Anda di halaman 1dari 11

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Rulih Pranata Bukit, S.Pd
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Pedagogik
1 Penguasaan kelas oleh guru Literatur
belum maksimal 1. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran
menurut Mulyasa (2020) dalam Nur Hasanah
Sebagai pengelola pembelajaran setiap guru harus mampu dan
menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi
belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas. Sebagai pendidik
dan pengajar. Setiap guru harus memiliki kestabian emosi, ingin
memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur, dan terbuka,
serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/
viewFile/362/293
2. Hasil penelitian Sri Warsono.2020. Manajer Pendidikan.
Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan
suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif. Pengelolaan kelas
ini bertujuan menyediakan berbagai fasilitas bagi kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam
kelas sehingga menciptakan suasana menyenangkan.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/
article/viewFile/1298/1093
3. Menurut (Wati & Trihantoyo, 2020) bahwa strategi
pengelolaan kelas unggulan dalam meningkatkan prestasi
belajar, maka diperlukan sebuah adanya strategi. Kegiatan
pembelajaran baik secara daring maupun luring akan berhasil
apabila guru dapat mempersiapkan strategi pembelajaran yang
akan diterapkan pada kegiatan mengajar, yang menjadikan
pembelajaran akan bervariasi tidak hanya monoton saja.
Hasil wawancara
Rekan Sejawat Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Komunikasi guru yang kurang interaktif
2. Guru kurang menguasai materi pelajaran
Rekan Sejawat Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Guru tidak melakukan refleksi/evaluasi
2. Guru kurang terbuka terhadap masukan

Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd


1. Guru kurang persiapan
2. Cara komunikasi guru yang belum maksimal
3. Karakter peserta didik yang beragam
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Guru kurang menguasai materi pembelajaran
2. Guru tidak maksimal dalam menerapkan strategi, metode atau
penggunaan media dalam pembelajaran
3. Guru kurang interaktif/ kurang komunikatif
4. Kompetensi guru yang kurang memadai

2 Penguasaan konten materi masih Literatur


kurang 1. Berdasarkan hasil penelitian Pariana,2020. Jurnal Manajer
Pendidikan. Untuk itu seorang guru harus memiliki kemampuan yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, kemampuan mengelola
pembelajaran, dan pengetahuan tentang evaluasi. Guru yang dalam
melaksanakan tugasnya secara profesional akan dapat memberikan
output pendidikan yang hebat dan bermartabat. Oleh karena itu guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang antara lain
mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan displin. Adapun
permasalahan pada saat ini yang dihadapi masih rendahnya hasil
pendidikan yang diperoleh. Hal ini disebabkan masih rendahnya
kualitas guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian kompetensi guru
kimia Sekolah Menengah Atas Negeri SeKabupaten Bengkulu
Selatan dan Kaur masih relatif rendah dilihat dari hasil tes uji
kompetensi guru yang dilakukan oleh Depertemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah yang
bekerja sama dengan Pusat Penilaian Pendidikan pada Tahun 2016,
dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kaur melalui situs resmi ICT- Dikpora Kabupaten
Bengkulu Selatan dan Kaur masih diperoleh nilai rata-rata
kompetensi guru kimia di bawah KKM yang ditetapkan.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/
download/12901/6715
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartini (2021) dalam Nurhasanah
tentang faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kompetensi guru
dalam pembelajaran (Studi kasus pada guru MTsN Salatiga) yang
kesimpulannya adalah kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain etos kerja, tingkat pendidikan, dan latar belakang
sosial ekonomi. Sebagai pemimpin. Setiap guru adalah pemimpin
yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan,
prinsip hubungan antar manusia, teknik komunikasi, serta menguasai
berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/
viewFile/362/293
3. Hasil penelitian Ria, H. Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan
Teknologi ISBN : 978-602-61599-6-0 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang
menunjukan kompetensi profesional guru sangat berpengaruh
terhadap minat belajar kimia siswa kelas X IPA dan IPS di SMA
Muhammadiyah 1 Semarang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Rahmawati (2019) bahwa kompetensi
profesional guru memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal berikut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Sanjaya (2020) bahwa kompetensi
profesional guru sangat berperan penting bagi guru karena berkaitan
langsung dengan kinerja yang ditampilkan mencerminkan sikap
keprofesionalannya sebagai guru
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012020/article/
download/3073/2982
Hasil wawancara
Rekan Sejawat Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurang persiapan
2. Guru kurang meningkatkan kapasitas diri
Rekan Sejawat Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Persiapan guru yang belum maksimal
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Kurangnya kemauan guru untuk berbenah
2. Guru jarang melakukan evaluasi diri
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Jurusan tidak sesuai dengan minat guru dan tidak mengupgrade
diri
2. Kurang memperbesar kapasitas rasa ingin tau guru

Kesulitan sebagian belajar siswa dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi


3 Kurang maksimalnya dan Literatur
merata pemahaman materi 1. Any, L, dkk. 2018. Jurnal Pendidikan Edutama.
dalam diskusi kelompok Hambatan yang dihadapi guru dalam memotivasi siswa yaitu saat
saat kelompok dibentuk mengkondisikan siswa untuk memulai diskusi, mengkondisikan
secara heterogen
kelas dan mengatur siswa untuk konsentrasi, suasana belajar yang
kurang kondusif, siswa yang masih pasif, terbatasnya waktu
pembelajaran, dan fasilitas belajar yang kurang memadai.
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/1629/1/Artikel%20Any
%20Lailatul%20N%20PPKN.pdf
2. Menurut Damopolii, dkk. (2018), bahwa motivasi peserta didik
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan motivasi belajar yang rendah
mempengaruhi hasil belajar, sehingga perlu upaya meningkatkan
motivasi dan dorongan akan berdampak terhadap hasil belajar yang
baik.
https://osf.io/preprints/inarxiv/wsvek/
3. Menurut Setiyadi (2019), rendahnya hasil belajar peserta didik dapat
disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar peserta didik. Salah satu
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based learning atau
berbasis masalah. Hal ini dibuktikan bahwa pembelajaran dikatakan
secara klasikal karena hasil pembelajaran peserta didik meningkat.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/justek/article/view/3710

Hasil wawancara(Rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Siswa merasa di dalam kelompok sudah ada orang tertentu yang
diunggulkan
2. Guru kurang mengatur keberagaman kemampuan kelompok
Rekan Sejawat Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Ada rasa saling segan diantara siswa terutama dalam kelompok ada
siswa yang unggul
2. Siswa belum mempelajari topik diskusi sebelumnya
3. Ada pemikiran guru jika diskusi, siswa berpeluang untuk bermain-
main
4. Guru belum maksimal mempersiapkan untuk melakukan metode
diskusi
5. Guru kurang membiasakan siswa dalam diskusi kelompok
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Faktor emosi siswa dimana interaksi setiap siswa berbeda
2. Pemahaman materi pelajaran kurang
3. Psikologis siswa saat diskusi kurang baik pengaruh dari rumah
4. Siswa merasa diabaikan dalam kelompok
5. Kurangnya pendekatan guru terhadap siswa
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal.
1. Sarana/prasarana yang kurang memadai
2. Sikap siswa yang tidak memberikan perhatian
3. Penerapan strategi yang digunakan guru dalam metode diskusi
kurang maksimal
HOTS
5 Kemampuan berpikir siswa Literatur
terhadap soal HOTS masih rendah 1. Ridwan. A. 2019.ebook
Dampak dari pembelajaran yang bersifat LOTS menyebabkan
sebagian besar siswa tidak memiliki ketrampilan berpikir tingkat
tinggi. Sebagian besar siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal
yang bersifat rutin dan pernah dikerjakan di sekolah. Sebagian guru
telah menggunakan pendekatan dialogis yang melibatkan siswa
untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Sayangnya peran guru
masih sangat dominan.
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=GrfrDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=pembelajar
an+berbasis+HOTS&ots=kHAWIXtt6&sig=JFhVglZYBtkOjWaFuz
6fOmpAoVA&redir_esc=y#v=onepage&q=pembelajaran
%20berbasis%20HOTS&f=false
2. Ahmad.F. 2019 Jurnal Pendidikan Dasar
Masih banyak guru yang kurang paham tentang HOTS. Hal ini
tampak pada rumusan indikator, tujuan, maupun kegiatan
pembelajaran dan penilaiannya dalam rancangan pembelajaran yang
dibuat dan pelaksanaan proses pembelajarannya
https://media.neliti.com/media/publications/476601-none-
67610ad2.pdf
3. Menurut Suriani, F., Nisa, K., & Jiwandono, I. S. (2022), Terdapat
beberapa kesulitan guru dalam mengembangkan RPP berbasis
HOTS yang dirasakan oleh guru kelas rendah di SDN 4 Praya
yakni guru kesulitan menyusun dan mengembangkan beberapa
komponen RPP sebagai berikut: (1) merumuskan indicator
pencapaian kompetensi, (2) Mengembangkan uraian materi (3)
Menentukan model dan metode pembelajaran, (4) Menentukan
media pembelajaran, dan (5) Instrumen penilaian. Faktor
kesulitan guru dalam mengembangkan RPP berbasis HOTS
dapat berasal dari internal dan ekstenal seperti: (1)
Kemampuan guru dalam mengembangkan RPP, (2) Waktu yang
terbatas, dan (3) Karakteristik peserta didik.
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/1699/1211

Hasil wawancara(rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan mengerjakan soal HOTS dari guru
Rekan Sejawat Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Kurangnya minat siswa untuk ditantang
2. Siswa terbiasa memperoleh hasil secara instan dari internet
3. Siswa kurang diajak untuk menyelesaikan soal HOTS
Kepala Sekolah Marugan Simbolon, S.Pd
1. Guru kurang menanamkan pembiasaan
2. Kurangnya minat siswa terhadap tantangan
3. Siswa terbiasa mengerjakan soal tanpa konsep
4. Guru belum melibatkan siswa ikut aktif dalam pembelajaran
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa
2. Kemampuan literasi siswa masih rendah
3.
Literasi
6 Peserta didik memiliki Literatur
kemampuan literasi yang rendah 1. Penelitian Erlinda, dkk. 2022. Rendahnya kemampuan literasi sains
peserta didik di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain minat membaca peserta didik masih rendah, alat
evaluasi yang belum mengarah pada pengembangan literasi
sains, dan kurangnya pengetahuan guru tentang literasi sains
(Sutrisna, dalam erlinda)
http://103.84.119.236/index.php/snpk/article/view/73/62
2. Singgih, dkk. 2021. Hasil menyatakan bahwa kemapuan literasi
peserta didik Indonesia sangat rendah dan dibawah standar yang
telah ditetapkan oleh PISA, peserta didik Indonesia menepati
urutan 74 dari 79 negara yang berpartisipasi dan memperoleh nilai
396 dari 489 pada literasi sains. Fasilitas yang lengkap, kondisi
lingkungan sekolah yang nyaman, kurikulum, aktivitas antara
peserta didik dengan peserta didik, aktivitas pendidik dengan
peserta didik, serta bagiamana teknik pengajaran yang digunakan
oleh seorang guru merupakan kunci utama dalam peningkatkan
literasi.
3. Menurut Nugraheni, dkk., (2021) menyatakan bahawa terdapat
beberapa faktor penyebab rendahnya literasi peserta didik adalah:
(1) materi pelajaran yang belum pernah dipelajari sehingga peserta
didik mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal yang
diberikan, (2) peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal yang
menggunakan wacana, dan (3) guru kurang membiasakan proses
pembelajaran yang mendukung peserta didik dalam
mengembangkan literasi sains. Untuk itu diperlukan suatu model
pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan literasi siswa
meningkat seperti model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)


Rekan Sejawat
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Budaya literasi belum berjalan maksimal
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa merasa pengalaman belajar yang masih rutinitas
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Siswa merasa semua informasi sudah ada di internet
2. Tidak adanya rasa ingin tahu

Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri


Amal
1. Kurangnya rasa ingin tahu siswa
2. Fasilitas buku-buku yang kurang mendukung
3. Tidak terbiasa menyampaikan ide-ide
4. Pembelajaran yang tidak kontekstual

Pemahaman/ pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa.
7 Cara mengajar guru masih Literatur
konvensional 1. Pada penelitian Nahdatul, 2019. Journal of Elemantary School.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaaan individual
anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat
mengantarkan peseta didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi
pada pembelajaran konvensional.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOES/article/view/934
2. Pada penelitian Magdalena, M. 2018. Jurnal Warta Edisi : 58.
Metode pembelajaran konvensional sederhana dan mudah
digunakan
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/
download/389/382
Hasil wawancara (rekan sejawat, kepala sekolah dan pakar)
Rekan Sejawat
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Guru tidak perlu banyak persiapan
2. Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran
3. Penggunaan waktu lebih efektif
4. Mudah dilaksanakan
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa dapat menyelesaikan tugas secara mandiri
2. Dapat digunakan untuk menyeragamkan pengetahuan siswa.
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Pembelajaran menjadi monoton
2. Membangkitkan minat siswa akan informasi
3. Beragam informasi dapat diperoleh dari guru dengan cepat

Materi terkait Literasi numerasi, Advanced material, miskonsepsi, HOTS.


8 Kemampuan berpikir kritis siswa 1. Pembelajaran di kelas kurang interaktif
masih rendah 2. Guru kurang maksimal sebagai mediator dan fasilitator
3. Guru tidak menganggap siswa sebagai pemikir
4. Siswa tidak suka tantangan/daya juang rendah
5. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa
6. Siswa tidak memahami konsep, cenderung menghapal teori dan
rumus
Literatur
1. Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu menciptakan
pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa
untuk menemukan informasi belajar secara mandiri dan aktif
menciptakan struktur kognitif pada siswa (Patonah dalam Nuryanti.
2018). Upaya untuk pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa
yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang interaktif, siswa
dipandang sebagai pemikir bukan seorang yang diajar, dan guru
berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu
siswa dalam belajar bukan mengajar.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/10490/5163

2. Penelitian Hary, dkk. 2019. Chemistry Education Practice.


Kurangnya kemampuan berpikir kritis ini juga mengakibatkan
siswa hanya menghafal dan tidak memahami materi yang
diajarkan sehingga siswa banyak yang memiliki jawaban yang
sama satu dengan yang lainnya.
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/CEP/article/view/
1817/1494
Hasil wawancara
Rekan sejawat
Guru Sosiologi: Wirma Yuni Sidauruk, S.Pd
1. Kurangnya pembiasaan berpikir kritis kepada siswa
2. Soal-soal yang diberikan guru belum menggambarkan soal berpikir
kritis
Guru Ekonomi: Rianita Gultom, S.Pd
1. Siswa tidak suka tantangan
Kepala Sekolah: Marugan Simbolon, S.Pd
1. Daya juang siswa rendah
2. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembuatan soal
Pakar: Herianto Tamba, S.Pd Ketua MGMP Geografi Yayasan Seri
Amal
1. Kurangnya referensi guru
2. Kemampuan, pengalaman, informasi guru tentang soal berpikir kritis
yang masih terbatas

Anda mungkin juga menyukai