Anda di halaman 1dari 16

Nama : YOHANES JENI, S.

Pd
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Masalah yang telah
NO Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

1 Kemampuan guru dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
merancang dan menerapkan 1. Menurut Anugraheni, (2017), menuturkan bahwa melalui perencanaan yang kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan metode
metode pembelajaran yang baik maka kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran masih belum
sesuai dengan materi perencanaan yang sudah disiapkan. Mencermati hal tersebut maka maksimal hal ini dikarenakan :
pembelajaran masih belum keberadaan guru adalah sebagai faktor penentu untuk menciptakan
1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang efektif
maksimal. pembelajaran yang efektif.
dan efisien sesuai dengan perkembangan kurikulum
2. Menurut Nugroho (2018) mengemukakan bahwa banyak guru belum
pembelajaran
mampu mengembangkan perangkat pembelajaran dengan baik.
2. Guru belum terbiasa melakukan variasi pembelajaran. Model
3. Menurut Prasetyo dkk. (2015) Setiap pendidik dituntut untuk mampu
pembelajaran yang sering digunakan masih konvensional.
merancang pembelajaran yang baik dengan pemilihan metode yang tepat
3. Guru malas melatih dan mengambangkan kemampuan yang ada
sesuai dengan karakter materi
dengan tidak mau mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang
4. Menurut Kezia dan Debora (2020), Agar pembelajaran lebih efektif dan
bertemakan dunia pendidikan
siswa tidak hanya mendengarkan saat ceramah dilakukan, namun siswa
4. Keterbatasan ketersediaan sarana prasana yang dimiliki sekolah
diberi kesempatan untuk mencatat poin-poin penting dari materi. Hal ini
bertujuan agar siswa tidak mengantuk saat pelajaran, bosan, dan tidak
melupakan materi yang sudah dijelaskan.
5. Menurut Salam,dkk (2020), Guru belum terbiasa melakukan variasi
pembelajaran. Model pembelajaran yang sering digunakan masih
konvensional dengan lebih banyak mengandalkan metode ceramah.
https:/http//journal.iainkudus.ac.id/index.php/Thabiea
https://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4622/4502
 Hasil Wawancara
KEPALA SEKOLAH

WAKASEK KURIKULUM

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan kurang maksimalnya guru dalam merancang model
pembelajaran antara lain :

1. Guru kurang memahami metode-metode pembelajaran yang efektif


2. Guru malas melatih dan mengambangkan kemampuan yang ada dengan
tidak mau mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang bertemakan
dunia pendidikan
3. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang efektif dan
efisien sesuai dengan perkembangan kurikulum pembelajaran
Solusi:
1) Perlu adanya kesadaran yang dibangun dalam diri seorang guru
untuk berbenah dan mencari tahu kekurang-kekurangan yang
perlu dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan kurikulum
2) Perlu adanya kepedulian, kerja keras dan semangat integritas yang
tinggi dalam diri seorang guru untuk menggali dan mencari tahu
model-model pembelajaran yang inovatif, sehingga pada akhirnya
dapat digunakan dan diterapkan dalam proses pembelajaran
dengan tepat dan efektif
3) Kepala sekolah perlu mengevaluasi seluruh rangkaian
pembelajaran yang terjadi di sekolahnya masing-masing guna
mencari tahu kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki
sebagaimana tuntutan kurikulum abad-21
4) Guru perlu memiliki pemahaman terhadap model-model
pembelajaran yang inovatif sehingga mampuh mengembangkan
secara efektif dengan melihat karakteristik siswa dan potensi alam
setempat.
5) Guru harus bisa memanfaatkan model-model pembelajaran
inovatif untuk menjawab tuntutan pembelajaran yang bermakna,
berkarakter, dan berorientasi pada keterampilan peserta didiknya
masing-masing
2 Rendahnya kemampuan literasi Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
dan numerasi yang dimiliki 1. Menurut supiandi (2016), untuk membentuk budaya literasi Di kalangan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi yang dimiliki siswa
siswa sekolah,dapat di lakukan dengan menerapkan program kata dengan yaitu :
implementasi program E-pustaka,mentoring Mata Dan arisan kata
1. Kurangnya minat baca dari setiap siswa.
2. Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan dan iklim belajar di sekolah
2. Anak lebih suka melakukan hal praktis ketimbang harus
mempengaruhi variasi skor literasi siswa. Demikian juga keadaan
membaca beberapa artikel yang panjang dan terkesan kurang
infrastruktur sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe organisasi
menarik serta membosankan bagi anak seusia mereka.
serta manajemen sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi
3. Kemampuan berbahasa indonesia yang belum maksimal
literasi siswa
cenderung menggunakan bahasa daerah.
3. Menurut Penelitian oleh Charli (2017), yang menyatakn adanya kesulitan
4. Kemampuan dasar matematis yang masih kurang
pada indikator mengartikan lambang dan mengkonversi satuan. Menurut
5. Kemampuan bernalar masih rendah.
Charli, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan simbol-simbol yang
digunakan untuk fisika.
4. Menurut Sumartati (2010), menyebutkan bahwa penyebab rendahnya
literasi sains siswa Indonesia disebabkan beberapa hal antara lain yaitu :
a) Pembelajaran yang bersifat terpusat pada guru ( Teacher contered )
b) Rendahnya sikap positif siswa dalam mempelajari sains
5. Menurut Pendapat Marantika (2007), yang menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran fisika sering digambarkan dan dijelaskan oleh simbol dan
formula matematika. Oleh sebab itu, pemahaman konsep fisika juga sangat
membutuhkan adanya pemahaman mengenai konsep-konsep dasar
matematika.
https:/ http//doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
https:/ http//ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD
 Hasil Wawancara
TEMAN SEJAWAT/ GURU

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi: siswa antara lain :

1) Kurangnya minat baca dari setiap siswa.


2) Anak lebih suka melakukan hal praktis ketimbang harus membaca
beberapa artikel yang panjang dan terkesan kurang menarik serta
membosankan bagi anak seusia mereka.
3) Kemampuan berbahasa indonesia yang belum maksimal terlalu sering
menggunakan bahasa daerah.
4) Kemampuan dasar matematis atau dasar berhitung yang masih kurang
Solusi:
1) Meningkatkan kualitas guru
Sudah pasti guru adalah sosok yang menjadi pioner dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus
secara sadar diri terus melakukan peningkatan kualitasnya. Tak hanya
bicara soal kualitas mengajar pada mata pelajaran yang diampu, lebih
dari itu, guru juga dituntut berkualitas dalam aspek psikologi anak. Hal
ini sangat penting demi terwujudnya motivasi belajar siswa yang tinggi.
Tentu saja guru bisa melakukan peningkatan kualitas dengan mengikuti
berbagai macam seminar atau pelatihan.
2) Pilih metode pembelajaran yang tepat
Sebagai seorang guru memang harus pandai dalam memilih metode
belajar yang tepat. Pemilihan metode belajar ini bisa menjadi tolak ukur
apakah siswa merasa jenuh dalam kegiatan belajarnya atau bahkan
merasa antusias dengan metode yang guru terapkan. Guru bisa
menerapkan metode belajar diskusi secara langsung melalui aplikasi
belajar atau membagi siswa dalam beberapa kelompok guna
memudahkan siswa dalam memahami materi.
3) Lakukan evaluasi pembelajaran
Evaluasi pada setiap kegiatan pembelajaran mutlak sangat perlu untuk
dilakukan. Hal ini bertujuan melihat efektivitas kegiatan belajar
tersebut sudah efektif atau belum. Evaluasi ini bisa dilakukan dengan
menganalisis nilai yang diperoleh siswa dari soal atau tugas yang guru
berikan.

3 Minat dan motivasi belajar siswa Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara penyebab rendahnya minat
dalam pembelajaran IPA yang dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu :
1. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006) mengungkapkan motivasi belajar
masih rendah.
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi 1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi anak pada awal
belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan pembelajaran
rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat 2. Siswa mengangap mata pelajar IPA sulit karena harus
terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang menghafalkan rumus-rumus.
kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal. 3. Siswa mengangap mata pelajar IPA membosankan karena terlalu
2. Menurut Hasrul, (2009). Gaya belajar merupakan metode yang dimiliki banyak materi yang diajarkan dan dihafalkan
individu untuk mendapatkan informasi yang pada prinsipnya gaya belajar 4. Siswa tidak menyukai pembelajaran yang terdapat materi
merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Pada awal pengalaman perhitungan.
belajar, salah satu di antara langkah pertama adalah mengenali modalitas 5. Pedekatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi
atau gaya belajar yang dimiliki, apakah gaya belajar visual, auditorial, atau pembelajaran.
kinestetik. 6. Guru kurang memahami karakteritik siswa dalam kelas.
3. Menurut Slameto (2010) seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu 7. Fasilitas pendukung masih belum meksimal.
pelajaran, maka seseorang tersebut akan cenderung bersungguh-sungguh 8. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
mempelajarinya, sedangkan seseorang yang kurang berminat terhadap suatu 9. Guru yang mengajar dianggap galak atau tidak asyik dalam
pelajaran maka maka cenderung enggan mempelajarinya. menyampaikan materi.
4. Menurut Uno (2006) mengatakan bahwa gaya belajar pada diri siswa secara
garis besar ada 3, yaitu gaya belajar Visual, Auditory, dan Kinestetik. Ketiga
tipe gaya belajar pada diri siswa ini mempunyai cara dan pendekatan yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa
5. Menurut Effiyati Prihatini (2017), dalam membangkitkan minat siswa akan
terdorong untuk belajar manakala mereka memilki minat untuk belajar. Oleh
sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik
dalam mengembangkan minat belajar.(Prihatini, Effiyati. Pengaruh metode
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar IPA. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 2017, 7.2.)
6. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, maka minat belajar menurut
Olivia adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut
perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut
dengan sungguh-sungguh. (Siti Nurhasanah and A Sobandi, “Minat Belajar
Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran Aisyah Nursyam (2019)
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/13752/8022
https://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/view/12563/8851
 Hasil Wawancara
TEMAN SEJAWAT/ GURU IPA

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan rendahnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA
faktor tersebut antara lain:

1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi anak pada awal pembelajaran


2. Siswa mengangap mata pelajar IPA sulit karena harus menghafalkan
rumus-rumus.
3. Siswa tidak menyukai pembelajaran yang terdapat materi perhitungan.
4. Fasilitas yang menunjang proses pembelajaran masih belum maksimal
Solusi:
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan
siswa dengan cara membentuk kelompok kecil untuk berkolaborasi dalam
menyelesaikan tujuan tertentu. Dalam kelompok kecil tersebut, siswa dapat
saling membantu, berdiskusi, memberikan masukan, solusi dalam memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru.

4 Guru belum maksimal dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara penyebab guru belum
memanfaatkan model maksimal dalam memanfaatkan model pembelajaran inovatif yang
1. Pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran baru, tidak
pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristis peserta didik antara lain :
konvensional, yang dirancang guru yang memungkinkan siswa
sesuai dengan karakteristis
membangun pengetahuannya sendiri (Andi Kaharuddin, 2020) 1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang
peserta didik.
2. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat inovatif
pada peserta didik, proses pembelajaran dirancang, disusun, dan 2. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional.
dikondisikan untuk peserta didik agar belajar, hubungan antara guru dan 3. Guru tidak mengenal atau memahami karakteristik peserta didik
peerta didik menjadi hubungan yang saling belajar dan saling yang berbeda-beda
membangun(Edi Warsidi, 2017). 4. Guru malas mengembangkan kemampuan diri dengan mengikuti
3. Pembelajaran berdiferensiasi juga didefinisikan sebagai cara mengenali pelatihan-pelatihan pembelajaran yang ada
dan mengajar sesuai dengan bakat dan gaya belajar siswa yang berbeda
(Morgan, 2014). Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya,
karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah pembelajaran yang diindividualkan (Marlina et al., 2019)
4. Bahwa semua siswa di kelas berbeda yang memerlukan kebutuhan strategi
atau instruksi diferensiasi untuk memanfaatkan kecerdasan yang beragam
sehingga memungkinkan lebih banyak siswa dapat berpartisipasi dalam
pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa guru
bertanggung jawab untuk menyesuaikan berbagai kebutuhan
perkembangan dan tingkat yang berbeda dari setiap siswa (Tomlinson,
2001)
5. Menurut Wahida, dkk (2017) mengemukakan bahwa Guru yang
menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat,menguasai
materi pelajaran dengan baik,mengelolah kelas dengan baik akan
memberikan pengaruh yang posistif terhadap prestasi belajar siswa
6. Upaya untuk menghasilkan lulusan yang dapat beradaptasi pada era digital
memerlukan proses pembelajaran yang mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif (Hasan dkk 2020).
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs
http://dx.doi.org/10.22373/jm.v8i2.3315
 Hasil Wawancara
WAKASEK KURIKULUM

TEMAN SEJAWAT/GURU

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan guru belum maksimal dalam memanfaatkan model pembelajaran
inovatif yang sesuai dengan karakteristis peserta didik, faktor tersebut antara
lain :

1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang inovatif


2. Guru malas mengembangkan kemampuan diri dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan pembelajaran yang ada
3. Guru kurang menguasai IPTEK
4. Guru tidak mengenal atau memahami karakteristik siswa
5 Komunikasi yang terjalin antara Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
guru dengan orang tua siswa kurangnya komunikasi antara guru dan orang tua yaitu :
1. Menurut Anis P (2016) Orang tua adalah mitra yang utama bagi guru dalam
masih belum berjalan dengan
pendidikan anak. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru 1. Banyak orang tua siswa yang sibuk bekerja bahkan lupa akan
baik
dibutuhkan dalam rangka menyamakan persepsi kedua belah pihak tentang mengontrol jam belajar anak dirumah, padahal harusnya orang tua
hal yang dibutuhkan dalam pendidikan anak : dan guru harus bekerjasama dalam proses pembelajaran anak baik
2. Menurut Nanat Fatah, dkk (2018) Terjadinya kelonggaran kerjasama disekolah maupun dirumah.
antara guru dan orang tua menyebabkan menurunnya mutu pendidikan 2. Karakteristik guru yang belum memahami seutuhnya bahwa
anak, sehingga anak menurun hasil belajar, prestasi, berkurangnya kesusksesan pembelajaran tidak mutlak ditangan seorang guru
motivasi bahkan merosotnya nilai moral dan ahlak siswa disebabkan namun ada peran orang tua yang membantu dalam kegiatan
karena tidak ada pengawasan dan bimbingan orang tua dan kurangnya pembelajaran terutama ketika anak belajar dirumah.
partisipasi guru dengan orang tua. 3. Adanya misskomunikasi antara guru dan orang tua sehingga info
3. Menurut Yunanda, dkk (2018), menyebutkan orang tua yang tidak yang diterima terkadang salah arti dan tidak tepat sasaran
memperhatikan pendidikan anaknya atau tidak perduli dengan kegiatan 4. Orang tua cenderung malas tahu atau lambat memberi respon saat
belajar anaknya mengakibatkan anak tidak termotivasi dalam belajar. diajak berkomunikasi.
4. Keikutsertaan orang tua dalam menciptakan komunikasi yang intesif 5. Orang tua terlalu sibuk bekerja.
dengan guru dapat membantu mencapai tujuan dan fungsi dari sekolah.
Dalam meningkatkan keterampilan membaca diperlukan adanya
pembiasaan kegiatan literasi(Pedagogik, 2020).
5. Menurut Arifudin, dkk (2020) Perhatian merupakan pemusatan atau
kosentrasi yang menyebabkan bertambahnya aktivitas individu terhadap
suatu objek. Dengan kata lain, perhatian orang tua merupakan pemusatan
atau kosentrasi orang tua terhadap anaknya yang menyebabkan
bertambahnya aktivitas seorang anak, terutama dalam pemenuhan
kebutuhan baik secara fisik maupun non fisik. Akan tetapi dalam
memberikan perhatian, orang tua tidak boleh berlebihan ataupun
kekurangan, tetapi harus sesuai dengan kebutuhan atau ideal.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/25336/15392
 Hasil Wawancara

TEMAN SEJAWAT

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan komunikasi yang terjalin antara


guru dengan orang tua siswa masih belum terjalin dengan baik hal ini
dikarenakan:

1) Adanya misskomunikasi antara guru dan orang tua sehingga info yang
diterima terkadang salah arti dan tidak tepat sasaran
2) Banyak orang tua yang sibuk bekerja bahkan lupa akan mengontrol jam
belajar anak dirumah, padahal harusnya orang tua dan guru harus
bekerjasama dalam proses pembelajaran anak baik disekolah maupun
dirumah.
3) Karakteristik guru yang belum memahami seutuhnya bahwa kesusksesan
pembelajaran tidak mutlak ditangan seorang guru namun ada peran orang
tua yang membantu dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika anak
belajar dirumah.
4) Orang tua malas tahu atau lambat memberi respon saat diajak
berkomunikasi.
6 Kemampuan siswa dalam Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
memahami dan mengerjakan Kemampuan siswa dalam memahami dan mengerjakan soal-soal
1. Menurut Yuliandini, dkk (2019) mengemukakan bahwa guru belum
soal-soal HOTS belum HOTS belum maksimal yaitu :
mengetahui dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam
maksimal 1. Rendahnya kemampuan anak menganalisis soal
taksonomi Bloom revisi. Guru hanya membuat soal sesuai dengan materi
2. Guru belum mengetahui dimensi pengetahuan dan dimensi
yang dipelajari tidak melihat tingkatan berpikir siswa dalam taksonomi
proses kognitif dalam taksonomi Bloom.
Bloom revisi (HOTS)
3. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS
2. Menurut Fitriani, dkk (2018) mengemukakan bahwa soal tes yang
4. Daya tangkap dan kemampun bernalar siswa masih rendah.
digunakan guru sekolah untuk mengevaluasi siswa adalah soal tes yang
5. Rendahnya kemampuan dasar matematis siswa
disusun oleh guru sendiri dan soal tes yang didapatkan dari buku sumber
6. Kemampuan dasar membaca dan menulis masih belum
lain, tidak menggunakan soal jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi.
maksimal
3. Menurut Astuti, dkk (2021) mengemukakan bahwa guru kesulitan dalam
menentukan instrumen yang tepat untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, orientasi pembelajaran masih berada pada level berpikir
tingkat rendah dibuktikan dengan instrumen penilaian guru masih berada
pada tingkatan C1 sampai C3, belum adanya instrumen penilaian HOTS.
4. Menurut Schulz dan FitzPatrick (2016) dalam Saraswati, dkk (2020)
menemukan para guru menunjukkan ketidakpastian tentang konsep HOTS
dan mereka tidak siap untuk mengajar atau menilai HOTS.
5. Menurut Rusilowati (2006) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab
kesulitan belajar fisika siswa adalah karena lemahnya kemampuan
matematis. Dengan rendahnya kemampuan matematis siswa, maka siswa
akan semakin tidak memiliki kemampuan untuk menjabarkan rumus-
rumus yang dipelajari.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/download/36221/19686/96572
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/25336/15392
 Hasil Wawancara

TEMAN SEJAWAT

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal HOTS
antara lain :

1) Rendahnya kemampuan anak menganalisis soal


2) Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS
3) Daya tangkap dan kemampun bernalar siswa masih rendah.
4) Rendahnya kemampuan dasar matematis siswa.
5) Kemampuan dasar membaca dan menulis masih belum maksimal
7 Pemanfaatan dan penggunaan Hasil Kajian Literasi Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
teknologi inovasi pembelajaran kurang maksimalnya pemanfaatan dan penggunaan teknologi inovasi
1. Menurut (Ridha, 2019) mengemukakan bahwa penyesuaian perkembangan
di sekolah masih belum pembelajaran di sekolah yaitu :
digital dengan pembelajaran meliputi pengembangan media-media
maksimal.
pembelajaran elektronik atau berbantuan komputer, pemanfaatan situs 1. Guru belum bisa memanfaatkan teknologi yang menunjang serta
media-media sosial untuk aktivitas pembelajaran dan pengembangan memudahkan proses pembelajaran
strategi-strategi pembelajaran online dan perpaduan antara online dan tatap 2. Siswa tidak memiliki media teknologi seperti laptop
muka (blended learning) memberi warna baru bagi pendidikan. Oleh karena 3. Sekolah belum memiliki media teknologi
itu, tidak menutup kemungkinan pendidikan konvensional akan semakin 4. Minimnya fasilitas pendukung, keterbatasan waktu,
cepat beralih ke pendidikan yang serba digital. keterbatasan kemampuan guru.
2. Faktor penyebab belum maksimalnya guru menggunakan teknologi dalam 5. Kurangnya pemahaman dalam bidang teknologi seperti
pembelajaran yakni: minimnya fasilitas pendukung, keterbatasan waktu, pengoperasian komputer atau laptop.
keterbatasan kemampuan guru, dan kurang memotivasi diri (Mila 6. Kurang memanfaatkan situs media-media sosial untuk aktivitas
Chrismawati Paseleng: 2016) pembelajaran dan pengembangan strategi-strategi pembelajaran
3. Perubahan kurikulum, sistem, manajemen, serta pengelolaan pembelajaran
juga diperlukan untuk menunjang pendidikan yang mampu beradaptasi
dengan era digital (Ibda, 2018).
4. Jika dirancang secara khusus teknologi bisa memberi kontribusi yang efektif
bagi pembelajaran dan bisa membantu siswa meraih potensi tertinggi
mereka (Smaldino, 2011).
http:// http//journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik
Hasil wawancara
KEPALA SEKOLAH
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan Pemanfaatan dan penggunaan teknologi inovasi pembelajaran di
sekolah masih belum maksimal, faktor tersebut antara lain :
1) Dari segi guru/pendidik, Guru belum bisa memanfaatkan teknologi yang
menunjang serta memudahkan proses pembelajaran
2) Kurangnya pemahaman dalam bidang teknologi seperti pengoperasian
komputer atau laptop
3) Sekolah belum memiliki media teknologi

Lampiran
https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122 https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/13752/8022
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD https://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/view/12563/8851
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Thabiea https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/download/36221/19686/96572
https://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4622/4502 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/25336/15392
https://doi.org/10.21831/jk.v44i2.5307 Edu Sains Jurnal Pendidikan Sains & Matematika
http://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpm/index http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd/article/viewFile/1041/724
http://dx.doi.org/10.22373/jm.v8i2.3315

Anda mungkin juga menyukai