Anda di halaman 1dari 11

Nama : SAHARUDDIN, S.Pd.

SD
Asal institusi : UPTD SD Negeri Lumu (Kec. Budong-Budong Kab. Mamuju Tengah)

LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah


No. Masalah yang Hasil Ekplorasi Penyebab Masalah Analisis Ekplorasi
Telah Penyebab Masalah
Diidentifikasi
1. Motivasi belajar Sumber Kajian Literatur Jurnal/Artikel Setelah dilakukan
siswa yang 1. Menurut Santrock dalam Mardianto (2012 : 186) motivasi adalah proses yang memberi analisisis terhadap hasil
rendah semangat, arah, kegigihan perilaku. Mardianto memberikan tiga kata kunci yang dapat kajian literatur dan
wawancara, serta
diambil dari pengertian psikologi, yakni :
dikonfirmasi melalui
• dalam motivasi terdapat dorongan yang menjadikan seseorang mengambil tindakan atau observasi dapat
tidak mengambil tindakan diketahui bahwa
• dalam motivasi terdapat satu pertimbangan apakah harus memprioritaskan tindakan penyebab munculnya
alternatif, baik itu tindakan A atau tindakan B masalah rendahnya
• dalam motivasi terdapat lingkungan yang memberi atau menjadi sumber masukan atau motivasi belajar siswa di
kelas adalah:
pertimbangan seseorang untuk melakukan tindakan pertama atau tindakan kedua.
1. Siswa tidak terlibat
https://eprints.uny.ac.id/67699/4/BAB%20II.pdf aktif dalam
2. Rike Kurnia Sari, Faizal Chan, Dwi Kurnia Hayati, Halimah Sa’diah (2020) : Bahwa pembelajaran/disk
penyebab motivasi belajar siswa rendah sebagai berikut: usi karena media
• Disiplin belajar: siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, memiliki atau model
partisipasi yang rendah dalam pembelajaran, asyik bercanda dan ngobrol, bukan pembelajaran yang
digunakan tidak
membawa buku dan alat belajar.
menarik
• Sikap belajar: ditemukan siswa yang tidak terlibat dalam diskusi kelas atau diskusi 2. Kurangnya
kelompok, dan siswa yang mandiri terhadap dinamika kelas. konsentrasi siswa
• Tingkat keaktifan: ditemukan siswa yang kurang mendengar penjelasan guru, siswa yang dalam menerima
kurang memperhatikan tugas individu dan kelompok, siswa dengan rasa ingin tahu yang materi dikarenakan
rendah, dan siswa yang kurang berani bertanya dan menjawab. kurang fokus, lebih
senang mengobrol
• Kepuasan terhadap hasil belajar rendah: ditemukan 42% siswa memiliki nilai belajar
dengan teman
dibawah KKM. https://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/Al - sebangku.
Jahiz/article/view/3146/2083 3. Siswa memiliki rasa
bosan dan jenuh
3. Shilphy A. Octavia (2020: 11) : Faktor penyebab minat belajar anak rendah yaitu sebagai akan belajar
berikut: tingkat perkembangan yang mundur, tidak adanyanya motivasi, Kesehatan yang sehingga tidak ada
buruk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan yang rendah. dorongan untuk
mengikuti
https://www.google.co.id/books/edition/Motivasi_Belajar_Dalam_Perkembangan_Rema/Q
pembelajaran
mrSDwAAQBAJ?hl=id&gbpv= 1&dq=buku+tentang+minat+belajar&printsec=frontcover
4. kurangnya
4. Teacher Centered. Peranan guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge atau guru pemberian
merupakan satu-satunya sumber belajar (teacher center),melainkan guru sebagai mediator stimulus, kurang
dan fasilitator aktif untuk mengembangkan potensi aktif siswa yang ada pada dirinya. rasa keingintahuan
https://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp/article/view/350/221. siswa, kurang
5. Trisna Fatmawati (2021) Faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa adalah: berani bertanya dan
menjawab serta
• Pertama kemampuan siswa, keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kurangnya
kemampuan untuk mencapainya, karena kemampuan akan memperkuat motivasi anak pemusatan
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya; perhatian
• Kedua kondisi lingkungan siswa, siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, oleh 5. Kurang nyamannya
karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan, dan ketertiban pergaulan ruangan belajar,
perlu di pertinggi mutunya agar semangat dan motivasi belajar siswa mudah diperkuat.; kondisi kelas yang
• Ketiga guru sebagai pembina siswa dalam belajar, Sebagai pendidik, guru memutuskan kurang mendukung
perhatian pada keperibadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.
http://repository.iainbengkulu.ac.id/6931/1/BAB%20I-V.pdf

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Rekan Sejawat, dan Pihak Terkait Lainnya
1. Kepala Sekolah (Mukhtar S.Pd) : Beliau berpendapat bahwa penyebab rendahnya motivasi
belajar siswa ada dari segi orang tua siswa, orang tua tidak terlalu memperhatikan anak,
maklum karena dampak dari pandemi yang terjadi masih menjadi kebiasaan siswa. Masih
terbiasanya siswa pada pembelajaran daring, sehingga ketika masuk sekolah motivasi siswa
ini kurang dalam mengikuti pembelajaran.
2. Guru (Helnawati,S.Pd) : Berdasarkan hasil wawancara, tentang penyebab rendahnya
motivasi siswa dalam belajar karena siswa merasa jenuh dan bosan, dikelas hanya ada buku,
papan tulis, dan meja, sehingga siswa merasa jenuh dan tidak termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran. Kurangnya ice breaking didalam kelas, guru-guru juga kurang memberikan
permainan yang menyenangkan.
3. Rekan Sejawat (Farham, S.Pd.) : Mengemukakan ada 3 penyebab yaitu dari siswa, guru dan
orang tua.
• Dari siswa itu sendiri, memiliki rasa bosan dan jenuh akan belajar sehingga tidak ada
dorongan untuk mengikuti pembelajaran
• Dari guru adalah guru kurang dalam memberikan stimulus untuk siswa lebih semangat
dalam belajar. Guru hanya mengajar saja tanpa memberikan motivasi untuk siswa.
• Dari orang tua siswa sendiri, kurang memberika semangat kepada anak
4. Pengawas Sekolah (Sugiyat, S.Pd., M.Pd) : Mengatakan bahwa penyebab motivasi belajar
siswa rendah ini karena konsentrasi anak yang tidak bisa fokus pada pembelajaran. Siswa
merasa jenuh dan bosan, bisa karena kurangnya media inovasi yang digunakan guru
sehingga dapat menarik perhatian, meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Kurangnya Sumber Kajian Literatur Jurnal/Artikel Setelah dilakukan


komunikasi 1. Muslim (2020:4) ; Namun saat ini, umumnya orang tua kurang memiliki perhatian terutama analisisis terhadap hasil
guru dan orang pendidikan anaknya. Ini disebabkan adanya kesibukan keluarga seperti : kajian literatur dan
tua terkait • Jarang berada di rumah bahkan pemeliharaan putra putri diserahkan kepada pembantu wawancara, serta
dengan atau familinya, bahkan ada yang menyerahkan sepenuhnya kepada guru. dikonfirmasi melalui
perhatian • Kurang memperhatikan pergaulan anaknya di luar lingkungannya sehingga anak banyak observasi dapat diketahui
orang tua terlibat kenakalan remaja bahwa penyebab
dalam • Kurang memperhatikan kebutuhan si anak munculnya masalah
mendampingi • Kurang adanya perhatian dan kerja sama antar keluarga dan sekolah. (Muslim dalam Kurangnya komunikasi
anak belajar di bukunya Pengaruh Perhatian terhadap prestasi belajar anak) guru dan orang tua
rumah 2. Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Rahman (2022:34) : Penyebab kurangnya terkait dengan perhatian
komunikasi guru dan orang tua terkait dengan perhatian orang tua siswa dalam orang tua dalam
mendampingi anak belajar di rumah, dapat dikarenakan keterampilan komunikasi orang tua mendampingi anak
yang rendah, terkendala dalam bahasa, materi, dan kurangnya keingintahuan dalam belajar di rumah adalah :
pembelajaran anak. 1. Siswa belum dan
3. Edgar Aufar Zulfahmi (2020): Orangtua tentu saja sangat peduli terhadap pendidikan anak- bahkan tidak
terbiasa untuk
anaknya. Namun, penyebab utama kurangnya perhatian orang tua terhadap anak adalah
membaca kembali
• Orang tua memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. pembelajaran yang
• Kondisi orang tua yang lelah dari bekerja sehingga tidak memaksimalkan perhatian untuk telah dilakukan di
anak ketika dirumah. sekolah atau bahkan
membaca materi
• Kurangnya keharmonisan dalam lingkungan rumah. yang selanjutnya
https://www.journal.unpas.ac.id/index.php/pendas/article/view/3058/1578 akan diberikan.
4. Agung Nugroho et al., (2021) : menunjukkan bahwa tidak semua orang tua bisa mengikuti 2. Peserta didik bahkan
proses belajar dari rumah, karena tidak semua orang tua memiliki waktu atau kualifikasi terkadang
mengerjakan
yang cukup untuk mendampingi anak-anak mereka. Kemudian diperkuat oleh hasil riset.
pekerjaan rumah di
• Anak tidak diperhatikan mengerjakan PR. kedekatan antara orang tua dan anak yang sekolah karena
kurang dikarenakan kesibukan orang tua, kurangnya perhatian
• Penyebab lain adalah hubungan antar orang tua yang tidak harmonis sehingga orang tua baik itu dari orang
tidak dapat mendampingi anak dalam pembelajaran. tua ataupun siswa itu
sendiri
• Lingkungan anak yang tidak mendukung sehingga anak lebih suka bermain daripada
3. Kurangnya
belajar
kegiatan yang
5. Dalam perkembangan kepribadian anak, orang tua mempunyai peranan (tanggung jawab), melibatkan interaksi
menurut D.Gunarsa (1990:6) tanggung jawab orang tua adalah “Memenuhi kebutuhan si antar guru dan orang
anak, baik dari sudut organis psikologi, antara lain makanan, maupun kebutuhan psikis, tua.
seperti kebutuhan anak perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan 4. Kurangnya informasi
dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, asuhan, ucapan-ucapan dan materi yang dibawa
perlakuan-perlakuan”. https://media.neliti.com/media/publications/215623-peran-orang- anak ke rumah dan
terbatasnya
tua-dan-guru-dalam-mengatasi.pdf
pengetahuan sehingga
menyulitkan orang
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Rekan Sejawat, dan Pihak Terkait Lainnya tua dalam
1. Kepala Sekolah (Mukhtar S.Pd) : Beliau berpendapat bahwa penyebab kurangnya mendampingi anak
komunikasi guru dan orang tua terkait dengan perhatian orang tua dalam mendampingi anak mengerjakan tugas
belajar di rumah terkadang orang tua peserta didik tidak memperhatiakan atau kurang rumah (PR)
merespon undangan yang di kirimkan pihak sekolah. Dalam hal diskusi tentang hal yang 5. Kondisi orang tua
berhubungan dengan perhatian orang tua terhadap peserta didik di rumah, untuk melakukan yang juga bekerja dan
sibuk dengan
bimbingan membantu anaknya di rumah dalam menyelesaikan tugas PRnya.
pekerjaannya
2. Guru (Helnawati,S.Pd) : Berdasarkan hasil wawancara, orang tua jarang di rumah. Kurang sehingga kurang
memperhatiakan anaknya, pekerjaaan orang tua peserta didik lebih di utamakan sehingga perhatian kepada
lupa dengan Pendidikan anaknya sendiri. anak
3. Rekan Sejawat (Farham, S.Pd.) : Mengemukakan bahwa pada dasar orang tua peserta didik 6. Keterbatasan
yang ada didaerah terpencil belum menyadari bagai mana pentingnya Pendidikan anak . bahasa dan
merka hanya mementingkan pekerjaan . terlalu sibuk dengan urusan sendiri ,sehingga keterampilan
komunikasi yang
perkebangan anak diserahkan kepada sekolah. pada hal dalam ini sebaiknya keterlibatan dimiliki orang tua
orang tua dan guru dalam Pendidikan itu sebaiknya gurusebagai tenaga pendidik memberi 7. Beberapa orang tua
pelajaran. Dan orang tua pun seharusnya mengontrol anaknya dengan memberikan menganggap
perhatian kepada anak dalam bidang Pendidikan anak itu sendidri. pendidikan anak
diserahkan
4. Pengawas Sekolah (Sugiyat, S.Pd., M.Pd) : Mengatakan bahwa pihak sekolah perlu
sepenuhnya kepada
mengadakan komunikasi yang baik dalam hal hubungan guru, peserta didik dan orang tua guru di sekolah.
pesrta didik . tujuannya sehingga apa yang menjadi permasalahan disekolah dapat di
bicarakan dengan baik . perlu laksanakan pertemuan yang di koordinir oleh komite
sekolah.sehingga kedua belah pihak saling menyampaikan keluh kesah mengenai
perkebangan para peserta didik. Demi tercapainya tujuan Pendidikan itu sendiri dan sebagai
orang tua peserta didik juga merasa puas dengan hasil yang di capai anaknya.

3. Kurangnya Sumber Kajian Literatur Jurnal/Artikel Setelah dilakukan


penerapan 1. Ucu Rosmiati, Puji Lestari, (2021) : Terdapat beberapa sebab yaitu, Kurangnya analisisis terhadap
model-model pengetahuan guru terhadap teknologi, Kurangnya keterampilan guru dalam mengatur waktu hasil kajian literatur
pembelajaran dan membuat media pembelajaran, ataupun guru memiliki metode yang lebih efektif untuk dan wawancara, serta
yang inovatif digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. dikonfirmasi melalui
berdasarkan Tantangan perihal alih sistem pembelajarandari tatap muka menjadi daring. Keberhasilan observasi dapat
karakteristik model ataupun mediapembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya. diketahui bahwa
materi dan Menyesuaikan dengan karakteristik siswa dan model pembelajaran akan menciptakan penyebab munculnya
siswa pemebalajaran yang menyenangkan. masalah Kurangnya
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/JNPM/article/view/3708 penerapan modelmodel
2. Acep Roni Hamdani, et al.,(2021) : penyebab yang menyebabkan kurangnya model inovasi pembelajaran yang
tersebut di antaranya karena wawasan yang dimiliki guru hanya proses pembelajatan selama inovatif
ini strategi ceramah dengan tujuan agar peserta didik bersifat laten dan hanya fokus dan berdasarkan
memperhatikan klarifikasi sedangkan guru mengolah data di kelas atau pembelajaran kelas karakteristik materi
dan bersifat Teacher Centered atau belajat terjadi satu arah. dan siswa adalah :
http://journal.stkipsubang.ac.id/index.php/didaktik/article/view/252/208 1. Kurangnya
3. Suci Setiawati et al., (2020) : guru dituntut untuk berinovasi dengan menggunakan strategi, keterampilan dalam
model - model pembelajaran yang membuat proses dan hasi belajar meningkat. Melalui model menentukan model
pembelajaran tematik integratif memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok pembelajaran yang
dapat secara aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip -prinsip keilmuan secara
sesuai dengan materi
holistik, bermakna, dan otentik.
https://ejurnalkotamadiun.org/index.php/JIPP/article/view/334 dan kareakteristik
siswa.
4. Komalasari (2010:57) Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam 2. Penggunaan sumber
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam proses belajar yang tidak
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. efisien
https://media.neliti.com/media/publications/188143-ID-kendala-guru-dalammenerapkan-
3. Kurang memiliki
model-pembe.pdf
5. Menurut para ahli (dalam Sartono, 2012) : menyebutkan suatu model mengajar baik apabila referensi tentang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: model-model
• Memiliki prosedur yang sistematik untuk memodifikasi prilaku siswa. pembelajaran
• Hasil belajar yang ditetapkan secara khusus yaitu perubahan perilaku positif siswa secara 4. Kurangnya
khusus. pemanfaatan
• Penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif. lingkungan sekitar
• Ukuran keberhaslan siswa setalah mengikuti pembelajaran sehingga bisa menetapkan sebagai model
kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
pembelajaran yang
• Interaksi dengan lingkungan agar mendorong siswa lebih aktif dalam lingkungannya.
inovatif dan
http://repository.unpas.ac.id/49784/6/BAB%20I%20MASDYARA.%20G.pdf
pengalaman
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Rekan Sejawat, dan Pihak Terkait Lainnya keseharian siswa
1. Kepala Sekolah (Mukhtar,S.Pd) : Beliau berpendapat bahwa penyebab kurangnya dalam proses
pemanfaatan model pembelajaran yang inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa pembelajaran.
adalah model yang digunakan kurang bervariasi, guru sulit menentukan model yang dapat 5. Kurangnya
membuat semua siswa aktif dan bukan hanya sebagian saja. pelatihan/webinar
2. Guru (Helnawati,S.Pd.) : Berdasarkan hasil wawancara, tentang permasalahan tersebut yang dapat
karena guru kurang mengikuti webinar-webinar yang dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman dalam mengenal karakteristik siswa ataupun materi, kebiasaan guru hanya pengetahuan dan
menggunakan papan tulis tanpa inovasi lain. pemahaman dalam
3. Rekan Sejawat (Farham, S.Pd.) : Berdasarkan hasil wawancara ditemukan penyebabnya mengenal
adalah Kurangnya anak mengulang pembelajaran dirumah, metode atau model yang karakteristik siswa
digunakan kurang bervariasi. ataupun materi.
4. Pengawas (Sugiyat, S.Pd., M.Pd) : Mengatakan bahwa penyebab utama kurangnya
pemanfaatan model pembelajaran inovasi ini karena model yang digunakan tidak sesuai
dengan pelajaran, dan kondisi siswa. Hal lain yang menjadi penyebab adalah karena
kurangnya penguasaan guru dalam mengenal model inovasi.

4. Kesulitan Sumber Kajian Literatur Jurnal/Artikel Setelah dilakukan


dalam 1. Yunanda Fitra, et al., (2021) : menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu (1) Metode analisisis terhadap hasil
mengerjakan yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi dan kurang tepat, sehingga kajian literatur dan
soal (HOTS) siswa kurang memahami materi pelajaran serta merasa kurang terbimbing dalam kegiatan wawancara, serta
pembelajaran. (2) Guru kurang menggunakan media pembelajaran serta kurang dikonfirmasi melalui
memvariasikan penggunaan media, sehingga kegiatan pembelajaran terasa kurang menarik observasi dapat
bagi siswa http://msirp.org/journal/index.php/mted/article/view/64/44 diketahui bahwa
2. Arie Purwa Kusuma, Syita Faith dan Adna (2021): Dalam Alhassora, Abu, dan Abdullah penyebab munculnya
(2017) menemukan bahwa kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS disebabkan karena masalah Rendahnya
siswa belum terbiasa membaca masalah kata panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh hasil belajar siswa dalam
Prakitipong dan Nakamura (2006) menunjukkan jenis kesalahan siswa yaitu kesalahan menyelesaikan tugas
pemahaman dalam memecahkan pertanyaan terstruktur dan kesalahan transformasi dalam yang HOTS adalah :
menyelesaikan pertanyaan pilihan ganda. Alhassora, Abu, dan Abdullah (2017) menemukan 1. Metode yang
bahwa kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS disebabkan karena siswa belum terbiasa digunakan guru
membaca masalah kata panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prakitipong dan dalam pembelajaran
Nakamura (2006) menunjukkan jenis kesalahan siswa yaitu kesalahan pemahaman dalam kurang bervariasi
memecahkan pertanyaan terstruktur dan kesalahan transformasi dalam menyelesaikan dan kurang tepat,
pertanyaan pilihan ganda. sehingga siswa
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/jsmu/article/view/8674/6049 kurang memahami
3. Sugiari Saraswati (2020) : Menyajikan faktor-faktor penyebab kendala yang dialami siswa materi pelajaran
dalam menyelesiakan soal HOTS mata pelajaran matematika, yaitu: serta merasa
• kurangnya latihan soal berorientasi HOTS kurang terbimbing
• kemalasan siswa membaca soal dengan kalimat yang panjang, dalam kegiatan
• kebingunan siswa menentukan cara yang digunakan menjawab soal pembelajaran.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/25336/15392 2. Siswa kurang
4. Menurut Mahanani, P. dkk (2022) Peningkatan kualitas dan mutu guru masih sangat menerapkan cara
diperlukan. Pemahaman yang telah dimiliki oleh guru terkait HOTS memerlukan penguatan mengerjakan soal-
dalam bentuk pelatihan sehingga kemampuan dan keterampilan mereka dalam soal HOTS
mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis HOTS dapat terasah. Berdasarkan 3. Kurangnya latihan
paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang masih dialami guru soal-soal yang HOTS
diantaranya keterampilan mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis HOTS. 4. Kurang menggunakan
Judul Jurnal : Pendampingan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis High Order media pembelajaran
Thinking Skill (HOTS) Berlandaskan Merdeka Belajar bagi Guru SD. Wikrama Parahita: Jurnal serta kurang
Pengabdian Masyarakat JPM Wikrama Parahita p-ISSN 2599-0020, e-ISSN 2599-0012 memvariasikan
View of Pendampingan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis High Order Thinking penggunaan media,
Skill (HOTS) Berlandaskan Merdeka Belajar bagi Guru SD (lppmunsera.org) sehingga kegiatan
5. (Saraswati PMS, 2020) Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam mengerjakan soal HOTS pembelajaran terasa
adalah siswa jarang diberikan latihan soal cerita, siswa merasa malas membaca soal dengan kurang menarik bagi
kalimat yang panjang, siswa bingung menentukan cara yang digunakan untuk menjawab siswa
soal. 5. Materi hanya
Judul Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa”. dikembangkan atas
I Wayan Muderawan; I Gusti Lanang Wiratma; Muthia Zahra Nabila. acuan apa yang
terdapat dibuku teks
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Rekan Sejawat, dan Pihak Terkait Lainnya
1. Kepala Sekolah (Sugiyat,S.Pd) : Mengatakan bahwa berpikir HOTS untuk SD memang
masih sulit diterapkan, karena siswa diharapkan untuk berpikir tinggi dalam pemecahan
masalah.
2. Guru (Helnawati, S.Pd.) : Berdasarkan hasil wawancara, tentang permasalahan tersebut
karena kembali kepada diri siswa sendiri, siswa tidak memahami dan memaknai soal
sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru sebaiknya juga memberikan
evaluasi dengan soal yang mudah terlebih dahulu sebelum masuk ke kategori HOTS
tersebut.
3. Rekan Sejawat (Farham, S.Pd.) : Berdasarkan hasil wawancara ditemukan penyebabnya
rendahnya hasil belajar siswa dalam menyelesaikan tugas HOTS, disebabkan karena tidak
terbiasanya siswa mendapat kata-kata yang baru menurut mereka. Kata yang tidak biasa
ini membuat siswa merasa bingung dan kesulitan untuk menyelesaikan soal HOTS.
4. Pengawas (Sugiyat, S.Pd., M.Pd) : Mengatakan bahwa permasalahan ini pada tingkat
sekolah dasar, soal-soal HOTS membutuhkan nalar, seorang siswa belum bisa berpikir
tinggi, tidak semua siswa belum mampu berpikir kesana. Untuk sekolah dasar yang perlu
adalah bagaimana menanamkan konsep. Untuk HOTS ini butuh waktu yang panjang.
Tingkat kemampuan siswa bervariasi. Hanya sebagian siswa yang dapat berpikir tingkat
tinggi. penyebab utama lainnya adalah tiap anak memiliki IQ yang berbeda-beda dan
mengaitkan informasi yang didapatkan dengan jawaban belum mampu dijawab.

5. Belum optimal Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel Setelah dilakukan analisis


dalam 1. Menurut Dewantara, dkk (2021). Kreativitas guru dalam memilih dan memanfaatkan terhadap hasil kajian
memanfaatkan teknologi sebagai media pendukung pembelajaran belum tampak secara maksimal. Faktor literatur dan hasil
teknologi keterbatasan keterampilan, perangkat pendukung serta umur menjadi alasan kurangnya wawancara serta
informasi (TIK) kreativitas guru, pemilihan media berbasis teknologi yang digunakan sejauh ini hanya dikonfirmasi melalui
dalam berdasarkan pada kesesuaian materi serta kemudahan penggunaan media. observasi dapat diketahui
pembelajaran Judul Jurnal: bahwa penyebab belum
Kreativitas Guru Dalam Memanfaatkan Media Berbasis IT Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa”. optimal dalam
memanfaatkan teknologi
Al-Gurfah : Journal of Primary Education Volume 1, No. 1, Juni 2020, 15-28 P-ISSN: 2656-0704
informasi (TIK) dalam
| E-ISSN: xxxx-xxxx pembelajaran adalah :
adalah :
EATIVITAS GURU DALAM MEMANFAATKAN MEDIA BERBASIS IT DITINJAU DARI GAYA 1. Belum menguasai
BELAJAR SISWA | Dewantara | AL-GURFAH: Journal of Primary Education (iain-bone.ac.id) teknologi informasi (TIK)
2. Dari temuan yang penulis dapatkan bahwa tahap pelaksanaan Guru dalam berinovasi dalam dengan baik.
pengembangan media pembelajaran penulis berasumsi bahwa sangat tepat apa yang 2. Guru kurang terampil
dilakukan oleh guru tersebut, karena penggunaan media pembelajaran yang akan di dalam mengoperasikan
tampilakan harus melihat kondisi kelas yang di ajar, agar pembelajaran bisa berjalan dengan perangkat teknologi
baik dan tujuan pembelajaran bisa tercapai. Firmadani (2020) diperlukan strategi dalam informasi (TIK).
proses pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan media pembelajaran ketika 3. Kurangnya minat dalam
menyampaikan materi melalui media pembelajaran, terlebih lagi media pembelajaran inovatif mengikuti pelatihan
supaya pembelajaran yang terjadi tidak menoton. untuk mengembangkan
pengetahuannya.
3. Laudhira, dkk (2022) Penerapan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran
4. Adanya rasa enggan
tematik diantaranya yaitu terlihat pada penerapan media TIK belum sepenuhnya terlaksana
dan tidak mau repot
dikarenakan guru belum menguasai teknologi, penggunaan media TIK ketika AKM belum dan hanya ingin
berjalan maksimal, guru kebanyakan masih menggunakan buku sebagai bahan ajar dengan mengajar yang
metode ceramah dan guru hanya menayangkan materi berupa tulisan-tulisan yang hanya sederhana saja.
membuat peserta didik merasa bosan. Adapun kendala-kendala guru dalam penerapan media 5. Minimnya
pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran tematik yaitu guru belum bisa menguasai pengembangan diri
teknologi dengan baik, sarana dan media TIK yang terbatas dan guru kurang kreatif dalam guru di bidang TIK.
membuat bahan ajar yang sangat penting untuk menarik perhatian peserta didik. Sehingga 6. Faktor usia sehingga
solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala diatas yaitu guru dapat kesulitan
mengikuti pelatihan mengenai TIK seperti halnya mengikuti seminar, workshop, lokakarya, mengoperasikan
sosialisasi dan lain sebagainya, melengkapi berbagai sarana dan media berbasis TIK yang fasilitas teknologi yang
dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan guru dapat mengambil materi tambahan dari ada dan pengetahuan
internet untuk dimodifikasi sesuai tema yang akan diajarkan. teknis terhadap TIK
Judul Jurnal : dalam pembelajaran
Hanannika, Laudhira Kinantya, and Sukartono Sukartono. "Penerapan Media masih terbatas.
Pembelajaran Berbasis TIK pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar." Jurnal
Basicedu 6.4 (2022): 6379-6386.
4. Hasil penelitian (Rose Winda dkk,2021) Menunjukkan bahwa kesulitan gurudalam
merancang inovasi pembelajaran berbasis IT disebabkanoleh:
• Kesulitan merancang media berbasis IT
• Mengoperasikan media berbasis IT
• Sarana dan prasarana yang tidak lengkap
• Kreatifitas guru
Judul Jurnal :
“Implementasi Model Pembelajaran Inovatif, Devi Agus Susanti”
5. Menurut Mukaromah, E. (2020). Kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan
berbagai fasilitas TIK dipengaruhi oleh faktor usia serta kompetensi guru yang bersangkutan.
Dari segi usia terkadang guru yang sudah berumur mengalami kesulitan untuk mengikuti
derasnya arus perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi yang pada akhirnya
membuatnya kewalahan dalam memanfaatkan perangkat tersebut dalam mendukung
penyampaian materi pembelajaran. Sejatinya seorang guru harus mampu mengintegrasikan
teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran secara kreatif. Hal itu harus
terus dilakukan agar gairah belajar siswa lebih meningkat dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Secanggih apapun teknologi yang digunakan dalam mendukung proses
pembelajaran, seorang guru tetap memegang peran sentral sebagai pengembang konten dan
tutor pembelajaran. Peran seorang guru tidak dapat tergantikan sehingga kreatifitas seorang
guru mutlak diperlukan dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Judul Jurnal :
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Gairah Belajar
Siswa. Indonesian Journal of Education Management and Administration Review, 2020 June,
Volume 4 Number 1
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Gairah Belajar
Siswa | Mukaromah | Indonesian Journal of Education Management & Administration
Review (unigal.ac.id)

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Rekan Sejawat, dan Pihak Terkait Lainnya
1. Kepala Sekolah (Mukhtar, S.Pd): Faktor penyebabnya karna adanya rasa malas dalam
memanfaatkan teknologi yang ada seperti membuat media pembelajaran yang dapat
membantu dalam penyampaian materi pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian
maupun dapat menambah pengetahuan peserta didik dalam memahami sebuah materi
pembelajaran. Faktor usia juga berpengaruh karna ketidak mampuannya dalam
mengoperasikan laptop dan juga kurangnya minat dalam mengikuti pelatihan untuk
mengembangkan pengetahuannya.
2. Guru (Helnawati, S.Pd) Faktor penyebabnya yaitu guru kurang terampil dalam
mengoperasikan perangkat teknologi informasi (TIK) seperti dalam membuat media
pembelajaran serta adanya rasa enggan dan tidak mau repot dan hanya ingin mengajar yang
sederhana saja.
3. Teman Sejawat (Farham, S.Pd) : Kurangnya pengoptimalan penggunaan TIK dalam proses
pembelajaran disebabkan salah satunya oleh faktor umur. Karena beberapa guru yang
sudah lanjut usia kesulitan mengoprasikan fasilitas teknologi yang ada Dan pengetahuan
teknis terhadap TIK dalam pembelajaran masih terbatas.
4. Pengawas Sekolah (Sugiyat, S.Pd., M.Pd) Faktor penyebabnya yaitu kemampuan guru
dalam menggunakan TIK dalam pembelajaran masih rendah.

Anda mungkin juga menyukai