MAKANAN MINUMAN-B
MATERI PENGAWETAN
DENGAN PENGGUNAAN BTM
Disusun Oleh :
Herlina Dyah Utami
P07133118017
A. DEFINISI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP)
menurut FAO-WHO, Codex Almentarius
Comission dan PerMenKes RI Nomor 33 Tahun
2012, yaitu:
1. FAO-WHO
BTP adalah bahan yang ditambahkan
dengan sengaja kedalam makanan dalam
jumlah tertentu, dengan tujuan memperbaiki
penampakan, warna, bentuk, cita rasa,
tekstur, flavour dan memperpanjang daya
simpan.
2. Codex Almentarius Comission
BTP adalah bahan yang tidak lazim
dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya
bukan merupakan komponen/ingredien khas
makanan, dapat bernilai gizi atau tidak
bernilai gizi, ditambahkan kedalam makanan
engan sengaja untuk membantu teknik
pengolahan makanan baik dalam proses
pembuatan, ppengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan,
pengangkutan, dan penyimpanan produk
makanan olahan, agar menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu pangan
yang lebih baik atau secara nyata
mempengaruhi sifat pangan tersebut.
3. Permenkes RI Nomor 33 Tahun 2012
Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya
disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
B. FUNGSI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
1. Mengawetkan makanan
2. Pertumbuhan miktoba perusak pangan
3. Mencegah terjadinya reaksi kimia yang
dapat menurunkan mutu pangan
4. Membuat makanan menjadi enak, renyah,
serta lebih enak dikonsumsi
5. Memberi warna dan meningkatkan kualitas
pangan.
BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara
langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai
bahan baku pangan.
2. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan
untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan
tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.
C. PENGGOLONGAN BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN
1. Berdasarkan Asal Bahan
a. Alami
Lebih aman, mudah didapat, relatif
kurang stabil dan perlu jumlah yang banyak.
Contohnya : gula, garam bawang putih,
tomat, kunyit, jahe, merica dan lain-lain.
b. Sintesis
Hasil sintesis secara kimia lebih stabil,
pekat, jumlah penggunaan sedikit dan
menimbulkan efek samping. Contohnya :
sakarin, siklamat, asam askorbat, asam
asetat glasial, dll.
2. Berdasarkan cara penambahannya
a. Dengan sengaja ditambahkan (Internal Additives)
Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja
ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan
tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk
meningkatkan nilai gizi, cita rasa makanan, mengendalikan
keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa
makanan sebagai contoh pengawet, pewarna, pengeras.
b. Tidak sengaja ditambahkan (Unintentional Additives)
Bahan tambahan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu
bahan pangan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan
tersebut terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah
sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula
merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang disengaja
ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau
penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan
yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan makanan
dalam golongan ini adalah residu pestisida (termaksud
insektisida, herbisida, fungisida dan rodentisida) dan antibiotik.
3. Berdasarkan aturan penggunaan
a. Aman (GRAS) atau Generally Recognized As Safe
Penggunaan termasuk aman (dosis bebas). Zat ini
aman dan tidak berefek toksik misalnya gula
(glukosa).
b. Memakai aturan penggunaan (Non GRAS)
Penggunaan duatur dalam UU (Men-Kes) karena
tingkat bahaya dan ancaman yang ditimbulkan. ADI
(Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan
batas penggunaan hariannya (daily intake) demi
menjaga/ melindungi kesehatan konsumen. Di
Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan
Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan
yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh
Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1168/MenKes/Per/X/1999.
D. GOLONGAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
YANG DIGUNAKAN
Antioksidan (Antioxidant)
Humektan (Humectant)
Pemanis (Sweetener)
Pembawa (Carrier)
Pembentuk gel (Gelling agent)
Pengawet (Preservative)
Pengemulsi (Emulsifier)
Pengental (Thickener)
Penstabil (Stabilizer)
Peretensi warna (Colour retention agent)
Perisa (Flavouring)
Pewarna (Colour)
Dulsin (Dulcin)
Formalin (Formaldehyde)
Kloramfenikol (Chloramphenicol)
Nitrobenzen (Nitrobenzene)
Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)