Anda di halaman 1dari 12

Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Sebagai Salah Satu Percontohan Ipal Batik di Yogyakarta [Lilin Indrayani]

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK SEBAGAI


SALAH SATU PERCONTOHAN IPAL BATIK DI
YOGYAKARTA
Lilin Indrayani
Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian, RI
Email: indrayanililin@gmail.com

ABSTRACT

The World Craft Council (Word Craft Council) has awarded a title in
Yogyakarta as the World Batik City. The increase in the batik industry in Yogyakarta
in addition to providing a positive influence on economic improvement and
community welfare also has a negative impact. One of the negative impacts is the
emergence of large quantities of batik industry wastewater. Therefore, a pilot Waste
Water Treatment (WWT) model is needed so that the batik industry in Yogyakarta
City can have a technical reference for the waste treatment system. In this study, a
sewage treatment system with several physical, chemical and biological treatments
was introduced. So that it is expected that the batik industry wastewater that is
processed through the pilot IPAL can meet the quality standards that have been
determined in accordance with DIY Governor Decree No. 7 of 2016 concerning
Waste Water Quality Standards for the Batik Industry. So that the liquid waste of the
batik industry can be declared safe if it is discharged into the environment.

Keywords: wastewater of batik industry, WWT, environmental quality standards.

1. PENDAHULUAN yang bersifat ramah lingkungan dan


berkesinambungan.
Dewan Kerajinan Dunia (Word Keberadaan industri batik di Kota
Craft Council) Wilayah Asia Pasifik Yogyakarta memiliki sejarah yang
sebagai lembaga internasional yang panjang, awalnya dimulai dari budaya
berafiliasi dengan UNESCO kraton yang digunakan untuk mendukung
memfokuskan pada peningkatan kegiatan budaya kraton. Bersamaan
apresiasi terhadap berbagai kegiatan dan dengan perkembangan dan besarnya
komunitas kerajinan di dunia, telah minat masyarakat terhadap batik, sampai
menganugrahkan sebuah predikat pada saat ini batik tidak hanya sebagai
Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia ‘pakaryan dalem’ tetapi sudah banyak
pada 18 Oktober 2014 di Donyang, dikenal oleh masyarakat luas baik dalam
Tiongkok. Predikat kehormatan tersebut negeri maupun luar negeri. Oleh karena
merupakan suatu hal yang itu batik tidak hanya diproduksi khusus
membanggakan tidak hanya bagi sebagai produk budaya tetapi sudah
Yogyakarta tetapi juga bagi bangsa merupakan produk industri yang
Indonesia. Salah satu dari 7 (tujuh) diproduksi dalam skala kecil sampai
kriteria penilaian yang dinyatakan baik skala yang besar. Beberapa sentra
adalah batik dianggap memiliki nilai industri batik di Kota Yogyakarta
ecofriendly (green value) yaitu adanya terpusat didaerah kraton, prawirotaman,
upaya pengembangan tradisi dari seni mergangsan dan tirtodipuran menjadi
kerajinan yang mengarah pada kegiatan

ECOTROPHIC ⦁ 12(2) : 173 – 184 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395 173


ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

industri penyangga bagi peningkatan asam, zat warna basa, zat warna direk,
perekonomian masyarakat Yogyakarta. zat warna reaktif, zat warna naftol, dan
Namun demikian dengan zat warna bejana. Selain itu komponen
peningkatan industri batik juga dari zat mordan (pengunci warna) yang
mengakibatkan dampak negatif yaitu digunakan dalam proses fiksasi pada
masalah lingkungan. Permasalahan pembuatan kain batik menggunakan
lingkungan saat ini yang dominan salah beberapa unsur zat kimia, antara lain:
satunya adalah limbah cair berasal dari tawas (KAl(SO4)2), tunjung (Fe(SO4)),
kegiatan proses pembuatan batik. pijer/boraks, air kapur (Ca(OH)2),
Diperkirakan penggunaan air dalam kalsium karbonat (CaCO3), kalsium
proses pembuatan batik rata-rata kurang hidroksida (Ca(OH)2), asam sitrat
lebih 25 – 50 m2 permeter kain batik. (C6H8O7), tembaga(II) sulfat
Data kementerian perindustrian pada (Cu2(CH3COO)4), besi sulfat
tahun 2017 memperlihatkan bahwa (FeSO4.7H2O), dan kalium dikromat
produksi batik di Indonesia rata-rata 500 (K2Cr2O7). Apabila air limbah dibuang
juta meter pertahun, berarti 25 juta m3 air ke lingkungan tanpa diolah terlebih
pertahun. Persediaan air untuk industri dahulu, maka dapat menyebabkan
batik pertahun, setara dengan penyediaan pencemaran lingkungan terutama
kebutuhan air bersih untuk 2,500 rumah ekosistem perairan.
tangga (Balai Besar Kerajinan dan Batik, Beberapa permasalahan lain pada
2010). sentra industri batik yang berhubungan
Hampir 85 persen dari persediaan dengan permasalahan lingkungan adalah
air bersih tersebut menjadi limbah cair sebagai berikut(Indrayani, 2004):
batik dengan volume yang besar, warna a) Persepsi dan kepedulian para
yang pekat, dan berbau menyengat. pelaku industri batik terhadap
Selain itu, limbah cair batik memiliki masalah limbah pada umumnya
karateristik suhu, keasamam (pH), positif. Pengertian mereka cukup
Biological Oxygen Demand (BOD), beragam, tetapi semuanya merasa
Chemical Oxygen Demand (COD), serta bahwa tindakan membuang
Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi limbah ke lingkungan tanpa
(Rohasliney dan Subki 2011). Suhu yang pengolahan limbah terdahulu
tinggi akan mengakibatkan kandungan akan merusak lingkungan dan
oksigen terlarut dalam air menurun yang mengancam kesehatan
akan membunuh organisme dan limbah masyarakat sekitarnya. Rasa
organik akan meningkatkan kadar bersalah inilah yang diharapkan
nitrogen menjadi senyawa nitrat yang akan melahirkan keinginan untuk
menyebabkan bau busuk (Sastrawijaya mengolah limbah yang mereka
2009). hasilkan. Disisi lain informasi
Hal ini disebabkan oleh tentang pengolahan limbah batik
penggunaan bahan-bahan kimia dan zat masih teramat terbatas. Oleh
warna dalam proses produksi batik. karena itu, belum ada suatu model
Bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan limbah khususnya
proses pembuatan batik antara lain: soda untuk industri batik yang cukup
kaustik (NaOH), soda abu (Na2CO3), populer dan mudah dimengerti
soda kue (NaHCO3), asam sulfat dikalangan pelaku industri batik.
(H2SO4), sulfit, dan nitrit (Muljadi dan b) Pelaku industri batik masih
Muniarti 2013). Sedangkan zat warna memiliki pengertian yang benar
yang digunakan antara lain: zat warna antara mengadakan unit

174
Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Sebagai Salah Satu Percontohan Ipal Batik di Yogyakarta [Lilin Indrayani]

pengolahan limbah dengan sentra-sentra industri, yang


pengoperasian unit pengolahan jelas-jelas belum memiliki IPAL.
limbah. Hal ini terjadi khususnya
pada industri kecil sedangkan Apabila dilihat dari karateristik
pada industri yang relatif besar, limbah batik dan permasalahan limbah
hasil analisis terhadap kualitas air batik yang dialami oleh pelaku industri
limbah tidak mewakili skala batik seperti tersebut diatas maka limbah
produksi limbah yang ada. batik dapat menimbulkan dampak
Keadaan tersebut disebabkan kerusakan lingkungan dan kesehatan
sebagian besar industri batik yang manusia dalam jangka waktu yang
berskala besar melimpahkan panjang dan kian meluas. Oleh karena
hampir lebih dari 50% itu dalam makalah ini disampaikan suatu
produksinya kepada industri kecil. penelitian tentang sistem pengolahan
Hal ini berarti bahwa secara limbah dengan beberapa perlakuan secara
bersamaan industri besar fisika, kimia dan biologi. Seluruh proses
membagi limbahnya kepada tersebut bertujuan untuk menghilangkan
industri kecil yang jelas-jelas kandungan padatan tersuspensi, koloid,
tidak mewakili instalasi dan bahan-bahan organik yang terlarut.
pengolahan limbahnya. Proses pengolahan yang termasuk
c) Pelaku industri batik yang pengolahan fisika antara lain:
sebagian besar industri berskala pengolahan dengan menggunakan
kecil sangat peka mengenai dana screening, sedimentasi, filtrasi,
pengolahan limbah. Informasi sentrifugasi, dan flotasi. Proses
mengenai biaya untuk suatu pengolahan yang termasuk pengolahan
pengolahan limbah masih sangat kimia di antaranya: koagulasi,
terbatas, sehingga banyak netralisasi, dan elektrokimia. Sehingga
diantara mereka beranggapan diharapkan limbah cair industri batik
bahwa pengelolaan limbah yang diolah melaluimodel percontohan
industri memerlukan biaya yang IPAL batik ini dapat memenuhi baku
sangat tinggi. Hal tersebut tidak mutu yang telah ditetapkan, sehingga
sepenuhnya benar dan tidak aman apabila dibuang ke lingkungan.
sepenuhnya salah. Sehingga
masalah biaya merupakan trauma 2. METODOLOGI
bagi industri batik berskala kecil.
d) Sejauh ini pemerintah daerah Ruang lingkup penelitian ini adalah
dinilai terlalu longgar dan tidak memberikan penjelasan contoh skema
jelas dalam memberlakukan IPAL batik yang dapat menurunkan
peraturan tentang pentingnya kadar pencemar pada limbah cair
Instalasi Pengolahan Air Limbah industri batik, agar limbah memenuhi
(IPAL) bagi industri batik. baku mutu lingkungan yang sesuai
Sampai sekarang banyak dengan SK Gubernur DIY No 7 tahun
kalangan pemerhati lingkungan 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
meragukan efektifitas IPAL yang Bagi Industri Batik, sehingga dapat
dimiliki oleh industri besar, dibuang ke lingkungan dapat dinyatakan
apalagi industri batik berskala aman.
kecil yang keberadaannya lebih
banyak dibanding industri besar
dan terkonsentrasi pada

175
ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

Lokasi Penelitian limbah yang masuk pada proses


Lokasi penelitian dilakukan pada salah selanjutnya tidak fluktuatif.
satu industri batik di Yogyakarta yaitu b) Bak pengendapan atau
‘ X’ Batik yang memiliki IPAL batik. sedimentasi (primary treatment)
Proses sedimentasi merupakan
Bahan dan Alat unit pengolahan awal, prinsip
a) Limbah cair industri batik yang kerjanya yaitu pengendapan dan
diambil dari tahapan proses stabilisasi bahan-bahan yang
pengolahan batik pada ‘ X’Batik. diendapkan, selain untuk
b) Peralatan sampling limbah cair. mengendapkan dan menyaring
partikel juga mereduksi beban
Pengujian Sampel Limbah organik yang terkandung dalam
Pengujian sampel limbah cair limbah, sehingga mengurangi
industri batik dilakukan pada beban untuk selanjutnya.
laboratorium lingkungan terakrediatasi c) Kolam anaerob (secondary
Balai Besar Teknologi Keselamatan treatment)
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kolam anaerob disebut juga
(BTKLPP) Yogyakarta dengan fixed bed reactor merupakan
parameter uji pH, BOD, COD, TSS dan unit pengolahan kedua yang
Minyak dan Lemak sesuai dengan SK merupakan filter anaerob proses
Gubernur DIY No 7 tahun 2016 tentang pengolahan limbah secara
Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri biologi pada kondisi anaerob.
Batik. Media yang digunakan adalah
botol plastik (botol kecap).
Proses Pengolahan Limbah Prinsip kerjanya memproses
Tahapan proses pengolahan limbah bahan – bahan yang tidak
yang dilakukan pada ‘X’ Batik adalah terendapkan dan bahan-bahan
sebagai berikut : pelarut dengan cara
a) Bak penangkap malam mengontakkan dengan
(lilin)(pretreatment) mikroorganisme yaitu bakteri
Sebelum diproses, seluruh anaerob. Penggunaan sistem
limbah yang akan diolah filter anaerob biasanya kurang
dilewatkan pada penangkap lilin. efektif tanpa unit tangki septik
Proses yang terjadi pada bak yang berfungsi untuk
penangkap malam (lilin) adalah mengurangi beban organik
mendinginkan limbah yang (padatan terlarut) . Gabungan
masih panas (berasal dari proses kedua unit proses ini disebut
penghilangan malam (lilin) atau baffle anaerobic filter.
proses pelorodan. Dalam bak ini d) Kolam aerob (secondary
limbah mengalami pendinginan treatment)
dan mengakibatkan malam (lilin) Kolam aerob merupakan bak
yang terkandung dalam limbah penampung limbah cair dari
akan mengapung. Selain itu bak hasil pengolahan yang berasal
ini berfungsi mencampur limbah dari baffle anaerobic filter.
dari proses pewarnaan dan Padakolam ini dipasang RBC
pelepasan lilin (malam) atau sebagai filter aerob yang
proses pelorodan sehingga berfungsi mengontakkan bakteri

176
Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Sebagai Salah Satu Percontohan Ipal Batik di Yogyakarta [Lilin Indrayani]

aerob dengan udara dan limbah halus, dan intinya massa partikel dan
yang diolah. kemudian membentuk mikroflok.
e) Koagulasi dan Flokulasi Sedangkan flokulasi merupakan
(secondary treatment) pengadukan perlahan mikroflok
Koagulasi merupakan tingkat sehingga terkumpul menjadi
pengolahan kedua dengan cara flok-flok yang dapat mengendap
mencampurkan bahan kimia berupa menjadi lumpur.
Al2(SO4) 18H2O (tawas) dan secara Adapun proses pengolahan limbah
bersamaan dilakukan pengadukan limbah lebih jelas pada skema blok
secara tepat guna menstabilkan pada gambar 1 dibawah ini:
koloid dan solid tersuspensi yang

Gambar 1.
Diagram Blok IPAL ‘ X’ Batik

Pengambilan sampel Rancangan Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan Dalam penelitian ini menggunakan
pada tiap tahapan proses pengolahan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1
limbah untuk mengetahui efektifitas faktor. Persamaan RAL tersebut adalah
penurunan kadar pencemar pada limbah sebagai berikut:
cair industri batik. Adapun sampel yang Yij= μij + τij + ƹij
diambil dari penelitian ini diberi kode Dengan keterangan,
sesuai tahapan pengolahan limbahnya Yij ,respon ij diamati pada parameter kei
sebagai berikut: dengan ulangan ke-j
μij,rataan umum
Tabel 1. Kode limbah pada tahapan Τij ,parameter ke-i
proses pengolahan limbah Ƹij, galat pada parameter ke-i dengan
Limbah Perlakuan Limbah ulangan ke-j
Kode 1 Limbah cair sebelum
pengolahan limbah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kode 2 Limbah cair setelah bak
penangkap malam 3.1. Temuan dan kajian atas temuan
Kode 3 Limbah cair setelah tangki yang diperoleh
septik dan proses anaerob 3.1.1 Temuan
Kode 4 Limbah cair setelah proses Unit pengoperasian dan
anaerob proses-proses dalam pengolahan limbah
Kode 5 Limbah cair setelah proses cair dikelompokkan untuk menunjukkan
koagulasi dan flokulasi tahapan proses pengolahan. Istilah
pengolahan awal (pretreatment) adalah
perlakuan tertentu sebelum masuk dalam
skema IPAL, pengolahan primer atau

177
ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

primary treatment menunjuk pengolahan ada sebagai langkah pendahuluan


secara fisika, sedangkan pengolahan terhadap pengolahan sekunder. Limbah
sekunder (secondary treatment) cair yang belum diolah mengandung
menunjuk pada proses pengolahan secara bahan yang akan mengendap atau
biologi dan kimia. Sedangkan mengapung pada permukaan ketika
pengolahan lanjutan (tertiary treatment) mengalir dengan kecepatan rendah.
menunjuk pada kombinasi antara Saluran limbah cair dirancang agar aliran
ketiganya atau penambahan proses limbah dapat mengalir cepat sedangkan
pengolahan tahap akhir apabila limbah padatannya mengalir pada kecepatan
pada tahap akhir belum memenuhi baku lebih lambat, sehingga bahan organik
mutu. padatan mengalir pada kecepatan yang
lebih lambat, dan akan mengumpul
A. Pengolahan awal(pretreatment) didasar saluran dan selanjutnya dibuang.
Pengolahan awal limbah cair Bak pengendapan (sedimentasi) dapat
didefinisikan sebagai penghilangan unsur mengurangi kecepatan limbah cair
pada limbah cair yang berukuran besar menjadi jauh dibawah kecepatan
yang dapat menyebabkan gangguan pada disaluran limbah pengumpul.
operasional atau pemeliharaan. Salah Proses pengendapan (sedimentasi)
satu contoh dalam proses ini adalah menghilangkan kira-kira 55% dari
proses penyaringan (screening). Proses padatan tersuspensi dan lebih kurang
penyaringan biasa menggunakan kisi kisi 35% dari keseluruhan BOD pada limbah
penyaring (bar screen) yang terdiri dari cair. Pengurangan BOD adalah sederhana
bar paralel yang berjarak 40 mm-80 mm saja karena kenyataannya sebagian besar
tergantung dari ukuran padatan dari padatan tersuspensinya berbentuk
limbah tersebut. Dalam limbah cair batik organik, sehingga dapat terurai secara
proses penyaringan pada tahap awal ini biologis. Menurut pada limbah batik
berfungsi untuk menangkap kandungan pada proses ini umummnya memiliki
minyak dan lemak yang berasal dari konsentrasi padatan tersuspensi berkisar
malam (lilin) batik. Minyak dan lemak dalam skala ribuan sampai 200 mg/l dan
tidak dapat larut dalam air sehingga BOD dari skala ribuan sampai 250 mg/l.
mengapung dipermukaan air limbah,
apabila masuk dalam alat pengolahan C. Pengolahan sekunder (secondary
limbah maka akan menyebabkan treatment)
penyumbatan dan merusak peralatan Pengolahan sekunder pada
pengolahan selanjutnya. prinsipnya bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik yang
B. Pengolahan primer (primary terurai serta padatan tersuspensi.
treatment) Pengolahan sekunder dapat merupakan
Dalam pengolahan primer kombinasi dari pengolahan secara kimia
sebagian besar padatan tersuspensi dan maupun secara biologi. Pada proses
bahan organik dihilangkan dari limbah kimia pada prinsipnya menambahkan
cair. Penghilangan ini biasanya dilakukan bahan kimia untuk mempermudah dan
dengan secara fisika dengan proses mempercepat proses pengolahan limbah,
pengendapan (sedimentasi). Efluen dari salah satu proses kimia tersebut adalah
pengolahan primer umumnya masih proses koagulasi dan flokulasi. Pusat
mengandung bahan organik dalam Teknologi Limbah (2000) telah
jumlah besar dan BOD masih relatif melakukan pengujian laboratorium
tinggi. Fungsi pengolahan primer tetap terhadap nilai kekeruhan pada sampel

178
Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Sebagai Salah Satu Percontohan Ipal Batik di Yogyakarta [Lilin Indrayani]

limbah dibeberapa sentra industri batik di Penggunaan sifat alami


Yogyakarta dengan metode jar-test untuk mikroorganisme dan teknik bioteknologi
pengolahan kimiawi secara koagulasi. merupakan cara pengolahan limbah
Hasil pengujian tersebut membandingkan secara biologis dengan memakai filter
efektifitas bahan koagulan ferri sulphat aerob. Salah satu jenis filter aerob adalah
Fe2(SO4) atau tunjungdan Rotating Biological Contractor (RBC).
KAl(SO4)2·12H2O (tawas) diperoleh hasil Eleminasi bahan biologis dapat dilakukan
bahwa tawas lebih efektif dan murah dengan sistem biofilm mikroba pengurai
dalam pengolahan limbah batik. yang dilekatkan pada media RBC,
Pada proses biologi dikenal dua dengan tekanan yang besarnya sama
sistem pengolahan yaitu sistem dengan parsial dari oksigen. RBC sangat
pengolahan secara aerob dan anaerob. tahan terhadap fluktuasi beban yang
Proses aerob adalah suatu proses berubah ubah mudah dan biayanya
memasukkan udara ke dalam air limbah rendah (Hirata dan Meutia). RBC
yang akan diolah. Penyediaan udara ini merupakan salah satu inovasi teknologi
bertujuan untuk meningkatkan dalam bioteknologi pengolahan air
kenyamanan dan kondisi sehingga limbah yang mempunyai banyak
bakteri pengurai bahan organik dapat kelebihan antara lain:
tumbuh dan berkembang biak dengan 1) Konservasi energi.
baik. Hal ini membantu terjadinya 2) Keterbatasan lahan untuk stabilitas
pengendapan ke dalam bak aerasi dan terhadap beban limbah yang spontan
menyebabkan penambahan oksigen (shocks load).
kedalam sel. Sedangkan proses anaerob 3) Kinerja proses sistem yang tinggi.
adalah proses yang tidak memerlukan 4) Pengoperasian dan perawatan relatif
pasokan oksigen kedalam limbah yang murah, mudah dan sederhana
diolah. Menurut Sumantri (2000) (Soeratno, 1992)
pengolahan limbah cair industri batik 5) Harsono dan Tarigan (1994),
dengan menggunakan proses anaerob melaporkan bahwa RBC mampu
dengan bentuk reaktor (anaerob baffed memperkecil konsentrasi NH4- 50
reactor) mempunyai efektifitas yang mg/l menjadi 0.054 mg/l pada waktu
tinggi bila digunakan didaerah tropis detensi 7 jam dan efisiensi penyisihan
(mikroorganisme mesofilik) dan 99,90%.
memberi kontak yang lebih baik antara 6) RBC ini telah dicoba untuk
mikroorganisme dan air limbah (upflow mengolah air limbah dari zat warna
dan down flow).Penelitian Tjandra dan sintetis yang mengandung organik
Hasibuan (1998) tentang penggunaan tinggi dengan beban yang
kombinasi proses aerob dan anaerob berfluktuatif dan berhasil baik
dalam pengolahan limbah industri tekstil (Tarigan dan Meutia 1997).
dapat menurunkan kualitas warna, dan
mengurangi lumpur buangan dan D. Pengolahan lanjutan (tertiary
membatasi zat kimia pada proses treatment)
pengolahan limbah. Pengujian Pengolahan limbah pada tahap ini
laboratorium terhadap sampel limbah cair merupakan pengolahan pada ahap akhir.
menunjukkan bahwa kombinasi kedua Pada tahap ini efluen pada tahap ini
sistem tersebut tidak hanya menurunkan diukur dengan baku mutu limbah untuk
nilai BOD dan COD sampai 60-75 % industri batik. Apabila belum memenuhi
tetapi juga kadar logam berat yang baku mutu perlu dilakukan proses
terdapat dalam limbah. pengolahan lanjutan, tetapi bila sudah

179
ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

memenuhi air buangan dapat dikatakan Dari hasil penelitian ini diperoleh
aman untuk dibuang ke perairan umum. hasil pengujian laboratorium terhadap
Contoh pengolahan lanjutan antara lain sampel limbah cair industri batik dari 5
adalah metode lahan basah buatan, (lima) tahapan proses pengolahan limbah
penggunaan penyerap dan penjernih yang diwakili dengan kode 1 sampai
(absorbent). dengan kode 5, sesuai dengan tabel
dibawah ini:

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas dan Kuantitas Limbah Cair Industri Batik

Rerata (mg/l) Baku Mutu*


Parameter
1 2 3 4 5 (mg/l)
BOD 1470.036 408.750 771.333 156.000 45.439 50
COD 9124.251 699.382 1979.212 211.000 94.136 100
TSS 386.810 72.125 135.250 103.000 113.990 200
Minyak & 1485.438 45.213 124.313 47.824 45.251 5
Lemak
pH 7.92 7.06 7.70 6.36 6.6 6.0-9.0
*SK Gubernur DIY No 7 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
Batik

E. Kualitas dan kuantitas limbah cair Benda-benda yang padat yang


sebelum dilakukan pengolahan mempunyai nilai bobot jenis yang lebih
(kode 1) besar dari bobot jenis air dengan
Dari tabel 2 diatas memperlihatkan sendirinya akan mengendap. Sedangkan
bahwa padasemua parameter pada khusus untuk kandungan minyak dan
sampel kode 1 menunjukkan nilai yang lemak akan mengapung. Proses
melebihi baku mutu lingkungan. Limbah pengendapan terjadi relatif lebih efisien
cair tersebut berasal dari limbah pada kondisi limbah dengan suhu yang
campuran dari proses pewarnaan, tinggi. Semakin tinggi suhu semakin
pencucian, pembilasan maupun dari cepat taraf sedimentasi disebabkan sifat
proses pelepasan malam (pelorodan) nelekat benda yang menurun(Mahid,
dikumpulkan ke dalam satu bak 1998).
penampung. Limbah ini berwarna sangat Dari tabel 2 diatas memperlihatkan
pekat dan sampel yang diambil dari bak bahwa semua parameter masih memiliki
penampung ini mewakili keadaan limbah nilai yang melebihi baku mutu
tanpa perlakuan dan sebelum dilakukan lingkungan.Hasil akhir proses
proses pengolahan limbah (influen). pengendapan(sedimentasi) beberapa
padatan mengendap sedangkan sebagian
F. Hasil pengolahan limbah melalui bak minyak dan lemak masih
penangkap malam (kode 2) mengapung.Limbah cair pada bagian
Pada proses pendahuluan tengah memiliki warna yang relatif lebih
(pretreatment), limbah yang berasal dari jernih dibanding limbah yang berasal dari
bak penampung dialirkan ke bak bak penampung (kode1).
penangkap lilin (malam). Proses
pengolahan limbah cair yang terjadi pada G. Hasil pengolahan limbah melalui
bak penangkap lilin adalah proses tangki septik dan kolam anaerob
pengendapan (sedimentasi). Pada saat (kode 3)
limbah didinginkan pada proses ini Limbah akhir dari pengolahan
secara bersamaan terjadi pengendapan. bak-bak pendingin dialirkan ke unit

180
pengolahan selanjutnya yaitu bak Limbah akhir dari proses ini
berikutnya yaitu bak baffle anaerobic ditampung dalam sebuah bak lalu diambil
reaktor. Sistem pengolahan ini terdiri sampel untuk pengecekan kualitas dan
dari tangki septik dan kolam anaerob. kuantitas limbah hasil pengolahan setelah
Kedua bagian ini merupakan konstruksi proses pengendapan dan kolam
bangunan yang terbuat dari berpasangan anaerob.Dari tabel 2 memperlihatkan
secara terpisah tetapi berhubungan satu bahwa rataan nilai BOD, COD minyak
sama lain. Sebuah tangki septik dan lemak masih tinggi mengalami
merupakan tangki pengumpul anti bocor penurunan nilai dibanding dengan
dimana limbah dialirkan oleh saluran air pengolahan sebelumnya dan masih
dengan siraman yang kuat. Tangki septik melebihi nilai baku mutu sedangkan
tidak menghilangkan limbah, hanya untuk nilai TSS dan pH sudah memenuhi
membantu memisahkan dan nilai baku mutu.
menghancurkan benda benda padat pada
limbah cair. Pada tangki septik terjadi H. Hasil pengolahan sistem aerob (kode
proses pengendapan(sedimentasi). 4)
Pengendapan bahan padat yang Pada pengolahan dengan sistem
mengendap akan membentuk lumpur, aerob menggunakan Rotating Biological
lalu limbah cair akan dialirkan ke kolam Constractor (RBC) yang berfungsi
anaerob dimana bakteri memegang sebagai aerator untuk proses aerasi.
peranan dalam pengolahan selanjutnya. Peralatan ini mempunyai sebuah poros
Kolam anaerob tidak mengandung putar yang dikelilingi oleh
oksigen terlarut. Proses ini tergantung cakram-cakram plastik yang digunakan
pada fermentasi lumpur didasar kolam. sebagai media untuk tumbuhnya bakteri
Kondisi ini akan menimbulkan bau pada aerob. RBC diputar untuk mengalirkan
kondisi tertentu, tetapi sangat efisien air limbah secara tegak lurus ke poros
untuk menghancurkan limbah organik. ketika limbah mengalir ke tangki satu ke
Kolam anaerob dipenuhi oleh botol tangki yang lain. Untuk menampung
plastik (botol kecap bekas) sebagai media limbah cair yang diolah digunakan bak
untuk pertumbuhan bakteri pengurai zat beton. Media tersebut berputar kira kira
pencemar limbah. Penggunaan plastik 1,5 rpm sedangkan lebih kurang sekitar
dalam media ini bermaksud agar media 40% permukaan terendam limbah
tersebut tahan lama dan tidak perlu didalam air. Ketika drum diputar media
diganti sepanjang umur IPAL. Pada mengambil lapisan tipis limbah cair yang
pengolahan secara biologis ini, mengalir. Bakteri yang hidup
bahan-bahan organik mula-mula menggunakan bahan organik yang
dikonversi oleh sekelompok bakteri berasal dari limbah cair dan oksigen yang
penghasil asam yaitu bakteri yang terlarut dari udara sebagai makanan.
mampu mengubah karbondioksida, Ketika bakteri yang melekat mengalir
nitrogen dan asam-asam organik. Secara melalui limbah cair, bakteri dapat
bersamaan sekelompok bakteri lain yang mengurai kadar pencemar dalam limbah
mempunyai kemampuan fermentasi tersebut.
metana menguraikan asam serta Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
produk-produk lain dari kelompok RBC menghasilkan penurunan nilai BOD,
pertama menjadi gas metana dan alkali. COD, minyak dan lemak yang cukup
Produksi akhir yang diperoleh dari signifikan sehingga nilai BOD dan COD
dekomposisi organik adalah air. sudah memenuhi baku mutu. Namun nilai
minyak dan lemak walaupun mengalami

181
ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

penurunan masih melebihi baku mutu. A. Pengaruh tahapan pengolahan


Sedangkan untuk nilai pH dan TSS sudah limbah terhadap parameter BOD
dapat dikatakan aman untuk lingkungan. Hasil perhitungan pada tabel 3
memperlihatkan bahwa tingkat efektifitas
I. Hasil pengolahan limbah melalui pada setiap tahapan pengolahan limbah
proses koagulasi dan flokulasi (kode 5) mengalami penurunan nilai BOD.
Pada proses ini penyesuaian pH Penurunan nilai BOD paling signifikan
sangat perlu untuk mendapatkan tingkat adalah pada tahap pertama yaitu proses
pengentalan yang tinggi. Setelah sedimentasimenyusul proses anaerob dan
benda-benda padat yang mengambang anaerob. Pada proses anaerob reaksi
terjadi pengikatan oleh bahan koagulan, reaksi tidak memungkinkan adanya
maka selanjutnya terjadi proses penambahan oksigen, sehingga tidak
pendepanan (sedimentasi). Pada proses berpengaruh terhadap nilai BOD.
ini terjadi endapan lumpur, sedangkan Didalam filter anaerob limbah
limbah cair semakin jernih. Pada proses dikontakan dengan bakteri yang bekerja
pemberian tawas, secara bersamaan untuk menguraikan senyawa-senyawa
dilakukan pengadukan agar pencampuran organik (misalnya senyawa azo) menjadi
bahan koagulan dengan limbah cair senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
terjadi secara homogen dan merupakan Rantai azo mempunyai gugus kromofor
upaya untuk memasukkan oksigen dalam yang mampu menyerap warna pada
limbah. gelombang 400-700 nm. Pada filter
Dari tabel 2 menunjukkan hasil anaerob bakteri pengurai memecah
bahwa parameter BOD dan COD menjadi senyawa aromatik yang tidak
mencapai nilai aman sedangkan nilai dapat menyerap cahaya. Proses ini
minyak dan lemak masih melebihi baku disebut proses pendegradasian warna
mutu lingkungan. Nilai pH dan TSS karena terjadi pelepasan ikatan azo.
tidak melebihi baku mutu dan sudah Pada tabel 3 juga menunjukkan
dapat dikatakan aman untuk lingkungan. bahwa perbedaan nilai BOD secara
signifikan juga dipengaruhi oleh
3.1.2 Kajian pengolahan secara aerob dan proses
Perhitungan tingkat efesiensi koagulasi dan flokulasi. Penurunan BOD
dilakukan untuk menunjukkan bahwa pada tahap ketiga yaitu dengan
tiap-tiap proses pengolahan limbah menggunakan filter anaerob disebabkan
memiliki pengaruh terhadap prosentase adanya penambahan oksigen dari luar
penurunan kadar pencemar. Adapun melalui alat RBC yang berfungsi sebagai
pengaruh tersebut secara lebih rinci aerator. Pengolahan secara aerob adalah
dijelaskan pada tabel 3 dibawah ini: pengolahan limbah dengan kondisi
terdapatnya oksigen ditempat bakteri
Tabel 3. Perhitungan tingkat yang akan menguraikan air limbah.
efektifitas tiap tahapan pengolahan Senyawa-senyawa organik yang terdapat
limbah dalam air limbah dapat dipecah dengan
Tingkat Efektivitas (%)
bakteri aerob menjadi senyawa senyawa
Kode BOD COD TSS Minyak pH yang tidak mencemari lingkungan. Pada
Limba dan
h
pengolahan limbah cair batik dengan
Lemak
1 Tidak ada perlakuan menggunakan tawas sebagai bahan
2 72.19 92.33 81.35 74.67 10.83 koagulan dan polimer pada proses
3 88.70 -182.9 -87.52 -174.952 -8.9
9 1 flokulasi juga mempengaruhi penurunan
4 40.88 38.81 23.84 61.53 17.31 nilai BOD. Hal ini kemungkinan pada
5 24.24 34.42 -10.67 38.56 3.66

182
saat proses koagulasi dan flokulasi D. Pengaruh tahapan pengolahan
dilakukan pengadukan sehingga pada limbah terhadap parameter pH
saat bersamaan memungkinkan oksigen Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
dari luar masuk ke dalam limbah dan setiap perlakuan tidak mempengaruhi
berikatan dengan senyawa-senyawa yang kenaikan dan penurunan nilai pH. Dari
ada didalamnya. keseluruhan perlakuan memang tidak
menunjukkan perlakuan yang yang dapat
B. Pengaruh tahapan pengolahan mempengaruhi nilai pH. Dari
limbah terhadap parameter COD kesuluruhan nilai parameter pH pada
Hasil perhitungan pada tabel 3 tabel 3 semua nilai tidak melebihi baku
memperlihakan bahwa pengolahan mutu lingkungan.
limbah dengan filter anaerob pada
perlakuan 3 dan penggunaan bahan E. Pengaruh tahapan pengolahan
koagulasi dan flokulasi pada perlakuan 5 limbah terhadap parameter minyak
terjadi perbedaan ti, hal ini dikarenakan dan lemak
adanya penambahan tawas untuk Dari tabel 3 menunjukkan bahwa
mengendapakan lumpur dalam proses setiap proses pengolahan limbah dapat
koagulasi dalam waktu bersamaan menurunkan nilai minyak dan lemak.
menambah beban kimia dalam limbah. Akan tetapi nilai minyak dan lemak
Sedangkan pada proses sedimentasi dan masihmelebihi ambang batas baku mutu
pengolahan pada filter anaerob terjadi lingkungan pada pengolahan pada tahap
perbedaan secara signifikan. Hal ini akhir. Hal ini disebabkan belum adanya
terjadi karena tidak tersedianya oksigen perlakuan khusus untuk limbah yang
yang cukup untuk mengoksidasi zat zat berasal dari proses pelorodan.
kimiawi dalam limbah pada kedua
perlakuan dalam pengolahan tersebut. 4. SIMPULAN DAN SARAN
Penurunan nilai COD secara signifikan
terlihat pada proses pengolahan dengan 4.1. Kesimpulan
kolam aerob. Bakteri aerob bekerja Dari hasil penelitian ini dapat
sangat aktif untuk menguraikan disimpulkan bahwa skema IPAL pada
bahan-bahan kimia yang terkandung ‘X’ Batik dapat menurunkan kadar
didalam limbah cair tersebut. pencemar pada industri batik. Nilai BOD,
COD, TSS dan pH tidak melebihi
C. Pengaruh tahapan pengolahan ambang batas baku mutu lingkungan,
limbah terhadap parameter TSS sedangkan untuk nilai parameter minyak
Hasil analisis pada nilai TSS dan lemak belum memenuhi baku mutu
terlihat pada tabel 3 hanya terjadi sehingga perlu penanganan limbah
signifikan pada proses sedimentasi. pelorodan sebelum masuk skema IPAL
Sedangkan untuk perlakuan 3,4, 5 tidak tersebut.
terjadi penurunan TSS secara signifikan.
Hal itu disebabkan karena karena limbah 4.2. Saran
yang baru dari proses sedimentasi masuk Perlu adanya perlakuan pemisahan
ke dalam proses-proses selanjutnya antara limbah cair dari proses pewarnaan
bercampur dengan endapan lumpur dari dengan limbah cair yang berasal dari
proses sebelumnya. proses pelepasan malam (pelorodan)
untuk mempermudah penyaringan
minyak dan lemak pada tahap awal
sebelum melalui skema IPAL. Hal ini

183
ECOTROPHIC ⦁ VOLUME 12 NOMOR 2 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

berguna untuk mengurangi beban minyak Novita, D. 2001, Degradasi Nitronaptol


dan lemak pada proses selanjutnya. Perlu Limbah Cair Batik Menggunakan
dilakukan bak pemisah lumpur yang Mikroorganisme Tanah dan Air
sesuai dengan kapasitas lumpur yang Dengan didahului oleh Perlakuan
terbentuk pada proses koagulasi dan Koagulasi, Skripsi STTL,
flokulasi. Hal ini perlu dilakukan agar Yogyakarta.
terjadi pemisahan antara lumpur dengan
limbah cair yang telah diolah, sehingga Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
limbah akhir aman dibuang ke No. 5 Tahun 2014 tentang baku
lingkungan. mutu air limbah.

DAFTAR PUSTAKA Rohasliney H, Subki NS.2011. A


Preliminary Study on Batik
Balai Besar Kerajinan dan Batik, Effluent in Kelantan State: A
2010,Pengolahan Limbah industri Water Quality Perspectiv.
Batik, Yogyakarta. International Conference on
Chemical, Biological, and
Clean Batik Initiative, 2010. Pedoman Environment Science; 2011 Des;
Produksi Bersih untuk Industri Bangkok, Thailand. Bangkok (TH):
Batik. 274-276

Indrayani, Lilin, 2004. Pengolahan Sastrawijaya, A.T. 1991, Pencemaran


Limbah Cair Industri Batik Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta,
Yogyakarta , Tesis Yogyakarta, Surabaya.
PSL-IPB. Bogor
Wardhana, W. A., 2004, Dampak
Maeda, S., 1990, Accumulation And Pencemaran Lingkungan,
Detoxification of Toxic Metal Yogyakarta : Penerbit Andi
Element by Algae, SPB
AcademicPublishing, Japan.

Mahida, U.N.1993. Pencemaran Air dan


Pemanfaatan Limbah Industri, PT
Rajagrasindo Persada. Jakarta

Meutia, A.A dan T. Suryono. 1997.


Pengelolaan Air Limbah Pabrik
Kosmetik dengan Sistem Reaktor
Terpadu.

Muljadi, Muniarti.2013. Pengolahan


limbah batik cetak dengan
menggunakan metode
filtrasi-elektrolisis untuk
menentukan efisiensi penurunan
parameter COD, BOD dan logam
berat (Cr) setelah perlakuan fisika
kimia. Ekuilibrium.12(1): 27-36.

184

Anda mungkin juga menyukai