasil penelitian Progress in analisis terhadap kajian
dan numerasi Internasional Reading Literacy Study (PIRLS 2011) dan literatur dan hasil
belum baik Programme for Internasional Students wawancara, serta
kaitannya Assesmen t(PISA 2009 & 2012) yang mengukur dikonfirmasi melalui
materi Teks keterampilan membaca peserta didik, Indonesia observasi/pengamatan
laporan menduduki peringkat bawah (Buku Saku Gerakan penyebab minat baca
Literasi Sekolah, 2015). Hal ini diperkuat juga dengan siswa rendah dalam
data statistic UNESCO 2012 yang teks laporan maka
menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru dapat ditentukan
mencapai 0,0001. Artinya setiap 1000 penduduk, penyebab masalah
hanya satu orang saja yang memiliki minat baca yang sesuai dengan
(Petunjuk Teknis Kampung Literasi, 2016) satuan pendidikan
https://doi.org/10.23887/jear.v3i4.23075 sebagai berikut:
1. Faktor Guru
2. Fakta menunjukan bahwa kemampuan literasi dan a. Guru kurang
numerasi menjadi acuan dalam ukuran keberhasilan memberikan
peserta didik untuk menguasai hakikat pembelajaran referensi terkait
melalui penilaian kemampuan kognitif dan nonkognitif materi teks laporan
(Surangga, 2017). Hasil penilaian literasi yang dilakukan
oleh Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/ b. Guru belum
Indonesia National Assessment Programme (INAP) maksimal dalam
dalam mengukur kemampuan membaca, matematika, memberikan
dan sains bagi siswa jenjang sekolah dasar dan pembiasaan
menengah pada tahun 2016 menunjukkan hasil membaca pada
yang memprihatinkan. Data menunjukan bahwa tingkat siswa terkait teks
kemampuan numerasi sebanyak 77,13% anak Indonesia
dinyatakan dalam kategori kurang, sebanyak 46,83% laporan
anak memiliki kemampuan literasi rendah, dan 73,61% 2. Faktor Siswa
anak memiliki kemampuan sains dalam kategori rendah a. Siswa belum
(Kemendikbud,2014) memahami
https://doi.org/10.24929/lensa.v12i1.201 pentingnya literasi
dan numerasi
Hasil wawancara :
Penyebab minat baca rendah dalam pembelajaran teks b. Siswa kurang
laporan : menyukai proses
1. Pembiasaan membaca baik di sekolah maupun di belajar
rumah masih rendah (Diana Oky, S.Pd., Guru Bahasa c. Siswa kurang
Indonesia SMP Muhammadiyah 1 Gombong) melakukan
2. Penggunaan gawai bukan untuk membaca dan
mencari materi pembelajar tapi bermain game (Tuty pembiasaan
Setyorini, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP N 1 membaca baik di
Kuawarasan) sekolah maupun di
3. Sebagian besar siswa belum mengetahui teks laporan,
sehingga saat ditanya pernah membaca atau rumah.
mendengar teks laporan jawabnya tidak tahu (Dewi d. Adanya pengaruh
Alpina,S.Pd., Guru Bahasa Indonesia Pondok gawai yang
Wiriosoedarmo Gombong) membuat siswa
4. Guru belum maksimal dalam memberikan menjadi malas
pembiasaan membaca pada siswa terkait teks membaca buku dan
laporan (Rida Amalia, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia lebih memilih
SMP Muhammadiyah 1 Gombong) bermain game.
5.Siswa belum memahami pentingnya literasi dan
numerasi (Eni Triani,S.Pd., Guru Bahasa Inggris e. Ketidaktahuan
sekaligus waka kepegawaian SMP Muhammadiyah 1 siswa akan teks
Gombong) laporan
6.Siswa kurang menyukai proses belajar (Muslih,S.Pd., 3. Keterbatasan
Kepala SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
7.Kemampuan literasi dan numerasi siswa dipengaruhi status ekonomi
oleh proses pembelajaran dan lingkungan belajar
keluarga untuk
siswa (Tuty Setyorini,S.Pd., Guru Bahasa Indonesia
membeli buku.
SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
4. Faktor Sarana dan
Wawancara pakar Prasarana
Penyebab minat baca rendah pada Ketersediaan buku
teks laporan salah satunya siswa
belum mengenal apa itu teks laporan bacaan seperti buku
dan jenis-jenisnya yang sesungguhnya. teks laporan di
Disinilah peran guru sangat penting perpustakaan
dalam memperkenalkan bahwa teks sekolah masih
laporan itu adalah teks yang berisi
infomasi hasil dari suatu percobaan, kurang.
eksperimen,penelitian yang ditulis
secara mendetail. Selain itu,
menumbuhkan minat baca siswa
dengan memberikan motivasi dan
pembiasaan membaca pada siswa
yang berkesinambungan (Budiarto,
S.Pd.,Ketua MGMP bahasa Indonesia
Kabupaten Kebumen)
3 Siswa tidak Hasil kajian literatur Setelah dilakukan
menyukai 1. Menurut Gagne dan Berliner (1984) dalam Kurniawan analisis terhadap
pelajaran (2013:31), anak dengan minat dalam suatu mata kajian literatur dan
Bahasa pelajaran cenderung untuk memberikan perhatiannya.
Indonesia hasil wawancara, serta
Mereka merasakan adanya perbedaan antara Dikonfirmasi melalui
pelajaran satu dengan pelajaran lainnya. Perbedaan observasi/pengamatan
yang dirasakan adalah belajar dengan penuh , dapat diketahui
kesadaran, belajar dengan gembira, perhatian tinggi, bahwa penyebab siswa
belajar dengan keras, dan memperoleh kepuasan yang tidak menyukai
tinggi. http://dx.doi.org/10.47313/pujangga.v1i2.320 pelajaran Bahasa
2. Banyak siswa yang kurang termotivasi atau berminat Indonesia adalah :
mempelajari bahasa Indonesia karena banyak sebab 1. Bahasa Indonesia
dan hal, seperti kurang populernya pelajaran bahasa kurang populer dan
Indonesia dibanding bahasa asing lainnya, dianggap bahasa
menganggap bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sejak lahir yang
sejak lahir sehingga kurang berminat mempelajarinya, mudah.
sampai merasa pelajaran ini membosankan. 2. Guru mengalami
(Rahmayanti, 2016) kesulitan untuk
http://dx.doi.org/10.30998/sap.v1i2.1027 menjelaskan materi
Hasil wawancara : pada siswa.
3. Guru mengalami
1. Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang rumit
kesulitan untuk
bagi siswa (Ahmad Imron, siswa kelas IX SMP menjelaskan materi
Muhammadiyah 1 Gombong) kepada siswa.
2. Guru mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi
kepada siswa (Dewi Alpina, Guru Bahasa Indonesia
Pondok Wiriosoedarmo Gombong)
3. Teks yang panjang membuat siswa bosan pada
pelajaran Bahasa Indonesia (Jony Akbar, siswa kelas IX
SMP Muhammadiyah Gombong)

Wawancara Pakar
Kurangnya minat siswa dalam mempelajari
bahasa Indonesia dan siswa tidak menyukai
mata pelajaran bahasa Indonesia sebab
dianggap sebagai bahasa yang ketinggalan
zaman. Pola pengajaran bahasa Indonesia
yang terkesan monoton dan sulit dipahami,
menjadikan bahasa Indonesia kurang
diminati generasi muda. Guru-guru bahasa
Indonesia semestinya menggunakan pola-
pola pengajaran yang menarik dan mudah
dipahami oleh siswa.
(Budiarto,S.Pd.,Ketua MGMP Bahasa Indonesia
Kabupaten Kebumen)

4 Ada siswa Hasil kajian literatur : Setelah dilakukan


berkebutuhan 1. Amanat hak atas pendidikan bagi anak penyandang analisis terhadap
khusus di kelas kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang- kajian literatur dan
umum undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan hasil wawancara, serta
Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan Dikonfirmasi melalui
khusus (pendidikan luar biasa) observasi/pengamatan
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang , dapat diketahui
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses bahwa penyebab
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, kesulitan menangani
mental, dan sosial, dan atau memiliki potensi adanya siswa
kecerdasan dan bakat istimewa”. (Nugroho dan berkebutuhan
Mareza, 2016) khusus di kelas reguler
https://dx.doi.org/10.31932/jpdp.v2i2.105 yaitu :
2. (Aslan, 2017:107) menjelaskan bahwa anak 1. Guru belum
berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki memiliki
hambatan dan atau keterbatasan baik organ indra kemampuan
mereka, reterdasi mental, gangguan berbicara dan menangani anak
kemampuan berbahasa, hambatan fisik, gangguan berkebutuhan
konsentrasi dan belajar, attention deficit hyperactivity khusus.
disorder (ADHD), gangguan emosi disertai gangguan 2. Guru masih
perilaku. Anak-anak tersebut masuk kedalam bagian menganggap anak
berkebutuhan khusus yang memerlukan layanan dan berkebutuhan
pendidikan secara khusus dibandingkan dengan anak- khusus sebagai
anak umumnya. anak yang memiliki
https://doi.org/10.51212/jdp.v14i1.2901 kemampuan
kurang.
Hasil wawancara :
1. Guru kesulitan menangani siswa berkebutuhan
khusus di sekolah reguler karena tidak memiliki
kemampuan dasar tersebut (Nurul Hidayah, Guru
BK SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
2. Siswa tidak mampu mengikuti kegiatan
pembelajaran sesuai pembelajaran kelas reguler
(Qonita Mar’ati, Guru BK SMP N 1 Gombong)

Wawancara Pakar

Di sekolah reguler terdapat siswa berkebutuhan


khusus mengingat sekarang ada sekolah inklusi
namun ketika proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung akan kesulitan menghadapi siswa
tersebut. Sebab siswa berkebutuhan khusus
penanganan juga khusus (Budiarto, S.Pd., Ketua
MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Kebumen)

5 Kesulitan Hasil kajian literatur : Setelah dilakukan


menjalin 1. (Pratiwi, 2015) Peranan orang tua dalam analisis terhadap
hubungan pendidikan anak meliputi hal-hal berikut: kajian literatur dan
dengan orang a. membesarkan secara fisik dan mental,
tua siswa hasil wawancara,
b. mengarahkan dan membimbing, serta
c. memberikan teladan,
d. mengontrol perkembangan jiwa anak, dikonfirmasi melalui
e. memberikan dorongan atau motivasi, dan observasi/pengamatan
f. menyediakan fasilitas dan sarana , dapat diketahui
belajar. bahwa penyebab
https://doi.org/10.47313/pujangga.v1i kesulitan menjalin
2.320 hubungan dengan
2. (Mahmudi, dkk; 2020) Korelasi antara perhatian orang tua siswa adalah
orangtua dengan hasil belajar kognitif siswa : Bagi guru :
sangat diharapkan menjalin komunikasi yang baik a. Orang tua kurang
dengan orang tua siswa agar kemajuan belajar dan komunikatif
kendala yang dialami siswa dalam belajar dapat diatasi
(kurang jujur
dengan baik. Bagi orang tua diharapkan memberikan kondisi anak dan
perhatian lebih kepada anak, serta memberikan kesalahpahaman
bantuan dan bimbingan dalam belajar anak. Orang tua kondisi anak
harus lebih memberi dukungan penuh terhadap
kegiatan positif anak agar anak dapat mengembangkan di rumah dengan
prestasi yang dimiliki dalam diri. di sekolah)
Hasil wawancara b. Keterbatasan
1. Sebagian orang tua tidak jujur dengan kondisi waktu pertemuan
anaknya (Astuty S.Sos, Guru BK SMP dengan orang tua.
Muhammadiyah 1 Gombong)
2. Adanya keterbatasan waktu untuk bertemu atau
berkomunikasi dengan orang tua (Qonita
Mar;ati,S.Pd., Guru Bk SMP N 1 Gombong)
3. Ada kesalahpahaman tentang kondisi anak di
sekolah antara guru dan orang tua (Linda Retnosari,
S.Pd,. Guru BK SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
4. Orang tua siswa kurang komunikatif ketika diajak
menyelesaikan permasalahan siswa. (Diana Oky,
S.Pd.,Guru Bahasa Indonesia, SMP Muhammadiyah 1
Gombong)
5. Guru yang tidak menjadi wali kelas tidak memiliki
grup WhatsApp orang tua siswa. (Dewi Alpina,S.Pd.,
Guru Bahasa Indonesia Pondok Wiriosoedarmo
Gombong)

Wawancara Pakar

Untuk menciptakan komunikasi yang baik antara


sekolah, wali siswa, dan guru manfaatkan
paguyuban atau cara-acara sekolah yang
mengundang wali siswa agar guru tidak mengalami
kesulitan menjalin hubungan dengan orang tua
siswa. Faktor penyebab guru kesulitan menjalin
hubungan dengan orang tua siswa bisa karena
kesibukan orang tua dengan begitu guru bisa
mengadakan home visit atau berkunjung ke rumah
(Budiarto, S.Pd. Ketua MGMP Bahasa Indonesia
Kabupten Kebumen)
6 Kesulitan Hasil kajian literatur 1. Keterbatasan
menjalin Menurut Abidin (2017) Pada dasarnya faktor penyebab waktu guru di
hubungan seorang guru kesulitan di dalam merancang dan sekolah untu
dengan siswa menerapkan strategi komunikasi yang efektif kepada siswa
di kelas, di antaranya adalah minimnya pengalaman 2. berkomunikasi
mengajar, rendahnya pengetahuan guru tentang teori dan dengan siswa
praktek komunikasi yang efektif, serta rendahnya ditambah guru
penguasaan guru terhadap penerapan strategi komunikasi memiliki tugas
secara tepat dan benar. tambahan lain
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/13 selain mengajar.
28/1083
3. Guru menganggap
Hasil wawancara siswa sudah
Penyebab kesulitan menjalin hubungan dengan siswa dewasa.
1. Belum memahami karakter setiap siswa agar bisa dekat. 4. Kurangnya
(Rida Amalia,M.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP interaksi guru dan
Muhammadiyah 1 Gombong) siswa.
2. Guru menganggap siswa sudah dewasa (Ahmad Dwi 5. guru belum
Saputra,S.S., Waka kesiswaan SMP Muhammadiyah 1 sepenuhnya
Gombong) mengamalkan 4
3. Kurangnya interaksi guru dan siswa (Muslih,S.Pd., kompetensi guru
Kepala SMP Muhammadiyah 1 Gombong) terlebih pada
kompetensi sosial
Wawancara Pakar
Jika seorang guru mengalami kesulitan menjalin
hubungan dengan siswa, guru harus mendalami
lagi kompetensi-kompetensi dari pedagogik
sampai profesional. Kompetensi satu dengan
lainnya saling berhubungan. Kompetensi sosial
harus lebih didalami agar mudah menjalin
hubungan dengan siswa. Selain itu,
keterampilan berkomunikasi juga ditngkatkan
(Budiarto, S.Pd. Ketua MGMP Bahasa Indonesia
Kabupaten Kebumen)

7 Metode dan Hasil kajian literatur : Setelah dilakukan


model 1. Memenuhi tuntutan perkembangan jaman yang analisis terhadap
pembelajara semakin maju, aspek pendidikan diharuskan kajian literatur dan
n kurang membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
variatif hasil wawancara,
menjadi lebih aktif dan kreatif. Keaktifan siswa serta
hendaklah melibatkan siswa itu sendiri agar secara dikonfirmasi melalui
langsung belajar dan menemukan sebuah jawaban. observasi/pengamatan
Guru hendaknya memancing keaktifan siswa melalui , dapat diketahui
model-model pembelajaran yang sesuai. Keberhasilan bahwa penyebab
pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan metode dan model
oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. pembelajaran
(Widiyarto, 2017) kurang variatif adalah :
https://doi.org/10.30595/jkp.v11i1.2307 a. Guru belum
2. (Wibowo dan Farnisa, 2018) Ada 4 kelompok ciri-ciri memanfaatkan
peran guru yang baik dan efektif yaitu: media, metode,
a. Kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di dan model
kelas (rasa empati, hubungan baik dengan siswa, pembelajaran yang
perhatian, antusias mengajar, dan variatif.
mendengarkan siswa). b. Banyak guru yang
b. Kemampuan yang terkait dengan strategi nyaman
menajemen pembelajaran (menangani siswa menggunakan
yang tidak memperhatikan, memberikan tugas metode
yang sesuai, kemampuan memberikan umpan pembelajaran
balik, dan memberi bantuan belajar pada konvensional.
siswa)Memiliki kemampuan yang terkait dengan c. Keterbatasan
peningkatan diri (menerapkan kurikulum dan waktu
metode belajar inovatif serta menambah pembelajaran dan
pengetahuan metode-metode pengajaran) tuntutan
Memiliki kemampuan yang terkait dengan kurikulum.
peningkatan diri (menerapkan kurikulum dan
metode belajar secara inovatif; memperluas dan
menambah pengetahuan mengenai metode-
metode pengajaran)
https://doi.org/10.22437/gentala.v3i2.6758
3. Permasalahan utama pembelajaran bahasa dan sastra
dalam pendidikan formal adalah isu-isu terkait dengan
metode pembelajaran yang diterapkannya.
(Nitayadnya, 2017)
https://doi.org/10.30595/jkp.v11i1.2307

Hasil wawancara :
1. Guru belum memanfaatkan media, metode, dan
model pembelajaran yang variatif (Eni Triani,
S.Pd., Guru bahasa Inggris SMP Muhammadiyah
1 Gombong)
2. Banyak guru yang nyaman menggunakan
metode pembelajaran konvensional
(Muslih, S.Pd., SMP Muhammadiyah 1
Gombong)
3. Keterbatasan waktu pembelajaran dan tuntutan
kurikulum.(Diana Oky, S.Pd., Guru Bahasa
Indonesia SMP Muhammadiyah 1 Gombong)

Wawancara pakar
Metode dan model pembelajaran kurang variatif
akan berimbas banyak dalam proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Salah satunya suasana
kelas akan pasif dan siswa mudah bosan. Jika ini
terjadi tujuan pembelajaran tidak akan tercapai
sehingga seorang guru harus mau selalu belajar
menggunakan berbagai metode dan model
pembelajaran yang menarik untuk siswa (Budiarto,
S.Pd., Ketua MGMP Kabupaten Kebumen)

8 Minat siswa Hasil kajian literatur :


masih rendah 1. Dari faktor guru, kurang memiliki pengetahuan khusus Setelah dilakukan
terhadap tentang menulis teks laporan percobaan, karena analisis terhadap
materi teks biasanya guru hanya membahas jenis teks laporan
laporan dan kajian literatur dan
soal HOTS secara umum. Selama itu, pembelajaran menulis hasil wawancara, serta
laporan lebih ditekankan pada hasil yang berupa dikonfirmasi melalui
tulisan, tidak pada apa yang seharusnya dikerjakan observasi/pengamatan
siswa ketika menulis. Siswa langsung melakukan , dapat diketahui
praktik menulis tanpa belajar bagaimana caranya bahwa penyebab
menulis. Guru meminta siswa untuk menulis sesuai minat guru dan siswa
dengan kompetensi dasar dalam kurikulum. Setelah yang kurang pada
selesai, tulisan siswa dikumpulkan, dikoreksi, dan materi teks laporan
dinilai oleh guru. Kegiatan ini terus-menerus dilakukan atau soal HOTS yaitu :
yang mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak a. Guru kurang
bergairah dalam mengikuti pembelajaran menulis memiliki
(Syamsi, 2012) pengetahuan khusus
2. Dari faktor siswa, kurang memiliki pemahaman tentang menulis teks
kosakata yang cukup untuk menyusun kalimat, hal ini laporan percobaan
menyebabkan kesulitan untuk merangkai kata menjadi
b. Siswa mengalami
kalimat yang padu dan terstruktur.
kesulitan saat
3. Dari faktor sarana dan prasarana, tidak adanya buku di
menerima materi
perpustakan yang memadahi yang dapat digunakan teks laporan
untuk bahan perbedaharaan kosakata.bahan ajar percobaan
terutama audio fisual pada umumnya yang dimiliki terutama jenis-
oleh sekolah sangat terbatas. jenisnya,
4. Pembelajaran menulis laporan memiliki karakteristik pemahaman
masing-masing sesuai dengan jenisnya. Teks Laporan kosakata, aspek
Percobaan adalah suatu teks yang berisi tentang kebahasaan, dan
percobaan yang dilakukan oleh penulis yang biasa strukur teksnya
berada ketika seseorang melakukan suatu percobaan, c. Buku di
observasi atau melakukan karya ilmiah dan bisa juga perpustakan yang
pada laporan praktikum. Dalam hal ini, siswa akan belum memadai
melakukan uji praktik berupa percobaan sederhana yang dimiliki oleh
kemudian menyampaikan kegiatan dan hasilnya dalam sekolah sangat
bentuk Teks Laporan. Laporan yang disampaikan terbatas.
tertulis, diharapkan dapat mempermudah melatih d. Siswa kurang
keterampilan menulis. Keterampilan menulis haruslah menyadari
diasah lebih dalam karena berkaitan erat dengan pentingnya berpikir
kualitas manusia. kritis atau High
http://repository.unwidha.ac.id/2274/1/Deontiva%2 Order Thinking
0Fix.pdf Skill (HOTS).
5. Saat ini masih banyak guru atau pendidik yang masih e. Anggapan soal
ragu-ragu dalam melaksanakan pendekatan HOTS. HOTS itu sulit.
Instrumen penilaian atau soal-soal HOTS adalah soal- f. Pembuatan soal
soal yang menuntut keterampilan berpikir HOTS
tingkat tinggi. Dalam membentuk membutuhkan
kualitas siswa yang lebih baik, soal-soal semacam ini waktu lama.
memang harus dikembangkan oleh pendidik dengan
baik dan diterapkan di kelas yang
diampunya. (Sofyan, 2019)
https://doi.org/10.36456/inventa.3.1.a1803
6. Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa
sebesar 36% siswa kurang menyadari pentingnya
berpikir kritis atau High Order Thinking Skill (HOTS)
dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil
angket juga menunjukkan bahwa hanya 64% siswa
yang menyadari pentingnya berpikir kritis High Order
Thinking Skill (HOTS) selama mengikuti aktivitas belajar
yang diselenggarakan oleh guru. (Pardede, dkk; 2020)
https://doi.org/10.24114/kjb.v9i4.22027

Hasil wawancara :
Penyebab minat siswa masih rendah terhadap materi teks
laporan dan soal HOTS :
1. Guru kurang memiliki pengetahuan khusus tentang
menulis teks laporan percobaan (Tuty Setiorini,S.Pd.,
Guru Bahasa Indonesia SMP N 1 Kuawarasan)
2. Siswa mengalami kesulitan saat menerima materi
teks laporan percobaan terutama jenis-jenisnya,
pemahaman kosakata, aspek kebahasaan, dan
strukur teksnya (Diana Oky,S.Pd., Guru Bahasa
Indonesia SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
3. Buku di perpustakan yang belum memadai yang
dimiliki oleh sekolah sangat terbatas (Dewi Alpina,
S.Pd., Guru Bahasa Indonesia, Pondok
Wiriosoedarmo Gombong)
4. Siswa bosan ketika membaca soal-soal HOTS (Rida
Amalia,M.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP
Muhammadiyah 1 Gombong)
5. Siswa belum memiliki pemahaman pada soal HOTS
(Diana Oky,S.Pd., Guru bahasa indonesia SMP
Muhammadiyah 1 Gombong)
6. Anggapan soal HOTS sulit bagi siswa dan guru.
7. Guru membutuhkan waktu lama untuk membuat soal-
soal HOTS (Diana Oky, S.Pd., Guru SMP
Muhammadiyah 1 Gombong)
8. Siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk
memahami soal HOTS (Eni Triani, S.Pd., Guru bahasa
Inggris SMP Muhammadiyah 1 Gombong)
9. Guru khawatir siswa tidak mampu menyelesaikan soal-
soal HOTS (Dewi Alpina, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia
SMP Muhammadiyah 1 Gombong)

Wawancara Pakar
Minat siswa masih rendah terhadap materi teks
laporan dan soal HOTS. Ada berbagai faktor
mindset siswa yang sudah terbangun bahwa
materi teks laporan sulit, cara menyampaikan
materi dari guru kurang mengena sehingga
siswa sulit memahami sedangkan soal-soal HOTS
sebagai seorang pendidik (guru) harus memiliki
strategi sebab bisa jdi siswa belum terbiasa
dalam menyelesaikan soal berbasis HOTS
,masih memerlukan bantuan orang lain
dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam
memahami kalimat atau maksud dari soal,
kurang teliti dalam membaca dan
memahami soal, serta pemahaman materi
yang kurang. Dalam menyelesaikan soal
HOTs terkadang guru perlu memberi
stimulus pada peserta didik agar peserta
didik dapat menyelesaikan soal HOTS
tersebut (Budiarto,S.Pd., Ketua MGMP
Bahasa Indonesia Kabupaten Kebumen)
9 Pemanfaatan Hasil kajian literatur : Setelah dilakukan
teknologi yang 1. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang analisis terhadap
kurang variatif pendidikan, termasuk pendidikan bahasa dan sastra kajian literatur dan
(Indonesia maupun asing ), merupakan respons yang
sangat positif. Penggunaan teknologi ini dalam hasil wawancara,
menunjang pembelajaran bahasa merupakan suatu serta
keharusan, bukan hanya untuk meningkatkan dikonfirmasi melalui
efektivitas dan kualitas pembelajaran, melainkan yang observasi/pengamatan
lebih penting adalah untuk meningkatkan penguasaan , dapat diketahui
guru dan siswa atau mahasiswa terhadap teknologi ini bahwa penyebab
sebagai bekal mereka hidup di era teknologi yang terus
berubah dan berkembang. (Nitayadnya, 2017) pemanfaatan teknologi
https://doi.org/10.30595/jkp.v11i1.2307 yang kurang variatif
2. Teknologi telah menjadi bagian dalam pendidikan saat yaitu :
ini meskipun belum dapat diterapkan secara merata di
daerah-daerah pedalaman. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam dunia pendidikan dapat menghasilkan 1. Faktor Guru
sumber daya manusia yang berkualitas (Husaini, 2014 a. Guru kurang
memahami
dalam Wuryaningtyas dan Setyaningsih, 2020) pentingnya
https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i2.16898 teknologi dalam
kegiatan
Hasil wawancara : pembelajaran.
1. Guru tidak mampu mengoperasikan teknologi (Muslih, b. Pengetahuan guru
S.Pd., Kepala SMP Muhammadiyah 1 Gombong) mengenai teknologi
2. Guru tidak berusaha menggunakan teknologi dalam yang bisa digunakan
pembelajaran (Eni Triani,S.Pd., Guru Bahasa Inggris untuk menunjuang
SMP Muhammadiyah 1 Gombong) pembelajaran masih
3. Guru terbiasa menggunakan metode ceramah dalam
rendah.
c. Guru masih
pembelajaran (Tuty Setiorini, S.Pd., Guru Bahasa terbiasa
Indonesia SMP N 1 Kuwarasan) menggunakan buku
4. Kurangnya pengetahuan guru mengenai model sebagai sumber
belajar.
pembelajaran inovatif (Muslih, S.Pd., Kepala SMP d. Guru masih
Muhammadiyah 1 Gombong) terbiasa
5. Kurangnya guru dalam mengikuti pelatihan mengenai memberikan soal
model pembelajaran inovatif (Muslih,S.Pd., Kepala dari buku teks, dan
belum beralih
SMP Muhammadiyah 1 Gombong) dengan
memanfaatkan
Wawancara Pakar aplikasi-aplikasi
Kegiatan pembelajaran mempunyai beberapa komponen guna menunjang
diantaranya materi atau bahan, strategi, alat dan media pembelajaran.
serta evaluasi. Media merupakan salah satu komponen e. Kemampuan guru
pembelajaran. Kedudukan media pembelajaran tidak hanya yang terbatas
sebagai alat bantu dalam pembelajaran tetapi sebagai pada penguasaan
bagian integral dalam pembelajaran. Salah satu fungsi media teknologi.
f. Ketidaksediaan guru
pembelajaran adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. untuk
Oleh karena itu media pembelajaran sangat menunjang menggunakan
dalam kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan teknologi teknologi dalam
sebagai penunjang penggunaan berbagai variasi media pembelajaran
pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru
haruslah dimaksimalkan (Budiarto,SPd.,Ketua MGMP Bahasa 2. Faktor Sarana
Indonesia Kabupaten Kebumen) dan Prasarana
a. Sarana dan
prasarana yang
dimiliki sekolah
masih
terbatas,seperti
ketersediaan
proyektor, LCD
belum memadai
sesuai dengan
kebutuhan guru.

Anda mungkin juga menyukai