Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Rulih Pranata Bukit, S.Pd
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Kesulitan sebagian belajar siswa dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi
1 Kurang maksimalnya dan Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
merata pemahaman materi 1. Any, L, dkk. 2018. Jurnal Pendidikan Edutama. masalah baik dari hasil pengamatan,
dalam diskusi kelompok saat Hambatan yang dihadapi guru dalam memotivasi siswa yaitu studi literatur dan wawancara, maka
kelompok dibentuk secara
saat mengkondisikan siswa untuk memulai diskusi, dominan penyebab masalah
heterogen
mengkondisikan kelas dan mengatur siswa untuk konsentrasi, berdasarkan urutan prioritas
suasana belajar yang kurang kondusif, siswa yang masih pasif, 1. Guru belum maksimal dalam
terbatasnya waktu pembelajaran, dan fasilitas belajar yang merancang kegiatan diskusi
kurang memadai. 2. Kurangnya pendekatan guru
Sumber: terhadap siswa
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/1629/1/Artikel%20A 3. Guru belum membiasakan metode
ny%20Lailatul%20N%20PPKN.pdf diskusi di dalam kelas
2. Menurut Damopolii, dkk. (2017), bahwa motivasi peserta didik 4. Guru tidak mempersiapkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan motivasi belajar yang kesiapan belajar anak
rendah mempengaruhi hasil belajar, sehingga perlu upaya
meningkatkan motivasi dan dorongan akan berdampak
terhadap hasil belajar yang baik.
Sumber:

https://osf.io/preprints/inarxiv/wsvek/
3. Menurut Setiyadi (2019), rendahnya hasil belajar peserta didik
dapat disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar peserta
didik. Salah satu untuk meningkatkan motivasi belajar peserta
didik dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
learning atau berbasis masalah. Hal ini dibuktikan bahwa
pembelajaran dikatakan secara klasikal karena hasil
pembelajaran peserta didik meningkat.
Sumber:
https://journal.ummat.ac.id/index.php/justek/article/view/3710

Hasil wawancara(Rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat Guru: Darliah Sitorus, S.Pd
1. Siswa merasa di dalam kelompok sudah ada orang tertentu
yang diunggulkan
2. Guru kurang mengatur keberagaman kemampuan kelompok
Rekan Sejawat Guru: Stepanus Tarigan, S.Pd
1. Ada rasa saling segan diantara siswa terutama dalam kelompok
ada siswa yang unggul
2. Siswa belum mempelajari topik diskusi sebelumnya
3. Ada pemikiran guru jika diskusi, siswa berpeluang untuk
bermain-main
4. Guru belum maksimal mempersiapkan untuk melakukan
metode diskusi
5. Guru kurang membiasakan siswa dalam diskusi kelompok
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Faktor emosi siswa dimana interaksi setiap siswa berbeda
2. Pemahaman materi pelajaran kurang
3. Psikologis siswa saat diskusi kurang baik pengaruh dari rumah
4. Siswa merasa diabaikan dalam kelompok
5. Kurangnya pendekatan guru terhadap siswa
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi
Yayasan Seri Amal.
1. Sarana/prasarana yang kurang memadai
2. Sikap siswa yang tidak memberikan perhatian
3. Penerapan strategi yang digunakan guru dalam metode diskusi
kurang maksimal
HOTS
2 Kemampuan berpikir siswa Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
terhadap soal HOTS masih 1. Ridwan. A. 2019.ebook masalah baik dari hasil pengamatan,
rendah Dampak dari pembelajaran yang bersifat LOTS menyebabkan studi literatur dan wawancara, maka
sebagian besar siswa tidak memiliki ketrampilan berpikir dominan penyebab masalah
tingkat tinggi. Sebagian besar siswa hanya mampu berdasarkan urutan prioritas
menyelesaikan soal-soal yang bersifat rutin dan pernah 1. Siswa kurang diajak untuk
dikerjakan di sekolah. Sebagian guru telah menggunakan menyelesaikan soal HOTS
pendekatan dialogis yang melibatkan siswa untuk ikut aktif 2. Guru belum melibatkan siswa ikut
dalam proses pembelajaran. Sayangnya peran guru masih aktif dalam pembelajaran
sangat dominan. 3. Kurangnya kemampuan berpikir
Sumber: kritis siswa
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=GrfrDwAAQ 4. Kurangnya pembiasaan
BAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=pembelajaran+berbasis+HOTS&o mengerjakan soal HOTS dari guru
ts=kHAWIXtt6&sig=JFhVglZYBtkOjWaFuz6fOmpAoVA&re 5. Guru belum maksimal
dir_esc=y#v=onepage&q=pembelajaran%20berbasis%20HOT melaksanakan pembelajaran
S&f=false berbasis HOTS
2. Ahmad.F. 2019 Jurnal Pendidikan Dasar
Masih banyak guru yang kurang paham tentang HOTS. Hal
ini tampak pada rumusan indikator, tujuan, maupun
kegiatan pembelajaran dan penilaiannya dalam rancangan
pembelajaran yang dibuat dan pelaksanaan proses
pembelajarannya
Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/476601-none-
67610ad2.pdf
3. Menurut Suriani, F., Nisa, K., & Jiwandono, I. S. (2022),
Terdapat beberapa kesulitan guru dalam
mengembangkan RPP berbasis HOTS yang dirasakan oleh
guru kelas rendah di SDN 4 Praya yakni guru kesulitan
menyusun dan mengembangkan beberapa komponen RPP
sebagai berikut: (1) merumuskan indicator pencapaian
kompetensi, (2) Mengembangkan uraian materi (3)
Menentukan model dan metode pembelajaran, (4)
Menentukan media pembelajaran, dan (5) Instrumen
penilaian. Faktor kesulitan guru dalam mengembangkan
RPP berbasis HOTS dapat berasal dari internal dan
ekstenal seperti: (1) Kemampuan guru dalam
mengembangkan RPP, (2) Waktu yang terbatas, dan (3)
Karakteristik peserta didik.
Sumber:

https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/1699/121

Hasil wawancara(rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat Guru: Darliah Sitorus, S.Pd, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan mengerjakan soal HOTS dari guru
Rekan Sejawat Guru: Stepanus Tarigan, S.Pd
1. Kurangnya minat siswa untuk ditantang
2. Siswa terbiasa memperoleh hasil secara instan dari internet
3. Siswa kurang diajak untuk menyelesaikan soal HOTS
Kepala Sekolah Marugan Simbolon, S.Pd
1. Guru kurang menanamkan pembiasaan
2. Kurangnya minat siswa terhadap tantangan
3. Siswa terbiasa mengerjakan soal tanpa konsep
4. Guru belum melibatkan siswa ikut aktif dalam pembelajaran
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi
Yayasan Seri Amal
1. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa
2. Kemampuan literasi siswa masih rendah
Literasi
3 Peserta didik memiliki Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
kemampuan literasi yang 1. Penelitian Erlinda, dkk. 2022. Rendahnya kemampuan literasi masalah baik dari hasil pengamatan,
rendah sains peserta didik di Indonesia disebabkan oleh beberapa studi literatur dan wawancara, maka
faktor antara lain minat membaca peserta didik masih dominan penyebab masalah
rendah, alat evaluasi yang belum mengarah pada berdasarkan urutan prioritas
pengembangan literasi sains, dan kurangnya pengetahuan 1. Rendahnya minat baca siswa
guru tentang literasi sains (Sutrisna, dalam erlinda) 2. Teknik pengajaran yang
Sumber: digunakan oleh seorang guru yang
http://103.84.119.236/index.php/snpk/article/view/73/62 belum maksimal
2. Singgih, dkk. 2021. Hasil menyatakan bahwa kemapuan 3. Pembelajaran yang tidak
literasi peserta didik Indonesia sangat rendah dan dibawah kontekstual
standar yang telah ditetapkan oleh PISA, peserta didik 4. Alat evaluasi yang belum
Indonesia menepati urutan 74 dari 79 negara yang mengarah pada pengembangan
berpartisipasi dan memperoleh nilai 396 dari 489 pada literasi literasi Sains
sains. Fasilitas yang lengkap, kondisi lingkungan sekolah 5. Kurangnya pengetahuan guru
yang nyaman, kurikulum, aktivitas antara peserta didik tentang literasi sains
dengan peserta didik, aktivitas pendidik dengan peserta didik,
serta bagiamana teknik pengajaran yang digunakan oleh
seorang guru merupakan kunci utama dalam peningkatkan
literasi.

3. Menurut Nugraheni, dkk., (2021) menyatakan bahawa terdapat


beberapa faktor penyebab rendahnya literasi peserta didik adalah:
(1) materi pelajaran yang belum pernah dipelajari sehingga peserta
didik mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal yang
diberikan, (2) peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal yang
menggunakan wacana, dan (3) guru kurang membiasakan proses
pembelajaran yang mendukung peserta didik dalam
mengembangkan literasi sains. Untuk itu diperlukan suatu model
pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan literasi siswa
meningkat seperti model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat
Guru: Darliah Sitorus, S.Pd, S.Pd
1. Budaya literasi belum berjalan maksimal
Guru: Stepanus Tarigan, S.Pd
1. Siswa merasa pengalaman belajar yang masih rutinitas
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Siswa merasa semua informasi sudah ada di internet
2. Tidak adanya rasa ingin tahu

Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi


Yayasan Seri Amal
1. Kurangnya rasa ingin tahu siswa
2. Fasilitas buku-buku yang kurang mendukung
3. Tidak terbiasa menyampaikan ide-ide
4. Pembelajaran yang tidak kontekstual

Pemahaman/ pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa.
4 Cara mengajar guru masih Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
konvensional 1. Pada penelitian Nahdatul, 2019. Journal of Elemantary masalah baik dari hasil pengamatan,
School. Pembelajaran yang kurang memperhatikan studi literatur dan wawancara, maka
perbedaaan individual anak dan didasarkan pada keinginan dominan penyebab masalah
guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan peseta didik ke berdasarkan urutan prioritas
arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah 1. Mudah mempersiapkan dan
yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. melaksanakannya
Sumber: 2. Siswa dituntut belajar secara
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOES/article/view/93 mandiri
4 3. Cocok digunakan untuk
menyelesaikan materi pelajaran
2. Pada penelitian Magdalena, M. 2018. Jurnal Warta Edisi : 58. yang padat
Metode pembelajaran konvensional sederhana dan mudah 4. Beragam informasi dapat diperoleh
digunakan dari guru dengan cepat
Sumber: 5. Guru mudah menguasai kelas
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/do
wnload/389/382

Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat
Guru: Darliah Sitorus, S.Pd
1. Guru tidak perlu banyak persiapan
2. Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran
3. Penggunaan waktu lebih efektif
4. Mudah dilaksanakan
Guru: Stepanus Tarigan, S.Pd
1. Siswa dapat menyelesaikan tugas secara mandiri
2. Dapat digunakan untuk menyeragamkan pengetahuan siswa.
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Pembelajaran menjadi monoton
2. Membangkitkan minat siswa akan informasi
3. Beragam informasi dapat diperoleh dari guru dengan cepat

Materi terkait Literasi numerasi, Advanced material, miskonsepsi, HOTS.


1. Pembelajaran di kelas kurang interaktif
2. Guru kurang maksimal sebagai mediator dan fasilitator
3. Guru tidak menganggap siswa sebagai pemikir
4. Siswa tidak suka tantangan/daya juang rendah
5. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa
6. Siswa tidak memahami konsep, cenderung menghapal teori dan
rumus
5 Kemampuan berpikir kritis Literatur
siswa masih rendah
1. Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu menciptakan
Berdasarkan hasil ekplorasi penyebab
pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis
masalah baik dari hasil pengamatan,
siswa untuk menemukan informasi belajar secara mandiri dan
studi literatur dan wawancara, maka
aktif menciptakan struktur kognitif pada siswa (Patonah dalam
Nuryanti. 2018). Upaya untuk pembentukan kemampuan dominan penyebab masalah
berpikir kritis siswa yang optimal mensyaratkan adanya kelas berdasarkan urutan prioritas
yang interaktif, siswa dipandang sebagai pemikir bukan 1. Soal-soal yang diberikan kepada
seorang yang diajar, dan guru berperan sebagai mediator, siswa belum menggambarkan
fasilitator, dan motivator yang membantu siswa dalam belajar kemampuan berpikir kritis
2. Kurangnya pembiasaan berpikir
bukan mengajar.
kritis kepada siswa
Sumber: 3. Siswa tidak suka tantangan/daya
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/10490/5163 juang rendah
2. Penelitian Hary, dkk. 2019. Chemistry Education Practice. 4. Guru kurang maksimal sebagai
Kurangnya kemampuan berpikir kritis ini juga mediator dan fasilitator
mengakibatkan siswa hanya menghafal dan tidak memahami 5. Kurangnya referensi guru
materi yang diajarkan sehingga siswa banyak yang
memiliki jawaban yang sama satu dengan yang lainnya.
Sumber:
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/view/1817
/1494
Hasil wawancara
Rekan sejawat
Guru: Darliah Sitorus, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa
2. Soal-soal yang diberikan guru belum menggambarkan soal
berpikir kritis
Guru: Stepanus Tarigan, S.Pd
1. Siswa tidak suka tantangan
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Daya juang siswa rendah
2. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembuatan soal
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi
Yayasan Seri Amal
1. Kurangnya referensi guru
2. Kemampuan, pengalaman, informasi guru tentang soal berpikir
kritis yang masih terbatas

Anda mungkin juga menyukai