Anda di halaman 1dari 17

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahapeserta didik : Nurul Hikmah, S.Pd
Asal Institusi : SMA Bina Insani
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki
pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang
diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih
mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab
masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang
terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik.
Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi

1 Motivasi belajar Kajian Literatur : Berdasarkan hasil kajian literatur


fisika peserta 1. Menurut Pasaribu (2020) motivasi dalam belajar dapat dan hasil wawancara diperoleh
didik masih dilihat dari karakteristik tingkah laku peserta didik yang analisis motivasi peserta didik yang
rendah menyangkut minat, perhatian, ketajaman, konsentrasi dan rendah adalah :
ketekunan dalam belajar. Di dalam proses belajar, motivasi 1. Peserta didik tidak memiliki
sangat diperlukan, karena seseorang yang tidak konsentrasi yang tinggi sehingga
mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin bisa fokus peserta didik tidak terarah.
melakukan aktivitas belajar. Kurangnya motivasi belajar 2. Peserta didik merasa mudah
berdampak pada pemahaman matematis peserta didik, hal bosan mengikuti penjelasan guru
tersebut karena motivasi berperan dalam keberhasilan di depan kelas dan sudah lebih
peserta didik mencapai tujuan belajar terutama dalam dulu menganggap pembelajaran
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta fisika itu sulit.
didik. 3. Perbedaan latar belakang peserta
didik mempengaruhi motivasi
2. Motivasi adalah usaha untuk belajar. Motivasi peserta didik belajar di sekolah.
selama episode pembelajaran sangat penting dalam 4. Kurangnya minat belajar fisika
memastikan bahwa peserta didik memiliki keinginan yang peserta didik.
memadai untuk berhasil menyelesaikan tugas dan
memperoleh keterampilan atau pengetahuan. Sementara
itu, memberikan motivasi kepada seorang peserta didik
berarti menggerakkan peserta didik untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya
akan menyebabkan si subjek merasa ada kebutuhan dan
ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Motivasi pada
umumnya dianggap sebagai keadaan internal yang memulai
dan mempertahankan tujuan yang mengarahkan perilaku.
Motivasi bersifat personal, yaitu terjadi dalam diri
peserta didik; activating yaitu mendorong aksi;
energizing yaitu memperkuat ketekunan dan intensitas
belajar; dan directed yaitu berusaha untuk mencapai
tujuan belajar.
https://jp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JP/article/
download/1556/1531

3. Menurut Nurmalita Sari, Widha Sunarno, Sarwanto. 2019 :


Hasil observasi juga menemukan bahwa peserta didik
dengan motivasi belajar rendah hanya memperhatikan
pelajaran Fisika di bagian awal saja. Peserta didik merasa
mudah bosan mengikuti penjelasan guru di depan kelas.
Peserta didik tidak memiliki konsentrasi yang tinggi
sehingga fokus peserta didik tidak terarah. Rata-rata
motivasi belajar peserta didik berada dalam kategori sedang
dan rendah disebabkan oleh kurang adanya ketertarikan
dalam diri peserta didik untuk belajar Fisika. Selain itu,
faktor luar yang mempengaruhi adalah lingkungan
belajar peserta didik. Lingkungan belajar yang aktif
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/artic
le/view/591

4. Keuletan peserta didik dalam menghadapi kesulitan juga


menunjukan motivasi belajar peserta didik. Peserta didik
berusaha menemukan solusi dari kesulitan yang dialami
dengan cara bertanya kepada guru fisika maupun
berdiskusi dengan teman. Selain itu minat peserta didik
terhadap masalah yang disajikan guru juga ditunjukan
melalui keaktifan peserta didik mengerjakan soal-soal dan
permasalahan yang disajikan. Berdasarkan kegiatan yang
dilakukan peserta didik menunjukan bahwa peserta didik
minat terhadap berbagai macam masalah yang
menandakan peserta didik termotivasi dalam kegiatan
pembelajaran. Motivasi belajar peserta didik juga dapat
ditunjukan ketika peserta didik senang melakukan
pembelajaran secara mandiri.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPM/article/vie
w/11846

5. Peserta didik yang memiliki motivasi ditandai dengan


beberapa hal berikut: 1) Tekun menghadapi tugas, 2) Ulet
menghadapi kesulitan, 3) Menunjukan minat terhadap
berbagai macam masalah, 4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Dapat mempertahankan pendapatnya. 6) Tidak mudah
melepaskan hal-hal yang diyakini.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity/article/view
File/2415/1881

Hasil Wawancara Pakar :


1. Kepala SMA Bina Insani, Bapak Nanang, S.Ag
 Peserta didik yang memiliki motivasi yang rendah terlihat
dari aktivitas pembelajaran di kelas.
 Guru mapel dapat melakukan ice breaking di kelas
untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran.
https://drive.google.com/file/d/
1YZeXAl6qNoxItiUM0hcRUQGh_nIamqtx/view?
usp=sharing

2. Fasilitator Guru Penggerak Angkatan 9, Ibu Yeni


Widiastuti, M.Pd
 Motivasi belajar peserta didik berasal dari faktor
eksternal dan internal.
 Motivasi dan pembiasaan yang dilakukan orang tua
dirumah mempengaruhi aktivitas pembelajaran peserta
didik di sekolah.
https://drive.google.com/file/d/
1fLHK1sFs0nZwWvI2u1zl_2YKaC7Nl6Mo/view?
usp=sharing

3. Rekan Sejawat, Ibu Rita Yulianda, M.T


 Latar belakang peserta didik yang berbeda, termasuk
faktor keluarga sebagai support sistem peserta didik.
 Anggapan dari peserta didik bahwa materi pembelajaran
dianggap tidak berpengaruh terhadap cita-cita peserta
didik.
https://drive.google.com/file/d/1m_4e-
lyZuByPQOUG0FuDVdciF6H7IX1-/view?usp=sharing

2 Tingkat Kajian Literatur : Berdasarkan hasil kajian literatur


kompetitif 1. Kompetisi merupakan perasaan dimana individu atau dan hasil wawancara diperoleh
peserta didik kelompok tidak mau kalah dari individu atau kelompok analisis tingkat kompetitif peserta
rendah di lainnnya. Kompetisi atau persaingan dalam kamus besar didik yang rendah adalah :
pelajaran fisika bahasa Indonesia diartikan sebagai usaha untuk 1. Peserta didik beranggapan
memperlihatkan keunggulan masing-masing yang pelajaran fisika tidak ada
dilakukan oleh perseorangan. Dapat kita pahami bahwa hubungan dengan cita-citanya.
kompetisi yang dimaksud disini adalah usaha yang timbul 2. Kemampuan matematika yang
pada diri peserta didik dikarenakan dorongan untuk membuat peserta didik tidak
menunjukkan kemampuan dan keunggulan masing-masing mampu bersaing dalam
dalam proses pembelajaran. Kompetisi dalam hal ini adalah mengerjakan soal fisika.
termasuk motivasi instrinsik dan ekstrinsik, tidak dapat 3. Peserta didik sudah lebih dulu
dipungkiri bahwa kedua motivasi tersebut memegang beranggapan bahwa fisika itu
peranan penting dalam kegiatan proses pembelajaran. sulit dan tidak menyenangkan.
Menurut Mulyasa, cara membangkitkan nafsu belajar pada
peserta didik dapat dengan cara memanfaatkan sikap, cita-
cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik. Dengan
demikian dapat kita pahami bahwa persaingan atau
kompetisi terdapat ambisi pada peserta didik dalam hal ini
adalah ambisi untuk belajar supaya tujuan belajar dapat
tercapai, yang akan menimbulkan motivasi dari peserta
didik.
http://repository.uin-suska.ac.id/4248/3/BAB%20II.pdf

2. Persaingan atau kompetisi merupakan sebuah perasaan


dimana seseorang akan merasakan suatu motivasi untuk
tidak mau kalah dengan individu atau kelompok lainnya.
Kompetisi menururt KBBI diartikan dengan “memamerkan
keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh
perseorangan (perusahaan, negara) pada bidang
perdagangan, produksi, persenjataan, dan
sebagainya”(Hasil Pencarian-KBBI Daring, t.t.). Dapat kita
pahami bersama bahwa yang dimaksudkan kompetisi disini
adalah usaha yang timbul pada diri peserta didik
disebabkan oleh dorongan untuk menunjukkan
kemampuan serta keunggulan dari masing-masing individu
dalam proses pembelajaran.
Adapun terdapat 3 ciri persaingan yang sehat diantara para
peserta didik, yaitu:
1) Kompetisi interpersonal antara teman-teman. Kompetisi
ini akan menimbulkansemangat persaingan.
2) Kompetisi kelompok diaman di dalam suatu kelompok
anggotanya beromba-lomba untuk memberikan kinerja
terbaiknya demi keberhasilan kelompoknya.
3) Kompetisi dengan diri sendiri. Kompetisi ini akan
membuat seseorang termotivasi dari dalam dirinya
sendiri untuk melakukan pencapaian-pencapaian besar
demi terpuaskannya rasa ambisinya
https://ejournal.stit-ru.ac.id/index.php/raudhah/article/
download/68/81
3. Kompetisi dalam istilah diartikan sebagai persaingan,
penjajagan, perlobaan untuk memperebutkan kejuaraan
dalam lingkup gabungan perkumpulan atau, dalam ilmu
psikologi kompetisi adalah kegiatan yang saling mengatasi
dan berjuang antara dua orang dalam olahraga. Dengan
adanya keinginan berkompetisi maka motivasi untuk
berprestasi dalam bidang apapun akan terpacu pula. Tanpa
adanya keinginan kompetisi maka individu akan berada
dalam posisi yang statis sehingga individu tersebut akan
tersisih dan tertinggal.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Pendidikan/article/view/4934/4398

Hasil Wawancara Pakar :


1. Kepala SMA Bina Insani, Bapak Nanang, S.Ag
Untuk berkompetisi peserta didik harus memiliki rasa
senang dan suka dalam pelajaran.
https://drive.google.com/file/d/
1YZeXAl6qNoxItiUM0hcRUQGh_nIamqtx/view?usp=sharing

2. Fasilitator Guru Penggerak, Ibu Yeni Widiastuti, M.Pd


Peserta didik beranggapan fisika sulit, karena harus
menalar dan berhitung.
https://drive.google.com/file/d/
1fLHK1sFs0nZwWvI2u1zl_2YKaC7Nl6Mo/view?usp=sharing

3. Rekan Sejawat, Ibu Rita Yulianda, M.T


Konsep dasar matematis yang kurang dan sudah
beranggapan sulit.
https://drive.google.com/file/d/1m_4e-
lyZuByPQOUG0FuDVdciF6H7IX1-/view?usp=sharing

3 Minat membaca Kajian Literatur : Berdasarkan hasil kajian literatur


peserta didik 1. Menurut Mery Novita, Ani Rusilowati, Susilo Susilo, Putut dan hasil wawancara diperoleh
masih rendah Marwoto (2021) : Literasi sains di Indonesia masih dalam analisis rendahnya minat membaca
sehinga sulit kategori rendah khususnya ditingkat internasional peserta didik adalah :
memahami berdasarkan data PISA, Indonesia masih dalam urutan 70 1. Pemanfaatan fasilitas
pembelajaran dari 79 negara. Hal tersebut sangat memperihatinkan. perpustakaan sekolah yang
Faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik di belum maksimal.
Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. 2. Faktor dari dalam diri peserta
Faktor internal yakni faktor dari dalam diri peserta didik didik tersebut yang beranggapan
tersebut yang beranggapan bahwa sains itu sulit untuk bahwa sains itu sulit untuk
dipahami sehingga peserta didik kurang melek sains, dipahami sehingga peserta didik
sedangkan faktor eksternal yakni kurang tepatnya kurang melek sains.
penggunaan seperti model pembelajaran, strategi 3. Guru masih menjadi pusat
pembelajaran, pendekatan serta metode pembelajaran yang pembelajaran (teacher center)
digunakan oleh guru di kelas. Selain itu media sehingga siswa masih belum
pembelajaran, buku ajar serta alat evaluasi berupa eksplore dan kurang aktif dalam
instrumen literasi sains yang kurang mendukung mecari informasi di buku.
khususnya untuk peserta didik SMA karena kebanyakan 4. Faktor internal yang berasal dari
intrumen literasi sains dibuat secara umum dengan IPA individu yaitu rasa malas, seperti
terpadu. cenderung bergantung pada
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/ gadget.
view/55667 5. Tidak adanya pembiasaan yang
ditanamkan dari lingkungan
2. Menurut Mahmud (2019) melakukan penelitian kualitatif keluarga
dalam mengeksplorasi literasi numerasi peserta didik dalam
pemecahan masalah tidak terstruktur dengan metode studi
kasus. Prinsip dasar literasi numerasi adalah bersifat
kontekstual. Dengan demikian, soal yang dibuat untuk
mengeksplorasi literasi numerasi peserta didik haruslah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik
melalui soal cerita. Analisis dilakukan terhadap pekerjaan
peserta didik yang salah. Beberapa tipe kesalahan yang
dilakukan oleh peserta didik diantaranya: (a) salah dalam
menginterpretasikan maksud soal; (b) salah ketika
melakukan operasi hitung; dan (c) salah dalam mengambil
kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh alasan
kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, yakni peserta
didik memiliki beberapa kesulitan. Pertama, kesulitan yang
dialami peserta didik yaitu memahami soal dari segi
kemampuan membaca pemahaman dan kalimat
matematika. Kedua adalah kurangnya pemahaman peserta
didik pada materi prasyarat. Ketiga yaitu kesulitan peserta
didik dalam membangun strategi penyelesaian masalah
Keempat yaitu kesulitan dalam mengambil kesimpulan.
https://www.researchgate.net/publication/
333336381_LITERASI_NUMERASI_PESER

3. Membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan


dalam proses belajar. Budaya membaca atau reading habit
suatu bangsa sering menjadi tolak ukur kemajuan atau
peradaban suatu bangsa. Budaya membaca yang tinggi
pada masyarakat menunjukkan perkembangan perbadaban
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan hal
tersebut, beberapa negara maju di dunia menjadikan
membaca sebagai salah satu kegiatan yang tidak lepas dari
kehidupan mereka. Membaca menjadi sarana untuk
mempelajari dunia yang diinginkan sehingga manusia bisa
memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali
pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan.
https://journal.student.uny.ac.id/index.php/pgsd/article/v
iewFile/13875/13400

Hasil Wawancara Pakar :


1. Kepala SMA Bina Insani, Bapak Nanang, S.Ag
 Fasilitas perpustakaan yang terbatas.
 Siswa lebih menyukai penggunaan smartphone daripada
membaca buku.
https://drive.google.com/file/d/
1YZeXAl6qNoxItiUM0hcRUQGh_nIamqtx/view?usp=sharing

2. Fasilitator Guru Penggerak, Ibu Yeni Widiastuti, M.Pd


Rata-rata siswa memang kurang gemar membaca,
strateginya memanfaatkan gadget dengan membuat blog
tentang materi belajar fisika, serta membuat barcode
membaca.
https://drive.google.com/file/d/
1fLHK1sFs0nZwWvI2u1zl_2YKaC7Nl6Mo/view?usp=sharing

3. Rekan Sejawat, Ibu Rita Yulianda, M.T


Rendahnya literasi disebabkan oleh faktor penyalahgunaan
gadget siswa yang tidak pada fungsinya.
https://drive.google.com/file/d/1m_4e-
lyZuByPQOUG0FuDVdciF6H7IX1-/view?usp=sharing

4 Kurangnya Kajian Literatur : Berdasarkan hasil kajian literatur


kemampuan 1. Sering kali terdapat beberapa masalah yang kerap membuat dan hasil wawancara diperoleh
peserta didik siswa sulit untuk mendapatkan hasil belajar yang analisis kurangnya kemampuan
dalam memcahkan diinginkan, terutama sekali berhubungan dengan peserta didik dalam memecahkan
soal hitungan penyelesaian soal – soal dalam pembelajaran fisika. Agar soal hitungan fisika adalah :
dapat menyelesaikan soal fisika dengan baik, di perlukan 1. Kesulitan siswa dalam
fisika.
beberapa tahapan yang sistematis sehingga memecahkan masalah fisika
penyelesaiannya mudah dan terarah. karena kurangnya pemahaman
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/ dan keterampilan.
download/8537/5827/ 2. Dalam mengerjakan soal-soal
fisika, peserta didik lebih sering
2. Menurut Kemendikbud, kompetensi dasar yang harus langsung menggunakan
dimiliki siswa yaitu kompetensi dasar yang mengharapkan persamaan matematis tanpa
siswa dapat menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, melakukan analisis, menebak
cermat, teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak rumus yang digunakan dan
mudah menyerah menyelesaikan masalah. Berdasarkan menghafal.
kompetensi dasar tersebut, dapat diketahui bahwa 3. Peserta didik cenderung
menyelesaikan permasalahan fisika merupakan salah satu bergantung dengan teman,
bagian dari pembelajaran fisika. Karakter pemasalahan karena merasa tidak tertarik
diantaranya dapat ditunjukkan dengan format representasi dengan pelajaran fisika.
soal yang disajikan. Sehingga, menyelesaikan permasalahan 4. Kurangnya pengulangan kembali
fisika dapat ditunjukkan dengan menyelesaikan soal-soal latihan-latihan soal di rumah.
fisika.
https://jurnalstkip-weetebula.ac.id/index.php/jes/article/
download/425/181

3. Pada pembelajaran fisika, kemampuan menyelesaikan


masalah siswa masih tergolong rendah. Dalam mengerjakan
soal-soal fisika yang diberikan oleh guru, siswa lebih sering
langsung menggunakan persamaan matematis tanpa
melakukan analisis, menebak rumus yang digunakan dan
menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk
mengerjakan soal-soal lain. Siswa mengalami kesulitan
ketika berhadapan dengan permasalahan yang kompleks.
Siswa mampu menyelesaikan permasalahan kuantitatif
sederhana namun kurang memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa/article/view/
821/621
4. Pada proses pembelajaran yang di lakukan, ada hambatan
yang dialami oleh guru dan siswa. Salah satu diantaranya
adalah kendala yang dihadapi oleh para siswa, yaitu mereka
cenderung sulit untuk memecahkan masalah khususnya
pada pelajaran fisika. Kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah fisika karena kurangnya pemahaman dan
keterampilan. Mata pelajaran fisika selalu menyuguhkan
masalah yang menurut siswa berpikir kritis dan sistematis
untuk menyelesaikannya
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EPFT/article/
view/10017/9313

Hasil Wawancara Pakar :


1. Kepala SMA Bina Insani, Bapak Nanang, S.Ag
 Peserta didik kurang memiliki penguatan numerasi
 Kurang pengulangan sampai siswa paham
https://drive.google.com/file/d/
1YZeXAl6qNoxItiUM0hcRUQGh_nIamqtx/view?usp=sharing

2. Fasilitator Guru Penggerak, Ibu Yeni Widiastuti, M.Pd


Dampak pembelajaran online di tahun-tahun sebelumnya
sangat mempengaruhi kemampuan numerasi karena tidak
belajar langsung secara tatap muka
https://drive.google.com/file/d/
1fLHK1sFs0nZwWvI2u1zl_2YKaC7Nl6Mo/view?usp=sharing

3. Rekan Sejawat, Ibu Rita Yulianda, M.T


Kurangnya pengulangan materi kembali di rumah dan
hanya mengandalkan dituntun oleh guru
https://drive.google.com/file/d/1m_4e-
lyZuByPQOUG0FuDVdciF6H7IX1-/view?usp=sharing
5 Guru masih Kajian Literatur : Berdasarkan hasil kajian literatur
belum optimal 1. Diperlukan adanya inovasi yang dilakukan oleh guru dan hasil wawancara diperoleh
dalam dengan memanfaatkan teknologi. Penggunaan smartphone analisis belum optimalnya guru
memanfaatkan akan jauh lebih optimal jika dimanfaatkan baik oleh guru dalam memanfaatkan teknologi
teknologi sebagai media pembelajaran (Arlen et al., 2020). informassi dalam proses
informasi dalam https://doi.org/10.30998/sch.v1i1.3073 pembelajaran adalah :
proses 1. Sarana dan prasarana sekolah
pembelajaran 2. Guru hendaklah mendukung pendidikan yang berbasis yang terbatas, jumlah proyektor
teknologi untuk memperluas kekuatan pendidikan dan yang hanya ada 3 sehingga
mengembangkan potensi guru, siswa dan sekolah (Sakti, pemakaiannya bergantian.
2019). 2. Banyak kondisi pengajar yang
https://doi.org/10.31605/phy.v1i2.278 sudah masuk usia lanjut
sehingga sulit untuk
3. Pengusaan ICT siswa di Indonesia dinilai sangat kecil sekali, mengembangkan kompetensi
mungkin ini disebabkan berbagai factor, seperti tingkat penggunaan teknologi.
ekonomi dan pengadaan sarana prasarana di sekolah 3. Kurang pemanfaatan platform
(Wungguli & Yahya, 2020). pembelajaran.
https://doi.org/10.34312/jmathedu.v1i1.5376 4. Perlu waktu yang lebih banyak
untuk menyiapkan media
4. Active learning can also take place through the use of pembelajaran berbasis teknologi.
technology. Supporting active learning through ICT tools 5. Kurangnya pelatihan
(virtual community’s platforms, personalised learning penggunaan teknologi kepada
platforms, games, simulations, virtual labs, virtual and guru.
augmented reality systems, etc) (Carvalho & Bauters, 2021).
Pembelajaran aktif juga dapat terjadi melalui pemanfaatan
teknologi. Mendukung pembelajaran aktif melalui alat TIK
(platform komunitas virtual, platform pembelajaran yang
dipersonalisasi, game, simulasi, lab virtual, sistem virtual
dan augmented reality, dll).
https://eric.ed.gov/?id=ED615422

Hasil Wawancara Pakar :


1. Kepala SMA Bina Insani, Bapak Nanang, S.Ag
Pentingnya adalah di era ini mau tidak mau kita harus
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, karena 70%
siswa pada zaman sekarang lebih mengenal teknologi, oleh
karena itu pembelajaran menggunakan teknologi itu sangat
tepat untuk melaraskan kemanfaatan anak anak akan hobi
menggunakan teknologi agar lebih efektif dan efesien.
https://drive.google.com/file/d/
1YZeXAl6qNoxItiUM0hcRUQGh_nIamqtx/view?usp=sharing

2. Fasilitator Guru Penggerak, Ibu Yeni Widiastuti, M.Pd


Teknologi menstimulus kreaktivitas berfikir dengan lebih
cepat sehingga sangat membantu proses belajar.
https://drive.google.com/file/d/
1fLHK1sFs0nZwWvI2u1zl_2YKaC7Nl6Mo/view?usp=sharing

3. Rekan Sejawat, Ibu Rita Yulianda, M.T


 Guru kurang variatif menggunakan media.
 Guru kurang mengikuti perkembangan zaman
https://drive.google.com/file/d/1m_4e-
lyZuByPQOUG0FuDVdciF6H7IX1-/view?usp=sharing

DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu, M. F., Tanjung, D. S. dan Azelina D. (2020). Pengaruh Keterampilan Mangajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Peserta
didik di Kelas V SDN 04 Pangkatan. Jurnal Educatio FKIP UNMA. 6(2). 375-380
Arlen, S. R., Astuti, I. A. D., Fatahillah, F., & Purwanti, P. (2020). Pengaruh Media Pembelajaran Fisika Menggunakan Aplikasi
Appypie Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di SMK. Schrodinger Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 1(1), 44–
49.
Sakti, I. (2019). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Videoscribe Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa
SMP Ittihad Makassar. PHYDAGOGIC Jurnal Fisika Dan Pembelajarannya, 1(2), 49–54.
Wungguli, D., & Yahya, L. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Information and Communication Technology (ICT)
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Dimensi Tiga. Jambura Journal of Mathematics Education, 1(1), 41–47.
Carvalho, C. V. de, & Bauters, M. (2021). Technology Supported Active Learning: StudentCentered Approaches. Lecture Notes in
Educational Technology. In Lecture Notes in Educational Technology.

INSTRUMEN WAWANCARA

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana motivasi siswa untuk bersekolah?

2 Menurut pendapat Anda, bagaimana dengan antusiasme siswa dalam belajar?

3 Bagaimana Anda menyikapi bahwasanya dalam pembelajaran masih banyak siswa


yang belum mencapai KKM?

4 Dalam pembelajaran terutama di pelajaran fisika, tingkat kompetitif siswa masih


rendah. Mengapa demikian?

5 Apa tanggapan Anda terhadapa minat baca siswa yang masih rendah, sehingga sulit
memahami pembelajaran ?

6 Bagaimanakah cara menerapkan pembiasaan literasi siswa baik di sekolah maupun


di rumah ?

7 Menurut Anda, mengapa kemampuan numerasi peserta didik masih rendah?

8 Menurut pendapat Anda, bagaimana pentingnya model pembelajaran yang


digunakan guru dalam mengajar?

9 Menurut pendapat Anda, pentingnya media pembelajaran seperti apa?

10 Bagaimana solusi/saran untuk guru lebih variatif dalam pemanfaatan media


pembelajaran?

11 Bagaimana pentingnya teknologi dalam pembelajaran?


12 Bagaimana jika dalam pembelajaran guru kesulitan menggunakan teknologi, baik
karena kurang cakap, keterbatasan jaringan internet atau kurangnya sarana?
Wawancara dengan Kepala Sekolah Wawancara dengan Fasilitator Guru Penggerak Angkatan 9

Wawancara dengan Teman Sejawat

Anda mungkin juga menyukai