Disusun oleh:
YUSTI F. NAINGGOLAN
(2200103921097108)
No
Menjelaskan berbagai zat aditif 3.6.1 Mengidentifikasi zat aditif makanan
3.6.
dalam makanan dan minuman, zat
buatan yang terdapat pada kemasan
adiktif serta dampaknya terhadapa
makanan/minuman
kesehatan 3.6.2 Menganalisis dampak negatif dari
dalam makanan dan minuman, zat berbagai zat aditif makanan buatan
yang terdapat pada kemasan
makanan dan minuman
4.6 Membuat karya tulis tentang 4.6.1 Membuat karya tulis berupa poster
dampak penyalahgunaan zat aditif dengan tema ajakan untuk tidak
dan zat adiktif bagi kesehatan menggunakan pewarna makanan
buatan yang berbahaya dan
dampaknya bagi kesehatan jika terus
menerus dikonsumsi
3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif, serta
dampaknya terhadap kesehatan
Gambar. Makanan
ZAT ADITIF MAKANAN BUATAN
Zat aditif (bahan tambahan pangan) adalah suatu zat yang sengaja ditambahkan ke
dalam produk makanan atau minuman dalam takaran tertentu, dengan tujuan untuk
meningkatkan keawetan, penampilan, sifat, dan kualitas makanan. Zat aditif ini dapat
mempercantik warna, mengatur keasaman, menguatkan rasa, memperpanjang umur
penyimpanan produk, dan lain-lain.
Berikut merupakan beberapa zat aditif makanan yang sering kita jumpai pada produk
makanan atau minuman kemasan yang dikonsumsi pada berbagai kegiatan :
No. Nama Zat Aditif Pengertian Contoh Zat Aditif Produk Makanan *) Dampak
Menggunakan
Zat Aditif
tertentu
tengik (PG)
c. Tertiarybutylhydr
oquinone (TBHQ)
5. Zat pengembang Zat yang Ragi (yeast) Produk roti dan Menyebabkan
ukuran kasus
makanan tanpa
tertentu
mempengaruhi
nilai nutrisi
makanan
g. Coklat HT(coklat)
7. Pengemulsi Pengemulsi Lesitin kedelai mayonaise, es Menimbulkan
minyak untuk
tetap
bercampur
pada emulsinya
alam ataupun
perasa sintetis.
atau
mikroorganism
e lain pada
bahan pangan
digunakan
untuk
meberikan
tekstur
makanan yang
tetap.
dan mencegah
pelapukan gigi
ditambahkan
pada makanan
(Thickeners) untuk
meningkatkan
kekentalan
makanan tanpa
mengubah sifat
dari makanan
tersebut
Ditambahkan Menimbu
Susu lkan
pada bahan
makanan untuk Mie instan alergi
menambah nilai Vitamin dan mineral pada
Penambah nutrisi pada (Vit.A,Vit B1,Vit C, Dan beberapa
14 Nutrisi makanan kalsium, vit E sebagainya kasus
Zat aditif pada makanan adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke produk makanan.
Manfaatnya untuk menjaga makanan agar tetap segar serta meningkatkan warna, aroma, dan
teksturnya. Zat aditif makanan disebut juga dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Semua produk makanan yangg d menggunakan zat aditif harus melalui persetujuan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Semua bahan yang dicampurkan
pada produk makanan selama proses pengolahannya, proses penyimpanannya, dan proses
pengemasannya bisa disebut sebagai zat aditif pada makanan. Zat aditif makanan dibagi
menjadi beberapa, diantaranya yaitu:
1. Zat pewarna
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna
yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada
umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan
menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang
gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada
umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna
telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh dari
hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan
pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan
kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pemberian zat warna pada makanan agar makanan terlihat segar dan menarik sehingga
menimbulkan orang untuk memakannya. Jenis zat pewarna ada dua, yaitu pewarna
alami dan pewarna sintetis.
Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari alam, misalnya dari
tumbuhan dan hewan. Banyak sekali bahan-bahan di sekitarmu yang dapat dipakai
sebagai pewarna alami. Daun suji dan daun pandan dipakai sebagai pewarna hijau
pada makanan. Selain memberi warna hijau, daun pandan juga memberi aroma
harum pada makanan. Kakao sering digunakan untuk memberikan warna cokelat
pada makanan. Pewarna alami mempunyai keunggulan, yaitu umumnya lebih sehat
untuk dikonsumsi daripada pewarna buatan. Namun, pewarna makanan alami
memiliki beberapa kelemahan, yaitu cenderung memberikan rasa dan aroma khas
yang tidak diinginkan, warnanya mudah rusak karena pemanasan, warnanya
kurang kuat (pucat), dan macam warnanya terbatas.
Pewarna Sintetis (Buatan)
Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibanding
pewarna alami, yaitu harganya murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih
kuat, macam warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena pemanasan.
Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui pengujian yang
ketat untuk kesehatan konsumen. Pewarna yang telah melalui pengujian keamanan
dan yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan dinamakan permitted colour atau
certified colour. Penggunaan pewarna buatan secara aman sudah begitu luas
digunakan masyarakat sebagai bahan pewarna dalam produk makanan. Namun, di
masyarakat masih sering ditemukan penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak
sesuai dengan peruntukannya. Pewarna buatan (sintetis) adalah zat warna yang
mengandung bahan kimia yang biasanya digunakan di dalam makanan untuk
mewarnai makanan.
2. Zat pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Jenis-
jenis zat pemanis ada 2, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis alami dapat
berasal dari kelapa, tebu, dan aren. Selain itu juga terdapat dari buah-buahan dan madu.
Zat pemanis juga berfungsi sebagai penghasil energi. Namun, konsumsi yang
berlebihan dapat menimbulkan kegemukan dan penyakit kencing manis (diabetes)
karena pemanis alami mengandung kalori lebih tinggi. Untuk itu, batasi penggunaan
zat pemanis alami. Pemanis sintetik tidak dapat dicerna tubuh karena tidak
menghasilkan energi. Contonya yaitu: sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat,
kalsium siklamat, aspartam, dan dulsin. Walaupun pemanis sintetik memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, namun kita tidak boleh menggunakan secara berlebihan
karena dapat menimbulkan efek samping. Misalnya, penggunaan sakarin yang
berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit dan menyebabkan tumor pada syaraf kandung
kemih.
Pemberi aroma adalah zat yang memberikan aroma tertentu pada makanan.
Penambahan zat pemberi aroma dapat menyebabkan makanan memiliki daya tarik
tersendiri untuk dinikmati. Zat pemberi aroma ada yang bersifat alami dan sintesis. Zat
pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya
dari ekstrak buah strawberry, ekstrak buah anggur, minyak atsiri atau vanili disebut
pemberi aroma alami.
Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetis / buatan, misalnya amil kaproat
(aroma apel) amil asetat (aroma pisang ambon), etil butirat (aroma nanas), vanilin
(aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur) disebut pemberi aroma
sintetis. Selai merupakan salah satu contoh bahan makanan yang menggunakan zat
pemberi aroma.
6. Pengental
Gambar. Pengental
Gambar. Pengemulsi
Untuk memastikan zat aditif pada makanan dapat digunakan tanpa efek berbahaya, maka
ditetapkanlah jumlah asupan harian yang layak dikonsumsi (Acceptable Daily Intake/ADI).
ADI adalah perkiraan jumlah maksimal zat aditif pada makanan yang dapat dikonsumsi dengan
aman setiap hari selama seumur hidup, tanpa efek kesehatan yang merugikan.
Batas maksimum penggunaan zat aditif pada makanan ini telah ditentukan oleh BPOM. Bagi
para produsen yang melanggar batas ketentuan tersebut, mereka bisa dijatuhi sanksi berupa
penarikan produk dari peredaran hingga pencabutan izin usaha.
Bagi kebanyakan orang, zat aditif pada makanan dalam jumlah yang aman tidak menyebabkan
gangguan kesehatan. Namun, ada sebagian orang yang dapat mengalami efek samping,
seperti diare, sakit perut, batuk pilek, muntah, gatal-gatal, dan ruam kulit, setelah mengonsumsi
makanan dengan kandungan zat aditif.
Efek samping ini bisa saja terjadi jika seseorang memiliki reaksi alergi terhadap zat aditif
tertentu atau jika kandungan zat aditif yang digunakan terlalu banyak.
Ada beberapa zat aditif pada makanan yang diduga memiliki efek samping terhadap kesehatan,
antara lain:
Reaksi terhadap zat aditif apa pun bisa bersifat ringan atau parah. Misalnya, sebagian orang
dapat mengalami gejala asma yang kambuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung sulfit. Sementara itu, pemanis buatan aspartam dan MSG dapat menyebabkan
efek samping berupa sakit kepala atau Chinese restaurant syndrome.
Untuk melindungi diri dari efek buruk kelebihan zat aditif pada makanan, seseorang dengan
riwayat alergi atau intoleransi makanan harus lebih cermat dan teliti dalam memeriksa daftar
bahan pada label kemasan.
=================================================================