Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS FARMASIS

KELOMPOK 2
Nama Kelompok
221058 ULFANNI HILWA

231051 KARTINI PRATIWI

231052 IVANKA WIDYA PUTRI

231053 I GUSTI MADE DIAH AYUMI PRATIWI

231054 NI PUTU DEWI MARTHA WIDIANTARI

231055 INGGRID BURE TANDI TASIK

231056 MONIKA STELA PATADUNGAN


APA ITU ZAT ADITIV
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan
untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan. Penggunaan bahan ini tidak
untuk dikonsumsi secara langsung.2 Penggunaan bahan tambahan pangan
meningkat pada beberapa tahun terakhir dengan komposisi terbesar
terdapat pada makanan olahan pabrik dengan persentase sebesar 75%.

Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan
buatan (sintetis). Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan
secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat
dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan,
penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji tersedia dalam
bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta
awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang
sering disebut zat aditif kimia. Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi
PENGGUNAAN ZAT ADITIV
1. Zat aditif tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan atau tidak diperlakukan sebagai
bahan baku pangan.

2. Zat aditif dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam
pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan dan atau pengangkutanpangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.

3. Zat aditif tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi. Zat aditif tidak pernah bisa dihindari karena dalam
beberapa hal memang dibutuhkan dan tidak semua bahan tambahan pangan berbahaya atau tidak
bernilai gizi, beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh kita karena mengandung vitamin atau
dapat mencegah kanker. Pengetahuan yang memadai tentang bahan tambahan makanan akan
membantu kita dalam mengkonsumsi atau memilih bahan makanan atau minuman yang aman.
Makanan pokok manusia terdiri dari makanan alami dan makanan buatan. Makanan alami terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin serta air.
JENIS-JENIS PENGGUNAAN ZAT ADITIV PERATURAN KEMENKES RI
TERKAIT ZAT ADITIF
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 235 (1979), tentang zat  bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan
aditif : makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai
pengaruh langsung terhadap derajat kesehatan manusia.
dikelompokkan menjadi 14 menurut
fungsinya, antara lain:  bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan yang
● antioksidan dan antioksi dan sinergis menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak
● pengasam memenuhi persyaratan kesehatan
● penetral dan pendapar
● anti kempal  bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
● enzim 235/Menkes/Per/VI/79 tentang Bahan Tambahan Makanan,
● pemutih dan pematang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
● pemanis buatan 237/Menkes/Per/VI/79 tentang Perubahan Wajib Daftar
● penambah gizi Makanan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
● pengawet 238/Menkes/SJ/VI/79 tentang Keharusan Menyertakan
● pengeras Sertifikat Analisa Pada Setiap Impor Bahan Tambahan
● pengemulsi Makanan, sudah tidak lagi memenuhi perkembangan ilmu
● pemantap, dan pengental dan teknologi sehingga perlu diatur kembali;
● pewarna alami dan sintesis
● ekuestran penyedap rasa dan aroma  bahwa sehubungan dengan huruf a,b dan c tersebut diatas
dan zat aditif makanan lain. perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan.
PEWARNA

Pewarna Bahan pewarna adalah zat aditif yang ditambahkan untuk


meningkatkan warna pada makanan atau minuman. Bahan pewarna
dicampurkan untuk memberi warna pada makanan, meningkatkan
daya tar i k v i s u a l p a n g a n , m e r a n g s a n g i n d e r a p e n g l i h a t a n ,
menyeragamkan dan menstabilkan warna, danMmenutupi atau
mengatasi perubahan warna.
Ada 2 jenis bahan pewarna pada makanan yaitu alami dan sintetis
(buatan):

• Pewarna alami : Pewarna alami adalah pewarna yang dapat


diperoleh dari alam, baik dari tumbuhan dan hewan. kunyit
(warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna hijau),
warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah
kecoklatan), cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah).
Pewarna alami ini sangat aman bagi kesehatan manusia.

• Pewarna buatan : Pewarna buatan atau sintetis yang terbuat dari


bahan kimia. Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki
beberapa keunggulan dibanding pewarna alami, yaitu harganya
murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih kuat, macam
warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena
pemanasan. Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan
harus melalui pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen.
Contoh bahan pewarna buatan seperti tartrazin untuk warna
kuning, bliliant blue untuk warna biru, alura red untuk warna
merah. Meski aman dalam takran tertentu, namun sebaiknya
tidak dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan terus menerus.
PEMANIS

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering


ditambahkan dan digunakan untuk keperluan
produk olahan pangan, industri serta minuman
dan makanan kesehatan. Pemanis dipakai untuk
menambah rasa manis yang lebih kuat pada bahan
makanan.

Alami : Pemanis alami yang umum dipakai


adalah gula pasir, gula tebu atau gula pasir, gula
merah, madu, dan kulit kayu (Cinnamomum
verum)

Buatan : Pemanis buatan adalah senyawa hasil


sintetis laboratorium yang merupakan bahan
tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa
manis pada makanan. Pemanis buatan ini antara
lain aspartam, sakarin, kalium asesulfam, dan
siklamat.
PENGUAT
RASA

Zat penimbul cita rasa lainnya adalah


zat penyedap yang menimbulkan rasa
enak yang disebut flavor intensifier
atau flavor enchancer. Salah satu
flavor enchancer at au zat yang
meninggikan penyedap misalnya
adalah asam amino L dan garamnya,
yang telah sangat dikenal adalah
MSG
ZAT
ANTIOKSIDAN Nama Sifat

Antioksidan merupakan salah satu zat aditif yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidassi lipid.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 Lesitin Terdapat alami sebagai
tentang Bahan Tambahan Makanan, Antioksidan adalah Bahan tambahan pengemulsi
makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Antioksidan adalah zat yang dapat mempertahankan kesegaran makanan
dan menghambat reaksi oksidasi terhadap senyawa kimia dalam makanan.
Antioksidan mencegah kemunduran karena oksidasi dalam lemak dan BHA (Butilhidroksianisel) Sintesis, banyak digunakan dan
minyak, sering disebut stabilisator kesegaran atau pencegat oksigen, karena stabil pada suhu tinggi, efisien
lemak yang teroksidasi akan menjadi tengik.
dalam kepekatan rendah
Antioksidan mencegah oksidasi radikal bebas suatu jaringan sehingga tidak
terjadi sintesis yang salah atau kematian sel protein. Antioksidan digunakan
untuk melindungi komponen-komponen makanan yang bersifat tidak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun
BHT Sintesis, kurang stabil dan
harganya murah
demikian, antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen-
komponen lain seperti vitamin dan pigmen yang juga banyak mengandung
ikatan rangkap di dalam strukturnya.
Syarat suatu senyawa untuk dijadikan antioksidan: Propil Galat Sintesis, antioksidan dan kuat,
a) senyawa tersebut harus mempunyai sifat-sifat tidak toksik,
kurang stabil, berwarna biru bila
b) efektif pada konsentrasi yang rendah (0,01 – 0,02%), dan
c) dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik). steril, dan berwarna hijau jika
d) harus dapat tahan pada kondisi pengolahan pangan pada umumnya. terdapat tembaga
PENGENYAL

Penggunaan zat aditif sebagai zat pengenyal adalah untuk


mengenyalkan makanan. Zat aditif yang digunakan untuk
mengentalkan makanan, biasanya akan dicampurkan
dengan air.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai


pengenyal:
• Zat aditif alami : agar-agar, gelatin dan pati (tepung)
dan gum (untuk pembuatan permen karet).
• Zat aditif sintetik : yang diperbolehkan hanya
foodgrade (untuk makanan/minuman manusia).
PENGENTAL
Pengental makanan adalah zat yang dapat
meningkatan viskositas atau kekentalan produk
makanan. Pengental alami yang biasa digunakan
untuk memasak adalah tepung maizena

Zat pengental dan pengemulsi makanan diberikan agar


dapat menstabilkan dan memberi struktur pada
makanan sehingga terlihat lebih menarik. Contoh zat
pengental adalah
● agar-agar
● tapioka
● gelatin.
Pengemulsi bertujuan untuk mempertahankan
penyebaran lemak di dalam air agar tidak pecah.
Contoh pengemulsi adalah lesitin yang terdapat pada
makanan seperti mayonaise dan mentega.
PENGAWET

Fungsi pengawet sudah sangat jelas, yaitu untuk memperpanjang umur simpan suatu makanan dengan jalan menghambat
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu sering disebut dengan senyawa antimikroba.

Penggunaan zat pengawet sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Bahan pengawet
buatan dapat dibagi menjadi dua kriteria, yaitu berdasarkan fungsinya dan komposisi kimianya.(1) Berdasarkan
fungsinya, bahan pengawet dapat digolongkan menjadi empat golongan seperti pada Tabel berikut:
FUNGSI PRINSIP KERJA

Antiseptik Golongan zat yang dapat cegah terjadinya sepsis (pencemaran oleh aktivitas
mikroorganisme)
Gemisida Golongan Zat yang dapat membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme
sedangkan bentuk sporanya tidak mati.

Fungisida zat-zat yang dapat membunuh jamur

Mikostatik Zat-zat yang dapat membunuh jamur parasit.


Pengawet organik:
Pengawet anorganik lebih banyak dipakai daripada
yang organik karena bahan ini lebih mudah dibuat
dan dipakai dalam bentuk asam maupun garamnya
seperti asam sorbat, asam propionat, asam benzoat
dan asam asetat.

Pengawet anorganik :
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai
adalah sulfit, nitrat dan nitrit. Sulfit digunakan
dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau K-sulfit,
bisulfit dan metabisulft. Bentuk efektifnya sebagai
pengawet adalah asam sulfit yang tak terdisosiasi
dan terutama terbentuk pada tingkat keasaman
(pH) dibawah 3.Bahan pengawet makanan yang
telah diuraikan di atas merupakan pengawet yang
diijinkan untuk dipakai dan mendapatkan lisensi
secara internasional oleh badan kesehatan dunia
(WHO) dengan kadar yang diijinkan.
BATAS BATAS PENGGUNAAN ZAT ADITIF
BERDASARKAN BPOM DAN KEMENKES RI
METODE ANALISA KUANTITATIF ZAT ADITIF.

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan salah


satu cara untuk menganalisa secara kuantitatif suatu
senyawa yang terkandung dalam sampel yang diukur
dengan sinar pada daerah ultraviolet hingga daerah
visible (200-700 nm).

Hasil yang diperoleh berupa nilai absorbansi dari


beberapa konsentrasi larutan standar dan larutan
sampel . N i l a i a b s o r b a n s i t e r s e b u t k e m u d i a n
digunakan untuk membuat kurva baku dengan nilai
koefisien korelasi (r) dan persamaan regresi linear
(y = ax + b) (Wahyuni & Marpaung, 2020).
METODE ANALISA KUANTITATIF ZAT ADITIF.

TITRASI ALKALI METRI Perhitungan:


titrasi alkalimetri adalah metode pengukuran konsentrasi basa Titik ekivalen adalah titik titrasi di mana jumlah titran yang
ditambahkan cukup untk menetralkan larutan analit secara
suatu larutan dengan menggunakan larutan baku asam. Jenis
sempurna. Pada titik ekivalen inilah asam basa habis bereaksi
titrasi ini adalah jenis yang paling sering digunakan. Dalam
sehingga mol titran dan analit adalah sama, sehingga didapatkan
titrasi alkalimetri, basa digunakan sebagai titran yang kemudian rumus perhitungan konsentrasi titrasi asam basa sebagai berikut:
diteteskan ke larutan titrat yang bersifat asam, sehingga larutan
menjadi netral. Ketika mol basa bereaksi sama dengan jumlah
mol asam dalam larutan titrat, maka titik ekuivalen titrasi akan
tercapai. Berikutnya, titik akhir titrasi akan diketahui
menggunakan indikator titrasi tertentu.
Dimana:
Langkah terakhir dari titrasi alkalimetri adalah penentuan kadar V1 = Volume HCl yang dititrasi;
atau konsentrasi sampel. Tentu saja penentuan ini dilakukan V2 = Rata-rata Volume NaOH terpakai;
dengan menerapkan rumus umum titrasi, di mana jumlah mol N1 = Normalitas HCl yang dititrasi;
basa harus sama dengan jumlah mol asam. Jumlah mol basa N2 = Normalitas NaOH
M1(asam)= Konsentrasi asam (molar)
sendiri diketahui dengan perkalian total volume yang dibutuhkan
M2(basa)= Konsentrasi basa (molar)
agar bisa mencapai titik akhir titrasi dengan menggunakan Valensi1= Valensi asam ( koefisien disosiasi dari H+)
konsentrasi larutan basa yang konsentrasinya sudah diketahui. Valensi2= Valensi basa (koefisiesn disosiasi dari OH-)
Contoh soal

Data hasil titrasi antara 10 mL larutan H2SO4 dititrasi


dengan larutan NaOH 0,2 M sebagai berikut:

Penyelesaian :
GRAVIMETRI

Gravimetri merupakan analisis kuantitatif berdasarkan pada


pengukuran bobot suatu unsur atau senyawa tertentuyang
biasanya digunakan untuk menentukan total mineral (sebagai
abu) pada bahan. Kelebihan gravimetri antara lain adalah tidak
membutuhkan zat pembanding dan alat yang terkalibrasi hanya
neraca analitik. Analisis gravimetri merupakan cara analisis
yang paling sederhana jika dibandingkan dengan cara analisis
lainnya (Darma dan Marpaung, 2020), hal ini disebabkan karena
kandungan zat hanya ditentukan dengan menimbang langsung
massa zat tersebut yang telah dipisahkan dari zat lainnya
(Romelan, 2018).

Analisis gravimetri didasarkan pada prinsip penimbangan berat


yang didapat dari proses pemisahan analit dari zat-zat lain
dengan metode pengendapan. Zat yang telah diendapkan ini
disaring dan dikeringkan serta ditimbang dan diusahakn endapan
yang didapat adalah semurni mungkin.
Contoh Soal

• 0,6025 gram sampel garam klorida


dilarutkan dalam air dan kloridanya
diendapkan dengan menambahkan perak
nitrat berlebih. Endapan perak klorida
disaring, dicuci, dikeringkan dan
ditimbang. Ternyata beratnya 0,7134
gram. Hitunglah persentase klorida dalam
sampel.
(Ar Cl =35,5; Ar Ag = 108)

• Dalam suatu sampel batuan fosfat seberat


0,5428 gram, fosfor diendapkan sebagai
MgNH4PO4.6H2O dan dipanggang
menjadi Mg2P2O7. Jika berat endapan
panggangan adalah 0,2234 gram,
hitunglah persentase P2O5 dalam sampel.
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

adalah sebuah teknik analisis untuk identifikasi zat/senyawa dan memisahkan serta
mengukur jumlahnya dalam suatu larutan campuran. HPLC ini sering digunakan pada
laboratorium kimia (quality control), makanan, limbah, biologi maupun farmasi. Di
industri farmasi sendiri hampir pasti ada unit HPLC yang digunakan untuk menguji
kadar bahan baku, bahan antara maupun produk jadi. HPLC merupakan tipe
kromatografi kolom yang secara luas digunakan di farmasi. HPLC ini sangat berguna
untuk menentukan kadar dan kadar zat terkait pada obat. Secara umum HPLC
digunakan untuk memisahkan komponen zat dalam obat

KEKURANGAN KELEBIHAN
Dibandingkan dengan Kromatografi Gas/Gas Chromatography (GC), HPLC
mempunyai kelebihan yaitu dapat untuk analisis zat yang tidak menguap (volatile)
sedangkan pada gas kromatografi zat yang tidak menguap harus dibuat menguap
dahulu baru bisa analisis. Mengubah zat tidak menguap menjadi menguap ini
membutuhkan usaha yang tidak mudah agar berhasil. Keuntungan menggunakan
HPLC untuk analisis adalah membutuhkan ukuran sampel yang kecil, pengujian dapat
dimodifikasi tergantung pada tingkat kuantifikasi yang diperlukan, dan menghasilkan
hasil yang andal. Kekurangan HPLC adalah membutuhkan analis/SDM khusus untuk
mengoperasikan dikarenakan pengoperasian membutuhkan skill kompetensi khusus. Link Perhitungan
Hal-hal berhubungan dengan HPLC juga mahal-mahal seperti reagen, sparepart dan HPLC
kolom. Harga kolom HPLC bisa sampai puluhan juta rupiah

PRINSIP
Prinsip utama dari kromatografi kolom adalah adanya adsorbsi (penempelan
permukaan) dari solut (cairan sampel) ke dalam larutan melalui fase diam yang
menyebabkan adanya pemisahan solut dengan larutan. Tingkat adsorbsi tergantung
pada afinitas dari fase diam dan fase gerak. Fase diam terdiri dari adsorben seperti
silika https://www.youtube.com/watch?v=pmlbciQL7-A&t=603s
REVIEW JURNAL

JUDUL Jurnal Kesehatan Andalas


JURNAL

Judul Identifikasi Kualiatatif dan


Penelitian Kuantitatif Natrium Benzoat Pada
Saus Cabai yang Dijual Pasar di
Kota Padang
Penulis Azmi, D. A., Elmatris, dan Fitri,
F.

Tahun 2020

Volume IX

Kota Padang : Universitas Andalas


NATRIUM BENZOAT
Penambahan natrium benzoat pada saus cabai berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorgnaisme dan
memperpanjang masa simpan. Saus cabai diformlasikan dari bahan-bahan yang mudah busuk seperti bawang
putih, cabai merah, dan tomat, kandungan air yang tinggi pada bahan-bahan tersebut juga mempermudah
tumbuhnya mikroorganisme.

Natrium Benzoat merupakan bahan pengawet yang paling sering digunakan pada produk makanan dan
minuman, karena memiliki sifat antimikroba, toksisitas rendah, dan lebih efektif karena lebih larut dalam air.
Natrium benzoat efektif pada lingkungan asam (pH 4,5) semakin rendah pH akan semakin meningkatkan
efektifitasnya, karena semakin banyak asam yang tidak terdisosiasi diproduski. Asam yang tidak terdisosiasi ini
akan mempermudah natrium benzoat untuk larut dalam membran sel mikroba dan menghasilkan ion hidrogen
yang akan menurunkan pH sel mikroba dan mengganggu metabolisme sel dan sebabkan kematian pada sel
tersebut.

Konsumsi dari natrium benzoat akan mempengaruhi fungsi tubuh dan proses metabolik yang sebabkan glisin.
Pada paparan natrium benzoat melalui oral, kulit, atau inhalasi didapati laporan urtikaria, asma, rinitis, atau syok
anafilatik yang banyak terjadi pada orang dengan riwayat atopik.
TUJUAN PENELITIAN

 Memberikan uraian atau gambaran  Teknik Pengambilan sampel


mengenai kandungan pengawet natrium menggunakan total sampling sesuai
benzoat secara kualitatif dan kuantitatif pada dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang
saus cabai yang dijual di beberapa pasar di ditetapkan
Kota Padang  lokasi pengambilan sampel penelitian ini
 Melihat perbandingan kandungan Natrium adalah di Pasar Raya Padang, Pasar Alai,
Benzoat sebagai pengawet yang digunakan dan Pasar Sileba
dalam industri pembuatan saus sambal yang
beredar
 Menyimpulkan apakah kadar natrium Prinsip Penelitian : Menggunakan metode
benzoat yang terdapat pada saus sambal ekstraksi dengan dietil eter, Hasil dari
yang beredar di Kota Padang sudah sesuai ekstraksi digunakan pada uji kualitatif dan
dengan peraturan BPOM kuantitatif.
Metode
Berdasarkan Prinsipnya, hasil dari ekstraksi
dilakukan :
 analisa kualitatif hasil ekstraksi ditambahkan
FeCl3 5% beberapa tetes, dan akan
memberikan endapat berwarna coklat yang
mengindikasikan adanya natrium benzoat

 Pada analisa kuantitatif, metode yang


digunakan adalah Spektrofotometer Uv-Vis
pada panjang gelombang 225,6 nm
Prosedur
Metode Ekstraksi yang digunakan adalah Penentuan Panjang gelombang Maximum
ekstraksi cair-cair. Prinsip ekstraksi Cair-cair
ini adalah memisahkan senyawa dalam sampel Penentuan panjang gelombang maximum
berdasarkan perbedaan sifat kelarutan dalam dilakukan untuk mengetahui pada gelombang
pelarut tertentu sehingga terjadi distribusi berapa analit dalam menghasilkan absorbansi
komponen, dimana sebagian komponen larut yang optimum pada spektrofotometer uv-vis.
dalam fase 1 dan sebagian larut dalam fase 2.
Dalam Ekstraksi digunakan sistem pelarut air- penentuan panjang gelombang maximal
eter. dilakukan dengan metode scanning pada
rentang gelombang 200-400 nm. Rentang
Sebelum dilakukan ekstraksi, sampel kecap tersebut dipilih karena analit tidak berwarna
dilarutkan dalam NaCl jenuh dengan tujuan sehingga Scanning dilakukan pada daerah UV.
menurunkan kelarutan dari natrium benzoat
sehingga air akan cenderung mengikat NaCl Berdasarkan literatur panjang gelombang
dibandingkan natrium benzoat. karena itu maximum dari natrium benzoat adalah 228 nm.
Natrium Benzoat akan lebih banyak
terdistribusi di dalam dietil eter
HASIL ANALISA
KUALITATIF

Analisa kualitatif bahan pengawet Natrium


benzoat pada 10 sampel saus sambal
menggunakan reagen FeCl 5% , membuktikan
bahwa kesepuluh sampel saus cabai positif
mengandung natrium benzoat. Hal ini
ditunjukan dengan timbulnya warna merah
kecoklatan yang terjadi akibat adanya reaksi
antara Asam benzoat dengan FeCl3 sehingga
hasilkan endapan besi (III) benzoat yang
berwarna merah kecoklatan.

(Svehl1979)
(Svehla, 1979)
HASIL ANALISA
KUALITATIF

Berdasarkan penelitian secara kuantitatif


didapatkan hasil bahwa kadar semua sampel
saus cabai yang diteliti sesuai dengan kadar
yang diperbolehkan oleh BPOM (< 1g/kg atau
<1%) . dengan rata rata kadar adalah 0,105 g/kg.
penggunaan natrium benzoat pada sampel yang
diproduksi oleh industri rumah tangga
cenderung lebih besar dibandingkan dengan
sa m p e l ya n g di pr o d u k s i d i p a b r i k b e s a r
meskipun perbedaannya tidak terlalu besar
KESIMPULAN
Semua sampel saus cabai yang diteliti positif
mengandung natrium benzoat dan semua
sampel saus tidak ada yang melebihi batas
maksimal penggunaan natrium benzoat pada
pangan (sesuai dengan pearutan BPOM <
1%)
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai