Anda di halaman 1dari 8

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Agus Sujarwadi
Asal Institusi : SMA Negeri 1 Ciranjang
Materi : Paradigma Sosiologi (Kelas X)

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
telah diidentifikasi

1 Miskonsepsi Kajian LIteratur Berdasarkan hasil eksporasi penyebab


Metode masalah yang dilakukan melalui kajian
pembelajaran 1. Pembelajaran ini pada hakikatnya literatur dan wawancara, saya dapat
“siswa sebagai merupakan suatu pendekatan menganalisis eksplorasi penyebab
pusat pembelajaran yang memungkinkan siswa masalah berkaitan Miskonsepsi Metode
pembelajaran”. aktif mencari, menggali, dan menemukan pembelajaran “siswa sebagai pusat
konsep serta prinsip yang dipelajari pembelajaran”, diantaranya :
secara menyeluruh (holistik), bermakna, 1. Metode pembelajaran siswa sebagai
otentik dan aktif (Depdikbud, 1996). pusat pembelajaran, memungkinkan
2. Karsen (2008) menyatakan bahwa siswa aktif mencari, menggali, dan
melalui penerapan pembelajaran yang menemukan konsep serta prinsip
berpusat pada siswa, maka siswa yang dipelajari secara menyeluruh
diharapkan dapat berpartisipasi secara (holistik), bermakna, otentik dan
aktif, selalu ditantang untuk memiliki aktif
daya kritis, mampu menganalisa dan 2. Penerapan pembelajaran yang
dapat memecahkan masalahnya sendiri. berpusat pada siswa, siswa
3. Kecenderungan pendidik menerapkan diharapkan dapat berpartisipasi
pendekatan pembelajaran berpusat pada secara aktif, selalu ditantang untuk
guru yang menjadi salah satu penyebab memiliki daya kritis, mampu
menurunnya kualitas pendidikan di menganalisa dan dapat
Indonesia. Walaupun untuk beberapa memecahkan masalahnya sendiri
kondisi kegiatan belajar mengajar, 3. Ketika harus berhadapan dengan
teacher centered sebenarnya sudah kondisi siswa yang berbeda-beda
cukup baik. Namun ketika harus karakternya, metode pembelajaran
berhadapan dengan kondisi siswa yang dengan siswa sebagai pusat
berbeda-beda karakternya, maka pa- pembelajaran merupakan pilihan
radigma ini sudah tidak bijak lagi untuk yang tepat
tetap diterapkan (Brown, 2003) 4. Agar Miskonsepsi Metode
Sumber Literatur : pembelajaran siswa sebagai pusat
pembelajaran tidak terjadi, guru
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ harus memahami konsep metode
JPPSI/article/view/21912/13548 pembelajaran yang berpusat pada
siswa dengan benar, misalnya dalam
mendorong keaktifan siswa dalam
mencari bahan ajar guru
Hasil Wawancara : memberikan referensi alamat
browsing yang valid.
4. Berdasarkan hasil wawancara kepada 5. Miskonsepsi Metode pembelajaran
Staff Wakasek Kurikulum SMAN 1 siswa sebagai pusat pembelajaran
Ciranjang yaitu bapak Indra Hendrawan, terjadi karena Peserta didik belum
S.Pd berkaitan dengan Miskonsepsi memahami dengan optimal
Metode pembelajaran “siswa sebagai prasyarat materi yang diajarkan, dan
pusat pembelajaran”, hal ini terjadi Metode yang digunakan setiap kelas
karena guru belum memahami konsep memerlukan perlakuan berbeda
metode pembelajaran yang berpusat karena setiap kelas memiliki
pada siswa dengan benar, misalnya kebiasaan dalam belajar yang
dalam mendorong keaktifan siswa dalam berbeda.
mencari bahan ajar guru memberikan
referensi alamat browsing yang valid.
5. Berdasarkan hasil wawancara kepada
bapak Rendi Nugraha, S.Pd, M.Pd (Guru
Penggerak Angkatan 6 di SMAN 1
Ciranjang), hal ini terjadi karena Peserta
didik belum memahami dengan optimal
prasyarat materi yang diajarkan, dan
Metode yang digunakan setiap kelas
memerlukan perlakuan berbeda karena
setiap kelas memiliki kebiasaan dalam
belajar yang berbeda.

2 Kemampuan Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksporasi penyebab


Literasi dan masalah yang dilakukan melalui kajian
numerasi peserta 1. Pemecahan masalah matematis juga literatur dan wawancara, saya dapat
didik dalam memanfaatkan kemampuan literasi menganalisis eksplorasi penyebab
menyimpulkan numerasi peserta didik khususnya pada masalah berkaitan dengan Kemampuan
masalah (contoh permasalahan yang berkaitan kehidupan Literasi dan numerasi peserta didik
kasus paradigma sehari-hari yang mana peserta didik dalam menyimpulkan masalah masih
sosiologi) masih perlu melakukan analisis informasi, rendah, sebagai berikut :
rendah. mengolah, dan menyimpulkan hasil 1. Dalam memanfaatkan kemampuan
analisis tersebut menjadi sebuah literasi numerasi peserta didik untuk
keputusan (Han dkk, 2017:3; Widyastuti memecahkan permasalahan yang
dkk, 2020:127). berkaitan kehidupan sehari-hari,
2. UNESCO (2006) menyebutkan kemajuan peserta didik perlu melakukan
suatu bangsa dapat ditentukan salah analisis informasi, mengolah, dan
satunya dengan kemampuan literasi menyimpulkan hasil analisis
numerasi. tersebut menjadi sebuah keputusan.
3. Mahmud dan Pratiwi (2019), yang 2. Kemampuan literasi numerasi
menyebutkan kemampuan literasi dasar bertujuan untuk memajukan suatu
dan numerasi dapat diasah dengan soal bangsa.
cerita 3. Kemampuan literasi dasar dan
numerasi dapat diasah dengan soal
cerita
4. Kemampuan Literasi dan numerasi
Sumber Literatur : peserta didik dalam menyimpulkan
https://jurnalftk.uinsby.ac.id/index.php/ masalah yang masih rendah, bisa
jrpm/article/download/1196/529/4060 dikarenakan siswa yang belum
mampu memahami permasalahan/
Hasil Wawancara : bacaan, adapula yang kadang Siswa
mengalami hambatan berbicara
4. Berdasarkan hasil wawancara kepada
(kurang memiliki keberanian)
Staff Wakasek Kurikulum SMAN 1
terutama ketika kesimpulan harus
Ciranjang yaitu bapak Indra Hendrawan,
diutarakan/ disampaikan.
S.Pd berkaitan dengan Kemampuan
5. Kemampuan literasi dan numerasi
Literasi dan numerasi peserta didik
peserta didik dalam menyimpulkan
dalam menyimpulkan masalah masih
masalah yang masih rendah
rendah, dikarenakan siswa yang belum
dikarenakan : Kemampuan literasi
mampu memahami permasalahan/
siswa dan guru belum optimal, bisa
bacaan. Kalaupun terdapat siswa yang
terlihat kunjungan siswa terhadap
sudah bisa memahami permasalahan,
perpustakaan belum mencapai
kadang Siswa mengalami hambatan
capaian yang diharapkan. Salah satu
berbicara (kurang memiliki keberanian)
upaya yang bisa dilakukan untuk
terutama ketika kesimpulan harus
melatihnya yaitu dengan melakukan
diutarakan/disampaikan.
Kegiatan numerasi siswa dikaitkan
5. Berdasarkan hasil wawancara kepada
dengan literasi dengan
bapak Rendi Nugraha, S.Pd, M.Pd (Guru
menyederhanakan bacaan yang
Penggerak Angkatan 6 di SMAN 1
dapat , dan dikomunikasikan
Ciranjang), berkaitan dengan
langsung oleh peserta didik.
kemampuan literasi dan numerasi
peserta didik dalam menyimpulkan
masalah yang masih rendah
dikarenakan :
a. Kemampuan literasi siswa dan guru
belum optimal, bisa terlihat
kunjungan siswa terhadap
perpustakaan belum mencapai
capaian yang diharapkan.
b. Kegiatan numerasi siswa dikaitkan
dengan literasi belum mampu
menyederhanakan bacaan yang
dapat dikomunikasikan langsung
oleh peserta didik.

3 Kedekatan Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksporasi penyebab


beberapa peserta masalah yang dilakukan melalui kajian
didik yang 1. Brown (2004) mendefinisikan hubungan literatur dan wawancara, saya dapat
menganggap guru guru-siswa sebagai hubungan yang menganalisis eksplorasi penyebab
sebagai seorang dibangun oleh guru dengan siswanya masalah berkaitan dengan Berdasarkan
atas dasar rasa percaya dan hormat.
teman. Berdasarkan penelitian sebelumnya, hasil eksporasi penyebab masalah yang
ketika seorang guru memiliki hubungan dilakukan melalui kajian literatur dan
yang positif dengan siswanya, hal ini wawancara, saya dapat menganalisis
mampu membuat siswa merasa mampu, eksplorasi penyebab masalah berkaitan
kompeten, dan kreatif. dengan Kedekatan beberapa peserta
2. Creasey et al. (2009) mengklasifikasikan didik yang menganggap guru sebagai
hubungan guru siswa menjadi dua seorang teman sebagai berikut :
dimensi; positif dan negatif. Mereka 1. Hubungan guru-siswa sebagai
lebih lanjut mengklaim bahwa tanda hubungan yang dibangun oleh guru
hubungan guru siswa yang positif adalah dengan siswanya atas dasar rasa
tingginya nilai keterhubungan guru percaya dan hormat. Berdasarkan
(teacher connectedness); sedangkan penelitian sebelumnya, ketika
kecemasan siswa khususnya saat siswa seorang guru memiliki hubungan
berinteraksi dengan guru merupakan yang positif dengan siswanya, hal ini
indikasi rapport yang negatif. mampu membuat siswa merasa
3. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mampu, kompeten, dan kreatif.
Lammers et al. (2017) menunjukkan 2. Terdapat dua jenis hubungan guru
korelasi positif dan kuat antara siswa, yaitu positif dan negatif.
hubungan guru-siswa yang positif dan Mereka lebih lanjut mengklaim
nilai akhir siswa. Penelitian ini lebih bahwa tanda hubungan guru siswa
lanjut menemukan bahwa siswa dengan yang positif adalah tingginya nilai
penurunan skor hubungan guru-siswa keterhubungan guru (teacher
sepanjang semester menunjukkan nilai connectedness); sedangkan
akhir yang lebih rendah secara signifikan kecemasan siswa khususnya saat
dibandingkan dengan mereka yang siswa berinteraksi dengan guru
memiliki atau mempertahankan skor merupakan indikasi rapport yang
hubungan guru siswa yang stabil negatif.
sepanjang semester. 3. Bahwa siswa dengan penurunan
skor hubungan guru-siswa
Sumber Literatur sepanjang semester menunjukkan
https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/ nilai akhir yang lebih rendah secara
article/download/37412/16066 signifikan dibandingkan dengan
mereka yang memiliki atau
Hasil Wawancara mempertahankan skor hubungan
guru siswa yang stabil sepanjang
4. Berdasarkan hasil wawancara kepada
semester.
Staff Wakasek Kurikulum SMAN 1
4. Kedekatan beberapa peserta didik
Ciranjang yaitu bapak Indra Hendrawan,
yang menganggap guru sebagai
S.Pd berkaitan dengan Kedekatan
seorang teman terjadi karena guru
beberapa peserta didik yang
tidak bisa mengontrol kedekatan
menganggap guru sebagai seorang
dengan peserta didik, bisa juga
teman, ini terjadi karena guru tidak bisa
dikarenakan Ada kecenderungan
mengontrol kedekatan dengan peserta
guru dalam mendekati siswa
didik. Disamping itu, kedekatan peserta
menggunakan bahasa siswa secara
didik yang menganggap guru sebagai
penuh, yang seharusnya ada
teman bisa dikarenakan Ada
kolaborasi Bahasa siswa dengan
kecenderungan guru dalam mendekati Bahasa orang tua sehingga
siswa menggunakan bahasa siswa secara perkataan guru bisa dekat namun
penuh, yang seharusnya ada kolaborasi tetap berwibawa
Bahasa siswa dengan Bahasa orang tua 5. Dalam Pengajaran yang diberikan,
sehingga perkataan guru bisa dekat seorang guru harus jadi teladan dan
namun tetap berwibawa ramah terhadap peserta didik, ini
5. Berdasarkan hasil wawancara kepada akan lebih menjaga hubungan guru
bapak Rendi Nugraha, S.Pd, M.Pd (Guru dan peserta didik tetap positif.
Penggerak Angkatan 6 di SMAN 1
Ciranjang), berkaitan dengan Kedekatan
beberapa peserta didik yang
menganggap guru sebagai seorang
teman, seharusnya Pengajaran yang
diberikan harus jadi teladan dan ramah
terhadap peserta didik.

4 Keterbatasan Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksporasi penyebab


penguasaan guru masalah yang dilakukan melalui kajian
terhadap aplikasi 1. Adanya pembelajaran online literatur dan wawancara, saya dapat
pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta menganalisis eksplorasi penyebab
online dalam didik untuk berbagi pendapat serta masalah berkaitan dengan Berdasarkan
menyajikan bahan belajar lebih mandiri tanpa ada batas hasil eksporasi penyebab masalah yang
ajar paradima waktu dan ruang lebih bersifat fleksibel dilakukan melalui kajian literatur dan
sosiologi (Hwang et al., 2020; Kkese, 2020; Lage- wawancara, saya dapat menganalisis
Cala et al., 2020) eksplorasi penyebab masalah berkaitan
2. Guru berperan untuk mengarahkan dan dengan Keterbatasan penguasaan guru
memberi fasilitas belajar kepada peserta terhadap aplikasi pembelajaran online,
didik (directing and facilitating the diantaranya :
learning) agar proses belajar berjalan 1. Pembelajaran online memberikan
secara memadai, tidak semata-mata kesempatan kepada peserta didik
memberikan informasi. Bagaimana dan untuk berbagi pendapat serta
apapun bentuk strategi, model, dan belajar lebih mandiri tanpa ada
media pembelajaran yang digunakan batas waktu dan ruang lebih bersifat
guru, sejatinya diorientasikan pada satu fleksibel.
syarat utama, yaitu menarik sehingga 2. Guru berperan untuk mengarahkan
menumbuhkan minat belajar siswa dan memberi fasilitas belajar kepada
(Wahyono, 2020). peserta didik agar proses belajar
3. Media pembelajaran merupakan segala berjalan secara memadai, tidak
sesuatu yang menyangkut software dan semata-mata memberikan
hardware yang dapat digunakan untuk informasi, namun menarik sehingga
menyampaikan isi materi ajar dari menumbuhkan minat belajar siswa
sumber pembelajaran ke peserta didik 3. Media pembelajaran harus bisa
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pembelajar
perhatian, dan minat pembelajar sedemikian rupa sehingga proses
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran (di dalam/ di luar
pembelajaran (di dalam/ di luar kelas) kelas) menjadi lebih efektif
menjadi lebih efektif (Jalinus, 2016). 4. Adanya guru yang tidak membuka
dirinya untuk mendalami IT baik
Sumber Literatur : guru muda maupun guru yang sudah
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ berusia, juga karena Masih adanya
JP2/article/download/38941/19697/96589 guru yang paham IT namun tidak
mau berbagi (sharing rekan sejawat)
Hasil Wawancara : menjadi salah satu sebab
Keterbatasan penguasaan guru
4. Berdasarkan hasil wawancara kepada
terhadap aplikasi pembelajaran
Staff Wakasek Kurikulum SMAN 1
online.
Ciranjang yaitu bapak Indra Hendrawan,
5. Keterbatasan penguasaan guru
S.Pd berkaitan dengan Keterbatasan
terhadap aplikasi pembelajaran
penguasaan guru terhadap aplikasi
online, dikarenakan Kurangnya
pembelajaran online, dikarenakan
keterampilan tekhnologi, dan
Adanya guru yang tidak membuka dirinya
Kurangnya melaksanakan pelatihan ,
untuk mendalami IT baik guru muda
khususnya PMM di SMA Negeri 1
maupun guru yang sudah berusia, juga
Ciranjang belum optimal
karena Masih adanya guru yang paham
IT namun tidak mau berbagi (sharing
rekan sejawat).
5. Berdasarkan hasil wawancara kepada
bapak Rendi Nugraha, S.Pd, M.Pd (Guru
Penggerak Angkatan 6 di SMAN 1
Ciranjang), berkaitan dengan
Keterbatasan penguasaan guru terhadap
aplikasi pembelajaran online,
dikarenakan Kurangnya keterampilan
tekhnologi, dan Kurangnya
melaksanakan pelatihan , khususnya
PMM di SMA Negeri 1 Ciranjang belum
optimal

5 Proses Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksporasi penyebab


Pembelajaran : masalah yang dilakukan melalui kajian
Kurangnya 1. J.Biggers (1980) berpendapat bahwa literatur dan wawancara, saya dapat
semangat belajar belajar pagi hari lebih efektif dari pada menganalisis eksplorasi penyebab
peserta didik belajar pada waktu-waktu lainnya. Hal ini masalah berkaitan Kurangnya semangat
dalam kegiatan dikarenakan pada pagi hari kondisi belajar peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran jasmani dan rohani siswa masih segar pembelajaran di jam terakhir (siang
paradigma (fresh) dan memori otak masih kosong, hari),
sosiologi di jam sehingga mudah menyerap materi yang 1. Kegiatan belajar mengajar yang
terakhir (siang hari) diajarkan. dilakukan di siang hari memang
2. Menurut Tjipto Utomo, dalam mengikuti tidak kondusif karena jasmani dan
kegiatan pembelajaran, seseorang rohani siswa sudah tidak fresh
(siswa) akan mengalami peningkatan sehingga semangat pun menurun.
konsentrasi setelah menit ke-20 setelah
itu secara pelahan konsentrasi mereka 2. Konsentrasi peserta didik dalam
akan menurun. menerima materi sudah tidak
3. Ambros Leonangung Edu & Petrus Redy kondusif, pembelajaran yang
Partus Jaya (2018) mengungkapkan dilakukan dalam durasi yang lama,
bahwa prestasi belajar pada mata apalagi dilakukan disiang hari (jam
pelajaran sosiologi dapat dijelaskan oleh terakhir pelajaran) telah
faktor motivasi belajar peserta didik dan menurunkan konsentrasi peserta
kompetensi pedagogik guru. Berdasarkan didik.
hasil penelitian, terdapat hubungan yang 3. Kurangnya motivasi dari guru
saling berkaitan antara motivasi belajar menjadi salah satu yang
peserta didik dengan kompetensi menyebabkan kurangnya semangat
pedagogik guru. Kompetensi pedagogik belajar peserta didik.
sudah semestinya diusahakan oleh setiap 4. Kurangnya jam tidur peserta didik di
guru untuk dapat belajar secara mandiri. malam hari, yang disebabkan oleh
Tidak sekadar menunggu pelatihan- berbagai factor mengakibatkan
pelatihan yang diselenggarakan semangat belajar siswa esok harinya
pemerintah maupun unit-unit kegiatan berkurang.
guru mata pelajaran. 5. kurangnya keterlibatan siswa dalam
metode pembelajaran, sehingga
Sumber Literatur : peserta didik merasa kurang relevan
a. http://e-theses.iaincurup.ac.id/196/1 dengan kegiatan pembelajaran
UPAYA GURU DALAM sosiologi, akibatnya siswa menjadi
MENINGKATKAN KONSENTRASI tidak semangat bahkan cenderung
BELAJAR SISWA DI JAM SIANG PADA mengantuk.
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI).
b. Edu, Ambros Leonangung., Jaya,
Pertrus Redy. (2018). Konstruksi
Motivasi Belajar dan Kompetensi
Pedagogik Guru Terhadap Prestasi
Belajar Sosiologi. Jurnal Buana
Pendidikan, Vol.14 No.25 (1-13)
https://jurnal.unipasby.ac.id/index.p
hp/jurnal_buana_pendidikan/article/
view/1452

Hasil Wawancara

4. Berdasarkan hasil wawancara kepada


Staff Wakasek Kurikulum SMAN 1
Ciranjang yaitu bapak Indra Hendrawan,
S.Pd berkaitan dengan Kurangnya
semangat belajar peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran di jam terakhir
(siang hari), yaitu :

Kebiasaan siswa yang suka begadang di


malam hari karena pergaulan dengan
orang yang lebih tua yang terbiasa
begadang, dan adanya acara Tv ataupun
social media yang live di malam hari
mengakibatkan peserta didik kurang
tidur. Ditambah lagi karena kurangnya
pengawasan orang tua. Ini
mengakibatkan semangat belajar siswa
di siang hari berkurang bahkan
cenderung mengantuk, Sebagian ada
yang tidur di kelas saat pembelajaran,
adapula yang tidak masuk kelas, mereka
tidur di masjid sekolah.

5. Berdasarkan hasil wawancara kepada


bapak Rendi Nugraha, S.Pd, M.Pd (Guru
Penggerak Angkatan 6 di SMAN 1
Ciranjang), berkaitan dengan Kurangnya
semangat belajar peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran di jam terakhir
(siang hari), hal ini terjadi karena
kurangnya keterlibatan siswa dalam
metode pembelajaran, sehingga peserta
didik merasa kurang relevan dengan
kegiatan pembelajaran sosiologi,
akibatnya siswa menjadi tidak semangat
bahkan cenderung mengantuk.

Anda mungkin juga menyukai