Anda di halaman 1dari 8

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Dwi Wahyuningsih
Asal Institusi : SD Negeri Grogol 02

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi


. diidentifikasi penyebab masalah
1 Kurang aktifnya peserta Hasil Kajian Literatur. Lebih lanjut setelah
1. Jurnal” Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Keaktifan Peserta Didik dalam dilakukan analisis masalah
didik dalam proses
Kegiatan Pembelajaran di Kelas” (2023): Peserta didik kurang aktif
pembelajaran
Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembelajaran:
ketidak aktifan siswa di dalam kelas. Kesehatan mental merupakan salah satu 1. Guru belum
Gejalanya: faktor internal yang menghalangi siswa untuk berpartisipasi penuh dalam proses
1. Peserta didik malas untuk menggunakan metode
pembelajaran. Contoh lainyanya antara lain : kesenangan dan kebiasaan minat
belajar mengajar yang menarik.
belajar peserta didik kurang, keuletan, dan kurangnya semangat guru dalam
2. Peserta didik tidak 2. Guru menyampaikan
memberikan motivasi kepada peserta didik. Ada juga faktor yang berperan dalam
meyukai mata pelajaran ketidak aktifan siswa di dalam kelas, seperti : kurangnya kebiasaan guru dalam materi pelajaran masih
Matematika memuji siswa, hukuman yang berlebihan, atau teguran yang tidak tepat, siswa berjalan satu arah.
3. Guru terlalu monoton yang tidak minat terhadap media pembelajaran yang di gunakan guru selama 3. Guru kurang
dalam penyampaian pembelajaran berlangsung, dan metode yang kurang menyenangkan memberikan motivasi
materi (Setyaningrum. 2015). belajar Lemahnya
motivasi dalam diri
2. Hasil penelitian Mukarromah, dkk (2016) menunjukkan bahwa kurangnya peserta didik.
keaktifan siswa disebabkan oleh: (1) metode mengajar yang kurang menarik
sehingga siswa merasa bosan, (2) faktor lingkungan belajar siswa yang kurang
mendukung, (3) pembelajaran berpusat pada guru.

3. Hardiyanti (2019) menyatakan bahwa penyebab kurangnya keaktifan belajar


siswa adalah: (1) pembelajaran yang monoton, (2) pembelajaran hanya berjalan
satu arah.

4. Menurut Soesanto (2018), kurangnya keaktifan siswa disebabkan oleh: (1)


kurangnya keaktifan guru dalam kegiatan belajar mengajar; (2) cara guru
menyampaikan materi pelajaran masih berjalan satu arah, guru menjadi pusat
kegiatan (teacher center learning); (3) saat proses pembelajaran guru terlalu
monoton dalam menyampaikan materi kepada siswa; (4) saat memberikan
tugas, guru hanya sekedar memberikan tanpa memperhatikan siswanya.

5. Menurut Anggraini (2019), disebabkan oleh metode mengajar guru masih


konvensional, siswa kurang terlibat dalam pembelajaran, guru kurang
memberikan motivasi belajar, hubungan guru dengan siswa kurang baik.

6. Menurut Mirawati (2016), disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri


dan motivasi siswa.

7. Hasil Wawancara (Guru Kelas IV : Aldinna Puspita Ningroem, S.Pd)


a. Peserta didik merasa bosan di dalam kelas karena pembelajaran kurang
variatif.
b. Peserta didik kurang menguasai materi
c. Guru harus lebih perhatian kepada peserta didik
2 Pembelajaran yang Hasil Kajian Literatur: Lebih lanjut setelah
dilakukan di kelas masih 1. Jurnal Ilmiah, Mudrikah Ms, M. M. (2020). Analisis Kemampuan Guru PPKn dilakukan analisis terhadap
belum berbasis HOTS. Dalam Menyusun Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Di UPT Satuan pembelajaran berbasis
Pendidikan SMP Negeri 5 Mandai, Kabupaten Maros (Doctoral dissertation, HOTS belum dapat
Gejalanya. UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR). http://eprints.unm.ac.id/18543/ diterapkan kepada peserta
1. Ada sedikit materi ajar Kemampuan Guru PPKn dalam Menyusun Soal HOTS (Higher Order didik disebabkan oleh:
Thinking Skills) adalah sebagai berikut:
yang terlewatkan karena 1. Kurangnya pembinaan
guru masih belum a. Kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS masih rendah dalam
(pelatihan) terhadap
persiapan sehingga memahami dan menerapkan kriteria- kriteria HOTS dalam menyusun guru dalam
belum memahami materi instrumen soal. pengembangan sistem
yang akan diajarkan. b. Faktor yang menjadi kendala dalam menyusun soal HOTS adalah terletak pembelajaran HOTS.
2. Pembelajaran yang di pada kemampuan guru dalam mengetahui dan memahami kriteria soal 2. Kemampuan dalam
lakukan masih berbasis HOTS dan terkendala atau kesulitan dalam mengimplementasikan kriteria berfikir peserta didik
LOTS. soal HOTS keinstrumen soal yang mereka susun , terutama dalam menyusun masih cukup rendah
stimulus soal HOTS, selanjutnya kendala tersebut juga terdapat pada terkait permasalahan
kemampuan peserta didik dalam menjawab atau menganalisis soal karena yang terjadi
kemampuan peserta didik masih rendah sehingga sulit
c. Upaya yang dilakukan oleh guru Pkn dalam membuat atau menyusun soal menganalisis soal
HOTS adalah mengikuti pelatihan- pelatihan penyusunan soal di forum HOTS.
MGMP, disamping itu, juga dilakukan pembimbingan oleh teman sejawab 3. Kemampuan guru
bagi guru Pkn yang sudah mengikuti pelatihan soal HOTS secara khusus. dalam menyusun soal
HOTS masih rendah
2. Jurnal “Analisis Penerapan Pembelajaran Berbasis HOTS pada program keahlian
dalam memahami dan
otomatisasi tata kelola perkantoran SMK Negeri di Kota Surakarta” oleh Andreas Bagas
Kiswara, Tri Murwaningsih, Susantiningrum: menerapkan kriteria-
Adapun kendala dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS sebagai berikut: kriteria HOTS dalam
a. Kendala Dari Guru: menyusun instrumen
1) Kurangnya pemahaman guru tentang konsep dan penerapan HOTS soal.
2) Kesulitan dalam merumuskan soal dan penilaian berbasis HOTS
b. Kendala sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai.
https://jurnal.uns.ac.id/JIKAP/article/download/34523/26632

3. Jurnal ”Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab Soal HOTS dalam Pembelajaran


Sosiologi di Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan” oleh Rizki Pratama
Dalman, Junaidi Junaidi:
Penyebab utama siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal HOTS adalah
karena mereka tidak memahami materi. Berdasarkan wawancara dengan
beberapa siswa diperoleh informasi bahwa mereka tidak paham dengan materi
yang sudah diajarkan oleh guru. Hal ini terungkap antara lain dari hasil
wawancara dengan siswa.
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/nara/article/download/12/13

4. Jurnal” Urgensi Penerapan Pembelajaran Berbasis HOTS di Sekolah Dasar” oleh


Regina Nurul Sakinah, Prihantini:
Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya pemahaman guru mengenai cara
merumuskan indikator juga mengoperasikan sarana prasarana yang ada di
sekolah. Kemudian pemahaman guru yang masih rendah mengenai pembelajaran
berbasis HOTS sehingga guru tersebut tidak menerapkan model pembelajaran
HOTS. Lalu masih minimnya pelatihan juga pendampingan bagi guru mengenai
HOTS. Jika diadakan diklat mngenai HOTS masih hanya seputar teori bukan
berorientasi pada contoh langsung di lapangan.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/44430

5. Jurnal “Implementasi Pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) di


MA Negeri 1 Watansoppeng” oleh Fitri Handayani, Muhammad Syukur.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan ada beberapa hambatan
dalam penerapan pembelajaran HOTS ini diantaranya HOTS belum familiar bagi
siswa dan guru, waktu yang terbatas dan fasilitas dalam pembelajaran HOTS
masih kurang.
https://ojs.unm.ac.id/jser/article/download/26569/13479

6. Hasil Wawancara (Guru Kelas VI : Eko Wahyudi, S.Pd)


a. Kurangnya pemahaman guru tentang konsep dan penerapan HOTS
b. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif kurang maka sulit untuk mengikuti
pembelajaran HOTS karena terbiasa dalam pembelajaran berbasis LOTS.
c. Kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS masih rendah dalam
memahami dan menerapkan kriteria- kriteria HOTS dalam menyusun
instrumen soal.
3 Belum mengoptimalkan Hasil Kajian Literatur : Lebih lanjut setelah
model pembelajaran yang 1. Menurut Indrawati, (2009) memaknai model pembelajaran sebagai suatu dilakukan analisis terhadap
inovatif sesuai dengan rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola masalah belum optimal
karakteristik materi tersebut dapat terlihat kegiatan guru peserta didik di dalam mewujudkan kondisi penggunaan model
belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada pembelajaran yang inovatif
peserta didik sesuai dengan karakteristik
2. Jurnal “Analisis Hambatan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif pada materi:
Pembelajaran Matematika” oleh Ucik Fitri Handayani
1. Terbatasnya
Hambatan yang dialami guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
adalah guru kurang mampu menyampaikan garis besar cakupan materi dan pemahaman dalam
penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan menerapan model-
permasalahan atau tugas tersebut. Guru kesulitan dalam mengajukan model pembelajaran
pertanyaan yang konkret sesuai dengan topik atau materi pelajaran yang 2. Terbatasnya waktu
dipelajari. Keadaan ini mengakibatkan respon siswa kurang aktif dalam mengikuti dalam merancang
tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif yang diterapkan oleh guru. pembelajaran yang
Guru seringkali lupa dalam mengecek kehadiran siswa, guru juga kurang inovatif
menciptakan kesiapan belajar siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti 3. Pembelajaran di dalam
proses pembelajaran. Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak bisa menerima apa kelas masih monoton
yang dijelaskan oleh guru karena kesiapan belajar siswa adalah salah satu
prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
https://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/jurnal_pusaka/article/download/
465/372

3. Kharis Sulaiman Hasri ( 2021) kurangnya pemahaman guru tentang model


pembelajaran didapatkan dari Peran peserta didik pasif, hanya diberikan
pelajaran untuk didengarkan. Serta peran guru dominan, hanya menyampaikan
bahan ajar, otoriter, namun ia benar benar ahli.
Sehingga kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah kemampuan Guru
yang belum dapat merancang model pembelajaran inovatif serta Guru belum
dapat menstimulasi pemahaman siswa secara optimal sehingga mengakibatkan :
a. Peserta didik kurang bersemangat mengikuti proses pembelajara,
b. Peserta didik menganggap pelajaran biologi sebagai pelajaran yang sulit
dimengerti,
c. Proses pembelajaran yang kurang efektif mengakibatkan rendahnya
pemahaman peserta didik saat pembelajaran yang pada akirnya
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa,
d. Peserta didik tidak aktif dan cendrung diam selama pembelajaran dikarnakan
model pembelajaran yang berpusat pada guru dan kurangnya kegiatan yang
melibatkan atau mendorong keaktifan siswa .
4. Menurut Ramadhani, (2020)
Teknik pembelajaran inovatif diperlukan untuk mengatasi tantangan pendidikan
kontemporer dan meningkatkan kompetensi professional pengajar. Selain itu,
mengetahui bagaimana dan Kapan pembelajaran inovatif dapat bekerja
membutuhka refleksi kritis tentang tujuan pengajaran serta kombinasi tekniknya

5. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Ibu Eko


Purwaningsih, S.Pd):
a. Terbatasnya pemahaman dalam menerapan model-model pembelajaran
b. Dalam pembuatan perangkat modul ajar belum dibuatnya model
pembelajaran inovatif
c. Pembelajaran di kelas belum memperhatikan karakteristik peserta didik
pada materi tersebut

6. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Kelas II (Ibu Isti Solikah,


S.Pd):
a. Di dalam kelas belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi
b. Terbatasnya pemahaman tentang penerapan model-model pembelajaran
c. Pembelajaran di kelas belum memperhatikan karakteristik peserta didik
pada materi tersebut
4 Kemampuan dasar Hasil Kajian Literatur: Lebih lanjut setelah
Matematika siswa masih 1. Utari et al., (2019) Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dilakukan analisis masalah
rendah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal rendahnya kemampuan
dari siswa meliputi IQ atau intelegensi, sikap siswa dalam belajar matematika, dasar matematika peserta
motivasi belajar siswa yang masih rendah, kesehatan tubuh yang tidak optimal, didik:
dan kemampuan pengindraan siswa yang kurang. Sedangkan faktor eksternal 1. Peserta didik kurang
yang berasal dari luar siswa antara lain kurangnya variasi mengajar guru, memahami pelajaran
penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal, sarana prasarana di matematika
sekolah, serta lingkungan keluarga. 2. Rendahnya keinginan
untuk berlatih soal
2. (Waskitoningtyas, 2016) Letak kesulitan belajar matematika yang dialami
matematika
siswa diantaranya dalam hal fakta, konsep, keterampilan dan prinsip. Penelitian
3. Kurangnya variasi
lain juga dilakukan dan menemukan bahwa kesulitan matematika siswa masih
mengajar guru
tinggi terlihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam
4. Guru belum
penyelesaian soal.
menggunakan metode
mengajar yang tepat
3. Pengamat Pendidikan Universitas Lampung, Undang Rosidin:
Rendahnya kemampuan dasar matematika menurut dia disebabkan sejumlah
faktor, diantaranya kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran itu dan
rendahnya keinginan untuk berlatih Matematika.
https://m.lampost.co/berita-rendahnya-kemampuan-matematika-siswa-di-
indonesia-sudah-rahasia-umum.html

4. Naskah Publikasi” Analisis Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pada


Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri 4 Genengadal” oleh Kun
Ajenprabandari:
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika terdapat dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
1) Kurangnya siswa memiliki kemampuan dasar (intelegensi).
2) Motivasi belajar
3) Kesehatan tubuh
b. Faktor Eksternal
1) Penggunaan media atau alat peraga pembelajaran
2) Situasi Keluarga

5. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Senior (Agus Priyanto,


S.Pd)
Faktor penyebab Kemampuan dasar Matematika siswa masih rendah adalah:
a. Peserta didik menganggap Matematika pelajaran yang sulit
b. Peserta didik kurang latihan soal matematika
c. Guru belum menggunakan metode mengajar yang tepat
5 Beberapa peserta didik Hasil Kajian Literatur Lebih lanjut setelah
kesulitan meraih nilai yang dilakukan analisis masalah
baik dalam pembelajaran. 1. Nurjan, Syarifan (2015 : 162) menyatakan bahwa anak anak yang memiliki Hubungan komunikasi
kesulitan belajar ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor antar guru dan orangtua
Gejalanya. internal seperti siswa sedang dalam kondisi tidak sehat, cacat tubuh, intelegensi siswa terkait pembelajaran
1. Hal ini terlihat masih ada yang dimiliki anak, bakat dan minat anak, motivasi serta kesehatan mental yang yang masih kurang dan
siswa yang memperoleh dialami oleh anak. Faktor eksternal seperti faktor keluarga, keluarga merupakan terbatas adalah karena:
nilai masih dibawah KKM. tempat anak yang pertama untuk belajar. 1. metode yang tepat
2. kebiasaan belajar dan untuk berkomunikasi
sikap anak dalam belajar 2. Menurut Djamarah (Aminol Rasid Abdullah, Capailah Prestasimu, (tt.p. dengan orangtua
yaitu siswa cepat merasa : Guepedia, 2019) Kesulitan belajar bukan terjadi karena rendahnya 2. Kurangnya kepedulian
bosan dalam belajar dan intelegensi, akan tetap kenyataanya banyak siswa yang memiliki intelegensi orang tua terhadap
mereka belum bisa tinggi namun nilainya rendah, jauh dari yang diharapkan. Akan tetapi terdapat perkembangan anaknya
mengerjakan tugas peserta didik yang memiliki intelegensi yang rata-rata normal, namun dapat di sekolah
dengan benar. meraih prestasi belajar yang tinggi, melebihi kepandaian peserta didik yang 3. Orang tua sibuk
memiliki intelegensi tinggi bekerja dan
mempercayakan anak
3. (Solichin, 2013). Pada dasarnya kesulitan belajar siswa dapat dibedakan sepenuhnya kepada
menjadi 3 tingkatan, yaitu sebagai berikut: pihak sekolah
1. Kesulitan belajar yang tingkat kesulitannya ringan. Biasanya kesulitan pada 4. Ketidakpedulian orang
tingkatan ini tidak begitu rumit dan pemecahan masalahnya pun juga masih tua terhadap masa hasil
sederhana. belajar anak
2. Kesulitan yang tingkatannya sedang. Salah satu contohnya dalam kesulitan
belajar ini adalah siswa selalu tampak murung pada waktu mengikuti pelajaran,
ataupun tak dapat berkonsentrasi pada ulangan atau tes dan sebagainya, perlu
mendapat perhatian khusus dari guru maupun guru pengajar penyuluhan serta
perlu meneliti apa penyebabnya.
3. Kesulitan yang tingkatannya berat. Misalnya siswa mendapat gangguan pada
organ fisiknya, mungkin gangguan pada sarafnya karena kecelakaan, sehingga
tidak dapat menangkap konsep secara cepat, akan secara cepat lupa terhadap
pelajaran.

3. Jurnal Ilmiah
Sanggan, Q. (2020). Guru PPKn dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Peserta Didik dalam Pembelajaran PPKn di SMP Islam Assa’adah
Tangerang Selatan. http://eprints.unpam.ac.id/8726/ Peran guru pendidikan
kewarganegaraan dalam mengatasi kesulitan belajar PPKn pada peserta didik
menggunakan upaya umum dengan melakukan pendeketan untuk mengetahui
masalah dan menggali sebab akibatnya secara umum dan setelah itu
memberikan arahan kepada peserta didik tersebut. Upaya guru pendidikan
kewarganegaraandalam mengatasi kesulitan belajar PPKn pada peserta didik
secara khusus yaitu
1. memberikan pembinaan, bimbingan,
2. sanksi jika diperlukan serta arahan khusus disekolah dan dirumah,
3. melakukan pendekatan perindividu tatap muka langsung dan menasehati
peserta didik agar menemukan kembali semangat dalam belajr PPKn lagi dan
tidak mempengaruhi peserta didik yang lain.
4. Berkordinasi dengan guru bidang studi lain, orang tua, dan lingkungan sekitar
untuk bersama mengawasi dan memberikan bimbingan dimanapun tidak
hanya disekolah saja tetapi dirumahpun juga.

4. Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil wawancara dengan teman sejawat (Dinda
Wahyuningtyas, S.Pd)
a. Faktor intern diantaranya yang bersifat kognitif siswa masih rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi siswa, bersifat afektik antara lain
labinya emosi dan sikap siswa, serta bersifat psikomotor dikarenakan ada
siswa keterganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran.
b. Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan keluarga ada
ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya
kehidupan ekonomi siswa.
c. Peserta didik belajar belum terlalu fokus untuk mendapatkan nilai yang baik,
yang penting masuk kelas mengikuti pembelajaran.
d. Peserta didik Belum dapat menangkap konsep secara cepat, akan secara
cepat lupa terhadap pelajaran. Selain itu yang dilakukan peserta didik jika
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan tidak langsung mengajukan
perbaikan nilai tanpa diperintah oleh guru langsung.

Anda mungkin juga menyukai