Pd
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Masalah yang telah
NO Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kemampuan guru dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
merancang dan menerapkan 1. Menurut Anugraheni, (2017), menuturkan bahwa melalui perencanaan yang kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan metode
metode pembelajaran yang baik maka kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran masih belum
sesuai dengan materi perencanaan yang sudah disiapkan. Mencermati hal tersebut maka maksimal hal ini dikarenakan :
pembelajaran masih belum keberadaan guru adalah sebagai faktor penentu untuk menciptakan
1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang efektif
maksimal. pembelajaran yang efektif.
dan efisien sesuai dengan perkembangan kurikulum
2. Menurut Nugroho (2018) mengemukakan bahwa banyak guru belum
pembelajaran
mampu mengembangkan perangkat pembelajaran dengan baik.
2. Guru belum terbiasa melakukan variasi pembelajaran. Model
3. Menurut Prasetyo dkk. (2015) Setiap pendidik dituntut untuk mampu
pembelajaran yang sering digunakan masih konvensional.
merancang pembelajaran yang baik dengan pemilihan metode yang tepat
3. Guru malas melatih dan mengambangkan kemampuan yang ada
sesuai dengan karakter materi
dengan tidak mau mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang
4. Menurut Kezia dan Debora (2020), Agar pembelajaran lebih efektif dan
bertemakan dunia pendidikan
siswa tidak hanya mendengarkan saat ceramah dilakukan, namun siswa
4. Keterbatasan ketersediaan sarana prasana yang dimiliki sekolah
diberi kesempatan untuk mencatat poin-poin penting dari materi. Hal ini
bertujuan agar siswa tidak mengantuk saat pelajaran, bosan, dan tidak
melupakan materi yang sudah dijelaskan.
5. Menurut Salam,dkk (2020), Guru belum terbiasa melakukan variasi
pembelajaran. Model pembelajaran yang sering digunakan masih
konvensional dengan lebih banyak mengandalkan metode ceramah.
https:/http//journal.iainkudus.ac.id/index.php/Thabiea
https://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4622/4502
Hasil Wawancara
KEPALA SEKOLAH
WAKASEK KURIKULUM
3 Minat dan motivasi belajar siswa Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara penyebab rendahnya minat
dalam pembelajaran IPA yang dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu :
1. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006) mengungkapkan motivasi belajar
masih rendah.
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi 1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi anak pada awal
belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan pembelajaran
rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat 2. Siswa mengangap mata pelajar IPA sulit karena harus
terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang menghafalkan rumus-rumus.
kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal. 3. Siswa mengangap mata pelajar IPA membosankan karena terlalu
2. Menurut Hasrul, (2009). Gaya belajar merupakan metode yang dimiliki banyak materi yang diajarkan dan dihafalkan
individu untuk mendapatkan informasi yang pada prinsipnya gaya belajar 4. Siswa tidak menyukai pembelajaran yang terdapat materi
merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Pada awal pengalaman perhitungan.
belajar, salah satu di antara langkah pertama adalah mengenali modalitas 5. Pedekatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi
atau gaya belajar yang dimiliki, apakah gaya belajar visual, auditorial, atau pembelajaran.
kinestetik. 6. Guru kurang memahami karakteritik siswa dalam kelas.
3. Menurut Slameto (2010) seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu 7. Fasilitas pendukung masih belum meksimal.
pelajaran, maka seseorang tersebut akan cenderung bersungguh-sungguh 8. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
mempelajarinya, sedangkan seseorang yang kurang berminat terhadap suatu 9. Guru yang mengajar dianggap galak atau tidak asyik dalam
pelajaran maka maka cenderung enggan mempelajarinya. menyampaikan materi.
4. Menurut Uno (2006) mengatakan bahwa gaya belajar pada diri siswa secara
garis besar ada 3, yaitu gaya belajar Visual, Auditory, dan Kinestetik. Ketiga
tipe gaya belajar pada diri siswa ini mempunyai cara dan pendekatan yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa
5. Menurut Effiyati Prihatini (2017), dalam membangkitkan minat siswa akan
terdorong untuk belajar manakala mereka memilki minat untuk belajar. Oleh
sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik
dalam mengembangkan minat belajar.(Prihatini, Effiyati. Pengaruh metode
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar IPA. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 2017, 7.2.)
6. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, maka minat belajar menurut
Olivia adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut
perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut
dengan sungguh-sungguh. (Siti Nurhasanah and A Sobandi, “Minat Belajar
Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran Aisyah Nursyam (2019)
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/13752/8022
https://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/view/12563/8851
Hasil Wawancara
TEMAN SEJAWAT/ GURU IPA
4 Guru belum maksimal dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara penyebab guru belum
memanfaatkan model maksimal dalam memanfaatkan model pembelajaran inovatif yang
1. Pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran baru, tidak
pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristis peserta didik antara lain :
konvensional, yang dirancang guru yang memungkinkan siswa
sesuai dengan karakteristis
membangun pengetahuannya sendiri (Andi Kaharuddin, 2020) 1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang
peserta didik.
2. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat inovatif
pada peserta didik, proses pembelajaran dirancang, disusun, dan 2. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional.
dikondisikan untuk peserta didik agar belajar, hubungan antara guru dan 3. Guru tidak mengenal atau memahami karakteristik peserta didik
peerta didik menjadi hubungan yang saling belajar dan saling yang berbeda-beda
membangun(Edi Warsidi, 2017). 4. Guru malas mengembangkan kemampuan diri dengan mengikuti
3. Pembelajaran berdiferensiasi juga didefinisikan sebagai cara mengenali pelatihan-pelatihan pembelajaran yang ada
dan mengajar sesuai dengan bakat dan gaya belajar siswa yang berbeda
(Morgan, 2014). Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya,
karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah pembelajaran yang diindividualkan (Marlina et al., 2019)
4. Bahwa semua siswa di kelas berbeda yang memerlukan kebutuhan strategi
atau instruksi diferensiasi untuk memanfaatkan kecerdasan yang beragam
sehingga memungkinkan lebih banyak siswa dapat berpartisipasi dalam
pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa guru
bertanggung jawab untuk menyesuaikan berbagai kebutuhan
perkembangan dan tingkat yang berbeda dari setiap siswa (Tomlinson,
2001)
5. Menurut Wahida, dkk (2017) mengemukakan bahwa Guru yang
menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat,menguasai
materi pelajaran dengan baik,mengelolah kelas dengan baik akan
memberikan pengaruh yang posistif terhadap prestasi belajar siswa
6. Upaya untuk menghasilkan lulusan yang dapat beradaptasi pada era digital
memerlukan proses pembelajaran yang mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif (Hasan dkk 2020).
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs
http://dx.doi.org/10.22373/jm.v8i2.3315
Hasil Wawancara
WAKASEK KURIKULUM
TEMAN SEJAWAT/GURU
TEMAN SEJAWAT
1) Adanya misskomunikasi antara guru dan orang tua sehingga info yang
diterima terkadang salah arti dan tidak tepat sasaran
2) Banyak orang tua yang sibuk bekerja bahkan lupa akan mengontrol jam
belajar anak dirumah, padahal harusnya orang tua dan guru harus
bekerjasama dalam proses pembelajaran anak baik disekolah maupun
dirumah.
3) Karakteristik guru yang belum memahami seutuhnya bahwa kesusksesan
pembelajaran tidak mutlak ditangan seorang guru namun ada peran orang
tua yang membantu dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika anak
belajar dirumah.
4) Orang tua malas tahu atau lambat memberi respon saat diajak
berkomunikasi.
6 Kemampuan siswa dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
memahami dan mengerjakan Kemampuan siswa dalam memahami dan mengerjakan soal-soal
1. Menurut Yuliandini, dkk (2019) mengemukakan bahwa guru belum
soal-soal HOTS belum HOTS belum maksimal yaitu :
mengetahui dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam
maksimal 1. Rendahnya kemampuan anak menganalisis soal
taksonomi Bloom revisi. Guru hanya membuat soal sesuai dengan materi
2. Guru belum mengetahui dimensi pengetahuan dan dimensi
yang dipelajari tidak melihat tingkatan berpikir siswa dalam taksonomi
proses kognitif dalam taksonomi Bloom.
Bloom revisi (HOTS)
3. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS
2. Menurut Fitriani, dkk (2018) mengemukakan bahwa soal tes yang
4. Daya tangkap dan kemampun bernalar siswa masih rendah.
digunakan guru sekolah untuk mengevaluasi siswa adalah soal tes yang
5. Rendahnya kemampuan dasar matematis siswa
disusun oleh guru sendiri dan soal tes yang didapatkan dari buku sumber
6. Kemampuan dasar membaca dan menulis masih belum
lain, tidak menggunakan soal jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi.
maksimal
3. Menurut Astuti, dkk (2021) mengemukakan bahwa guru kesulitan dalam
menentukan instrumen yang tepat untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, orientasi pembelajaran masih berada pada level berpikir
tingkat rendah dibuktikan dengan instrumen penilaian guru masih berada
pada tingkatan C1 sampai C3, belum adanya instrumen penilaian HOTS.
4. Menurut Schulz dan FitzPatrick (2016) dalam Saraswati, dkk (2020)
menemukan para guru menunjukkan ketidakpastian tentang konsep HOTS
dan mereka tidak siap untuk mengajar atau menilai HOTS.
5. Menurut Rusilowati (2006) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab
kesulitan belajar fisika siswa adalah karena lemahnya kemampuan
matematis. Dengan rendahnya kemampuan matematis siswa, maka siswa
akan semakin tidak memiliki kemampuan untuk menjabarkan rumus-
rumus yang dipelajari.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/download/36221/19686/96572
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/25336/15392
Hasil Wawancara
TEMAN SEJAWAT
Lampiran
https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122 https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/13752/8022
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD https://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/view/12563/8851
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Thabiea https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/download/36221/19686/96572
https://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4622/4502 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/25336/15392
https://doi.org/10.21831/jk.v44i2.5307 Edu Sains Jurnal Pendidikan Sains & Matematika
http://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpm/index http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd/article/viewFile/1041/724
http://dx.doi.org/10.22373/jm.v8i2.3315