Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Bahan TambahanMakanan

Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat
danpengental.

•Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang biasanyatidak digunakan sebagai makanan dan
bukan ingredient khas makanan, punya maupun tidak punya nilai gizi, dan dengansengaja ditambahkan
ke dalam pangan dengan maksud sbgteknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat khasmakanan tersebut (Codex Alimentarius Committee, 2007) (Depkes,1999)

•Menurut FDA ( Food and Drugs Administration ) BTP adalah zat yang secara sengaja ditambahkan ke
dalam pangan untuk menghasilkan sifat fungsional tertentu pada pangan baik secara langsung maupun
tidak langsung dan menjadi bagian dari pangan tersebut (termasuk zat yang digunakan selama
produksi,pengolahan pengemasan, trasnportasi, dan penyimpanan).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTM adalah bahan
yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan. Tujuan
penggunaan bahan tambahan makanan adalahuntuk

meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan kualitas makanan.

Secara umum bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

Bahan tambahan makanan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui
komposisi bahan dan maksud penambahan BTM dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan
membantu pengolahan seperti: pengawet, pewarna danpengeras.

Bahan tambahan makanan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi
dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak
akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat pula
merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tjuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terbawa ke dalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh:
residu pestisida, antibiotik dan pupuk.

Selain itu, berdasarkan asalnya, bahan tambahan makanan dapat berasal dari sumber alamiah, seperti
lesitin, asam sitrat dan lainnya dan bahan tambahan makanan sintesis. Lesitin, asam sitrat dan lainnya
juga dapat disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya misalnya asam askorbat dan beta karoten.

Penggunaan bahan tambahan makanan sintesis lebih sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu:
lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah. Kelemahannyasering terjadi ketidaksempurnaan proses
sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogen yang
dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Untuk itu, secara umum TM yang
digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:

dimaksudkan untuk dapat mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalampengolahan

tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak
memenuhipersyaratan.

Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerjayang bertentangan dengan cara produksi yang baik
untukpangan

Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahanpangan.

Penggolongan Bahan Tambahan Makanan

Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979, BTM dapat dikelompoKkan
menjadi 14 yaitu : Antioksidan; Antikempal; Pengasam, penetral; Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan
pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi, pemantap dan pengental; Peneras; Pewarna sintetis
dan alami; Penyedap rasa da aroma, Sekuestran; dll. BTM dikelompokan berdasarkan tujuan
penggunaanya di dalam pangan. Pengelompokkan BTM yang diizinkan digunakan pada makanan dapat
digolongkan sebagai : Pewarna; Pemanis buatan; Pengawet; Antioksidan; Antikempal; Penyedap dan
penguat rasa serta aroma; Pengatur keasaman; Pemutih dan pamatang tepung; Pengemulsi; Pemantap
dan pengental; Pengeras, Sekuestran, Humektan, Enzim dan Penambahgizi.

Penggolongan BTM yang diizinkan digunakan pada pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :

Pewarna, yaitu BTM yang dapat memperbaiki atau memberi warna padapangan.
Pemanis buatan, yaitu BTM yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, yang tidak atau hampir
tidak mempunyai nilaigizi.

Pengawet, yaitu BTM yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruaian
lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhanmikroba.

Atioksida, yaitu BTM yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah
terjadinyaketengikan.

Antikempal, yaitu BTM yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya) pangan yang berupa
serbuk seperti tepung ataububuk.

Penyedapa rasa dan aroma, menguatkan rasa, yaitu BTM yang dapat memberikan, menambah atau
mempertegas rasaaroma

Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar) yaitu BTM yang dapat mengasamkan,
menetralkan dan mempertahankan derajat keasamanpangan.

Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTM yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau
pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutupemanggangan.

Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTM yang dapat membantu terbentuknya dan
memantapkan sistem dipersi yang homogen padapangan.

Pengeras, yaitu BTM yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknyapangan.

Sekuestran,yaituBTMyangdapatmengikationlogamyangadadalampangan,sehingga

memantapkan warna, aroma dan tekstrur.

Selain BTP yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut, masih ada beberapa BTM lainnya yang
biasa digunakan dalam pangan, misalnya:

Enzim, yaitu BTM yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan secara
enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larutdanlain-lain.

Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun
campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizipangan.
Humektan, yaitu BTM yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga mempertahankan kadar
airpangan.

Menurut Permenkes RI No. 722?MenKes/Per/IX/88 BTM yang banyak beredar dan digunakan
masyarakat namun pada dasarnya dilarang penggunaannya, diantaranya:

Formalin(formaldehyd)

Natrium tetraborat(boraks)

Kloramfenikol

Kaliumklorat

Nitrofuranzon

Asam salisilat dangaramnya

Minyak nabati yang dibrominasi

DIetilpirokarbonat

P-Phenitilkarbamida

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1168/MenKes/PER/X/1999, beberapa bahan


kimia yang dilarang penggunaannya sebagai BTM, seperti: rhodamin B (pewarna merah), methanyl
yellow (pewarna kuning)dulsin (pemanis sintetis) dan potassium bromat (pengeras)

Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak dizinkan digunakan
sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan
stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam
borat. Boraks umumnya digunakan dalam pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan
pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalah gunakan untuk dicampurkan dalam pembuatan baso, tahu,
ikan asin, mie dll.

Boraks bersifat iritan dan racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati.
Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. Kalau digunakan berulang-ulang
serta kumulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang
sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diare, kejang perut,
iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, kejang- kejang akibatnya koma, bahkan
kematian dapat terjadi karena ada gangguan sistem sirkulasi darah.

Asam salisilat sering disebut aspirin. Aspirin bersifat analgetik dan anti-inflamasi. Penelitian telah
menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi jumlah asam folat dalam darah, meskipun kepastian
perubahan belum terbukti. Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah terjadinya
penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun, penggunaan asam salisilat
sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan
untuk pengawet makanan pada produsen-produsen makanan yang nakal. Asam salisilat dilarang
digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat
ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.

Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik
mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup sayuran organik. Kandungan asam
salisilat dalam tanaman secara alami berguna untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun
bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan
kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran
pencernaan.

Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung unsur kimia
C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tdk ditemukan dlm produk-produk alami dan digunakan sebagai
pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun minuman yang tidak beralkohol.
DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus jeruk dan minuman

buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat bertahan lama. DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan
terakumulasi dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya kanker.

Dulsin adalah pemanis sintetik yang memiliki ras manis kira-kira 250 kali dari sukrosa atau gula tebu,
yang tidak ditemukan pada produk-produk pemanis alami lainnya. Dulsin telah diusulkan untuk
digunakan sebagai pemanis tiruan. Dulsin ditarik total dari peredaran pada tahun 1954 setelah dilakukan
pengetesan dulsin pada hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang dapat memicu munculnya
kanker.

Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan.
Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam
tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang terdapat dalam sel sehingga
menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin
adalah larutan 37 persen formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen
metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan
bahan pengawet dalam biologi. Zat ini juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid
dengan rumus kimia HCHO.

Kalium bromat (potasium bromat) digunakan untuk memperbaiki tepung yang dapat mengeraskan kue.
Kalium bromat digunakan para pembuat roti maupun perusahaan pembuat roti untuk membantu proses
pembuatan roti dalam oven dan menciptakan tekstur bentuk yang lebih bagus pada proses penyelesaian
akhir produknya.bila digunakan dalam jumlah kecil, zat ini akan hilang selama pembakaran atau
pemanasan. Bila terlau banyak digunakan,sisas kalium bromat akan tetap banyak dalam roti. Kalium
bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen, pemicu kanker. The Centre
for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi nutrisi dan kesehatan terkemuka di
Amerika Serikat.

Berikut adalah bahan tambahan makanan (pangan) yang aman menurut SK Menkes
no.722/Menkes/Per/IX/88:

1. Pengawet makanan - Asam benzoate sebanyak 1 g per 1 kg adonan. - Sodium benzoate sebanyak 1 g
per 1 kg adonan. - Asam propionate sebanyak 3 g per 1 kg adonan (untuk roti). - Belerang dioksida
sebanyak 500 mg per 1 kg adonan.

2. Pewarna makanan - Ponceau 4 R untuk pewarna saus sambal dengan dosis 300 mg per 1 kg makanan
atau 70 mg per 1 kg minuman. - Merah allura/allura red dengan dosis 70 mg per 1 kg makanan atau 300
mg per 1 kg adonan.-Erytrosine dengan dosis 300 mg per 1 kg berat badan per hari. - Kuning FCF. -
Sunset Yellow.

3. Pemanis - Sakarin dengan dosis 2,5 mg per 1 kg berat badan per hari. - Sodium siklamat dengan dosis
11 mg per 1 kg berat badan per hari. - Aspartam dengan dosis 40 mg per 1 kg berat badan per hari. -
Sorbitol (digunakan untuk penderita diabetes dan orang yang membutuhkan kalori rendah).
4. Penyedap rasa dan aroma - MSG (mono sodium glutamate) micin/vetsin dengan dosis 120 mg per kg
berat badan per hari.

5. Pemutih dan pematang tepung - Asam askorbat/ascorbic acid/vitamin C dosis 200 mg per kg berat
badan per hari. - Aseton perioksida secukupnya.

6. Pengental - Pectin dosis 10 g per kg (ada 2 macam pectin apple dan pectin citrus). - Gelatin dosis 5 mg
per kg. - CMC/Carboxy Methyl Cellulose.

7. Antioksidan - Asam ascorbat/Ascorbic acid/vitamin C dosis 500 mg per kg untuk produk daging. - BHT
dosis 200 mg per kg sebagai antitengik untuk minyak goreng. - TBHQ dosis antitengik untuk minyak
goreng.

BAHAN TAMBAHAN PANGANINDUSTRIKEAMANAN PANGANUNCATEGORIZEDWAWASAN

Mengenal Fungsi dan Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Mengenal Fungsi dan Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Mengenal Fungsi dan Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

AGROINDUSTRI.ID –Bahan tambahan pangan (BTP) adalah suatu bahan yang sengaja ditambakan pada
proses pembuatan atau pengolahan makanan untuk memperbaiki rasa, tekstur, bentuk, dan lain-lain.
Penambahan bahan tambahan makanan tersebut biasanya ada batasannya, karena apabila kelebihan
dapat menyebabkan hal berbahaya bagi yang mengonsumsinya.

Mengenal Fungsi dan Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan atau BTP secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan, dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan. BTP mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan.
Bahan tambahan pangan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bahan yang diijinkan dan tidak diijinkan.
Jika ada bahan tambahan yang diinjinkan pastinya selalu ada batasan takaran yang digunakan atau
ambang batas penggunaan bahan tambahan pangan.

Semua hal tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Rapublik Indonesia tentang bahan
tambahan pangan. Dalam peraturan tersebut semuanya sudah tertera jelasa mulai dari bahan yang
diinjikan hingga fungsi bahan tambahan tersebut.

Pada pengolahan adanya BTP pun pastinya mempunyai tujuan tertentu, tujuan dalam penggunaan BTP
yaitu meningkatkan atau mempertahankan kandungan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat
bahan pangan lebih baik, mudah dihidangkan dalam memberi bentuk, tekktur, rasar, dan lain-lain yang
lebih baik dari sebelumnya, serta mempermudah preparasi bahan pangan.

Mengawetkan pangan dengan memberi tambahan pangan diharapkan pangan tersebut daya simpannya
akan lebih kuat sehingga meningkatkan nilai tambahan, dalam mengawetkan pangan dengan mencegah
mikroorganisme yang dapat merusak bahan makanan serta dapat menurunkan reaksi kimia yang dapat
menurunkan mutu pangan.

Membentuk pangan dengan menambahakan bahan pangan diharapkan bentuk produk akan lebih baik
seperti renyah dan lembut dimulut. Memberi warna dengan penambahan warna biasa juga berpengaruh
terhadap aroma sehingga dapat dikatakan bahan selain untuk membuat warna lebih menarik juga akan
menambahkan aroma yang memikat konsumen.

Meningkatkan kualitas dengan penambahan bahan pangan pastinya juga meningkatkan nilai gizi, warna,
aroma, tekstur dan lain-lain akan jadi lebih baik sehingga kualitas produk tersebut dapat meningkat.
sehingga dapat meningkatkan nilai jual.

Secara umum bisa dibilang fungsi dari bahan tambahan makanan adalah mengawetkan pangan,
membentuk pangan, memberi warna, menigkatkan kualitas pangan, serta menghemat biaya.

Dampak Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Dilarang


Di Indonesia masih terdapat banyak sekali kasus akibat dari penggunaan BTP yang dilarang, mulai
dengan efek yang ringan hingga efek yang berat. Secara umum penggunaan BTP yang dilarang memiliki
resiko yang dapat menyerang otak, hati dan ginjal.

Penggunaan bahan tambahan makanan yang dilarang pengguaannya akan berdampak ringan dan berat,
memiliki dampak ringan jika bahan tambahan makanan tersebut masih digunkan dalam batas wajar,
namun jika dikonsumsi terus menurus dapat berdampak buruk, karena zat-zat tersebut tidak dapat
diterima atau dikelola oleh hati.BAHAN TAMBAHAN PANGAN

BERBAHAYA

Berdasarkan Permenkes Nomor

033 Tahun 2012, pemerintah telah

melarang 19 jenis bahan untuk digunakan

sebagai BTP seperti disajikan pada Tabel

2. Beberapa bahan yang dilarang

digunakan sebagai BTP memiliki fungsi

sama seperti bahan yang diizinkan

sebagai BTP antara lain sebagai

pengawet (formalin, asam salisilat dan

dietilpirokarbonat), pemanis (dulsin) dan

memperbaiki tekstur (kalium bromat dan


asam borat/boraks). Selain bahan-bahan

yang tercantum dalam Tabel 1, beberapa

peraturan dari instansi terkait juga

melarang penggunaan BTP lain seperti

misalnya pewarna tekstil Rhodamin B,

hidrogen peroksida (pemutih) dan obatobatan jenis psikotropika.

Tabel 2.

Bahan yang dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan

Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)

Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)

Dulsin (Dulcin)

Formalin (Formaldehyde)

Kalium bromat (Potassium bromate)

Kalium klorat (Potassium chlorate)

Kloramfenikol (Chloramphenicol)
Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)

Nitrofu razon (Nitrofurazone)

Dulkamara (Dulcamara)

Kokain (Cocaine)

Nitrobenzen (Nitrobenzene)

Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)

Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

Biji tonka (Tonka bean)

Minyak kalamus (Calamus oil)

Minyak tansi (Tansy oil)

Minyak sasafras (Sasafras oil)

Sumber : Permenkes Nomor 033 Tahun 2012

Sebagian besar bahan yang

dilarang digunakan sebagai BTP (Tabel

1) tidak memberikan dampak negatif

secara langsung terhadap kesehatan


namun efek konsumsi bahan tersebut

baru dirasakan dalam jangka panjang.

Dulsin, DEPC dan Kalium Bromate

merupakan senyawa karsinogen yang

dalam jangka panjang dapat

menyebabkan penyakit kanker

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahan_tambahan_pangan#:~:text=Aditif%20makanan%20atau
%20bahan%20tambahan,seperti%20protein%2C%20mineral%20dan%20vitamin.

https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2011/01/19/14235423/lifestylefood

Anda mungkin juga menyukai