Anda di halaman 1dari 14

DEWA AYU PUTU DIAH OKTAVIANI LESTARI

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
No Analisis eksplorasi penyebab
telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
. masalah
diidentifikasi
1 Motivasi Belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
Siswa Rendah 1. Motivasi adalah dorongan yang hasil kajian literatur dan serta
dikonfirmasi melalui observasi/
diberikan guru kepada sisiwa dalam pengamatan dan wawancara
rangka menumbuhkan rasa pesercaya didapatkan hasil:
diri dan semangat dalam belajar 1. Metode pembelajaran yang
(Pradanda, 2019) monoton, membuat siswa
2. Awe dalam Pradana (2019) Motivasi susah memahami materi
sangat diperlukan dalam kegiatan 2. Kondisi lingkungan siswa
belajar sebab tanpa adanya yang kurang mendukung,
motivasi dalam belajar tidak baik dari orang tua yang
akan mungkin seseorang melakukan kurang peka dengan
aktivitas belajar Motivasi belajar keadaan siswa, ataupun
siswa harus selalu ditumbuhkan lingkungan tempat tinggal
karena kegagalan dalam belajar tidak siswa
hanya disebabkan oleh pihak 3. Pola pikir siswa yang
siswa, tetapi mungkin dari beranggapan materi yang
guru yang tidak berhasil dipelajari susah
menumbuhkan motivasi belajar 4. Guru belum cukup waktu
siswa sehingga minat belajar menyiapkan media
menurun dan hasil belajar rendah. pembelajaran yang
3. Menurut Uno dalam Rini (2018) menyesuaikan kedaan
indikator motivasi belajar dapat siswa dengan jumlah kelas
diklasifikasikan sebagai berikut: banyak
- adanya hasrat dan keinginan 5. Lingkungan sekolah yang
berhasil mempengaruhi motivasi
- adanya dorongan dan kebutuhan adalah SARPRAS serta
dalam belajar inovasi guru dalam
- adanya harapan dan cita-cita masa mengembangkan model
depan pembelajaran
- adanya penghargaan dalam belajar 6. Siswa cenderung bermain
- adanya kegiatan yang menarik HP sehingga cenderung
dalam belajar kelelahan
- adanya lingkungan belajar yang 7. Keadaan keluar yang tidak
kondusif, sehingga memungkinkan kondusif (brokenhome)
seseorang siswa dapat belajar
dengan baik.
4. Menurut Palitin et al (2019) Terdapat 2 peran
dalam motivasi. Pertama, motivasi sebagai
penggerak psikis dalam diri seseorang yang
akan menimbulkan keinginan untuk
belajar dan juga menjamin tetap
berlangsungnya proses pembelajaran
demi tujuan tertentu. Kedua, motivasi
memberikan semangat dan juga rasa senang
dalam proses pembelajaran yang dapat
menimbulkan energi untuk belajar.
5. Menurut Ilmiyah (2019) Ada beberapa cara
untuk menumbuhkan motivasi pada
kegiatan belajar diantaranya adalah
memberikan angka misalnya, memberikan
hadiah, persaingan/berkompetisi, ego-
involvement, memberikan ulangan,
mengetahui hasil, memberikan pujian,
memberikan hukuman, minat dan adanya
tujuan.
6. Menurut Slameto dalam Naibaho et al (2021)
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa diantaranyaa.
- Kondisi internal yaitu kondisi
(situasi) yang ada didalam diri
siswa itu sendiri misalnya
kesehatannya, keamananya
ketentramannya dan sebagainya.
- Kondisi eksternal adalah kondisi
yang ada diluar pribadi manusia,
misalnya kebersihan rumah,
penerangan, serta keadaan
lingkungan
- Stategi belajar. Belajar yang
efisisen dapat tercapai apabila
dapat menggunakan stategi yang
tepat. Strategi belajar diperlukan
untuk dapat mencapai hasil yang
semaksimal mungkin
7. Ali Imron dalam Naibaho et al (2021)
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
yaitu:
- Cita-cita/aspirasi pembelajar. Cita
cita merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi
belajar.
- Kemampuan Pembelajaran.
Kemampuan pembelajaran juga
menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi motivasi.
- Kondisi Pembelajaran . Hal ini
dapat terlihat dari kondisi fisik
maupun kondisi psikis
pembelajaran.
- Kondisi Lingkungan. Dapat
diamati dari lingkungan fisik
dan lingkungan yang mengitari si
pembelajar.
- Unsur-unsur dinamis belajar/
pembelajaran. Hal ini dapat
diamati pada sejauh mana upaya
memotivasi tersebut dilakukan.
- Upaya Guru Dalam
Membelajarkan Pembelajar

Hasil Wawancara dengan Kepala


Sekolah:
1. Motivasi siswa dipengaruhi dari
dalam diri siswa dan lingkungan
siswa baik lingkungan sekolah
atapun rumah.
2. Motivasi cukup baik namun ada
beberapa siswa yang memiliki
motivasi rendah. Harus dilihat dan
dicari akar masalah. Bisa berasal dari
model pembelajaran yang kurang
bervariasi ataupun dari kebiasaan
siswa yang cenderung bermaian HP
saja.

Hasil Wawancara dengan Guru


1. Motivasi siswa saat ini kurang, siswa
lebih dominan bermaian sosial media
seperti instagram, facebook dan media
sosial lainnya.
2. Rasa ingin tahu siswa rendah dalam
memahami pembelajaran dan enggan
untuk memperdalam hal yang belum
dipahami.
3. Siswa tidak menyukai pembelajaran
yang diajarkan, susah dipahami

Hasil Wawancara dengan siswa


1. Kelelahan karen bergadang kemarin
malem sehingga belajar kurang fokus
dalam kelas
2. Pembelajaran susah dipahami
sehingga sedikit malas dalam
pembelajaran
3. Terkadang mejelaskan saja, tanpa
melihat kejadian yang nyata dari
pembelajaran

2 Minata belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap


belajar siswa 1. Menurut Rini (2021) hasil kajian literatur dan serta
dikonfirmasi melalui observasi/
dalam belajar Mengungkapkan bahwa minat pengamatan dan wawancara
IPA rendah. adalah suatu rasa lebih suka, rasa didapatkan hasil:
ketertarikan, perhatian, fokus, 1. Gaya belajar siswa yang
ketekunan, usaha, pengetahuan, beranekaragam, membuat
keterampilan. Minat memberikan guru susah menentukan
pengaruh positif terhadap cara penyampaian
pembelajaran akademik, domain pembelajaran
pengetahuan dan bidang studi 2. Pembelajaran didalam
tertentu bagi individu. kelas menoton
2. Sugiharto dalam Rini (2021) menyatakan 3. Siswa enggan membaca
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
soal panjang dan
belajar menjadi dua, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. menjawab soal dalam
- Faktor internal yang mempengaruhi minat bentuk perhitungan
belajar siswa antara lain; perhatian siswa 4. Guru blum merancang
muncul didorong rasa ingin tahu, pembelajaran yg aktif &
kebutuhan dan motivasi. menyenangkan
- Faktor eksternal yang 5. Siswa asik bercerita
mempengaruhi yaitu minat belajar dengan teman-temannya,
adalah faktor sekolah dan faktor karena bosan dalam
keluarga. Guru dalam proses belajar
pendidikan, Sarana dan prasarana 6. Guru kurang memberikan
Suasana pembelajaran yang terjadi selingan setelah
pada saat proses pembelajaran pembelajaran
dapat menimbulkan aktivitas atau 7. Terganggu dengan HP
gairah pada siswa. Suasana yang yang lebih menarik
baik akan mempengaruhi baiknya dipahami
minat belajar siswa. 8. Korban bully dari teman
3. Menurut Asmar (2018) faktor yang dapat jika terus menjawab
mempengaruhi prestasi belajar adalah minat
karena siswa dituntut memiliki kemauan
pertanyaan
dan minat belajar tinggi yang mampu
memberikan dan merealisasikan harapan
dan keinginan semua pihak terutama kedua
orang tuanya dan masyarakat pada
umumnya yang telah banyak berkorban baik
dari segi moril maupun materil.
4. Menurut Krismayoni (2020) model
yang digunakan di dalam proses
pembelajaran di kelas kurang
bervariasi, menyebabkan siswa
kurang berminat untuk belajar
5. Slameto dalam Subiakto (2020)
Indikator Minat Belajar adalah
- Perasaan senang. Seorang siswa
memiliki perasaan senang atau
suka terhadap suatu mata
pelajaran, maka siswa tersebut
akan terus mempelajari ilmu yang
disenanginya
- Ketertarikan Siswa. Berhubungan
dengan daya gerak yang
mendorong untuk cenderung
merasa tertarik pada orang, benda,
kegiatan atau bisa berupa
pengalaman afektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri.
- Penerimaan. Perhatian merupakan
konsentrasi atau aktivitas jiwa
terhadap pengamatan dan
pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain dari
pada itu. Siswa yang memiliki
minat pada objek tertentu, dengan
sendirinya akan memperhatikan
objek tersebut.
- Keterlibatan siswa. Ketertarikan
seseorang akan suatu objek yang
mengakibatkan orang tersebut
senang dan tertarik untuk
melakukan atau mengerjakan
kegiatan dari objek tersebut.
6. Nasutiaon dalam Rini (2021) beberapa
upaya atau cara membangkitkan minat
belajar yang dapat dilakukan antara lain:
- Bangkitkan suatu kebutuhan
(kebutuhan untuk menghargai
keindahan, untuk dapat
penghargaan, dan sebagainya).
- Hubungkan dengan pengalaman
yang lampau.
- Beri kesempatan untuk mendapat
hasil baik, “Nothing succeeds like
succes”. Tak ada yang lebih
memberi hasil yang baik daripada
hasil yang baik. Untuk itu bahan
pelajaran disesuaikan dengan
kesanggupan individu.
- Gunakan berbagai bentuk metode
mengajar seperti diskusi, kerja
kelompok, membaca, demonstrasi,
dan sebagainya.
Hasil Wawancara dengan Kepala
Sekolah:
1. Setiap siswa memiliki minat belajar
yang berbeda, namun ada beberapa
siswa yang memiliki minat belajar
yang redah seperti saat ke sekolah
terlambat, ataupun pergi kekantin
saat jam pembelajaran.
2. Kurangnya melakukan pemetaan
kebutuhan,minat dan gaya belajar
siswa terkait apa yang disukai atau
dibutuhkan bisa dilakukan dengan
asesmen
diagnostik(mengidentifikasi
kompetensi,kekuatan,kelemahan
siswa sehingga pembelajaran dapat
di rancang sesuai kondisi siswa)
3. Belum menyebarkan angket
berisikan pertanyaan pada siswa
kemudian petakan kebutuhan
rancang pembelajaran
berdiferensiasi/RPP berdiferensiasi
(Proses ,cara, perbuatan
membedakan) sesuai kebutuhan
siswa.
4. Kurangnnya pemberian apersepsi
sebagai advance organizer
/memberikan petunjuk
mengorganisasikan materi pelajaran
penata awal yang akan
memunculkan minat dan
ketertarikan siswa terhadap suatu
objek contoh mengajarkan konsep
pecahan di kelas
5. Cara yang dapat dilakukan pihak
sekolah adalah menambahkan LCD
tiap kelas namun belum terrealisasi
karena bermasalh dengan dana BOS
yang belum dapat digunakan
Hasil Wawancara dengan Pakar
1. Guru kurang kreatif dalam
merancang pembelajaran yang
berpihak pada siswa.
2. Kontak sikologis guru terhadap
siswa kurang berkelanjutan.
3. Latar belakang dan status sosial
Siswa
Hasil Wawancara dengan Guru:
1. Siswa terkada susah tertarik dengan
pembelajaran jika sudah membaca
konsep panjang dan menemukan
rumus saat pembelajaran
2. siswa jarang mau mengangkat
tangan saat diskusi dan tidak mau
mengungkapkan pendapat.
3. Siswa cenderung diam saat latihan
soal dan melamuan bukan mencoba
menyelesaikan permasalahan
4. Diawal pembelajaran siswa
memperhatikan pembelajaran
namun setelah dipertengan
pembelajaran siswa terkadang jenuh
dan mulai kurang fokus.
5. Pembelajaran kurang menarik bagi
siswa, sehingga kurang ingin
mempelajari materi tersebut
Hasil Wawancara dengan siswa
1. Terkadang jenuh membaca buku
yang panjang, soal hitungan susah
dimengerti.
2. Teman mengajak bercanda dalam
pembelajaran
3. Belajar terlalu lama, dan materinya
banyak.
3 Aktivitas belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
siswa rendah 1. Ariaten (2019) Aktivitas belajar adalah hasil kajian literatur dan serta
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas dikonfirmasi melalui observasi/
secara sadar yang dilakukan seseorang yang pengamatan dan wawancara
mengakibatkan perubahan dalam dirinya, didapatkan hasil:
berupa perubahan pengetahuan atau 1. Materi siswa susah
kemahiran dipahami
2. Besare (2020) aktifitas belajar siswa juga
menjadi hal penting dalam proses
2. Takut dalam
pembelajaran. Masalah yang sering dialami mengungkapkan
saat proses pembelajaran adalah kurangnya mendapat.
keaktifan belajar siswa berpartisipasi dalam 3. Belum mampu
pembelajaran. Aktivitas siswa dalam belajar mengomunikasikan
adalah masalah penting dan mendasar yang
tidak boleh dilewatkan tetapi harus
dengan benar karena siswa
dikembangkan oleh masing-masing guru susah menyampaiakn atau
dalam proses pembelajaran. blm berani
3. Djamarah dalam Besare (2020) variabel mengungkapkan pendapat
aktifitas belajar terdiri dari aspek fisik
mapun non fisik yang dikembangkan dari
pendapat yakni bertanya, berdiksusi,
memberikan tanggapan, menganalisis,
memecahkan masalah, menarik kesimpulan,
melakukan percobaan, wawancara,
mengamatai memerankan,
mendemonstrasikan.
4. Mardian & Sylvia (2020) Untuk melihat
keberhasilan dalam proses pembelajaran
dapat dilihat dari dua indikator yaitu
keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran dan hasil yang didapatkan
siswa setelah akhir pembelajaran.
5. Menurut Paul D. Dierich dalam Bahri
(2020) indikator aktivitas siswa dalam
belajar IPA terbagi menjadi 8 kelompok
aktivitas diantaranya sebagai berikut: (1)
visual activities, (2)oral activities,(3)
listening activities, (4)writing activities,
(5)drawing activities, (6)motor activities,
(7)mental activitiesdan, (8)emotional
activities.
6. Menurut Sumiati dan Asra dalam Bahri
(2020) Terdapat lima upaya yang dapat
diciptakan guru untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar. diantaranya
sebagai berikut: (1) penataan ruang, (2)
penerapan prinsip belajar sambil berbuat,
(3) membimbing dan mengarahkan siswa,
(4) menangani siswa yang pasif, (5)
menarik dan mempertahankan perhatian
siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil Wawancara dengan Guru
1. Terdapat beberapa siswa yang tidak
aktif dalam pembelajaran, karena
pembelajaran yang susah.
2. Siswa belum berani mengutarakan
mengenai pemahaman yang dimiliki.
3. Karena belum mampu ngemukakan
pendapat karena lebih sering
bermaian HP dan komunikasi
dengan orang tua
4. Karena pembelajaran yang lumayan
susah membuat siswa kurang aktif
dalam pembelajaran
Hasil Wawancara dengan siswa
1. Belum berani menggungkapkan
pendapat karena takut salah dengan
jawaban yang dimiliki
2. tidak ditunjung oleh guru dalam
menjawab jadi malas untuk aktif lagi
3. takut dimarah jika jawaban yang
dimiliki salah
4 Penerapan Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
pembelajaran 1. Darmadi dalam Rahayu (2018) Guru yang hasil kajian literatur dan serta
dikonfirmasi melalui observasi/
yang kurang professional harus mampu mengembangkan
inovatif dan persiapan mengajar yang baik, logis, dan pengamatan dan wawancara
bervariasi sistematis. Persiapan mengajar yang didapatkan hasil:
dikembangkan guru memiliki makna yang 1. Guru masih berada dalam
cukup mendalam bukan hanya kegiatan zona nyaman dalam
rutinitas untuk memenuhi kelengkapan
administratif, tetapi merupakan cermin dari
menyampaikan materi
pandangan, sikap, dan keyakinan 2. Bagi guru yang akan purna
professional guru mengenai apa yang tugas pembelajaran
terbaik untuk persiapan mengajar yang inofatif susah dijlankan
matang sebelum melaksanakan 3. Siswa masih belum
pembelajaran, baik persiapan tertulis
maupun tidak tertulis .
mampu membaca dan
2. Kaharudin (2020) Pembelajaran menulis dengan baik
inovatif merupakan pembelajaran sehingga hasil kurang
yang dirancang oleh guru, yang maksimal
bersifat baru tidak seperti biasanya 4. Manajemen waktu yang
yang dilakukan, dan bertujuan untuk kurang sehingga tidak
menfasilitasi siswa dalam setiap tahapan terjalan
membangun pengetahuan sendiri sesuai dengan model yang
dalam memecahkan masalah digunakan
3. Muhali (2019) Pendidikan di abad 21 5. Peserta didik yang kurang
memberikan respons positif
menuntut peserta didik memiliki
terhadap pembelajaran, mereka
seumlah pengetahuan yang kompleks
cenderung fokus dengan hal lain
yang disertai dengan berbagai
saat pembelajaran
keterampilan baik keterampilan berpikir
tingkat tinggi, keterampilan dalam dunia 6. Terbatasnya waktu dan
kerja, keterampilan dalam menggunakan tenaga untuk menyiapkan
informasi, media maupun teknologi sesuai media yang dapat
dengan kerangka kerja pembelajaran mendukung penggunaan
inovatif abad 21. leh karena itu,
pemerintah secara berkelanjutan harus
model pembelajaran
terus mengikuti perkembangan pendidikan inovatif,
dunia dan mempersiapkan strategi-strategi
tertentu dalam mempersiapkan SDM untuk
meningkatkan daya saing bangsa.
4. Kaharrudin (2020) Berkaitan hal
tersebut maka adapun tujuan dari
pembelajaran inovatif dan variatif
adalah sebagai berikut:
- Memfasilitasi siswa dalam
membangun pengetahuan sendiri
dalam rangka proses perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik.
- Membantu menemukan,
menguji, dan menyusun data
yang dibutuhkan dalam upaya
pengembangan disiplin suatu
ilmu.
- Membantu proses belajar
mengajar sehingga pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara terbaik.
- Proses pembelajaran dapat
berjalan dalam suasana
menyenangkan dan penuh
motivasi sehingga materi
pembelajaran lebih mudah
dimengerti oleh siswa.
- Memudahkan proses
pembelajaran dengan hasil yang
baik sehingga tujuan pengajaran
dapat tercapai.
5. Chandrawati dalam Kaharrudin
(2020) Guru memiliki berapa peran
dalam pembelajaran yang inovatif
dan variatif, yaitu guru bersikap
terbuka dan peka terhadap
perubahan dan pembaharuan, guru
sebagai agen pembaharuan dalam
inovasi pendidikan, dan guru sebagai
adopter atau penerima inovasi
pendidikan. Terdapat 5 kategori
adopter dalam menerima suatu
inovasi, yaitu: (1) Inovator, (2)
Pelopor, (3) Pengikut Awal, (4)
Pengikut Akhir, (5) Lagard / Kolot.
Inovator yaitu guru berusaha
meneliti dan mencoba tiap gagasan
baru.
6. Siliwangi (2018) Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa saat ini guru jarang
sekali mengembangkan perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa. Guru hanya
mengggunakan perangkat pembelajaran
yang sudah ada tanpa membuat perangkat
pembelajaran sendiri, sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat
tekstual, guru hanya menjelaskan materi
yang sudah ada di buku paket sedangkan
siswa hanya mendengarkan dan mencatat
penjelasan gurunya, dan aktivitas kelas
didominasi oleh guru. Sebagian besar
guruguru belum pernah melakukan
penyusunan perangkat pembelajaran
berbasis model-model pembelajaran
inovatif.
7. Kaharuddin (2020) menyatakan
keefektifan pembelajaran terdiri atas
empat indikator sebagai berikut:
- Kualitas pembelajaran (quality of
instruction), yaitu tingkat
penyajian informasi atau
keterampilan sedemikian sehingga
siswa dapat dengan mudah
mempelajarinya. Kualitas
pembelajaran sebagian besar
merupakan hasil dari kualitas
kurikulum dan persentase
pelajaran itu sendiri.
- Kesesuaian tingkat pembelajaran
(appropriate levels of instruction),
yaitu tingkat keyakinan guru
terhadap kesiapan siswa untuk
menerima materi baru yang belum
pernah mereka pelajari. Tingkat
pembelajaran dikategorikan tepat
jika mereka tidak terlalu mudah
tetapi tidak juga terlalu sulit bagi
siswa.
- Insentif (incentive), yaitu tingkat
keyakinan guru terhadap motivasi
belajar siswa untuk mengerjakan
tugas dan mempelajari materi yang
disajikan.
- Waktu (time), yaitu tingkat
ketercukupan waktu bagi siswa
untuk mempelajari materi.
8. Joyce & Weil dalam Rahayu (2018) Model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar
(yaitu
- syntax, yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran
- social system, adalah suasana dan
norma yang berlaku dalam
pembelajaran,
- principles of reaction,
menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon
siswa,
- support system, segala sarana,
bahan, alat, atau lingkungan
belajar yang mendukung
pembelajaran
- instructional dan nurturant effects-
hasil belajar yang diperoleh
langsung berdasarkan tujuan yang
disasar (instructional effects) dan
hasil belajar di luar yang disasar
(nurturant effects)
Hasil Wawancara dengan Guru
1. Belum terealisasi secara sempurna
karena siswa belum mampu
membaca dan menulis dengan baik.
Sehingga pembelajaran inovatif
kurang terrealisasi secara sempurna.
2. Terkadang rancangan yang dibuat
tidak dapat terealisasi dikarenakan
kurangnya menajamen waktu.
Sehingga menyesuaikan kembali
dengan keadaan sehingga ada
beberapa sintak model pembelajaran
yang tidak terlaksana
3. guru masih cenderung menggunakan
media yanng berasal dari internet
belum menggunakan vidio interaktif
dikarenakan keterbatasan waktu dan
penggunakan media untuk membuat
media.
4. belum memahami langkah
pembelajaran dgn model
5. terbiasa di zona nyaman dengan
metode ceramah, tanya jawab
6. kurang mampu mengelola kelas jika
menggunakan belajar kelompok
karen siswa blum terbiasa
7. belum bisa menggunakan
pembelajaran dengan infokus/IT
karen faktor akan segera purna tugas
Hasil Wawancara dengan pakar
1. Kurangnya keterampilan guru
dengan model tersebut
2. Pembelajaran lebih cenderung
berfokus kepada guru, dan siswa
kurang mau berinovasi dengan
mencari sumber yang lain
3. Guru kesulitan menentukan model
yg cocok untuk materi
4. Guru kurang memaksimalkan media
untuk digunakan dalam
pembelajaran
5. Sarana prasarana juga harus
disesesuaikan dengan keadaan siswa
dan lingkungan sekolah

5 Pandangan 1. Itsna & Mega, 2019). Miskonsepsi Setelah dilakukan analisis terhadap
pendapat konsep yang berkelanjutan jika tidak segera hasil kajian literatur dan serta
dikonfirmasi melalui observasi/
siswa keliru ditangani dengan tepat akan pengamatan dan wawancara
dalam menimbulkan permasalahan pada didapatkan hasil:
pembelajaran pembelajaran selanjutnya. 1. pemahaman awal siswa
IPA Miskonsepsi dapat berdampak serius yang masih keliru
(MISKONSEPSI) pada pembelajaran individu 2. dalam literasi siswa hanya
2. (Taufiq et al., 2020 Beberapa membaca tanpa memahami
metode atau strategi dapat 3. guru terkadang
digunakan untuk mengetahui dan menyampaiakan kurang
menjadi solusi yang tepat dalam sempurna jadi informasi
mereduksi miskonsepsi yang terjadi yang didapatkan kurang
pada siswa. Menurut Andrianie lengkap
dalam penelitiannya mengatakan 4. media pembelajaran tidak
bahwa untuk meningkatkan sesuai dengan konsep yang
pemahaman konsep pada siswa, akan disampaiakan.
pembelajaran dapat dilakukan 5. Penggunakan bahasa
dengan model inkuiri terbimbing sehari-hari, yang memiliki
sehingga dapat mereduksi arti berbeda dalam ilmiah
miskonsepsi siswa dan hal ini dapat 6. Beberapa guru langsung
meningkatkan hasil belajar siswa). kedalam persamaan tanpa
3. Menurut Suparno dalam Sitepi menjelaskan konsep awal
(2019) secara garis besar langkah
yang digunakan untuk membantu
mengatasi miskonsepsi adalah
- mencari atau mengungkapkan
miskonsepsi yang dilakukan
siswa
- mencoba menemukan penyebab
miskonsepsi tersebut
- mencari perlakuan yang sesuai
untuk mengatasinya
4. Menurut Mesutoglu dan Birgili
dalam Rohmah (2021) ,
miskonsepsi memiliki 4
konsekuensi utama yaitu 1)
prestasi rendah, 2) berdampak
pada topik lain, 3) psikologi
siswa, 4) masalah pengelolaan
kelas.
5. Rohmah (2021) indikator miskonsepsi
diantaranya
- Pemahaman konseptual yang
salah (early concept
understanding)
- Keyakinan tidak ilmiah (belief is
not scientific)
- Miskonsepsi berdasarkan fakta
(factual misconceptions)
6. Sari (2018) Miskonsepsiyang
dialami siswa bisa terjadi karena
salah memahami gejala alam atau
peristiwa yangdihadapi dalam
hidupnya. Miskonsepsi yang
pernah diperoleh siswa waktu
sekolah dasar masih menetap pada
dirinya sampai berada di sekolah
menengah.
7. Qadri et al., 2019). Miskonsepsi merupakan
salah satu hambatan bagi siswa dalam
memahami dan menguasai materi pelajaran
karena miskonsepsi dapat dikatakan sebagai
suatu kesalahan. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dapat bersumber dari konsep
awal siswa, kehadiran dan metode guru,
serta buku teks yang sulit dipahami.

Hasil Wawancara dengan Guru


1. siswa terkadang sering miskonsepsi
tentang materi gerak jatuh bebas saat
pengawalam pembelajaran siswa
kebingungan tentang pengaruh
massa benda
2. hasil belajar siswa berpengaruh
terhadap miskonsepsi belajar siswa.
Ketika siswa mengalami
miskonsepsi mendapatkan hasil
belajar rendah
3. miskonsepsi terjadi karena guru
kurang memahami pendalam materi
yang diajarkan berfokus kepada
literatur dan kurang menegaskan
4. media pembelajaran yang digunakan
harus sesuai dengan karakteristik
materi agar tidak terjadi
miskonsepsi, serta memberikan
penegasan materi agar pemahaman
siswa sesuai dengan konsep
5. pengalaman awal dan kegiatan
sehari-hari yang memiliki arti beda
dalam pembelajaran
6 Guru kurang Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
memanfaatkan 1. Uzun dalam Ichasan ( 2018) hasil kajian literatur dan serta
dikonfirmasi melalui observasi/
media power Penggunaan media dalam pengamatan dan wawancara
point dan vidio pembelajaran mengalami banyak didapatkan hasil:
pembelajaran perubahan mulai dari bentuknya 1. Beberapa guru enggan
yang awalnya berbentuk fisik, mengunakan media karena
sekarang sudah banyak media akan menjelang pensiun
pembelajaran berbentuk online 2. Sarana prasarana belum
2. Okra (2019) Untuk meningkatkan motivasi mendukung dalam
belajar dan minat membaca siswa tentunya mengunakan power point
perlu didukung sarana dan fasilitas yang
memadai. Secara langsung maupun tidak 3. Guru cenderung tetap
langsung motivasi membaca akan ingin dizona nyaman ,
meningkatkan prestasi siswa dalam bidang yaitu terbiasa dengan
pendidikan. media ceramah
3. Sandberg & Ohman dalam Ichasan 4. Penggunaan HP belum
( 2018) Ketertinggalan guru dalam terlaksana karena ada
menggunakan media siswa tidak memiliki HP
pembelajaran ini membuat
pembelajaran menjadi terkesan
kuno, sehingga siswa menganggap
pembelajaran itu merupakan suatu
hal yang membosankan. Salah satu
caranya adalah melakukan inovasi-
inovasi dalam pembelajaran
4. Gagne dalam Mustofa (2018) “Media
pembelajaran adalah berbagai jenis
komponen atau sumber belajar dalam
lingkungan pembelajar yang dapat
merangsang pembelajar untuk
belajar”.Melalui media pembelajaran
diharapkan dapat membantu memudahkan
guru dalam penyampaian materi kepada
siswa. Selain itu media pembelajaran sangat
berguna untuk menarik minat dan
menumbuhkan motivasi belajar siswa agar
mampu mewujudkan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
5. Mustofa (2018) guru masih menggunakan
metode pembelajaran yang konvensional
berupa metode ceramah dan tanpa media
pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan
yaitu hanya memanfaatkan buku ajar IPA
dan buku pegangan siswa. Sehingga dalam
penyampaian materi atau konsep IPA yang
banyak dan luas membuat siswa mudah
merasa bosan dan mudah melupakan materi
membuat pembelajaran tidak bermakna.
6. Ichasan ( 2018) Instrumen dibuat
dengan memperhatikan 5 aspek yang
terdiri dari
- Jenis media pembelajaran yang
biasa digunakan
- Frekuensi penggunaanmedia digital
- Kelebihan media pembelajaran
yang biasa digunakan
- Kekurangan media pembelajaran
yang biasa digunakan
- Kendala guru dalam
mengembangkan media
pembelajaran.
Hasil Wawancara dengan Kepala
sekolah
1. Penggunaan media yang baik
merupakan salah satu cara agar
siswa menjadi mau mengikuti
pembelajaran.
2. Ada beberapa guru yang enggan
menggunakan media karena merasa
tidak mampu karena sudah lanjut
usia atau mau akan pensiun
3. Penggunakan media pembelajaran
disekolah sering dilakukan namun
terkadang terkendala dengan
beberapa kelas akses litrik belum
memadai sehingga kesulitan dalam
menggunakan LCD
Hasil Wawancara dengan Guru
1. Penggunaan media pembelajaran
sering dilakukan seperti media
power point dan media langsung
yang dapat ditujukan langsung ke
siswa.
2. Kendala yang dialami yaitu tidak
semua kelas memiliki listrik dan
LCD terbatas sehingga terkadang
kesulitan dalam menhyampaiakan
pembelajaran yang abstrak
3. Ketika tidak ada LCD penerapan HP
juga digunakan namun ada beberapa
siswa tidak memiliki HP dan kuota
internet untuk mengakses media
yang ingin digunakan

1. Prananda, G., & Hadiyanto. 2019. Korelasi Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar. 3(3). Jurnal Basicedu. Diakses
30 Agustus 2022
2. Rini, C.P. 2018. Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Siswa Kelas Iv Mi
Daarul Ilmi Kabupaten Tangerang. 2(2). Jtiee (Journal Of Teaching In Elementary
Education). Diakses 30 Agustus 2022
3. Palitin, I. D., Wulo, W., & Purwanty, R. 2019. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil
Belajar Siswa. 6(2). Http://Www.Ejournal.Unmus.Ac.Id/. Diakses 30 Agustus 2022
4. Ilmiyah, N.H., & Sumbawati,M.S. 2019. Pengaruh Media Kahoot Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa. 3(1). Journal Information Engineering And Educational
Technology)
5. Naibaho, S.W., Elindra, R., & Siregar, E.Y. 2021 4(2). Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Mts Negeri 1 Tapanuli Tengah Disaaat Pandemi
Covid-19. Jurnal Mathedu (Mathematic Education Journal.
6. Rini, C.A.S. 2021. Pengaruh Kondisi Belajar Masa Pandemic Covid 19 Terhadap Minat
Belajar Ipa Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Ambarawa Tahun Pelajaran 2019/2020. 1(1).
Ncoins: National Conference Of Islamic Natural Science.
7. Krismayoni, P.A.W., & Suarni, N.K. 2020. Pembelajaran Ipa Dengan Model
Pembelajaran Children Learning In Sciencemeningkatkan Hasil Belajar Ditinjau Dari
Minat Belajar. 3(2). Ejournal.Undiksha.Ac.Id
8. Asmar,E. 2018. 1(1). Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Minat Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Journal.Lppmunindra.Ac.Id
9. Subiakto, A.R.P. 2020. Analisis Minat Belajar Siswa Kelas Viii Smp Islam Putradarma
Terhadap Mata Pelajaran Ipa Terpadu Pada Masa Pandemi Covid Skripsi 19 . Skripsi
10. Kaharuddin, A & Hajeniati, N. 2020. Pembelajaran Inovatif Dan Variative. Gowa:
Pusaka Almaida
11. Muhali. 2019. Pembelajaran Inovatif Abad Ke-21. 3(2). Jurnal Penelitian Dan Pengkajian
Ilmu Pendidikan: E-Saintika
12. Rahayu, G. D. S & Firmansyah, D. 2018. Pengembangan Pembelajaran Inovatif Berbasis
Pendapingan Bagi Guru Sekolah Dasar. 1(1). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(Abdimas)
13. Ichsan, I.Z., Dewi, A.K., Hermawati, F.M., & Iriani, E. 2018. Pembelajaran Ipa Dan
Lingkungan: Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran Pada Sd, Smp, Sma Di Tambun
Selatan, Bekasi. 2(2). Jipva (Jurnal Pendidikan Ipa Veteran)
14. Okra, R. 2019. Pengembangan Media Pembelajaran Digital Ipa Di Smp N 3 Kecamatan
Pangkalan. 4(2). Journal Educative: Journal Of Educational Studies
15. Mustofa, R & Syafi’ah, R. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Pop Up Book
Materi Kenampakan Permukaan Bumi Mata Pelajaran Ipa Kelas Iii Sd. 2(2). Else
(Elementary School Education Journal)
16. Besare, S.D. 2020. Hubungan Minat Dengan Aktivitas Belajar Siswa. 7(1). Jinotep
(Jurnal Inovasi Teknologi Pembelajaran)
17. Mardian, W., & Sylvia, I. (2020). Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Melalui
Penerapan Model Students Divisions Achievement Divisions Di Xi Ips 1 Smanegeri
1 Bukittinggi. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(3), 207–214.
Https://Doi.Org/10.24036/Sikola.V1i3.31
18. Bahri, S & Mustajab, A. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Jigsawterhadap
Aktivitas Belajar Siswa Pada Pelajaran Ipa. 2(2). Urnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan
Dan Pembelajaran
19. Estavinabr Sitepu1, Muhammad Yakob2. 2019. Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Hukum Newton Di Kelas X Ipasmanegeri 1 Berastagi. 2(2).
Https://Ejurnalunsam.Id/Index.Php/Jpfs
20. Risma Ulinnuha Rohmah 1*, Wirawan Fadly2. 2021. Ereduksi Miskonsepsi Melalui
Modelconceptual Change Berbasis Stem Education. 1(2).
Ttp://Ejournal.Iainponorogo.Ac.Id
21. Itsna, M., & Mega, T. B. (2019). Miskonsepsi Siswa Smp Dalam Memahami Konsep
Bangun Datar Segiempat Ditinjau Dari Gaya Belajar Vak. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 1(5), 59–66.
22. Qadri, A., Alhaq, P. M., Muthmainah, N., Irpadilla, M. A., Herlina, Aulia, N., &
Scholten, A. S. (2019). Analisis Miskonsepsi Peserta Didik Kelas Xi Sman 1 Gowa Pada
Materi Larutan Penyangga Menggunakan Instrumen Three Tier Diagnostic Test. Jurnal
Nalar Pendidikan, 7(1), 46–52.
1.

Anda mungkin juga menyukai