Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nina Restiana

NO UKG : 201502643563

Aspek Masalah Aspek yang Identifikasi Eksplorasi penyebab (Sumber kajian literatur) Analisis Eksplorasi Penyebab
diidentifikasi Masalah
Pembelajaran
Pedagogik Kemampuan  Kemampuan Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Guru belum menggunakan
analisis siswa bernalar kritis model pembelajaran yang
siswa masih Retno Setianingsih dan Fenny Roshayanti (2022), Jurnal Penelitian
terhadap materi mengarah pada peningkatan
rendah dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran Vol. 16, No. 1, Juni 2022,
dan soal-soal pp. 5-9 keterampilan berpikir kritis.
kimia yang 2. Guru belum mengetahui
bersifat abstrak  Pelajaran kimia meruapakan suatu bidang studi yang banyak seberapa besar tingkat
sangat rendah memerlukan kemampuan berpikir kritis. Kualitas keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis siswa dipengaruhi oleh beberapa siswa.
faktor, di antaranya pemilihan model pembelajaran oleh 3. Guru tidak mengaitkan
guru yang masih belum mengarah pada peningkatan materi pembelajaran yang
kemampuan berpikir kritis, sehingga penelitian mengenai bersifat abstrak dengan
efektifitas penggunaan model pembelajaran terhadap masalah kontekstual
ketrampilan berpikir kritis menjadi semakin banyak diteliti. 4. Gaya belajar siswa
 Kemampuan berpikir kritis siswa sangat penting diketahui cenderung
oleh para praktisi pendidikan karena sebelum menentukan menghafal/mengingat materi
penerapan desain pembelajaran yang baik untuk siswa, sudah
seharusnya diketahui terlebih dahulu seberapa besar
tingkat keterampilan berpikir kritis siswa, apa saja
kendala atau permasalahan yang dialami sehingga pemilihan
penerapan desain pembelajaran dapat dilakukan secara tepat.

Adisti Fernanda dkk (2019), Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13,
No 1, 2019, halaman 2326 – 2336

 Kemampuan berpikir kritis siswa masih belum dikembangkan


dengan maksimal, terbukti dengan banyaknya siswa yang
masih kesulitan saat menjawab pertanyaan dengan rumusan
“mengapa?” dan “bagaimana?”. Sebagian besar siswa masih
menjawab soal yang berupa uraian dengan kalimat yang
dihafal di buku teks tanpa bisa membuat kesimpulan
sendiri.
Nara Sumber:
1. Kepala Sekolah (Drs. H. Dedih Herdiat, MM)
2. Fitria Hidayah, S.Pd (Guru Senior Kimia)
3. Eva Fauziah N, S.Pd (Guru Fisika)
4. Qoriah Istiqomah, S.Pd (Guru Matematika)
5. Amaludin Malik, S.Pd (Pakar bidang IT)
6. Toni Sukirno, SE (Pakar sebagai Wakasek Kurikulum)

Hasil Wawancara:

 Siswa cenderung menghafal/mengingat materi dan rumus


daripada memahami konsep yang diberikan. (Bu Eva)
 Pembelajaran belum kontekstual. (Bu Eva dan Bu Qori)
 Guru tidak bisa membuat model pembelajaran yang cocok
dengan karakteristik siswa. (Bu Fitria)

Kemampuan a. Siswa kurang Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Pembelajaran yang bersifat
literasi siswa memahami terpusat pada guru (teacher
masih rendah makna dari Husnul Fuadi, dkk (2020), Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, Vol 5
centered)
materi yang No 2 November 2020
2. Sikap positif siswa dalam
dibaca
b. Siswa malas  Penyebab rendahnya literasi sains siswa Indonesia disebabkan mempelajari sains masih
membaca beberapa hal antara lain yaitu: pembelajaran yang bersifat rendah
materi-materi terpusat pada guru (teacher centered), rendahnya sikap 3. Siswa tidak menyukai
yang terlalu positif siswa dalam mempelajari sains, terdapat beberapa beberapa kompetensi terkait
panjang. kompetensi yang tidak disukai responden (siswa) terkait konten, proses dan konteks
konten, proses dan konteks, siswa tidak terbiasa 4. Siswa tidak terbiasa
mengerjakan soal tes literasi sains. mengerjakan soal literasi
 Salah satu kendala belajar sains lainnya adalah karena sains
rendahnya kemampuan membaca dan memaknai bacaan. 5. Rendahnya kemampuan
membaca dan memaknai
Novita Sari dkk (2022), Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan bacaan
IPA Vol. 2 No. 3 Agustus 2022 6. Pembelajaran belum
berorientasi pada
 Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia pengembangan literasi
secara umum disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang sains.
belum berorientasi pada pengembangan literasi sains, 7. Rendahnya sarana dan
keadaan infrastruktur sekolah, sumber daya manusia di prasarana yang mendukung
sekolah, pemilihan metode dan model pengajaran oleh literasi sains di sekolah
guru, sarana dan fasilitas belajar, serta bahan ajar 8. Guru tidak membiasakan
siswa untuk membaca
Hasil Wawancara:

 Siswa tidak biasa dan malas membaca teks yang panjang-


panjang. (Bu Fit, Bu Eva, Bu Qori)
 Buku bukan lagi sebagai sumber bahan bacaan. (Bu Eva)
 Buku pelajaran membosankan. (Bu Qori)
 Guru tidak membiasakan siswa untuk membaca. (Pa Toni)
 Perpustakaan yang tidak layak di sekolah, bisa disebut ini
bukan perpustakaan tapi ruang kelas yang dijadikan
perpustakaan. Karena sekolah kita memang sempit dan
kekurangan lahan untuk perluasan. (Pa Dedih)

Kemampuan Siswa kesulitan Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Siswa tidak paham dengan
numerasi siswa mengerjakan soal- materi pelajaran yang ada
masih rendah soal hitungan. Lusy Ela Sakti dan Alizar Ulianas, (2018), Journal of RESIDU,
hitungannya
Volume 2, Issue 10, Oktober 2018
2. Siswa tidak bisa
 Ketertarikan pada pembelajaran merupakan salah satu menerapkan rumus dalam
penyebab dari kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hal penyelesaian soal-soal yang
ini dikarenakan siswa merasa malas dalam mengerjakan soal- berhubungan dengan
soal yang berkaitan dengan stoikiometri. Berdasarkan perhitungan
wawancara ini dikarenakan siswa tidak paham dengan 3. Siswa merasa bosan pada
materi stoikiometri, siswa tidak bisa menerapkan rumus
saat pembelajaran
dalam penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan
perhitungan, selain itu, siswa juga merasa bosan pada saat berlangsung karena siswa
pembelajaran berlangsung karena siswa jenuh dengan jenuh dengan perhitungan
perhitungan yang terlalu banyak menggunakan rumus, yang terlalu banyak
sehingga siswa tidak tertarik atau tidak berminat untuk menggunakan rumus
memahami materi stoikiometri sehingga menyebabkan nilai 4. Siswa sering menghafalkan
hasil belajarnya rendah. rumus-rumus yang ada
5. Guru jarang mengaitkan
Reti Prabaraita Nurisah dkk, (2019), Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 8
konsep perhitungan dengan
No. 2 Tahun 2019
kecakapan berhitung siswa
 Perhitungan stoikiometri merupakan salah satu materi kimia yang digunakan sehari-hari
yang kurang menarik dan sangat sulit pada sekolah menengah
atas. Siswa sering menghafalkan rumus-rumus yang ada,
akan tetapi tidak semua siswa bisa memiliki daya ingat
yang dapat bertahan lama. Selain itu, dengan menghafal
belum tentu siswa memiliki pemahaman yang baik, karena
dalam menyelesaikan soal-soal stoikiometri dibutuhkan
pemahaman dan kemampuan analisis yang baik.

Hasil Wawancara:

 Siswa tidak terbiasa memecahkan masalah soal-soal


perhitungan. (Bu Eva, Bu Qori)
 Siswa menganggap sulit dalam hal perhitunga karena
kemampuan dasarnya yang kurang. (Bu Qori)
 Guru jarang mengaitkan konsep perhitungan dengan
kecakapan berhitungan siswa yang digunakan sehari-hari. (Bu
Fit, Pa Toni)

kesulitan belajar Siswa sulit a. Konsentrasi Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Guru mengajar dengan
siswa termasuk berkonsentrasi belajar siswa metode pembelajaran
siswa saat rendah Olivia Pridaram, dkk (2020), Magistrorum Et Scholarium: Jurnal
klasikal, monoton, dan tidak
berkebutuhan pembelajaran b. Kemampuan Pengabdian Masyarakat, Volume 01 No. 2 Desember 2020, 161 – 170,
bervariasi
khusus dan serta minat dan
 Siswa yang tidak dapat memfokuskan pikiran terhadap materi 2. Guru kurang tepat untuk
masalah bakat siswa
pembelajaran berbeda-beda pembelajaran disebabkan oleh beberapa hal misalnya: guru menggunakan metode atau
(berdiferensiasi) yang mengajar dengan metode pembelajaran klasikal atau strategi dalam
di kelas kelompok menyebabkan siswa dianggap memiliki menyampaikan
berdasarkan kemampuan berpikir yang sama; kurangnya pembelajaran di kelas.
pengalaman 3. Pembelajaran berkelompok
keterampilan guru di dalam mengelola kelas sehingga
mahasiswa saat
metode pembelajaran yang diberikan bersifat monoton menyebabkan siswa
menjadi guru.
dan kurang bervariasi sehingga menyebabkan siswa dianggap memiliki
menjadi pasif dan hanya mengandalkan guru; dan ditambah kemampuan berpikir yang
suasana di kelas yang panas, sesak, dan terkadang bising sama
yang memunculkan gangguan suara sehingga suasana di 4. Kurangnya keterampilan
kelas menjadi sangat tidak nyaman dan kondusif untuk guru dalam mengelola kelas
belajar. 5. Keadaan kelas yang panas,
sesak, dan terkadang bising
Syamsir Kamal (2021), Jurnal Pembelajaran dan Pendidik, Vol 1 6. Siswa kurang berminat
Nomor 1, September 2021 dalam pembelajaran

 Salah satu usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas


adalah dengan meningkatkan peran guru menentukan
keberasilan suatu pembelajaran. Berbagai metode, model dan
strategi sudah digunakan guru dalam mengajar, namun pada
kenyataannya masih banyak siswa yang kurang mengerti
dengan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Disinilah guru
tidak boleh putus asa dalam memberikan penjelasan kepada
siswa, Karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang
sama dalam menerima pelajaran dari gurunya. Begitu juga
siswa sulit menerima penjelasan dari guru, karena gurunya
kurang tepat untuk menggunakan metode atau strategi
dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.

Hasil Wawancara:

 Kondisi kelas yang tidak kondusif. (Bu Eva)


 Kondisi siswa yang kelelahan, kurang tidur. (Bu Qori)
 Siswa kurang berminat dalam pembelajaran. (Bu Fitri)
 Metode pembelajaran yang disampaikan guru tidak menarik.
(Pa Toni)
 Pembelajaran masih berpusat pada guru. (Bu Eva)
 Guru tidak dapat megelola pembelajaran di kelas. (Pa Toni)

Membangun Kurang a. Banyak Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Orang tua memberikan
hubungan/relasi terbangunnya dijumpai orang wewenang dan hak penuh
dengan siswa hubungan antara tua yang Muhammad Shaleh (2019), Jurnal Peradaban Islam, Vol. 1, No. 1,
kepada guru atas pendidikan
dan orang tua guru dengan memasrahkan 115-140, 2019
anaknya.
siswa siswa dan orang proses
tua siswa pembelajaran  Adanya pengawasan orang tua dalam pendidikan anak, secara 2. Orang tua kurang
anak-anaknya tak langsung menciptakan suatu hubungan antar orang tua bertanggung jawab untuk
kepada guru dan guru. Tanggung jawab pendidikan tak sepenuhnya meningkatkan dan
atau sekolah. dibebankan kepada guru saja disekolah. Orangtua mengawasi mengembangkan akademik
b. Guru kurang siswa
langsung tingkah-polah anaknya dengan cara menanyakan
berkomunikasi 3. Hubungan kerja sama lebih
dengan orang pada guru. Walaupun ada sebagian orangtua yang
memberikan wewenang dan hak penuh kepada seorang sekedar pertemuan orang tua
tua siswa
tentang progres guru selama proses belajar mengajar dalam lingkungan dan guru dalam pembagian
pembelajaran sekolah. laporan tahunan
anaknya. 4. Guru dan orang tua siswa
tidak bersinergi dalam upaya
mengoptimalkan proses
pendidikan anaknya

Oni Taliawo (2019), HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA ORANG TUA DAN
GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI SATU
ATAP 1 DESA BUO KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT
MALUKU UTARA
Vol. 12 No. 4 Desember 2019

 Hubungan kerja sama merupakan suatu usaha atau kegiatan


bersama yang dilakukan oleh kedua bela pihak dalam rangka
untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Epstein dan
Sheldon menyatakan bahwa hubungan kerja sama sekolah,
keluarga dan masyarakat merupakan konsep yang
multidimensional dimana keluarga, guru, pengelola dan
anggota masyarakat bersama-sama menanggung
tanggung jawab untuk meningkatkan dan
mengembangkan akademik siswa sehingga akan
berakibat pada pendidikan dan perkembangan anak.
Multidimensional berarti hubungan kerja sama dilakukan
dalam berbagai hal atau dimensi. Hubungan kerja sama
lebih sekedar pertemuan orang tua dan guru dalam
pembagian laporan tahunan, namun mengikutsertakan
orang tua dalam berbagai peran sepanjang waktu.

Hasil Wawancara:
 Guru tidak menaruh kepeduliannya terhadap siswa. (Pa Toni)
 Guru dan orang tua siswa tidak bersinergi dalam upaya
mengoptimalkan proses pendidikan anaknya. (Bu Fit)
 Orang tua cuek dan tidak mempedulikan undangan dari guru
untuk datang ke sekolah. (Bu Qori, Bu Eva)

Pemahaman/ Guru belum a. Guru kurang Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Guru tidak mengerti tentang
pemanfaatan maksimal memahami media pembelajaran.
Said Alwi (2017), Problematika Guru dalam Pengembangan Media
model-model menggunakan karakteristik 2. Guru tidak memiliki
Pembelajaran, Vol. 8, No. 2, Juli - Desember 2017
pembelajaran media materi ajar keterampilan memilih dan
inovatif pembelajaran b. Guru kurang  Sebelum guru memanfaatkan media menggunakan media
berdasarkan yang sesuai memahami pembelajaran terlebih dahulu harus membekali diri dengan pembelajaran dengan baik.
karakteristik dengan karakteristik/ga pengetahuan tentang media pembelajaran, karena banyak 3. Kurangnya dukungan sarana
materi dan karakteristik ya belajar guru yang tidak mengerti tentang media pembelajaran. dan prasarana
siswa. materi dan siswa Selain itu, guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan 4. Kurangnya contoh-contoh
karakteristik tentang media saja, “akan tetapi juga harus memiliki pembelajarana inovatif yang
siswa. keterampilan memilih dan menggunakan media tersebut sesuai kondisi masing-
dengan baik.” Hal ini penting dilakukan karena kita ketahui masing
bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda- 5. Kurangnya pelatihan dan
beda, baik minat, bakat, motivasi dan gaya belajar mereka. bimbingan tentang model
pembelajaran inovatif
Ade Koesnandar (2020), Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol: 08/01 Juli 6. Guru gagap teknologi dan
2020
tidak mau belajar tentang
 Mereka menyatakan kesulitan menerapkan model model pembelajaran
pembelajaran inovatif sesuai K13 karena beberapa 7. Guru tidak paham terhadap
kondisi/alasan. Beberapa di antara kondisi yang dimaksudkan konsep model pembelajaran
antara lain adalah: (1) kurangnya dukungan sarana dan inovatif.
prasarana (30,30%), (2) kurangnya contoh-contoh
pembelajaran inovatif yang sesuai kondisi masing-masing
(29,09%), (3) kurangnya pelatihan dan bimbingan
(21,21%), dan (4) lemahnya pemahaman mereka
terhadap konsep model pembelajaran inovatif itu sendiri
(19,39%).

Hasil Wawancara:
 Gurunya gagap teknologi dan tidak mau belajar tentang
model pembelajaran (guru tidak mau keluar dari zona
nyamannya). (Pa Amal)
 Memanfaatkan model pembelajaran baru membutuhkan
persiapan yang lama. (Pa Amal)
 Guru tidak terlalu paham konsep model pembelajaran
inovatif. (Bu Fit, Bu Eva, Bu Qori)
 Untuk sarana dan prasarana pembelajaran produktif memang
sekolah sudah bisa memfasilitasinya, namun untuk
pembelajaran adaptif lainnya seperti fisika, kimia, dan IPA
yang membutuhkan laboratorium sekolah belum bisa
memfasilitasinya, dikarenakan kedudukan ketiga pelajaran
tersebut hanya sebagai pelajaran pendukung, dan
pembelajarannya juga hanya diberikan untuk kelas x saja. (Pa
Dedih)

Materi terkait a. Guru kurang a. Guru kurang Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Pemahaman guru-guru atas
Literasi memahami literasi tentang kemampuan berpikir tingkat
numerasi, tentang pembelajaran Nurmawati, dkk (2022), Pemahaman Guru Kimia Sekolah Menengah
tinggi relatif terbatas
Advanced pembelajaran berbasis HOTS Atas Tentang Penilaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan
2. Guru-guru kesulitan dalam
material, berbasis b. Guru kurang Implementasinya, EDUSAINS, 12(2), 2020, 233-242
miskonsepsi, HOTS melatih diri mengembangkan instrument
HOTS. b. Peserta didik dalam  Guru-guru meyakini pentingnya mengembangkan untuk menilai kemampuan
kesulitan membuat soal- kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi sebagai siswa dalam berpikir tingkat
memahami soal HOTS upaya mempersiapkan siswa menghadapi tinggi
soal HOTS c. Peserta didik 3. Pemahaman guru terhadap
tantangan masa depan. Tetapi, pemahaman guru-guru atas
tidak bisa HOTS dan implementasinya
mengidentifika kemampuan berpikir tingkat tinggi
relatif terbatas. Guru-guru juga mengalami kesulitan dalam penilaian untuk mata
si soal HOTS
d. Daya nalar dalam mengembangkan instrumen untuk menilai pelajaran kimia masih sangat
peserta didik kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi terbatas
terhadap soal 4. Peserta didik kurang terlatih
 Penelitian yang mengungkap pemahaman guru terhadap
rendah menggunakan daya nalarnya
HOTS dan implementasinya dalam penilaian untuk mata
dalam memahami fenomena
pelajaran kimia pada jenjang pendidikan menengah yang
alam yang terjadi ataupun
dilakukan di Indonesia masih sangat terbatas
ketika menghadapi masalah.
Khairul Fahmi Simamora (2022), Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia 5. Kemampuan HOTS siswa
(Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 4, Nomor 1, masih tergolong rendah
April 2022, 6. Guru belum mampu
mengeksplor kemampuan
 Fakta menunjukkan bahwa dalam
siswa dalam menganalisis
proses pembelajaran khususnya pembelajaran sains, peserta
soal tingkat tinggi
didik cenderung lebih menghafal konsep, teori, dan prinsip
tanpa memaknai proses perolehannya. Akibatnya, peserta
didik menjadi kurang terlatih untuk berpikir dan
menggunakan daya nalarnya dalam memahami fenomena
alam yang terjadi ataupun ketika menghadapi masalah.
 Ketika peserta didik diarahkan untuk
mampu berpikir kritis, kreatif dan mampu
memecahkan masalah berarti peserta didik ditarget untuk
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Namun
faktanya, kemampuan HOTS siswa di Indonesia masih
tergolong rendah.

Hasil Wawancara:
 Guru belum mampu menerapkan pembelajaran dan penilaian
yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. (Pa
Toni, Bu Fit, Bu Eva, Bu Qori)
 Guru belum mampu mengeksplor kemampuan siswa dalam
menganalisis soal tingkat tinggi. (Pa Toni)
 Daya analisis, literasi dan numerasi siswa sangat kurang
terhadap soal-soal HOTS. (Bu Eva, Bu Qori)
 Siswa belum terbiasa berpikir tingkat tinggi. (Bu Eva, Bu
Qori)

Pemanfaatan 1. Kurangnya a. Guru hanya Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Guru takut (fobia) dengan
teknologi/inovas kemampuan menggunakan peralatan elektronik, takut
i dalam guru dalam PPT dalam Said Alwi (2017), Problematika Guru dalam Pengembangan Media
terkena setrum, takut
pembelajaran. memanfaatka pembelajaran Pembelajaran, Vol. 8, No. 2, Juli - Desember 2017
mengalami korsleting, takut
n teknologi b. Guru belum
dan inovasi memaksimalka  Demam teknologi ternyata menyerang sebagian dari guru- salam saat menekan tekan
dalam n aplikasi guru kita. Ada beberapa guru yang “takut” dengan tombol, dan sebagainya.
pembelajaran pembelajaran peralatan elektronik, takut terkena setrum, takut 2. Fasilitas/sarana prasarana di
. kimia di mengalami korsleting, takut salah saat menekan tekan sekolah kurang mendukung
smartphone tombol, dan sebagainya. 3. Guru belum kompeten
c. Kemampuan IT dalam memanfaatkan
guru dan siswa
Nilam Cahaya, Ratih Permana Sari, dan Nurhafidhah, (2022), teknologi sebagai media
masih rendah KATALIS Jurnal Penelitian Kimia dan Pendidikan Kimia, Vol. 5, No.
d. Sarana dan pembelajaran
1, Juni 2022
prasarana di 4. Sumber informasi dan
sekolah kurang referensi yang masih sangat
 Beberapa permasalahan yang dihadapi sekolah menengah di
mendukung. kurang
Indonesia dalam memanfaatkan TI sebagai media
5. Kurangnya pelatihan
pembelajaran antara lain a) Media pembelajaran berbasis
pemanfaatan teknologi bagi
TI membutuhkan dana yang cukup besar baik untuk
guru
pengadaan maupun pemeliharaannya; b) Belum
mendukungnya fasilitas/sarana-prasarana/infrastruktur
seperti listrik; c) Masih kurangnya guru dan sumber daya
pengajar yang berkompeten dalam memanfaatkan TI
sebagai media pembelajaran; dan d) Sumber informasi
dan referensi yang masih sangat kurang.

Hasil Wawancara:
 Terbatasnya fasilitas/sarana dan prasarana. (Pa Dedih)
 Kurangnya pelatihan pemanfaatan teknologi bagi guru. (Pa
Amal)
 Kesulitan dalam memanfaatkan aplikasi apa yang tepat
digunakan. (Pa Toni)
 Kemampuan IPTEK guru yang masih kurang. (Bu Fit, Bu
Eva, Bu Qori)

Anda mungkin juga menyukai