Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PENGOLAHAN LIMBAH BATIK DENGAN


FOTOKATALIS DALAM PLUG FLOW
REACTOR

Oleh:

SULTHAN NAFIS NABILA


1552010068

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
2.1 Air Limbah Industri Batik...............................................................................4
2.1.1 Baku Mutu Air Limbah Industri tekstil..........................................................6
2.2 Advanced Oxidation Process............................................................................7
2.3 Hidrogen Peroksida..........................................................................................8
2.4 Sinar UV............................................................................................................9
2.5 AOPs Metode Fotokatalis TiO2......................................................................10
2.6 Proses Degradasi Zat Pewarna Naftol oleh Fotokatalis...............................12
BAB 3....................................................................................................................13
3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................................13
3.2 Penelitian Batch..............................................................................................14
3.2.1 Bahan..............................................................................................................14

3.2.2 Alat..................................................................................................................14

3.2.3 Cara Kerja......................................................................................................14

3.2.4 Variabel..........................................................................................................15

3.2.4 Desain Reaktor...............................................................................................15

3.3 Analisis.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang
berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya yang tinggi,
limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang
sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair
yang berwarna keruh dan pekat. Warna air limbah tergantung pada zat warna yang
digunakan.
Limbah yang dihasilkan dari industri rumah batik umumnya merupakan
senyawa organik non-biodegradable, yang dapat mencemari lingkungan. Senyawa
zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara
alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat,
karena adanya intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif
rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat
daripada foto degradasinya (Wildan et al., 2018).
Pengolahan secara mikrobiologi hanya dapat menguraikan senyawa yang
bersifat biodegradable sedangkan senyawa non biodegradable akan tetap ke
endapan atau lumpur yang akan kembali ke lingkungan, salah satu pengolahan
yang dapat digunakan adalah dengan metode teknologi Advanced Oxidation
Process atau Proses Oksidasi Lanjut (Sucahya et al., 2016). Contoh metode
teknologi AOPs yaitu metode Fotokatalis.
Berdasarkan hasil uji karakteristik awal bahwa parameter COD (Chemical
Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), dan warna memiliki kandungan
masing-masing sebesar 2641 mg/L, 5633 mg/L, dan 167 PtCo. Menurut Peraturan
Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 menatapkan kandungan maksimum
COD, TSS sebesar 150 mg/L dan 50 mg/L. Kandungan yang tinggi tersebut dapat
mengganggu ekosistem terutama badan air.
2

Berdasarkan permasalahan di atas, maka teknologi alternatif yang dapat


digunakan untuk menurunkan kandungan COD, TSS dan warna yaitu
menggunakan metode AOPs. AOPs adalah metode pengolahan air dengan
menghasilkan senyawa radikal hidroksil yang dapat mendegradasi polutan dalam
air.
Pada penelitian sebelumnya Fauzi dan Agung (2018), menggunakan proses
fotokatalis untuk mendegradasi kandungan pencemar pada limbah batik
didapatkan persen penyisihan COD sebesar 83,3%, TSS sebesar 92,5% dan
warna sebesar 84,6%. Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya dengan
modifikasi reaktor yang telah diteliti sebelumnya menggunakan reaktor batch,
dan penelitian ini menggunakan model reaktor plug flow.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja pengolahan fotokatalis dengan metode kontinu dalam
penurunan konsentrasi COD, TSS dan warna ditinjau dari Peraturan
Gubernur Jatim No. 72 Tahun 2013?
2. Bagaimana pengaruh waktu kontak dan pH pada proses pengolahan
fotokatalis?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kinerja pengolahan limbah batik dengan proses fotokatalis
secara kontinu ditinjau dari Peraturan Gubernur Jatim No. 72 Tahun
2013.
2. Mengetahui pengaruh waktu kontak dan pH dalam proses fotokatalis.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dalam penelitian ini adalah :
3

1. Memberikan tambahan informasi mengenai proses oksidasi tingkat


lanjut (fotokatalis) dalam pengolahan limbah batik sehingga didapatkan
limbah yang lebih ramah lingkungan sebelum dibuang ke badan air.
2. Memberikan alternatif teknologi yang dapat digunakan pengrajin batik
untuk mengolah limbah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bahan baku (sampel) diambil dari proses pewarnaan yang berasal dari
Industri Batik di Jetis, Sidoarjo
2. Parameter yang di analisa adalah kandungan COD, TSS, dan warna
3. Variasi yang diteliti adalah pH dengan waktu kontak untuk batch dan
waktu sampling untuk kontinu
4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Teknik Lingkungan
“Veteran” Jawa Timur
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah Industri Batik


Diakuinya batik oleh Badan Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan
Kebudayaan (UNESCO) akan meningkatkan pandangan dunia terhadap budaya
Indonesia, sehingga dapat memberi manfaat terhadap perekonomian negara.
Selain memberi manfaat, industri batik dapat memberikan dampak pencemaran
lingkungan.
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang
berasal dari proses pewarnaan. Limbah dari industri tekstil pada umumnya
mengandung senyawa yang bersifat karsinogenik dan non-biodegradable. Selain
itu, limbah cair batik memiliki karakteristik warna yang pekat, bau yang
menyengat, serta biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand
(COD), dan total suspended solid (TSS) yang tinggi (Indrayani and Rahmah,
2018)
Limbah cair batik pada umumnya bersifat basa dan memiliki kadar organik
yang tinggi akibat sisa proses pembatikan. Zat warna yang terkandung dalam
limbah cair batik umumnya didesain untuk memiliki tingkatan kimia yang tinggi
untuk menahan kerusakan akibat oksidatif yang berasal dari cahaya matahari.
Karakteristik air limbah ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
karakteristik fisik, kimia dan biologi (Indrayani and Rahmah, 2018).
Zat pewarna batik tekstil adalah zat warna tekstil yang dapat digunakan
dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan pada
suhu kamar (25oC) sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya.
Menurut (Hertiyani, 2016) Berdasarkan sumber/asalnya, zat pewarna batik dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:

1. Pewarna alami
5

Zat warna yang diperoleh dari alam/tumbuh-tumbuhan baik secara langsung


maupun tidak langsung. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan dapat
diambil pada tumbuhan di bagian daun, buah, kulit kayu ataupun bunga.
2. Pewarna buatan/sintetis
Zat kimia mudah diperoleh, stabil, dan praktis pemakaiannya. Zat warna ini
merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, dan
antrasena yang merupakan cairan kental berwarna hitam serta terdiri dari
dispersi karbon dalam minyak. Adapun zat warna yang biasa digunakan untuk
mewarnai batik adalah :
a. Zat warna reaktif
Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan
langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut. Salah
satu zat warna reaktif yang sering digunakan dalam pewarnaan batik adalah
remazol. Ditinjau dari segi teknis, pewarnaan batik dengan remazol dapat
digunakan dengan cara pencelupan, coletan atau kuwasan. Zat warna ini
memiliki sifat larut dalam air, mempunyai warna yang brilliant dengan
ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah.
b. Zat warna indigosol
Zat warna indigosol adalah jenis zat warna yang larut dalam air. Larutan
zat warna ini merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada saat kain
dicelupkan ke dalam larutan zat warna, belum diperoleh warna yang
diharapkan. Setelah dimasukkan ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4)
akan diperoleh warna yang dikehendaki. Indigosol memiliki rumus molekul
C16H10N2Na2O8S2 dengan struktur kimia seperti Gambar 2.1 di bawah ini
(Hertiyani, 2016).

Gambar 2.1 Struktur Kimia Indigosol


6

c. Zat warna naftol


Zat warna ini merupakan zat warna tidak larut dalam air. Untuk
melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naftol
dikerjakan dalam dua tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan naftol,
pada pencelupan pertama belum diperoleh warna. Kemudian pencelupan
tahap kedua dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang
dikehendaki.

Gambar 2.2 Struktur Kimia Naftol


d. Zat warna rapid
Zat warna ini adalah naftol yang telah dicampur dengan garam diazodium
dalam bentuk yang tidak dapat bergabung. Untuk memperoleh warna yang
dikehendaki, difiksasi dengan asam sulfat.
2.1.1 Baku Mutu Air Limbah Industri tekstil
Berikut adalah Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil menurut Peraturan
Gubernur Jawa Timur (Pergub Jatim) No. 72 Tahun 2013, karakteristik air limbah
industri tekstil adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Industri Tekstil
Parameter Beban Maksimum Satuan
BOD5 60 Mg/L
COD 150 Mg/L
TSS 100 Mg/L
Fenol Total 0,5 Mg/L
pH 6-9 -
Sumber : Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013

Berikut ini adalah parameter uji limbah cair batik :


a. BOD (Biological Oxygen Demand)
7

Biological Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Biologis adalah


banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram per liter (mg/L) yang diperlukan
oleh bakteri untuk menguraikan zat organik yang terlarut maupun tersuspensi
dalam air buangan. BOD dinyatakan dengan BOD5.
b. COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan kimia yang terdapat
dalam limbah cair yang mengandung zat organik tersuspensi maupun terlarut.
COD dinyatakan dalam ppm atau miligram per liter (mg/L).
c. TSS (Total Suspended Solid)
Total Suspended Solid atau Padatan Tersuspensi Total adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran lebih kurang dari 2
mikron. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity). TSS
dinyatakan dalam ppm atau miligram per liter (mg/L).
d. pH
pH adalah derajat keasamaan yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Nama pH berasal
dari power of hydrogen. Nilai pH berkisar antara 0 sampai 14. Suatu larutan
dikatakan asam apabila memiliki pH <7. Jika nilai pH <7 maka larutan bersifat
basa, dan jika nilai pH=7 maka larutan tersebut bersifat netral.

2.2 Advanced Oxidation Process


Advanced Oxidation Processes (AOPs) merupakan istilah yang
mendefinisikan suatu rangkaian pengolahan air secara oksidatif yang bertujuan
untuk menanggulangi limbah-limbah toksik pada skala industri, rumah sakit, dan
pabrik pengolahan air limbah. AOP s merupakan metoda yang terbukti dapat
mengubah senyawa toksik pada air menjadi substansi yang biodegradable
(Palwaguna, 2017). Secara general, AOPs merupakan metode dengan biaya
instalasi yang murah namun memiliki biaya pengoperasian yang cukup tinggi
karena memerlukan input chemical yang dan energi yang cukup tinggi.
8

Saat ini sistem hibrida terdiri dari proses oksidasi yang berbeda, seperti
oksidasi fenton, foto-oksidasi, elektro-oksidasi, sering digunakan untuk
meningkatkan efisiensi metode elektrokimia (Atmaca, 2009). Dalam metode
elektro-fenton, mekanisme Fenton dan elektro-koagulasi dilakukan secara
bersamaan, hasil-hasilnya cukup baik dalam pengolahan air limbah yang kuat
(Sholeh and Setyorini, 2014).
Oksidasi lanjut (Advanced Oxidation) secara general menggunakan sistem
reagen yang berbeda, yaitu proses degradasi photochemical (UV/O3, UV/H2O2),
fotokatalis (TiO2/UV,foto fenton) dan proses oksidasi kimia (O3, O3/H2O2/Fe2+,
H2O2/Fe3+). Dalam prosesnya, semua proses tersebut menghasilkan radikal
hidroksil (OH) yang sangat reaktif (Ayanda et al., 2015). Skema klasifikasi
Advanced Oxidation Processes ditunjukkan di Gambar 2.3:

Gambar 2.3 Skema klasifikasi Advanced Oxidation Processes

2.3 Hidrogen Peroksida


Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia yang memiliki sifat oksidator
kuat. Hidrogen peroksida terbuat dari gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2).
Hidrogen peroksida tidak berwarna, berbau menyengat, dan larut dalam air.
Hidrogen peroksida sering digunakan manusia sebagai pemutih gigi (Yuniarti and
Achadiyani, 2016), desinfektan (Setiawan and Sibarani, 2013), zat pemutih pulp
(Purba, 2009) dan sebagainya.
Dekomposisi Hidrogen Peroksida
9

Dekomposisi hidrogen peroksida dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama


oleh pengaruh katalis yang akan terurai menjadi air dan oksigen. Faktor utama
yang mempengaruhi stabilitas larutan hidrogen peroksida adalah sebagai berikut
(Darmadi, 2014):
a. Suhu
Kenaikan suhu meningkatkan tingkat dekomposisi hidrogen peroksida.
Dekomposisi hidrogen peroksida meningkat dua kali setiap kenaikan suhu 10oC.
Selain itu, karena sifatnya yang eksotermik, laju dekomposisi H 2O2 terakselerasi
dengan sendirinya.
b. pH
Larutan hidrogen peroksida memiliki sifat asam (pH 7). Umumnya larutan
hidrogen peroksida komersial berada pada pH kurang dari 3 (asam kuat). Dan
semakin besar pH, penguraiannya semakin cepat
c. Cahaya
Cahaya dan radiasi matahari/UV dapat meningkatkan laju dekomposisi
hidrogen peroksida

2.4 Sinar UV
Sinar ultraviolet merupakan radiasi elektromagnetik terbesar pada panjang
gelombang 100 nm – 400 nm. Sumber sinar ultraviolet dapat diperoleh dengan
lampu khusus yaitu lampu uap merkuri, baik yang bertekanan rendah maupun
yang bertekanan sedang Perbedaan dari yang bertekanan rendah maupun yang
bertekanan sedang adalah terletak pada panjang gelombangnya. Sinar Uv
dihasilkan dari lampu UV yang pada dasarnya hampir sama dengan lampu
flourescent (lampu neon). Radiasi elektromagnetik yang dimilik oleh sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang terbesar yaitu 100 nm - 400 nm (Sutanto
et al., 2012).Tabung lampu diisi dengan gas inert (biasnya argon dan merkuri)
dengan jumlah terbatas. Berdasarkan tekanan dalam tabung, lampu UV
dibedakan menjadi dua yaitu :

- Lampu UV bertekanan rendah (Low Pressure UV)


10

Lampu UV bertekanan rendah adalah lampu yang sering dipakai dalam


sistem UV filter air rumah tangga. Lampu UV ini juga merupakan sumber UV
yang paling lama digunakan.

- Lampu UV bertekanan sedang (Medium Pressure UV)


Lampu UV bertekanan sedang mempunyai berbagai macam bentuk umum,
tapi yang paling sering digunakan adalah tabung dengan bentuk melingkar (arc
tube). Daya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan unit UV ini sangat
besar, yaitu antara 0,4 kW sampai dengan 7 kW. Unit pengolahan air dengan UV
bertekanan sedang disarankan untuk instalasi pengolahan air dengan debit
pengolahan yang besar hingga 170 liter/detik, seperti industri, hotel, rumah sakit,
pabrik air minum, dan lain sebagainya. Pembagian jenis lampu UV berdasar
panjang gelombangnya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Spektrum Ultraviolet


Keterangan :
- Vacuum ultraviolet dengan panjang gelombang 10 nm – 200 nm
- Ultraviolet C dengan panjang gelombang 200 nm – 280 nm
- Ultraviolet B dengan panjang gelombang 280 nm – 315 nm
- Ultraviolet A dengan panjang gelombang 315 nm – 400 nm

2.5 AOPs Metode Fotokatalis TiO2


Katalis didefinisikan sebagai suatu zat kimia yang dapat menaikkan laju
reaksi dan terlibat di dalam reaksi kimia walaupun zat itu sendiri tidak ikut
bereaksi secara permanen. Katalis dapat mempercepat salah satu reaksi yang
11

diinginkan sehingga selektivitas reaksi menjadi lebih tinggi demikian juga dengan
aktivitasnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam
kesetimbangan, nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah (Fauzi and Agung,
2018)
Metode fotokatalisis adalah metode fotodegradasi dengan menggunakan
bahan fotokatalis dan radiasi ultraviolet. Metode fotodegradasi akan membuat zat
warna terurai menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana dan lebih aman
untuk lingkungan. Metode ini merupakan metode yang efektif, ekonomis, bebas
polutan dan sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik dan
menurunkan angka COD air (Wildan et al., 2018).
Fotokatalis merupakan bagian dari proses oksidasi lanjut atau Advanced
Oxidation Process (AOP). Katalis merupakan suatu substansi yang mampu
mempercepat laju reaksi untuk mencapai keadaan kesetimbangan jika
ditambahkan dalam sistem reaksi kimia. Titanium Dioksida (TiO 2) sering
digunakan pada proses fotokatalis karena katalis TiO2 bersifat semikonduktor
yang baik (Sucahya et al., 2016). TiO2 mampu mendegradasi zat warna dalam
jumlah banyak karena peran utamanya sebagai fotokatalis yang membantu sinar
UV untuk menyerang zat warna (Poluakan et al., 2015). Fotokatalis yang
dikombinasikan karbon aktif juga dapat mendegradasi bakteri E. coli sebesar
100% dalam 3 jam dan menjernihkan air (Taftiari et al., 2015)
Pada reaksi fotokatalitik, semikonduktor dapat berperan sebagai
pengaktivasi dan katalis. Reaksi redoks cahaya dikarenakan pita valensi yang
penuh berisi elektron dan pita konduksi yang kosong, dengan energi celah
diantara kedua pita tidak terlalu besar. Ketika sebuah foton dengan energi hv yang
sama atau lebih besar dari energi celah pitanya, Eg, maka elektron pada pita
valensi akan memiliki energi yang cukup besar untuk dapat berpindah atau
tereksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan lubang positif (hv +) pada pita
valensi. Berikut reaksi yang terjadi pada fotokatalisis dengan TiO 2 sebagai katalis
(Agustina et al., 2016).
TiO2 + hv e-cb + hv+vb....................................................................................................... 2.8
12

Lubang pada pita valensi jika beraksi dengan H2O akan menghasilkan radikal
hidroksil.
hv+vb + H2O OH- + H+......................................................................................................... 2.9
Reaksi ini merupakan salah satu jenis teknik oksidasi lanjutan dan merupakan
awal dari reaksi fotokatalitik selanjutnya. Sedangkan pada pita konduksi akan
mengalami reaksi (2.7)
e-cb + O2 O2- 2.10
Titanium dioksida merupakan salah satu katalis yang sering digunakan pada
proses fotokatalis karena bersifat ramah lingkungan , harga TiO2 tidak terlalu
mahal dan mudah didapatkan, selain itu TiO2 juga bisa digunakan kembali.

2.6 Proses Degradasi Zat Pewarna Naftol oleh Fotokatalis


Tahap degradasi naftol fotokatalis terdiri dari beberapa tahap sesuai
persamaan sebagai berikut :
TiO2 + hv e-cb + h+vb...........................................................2.11
e- + O2 O2-......................................................................2.12
h- + O2 OH●.......................................................................................................2.13
OH● + C10H8O C6 + H6...............................................................2.14
OH● + C6H6 CO2 + H2O..........................................................2.15
Hidrogen peroksida akan bereaksi dengan sinar dari lampu UV dan
menghasilkan OH radikal (2.13). Senyawa naftol oleh OH radikal akan diubah
menjadi senyawa benzena seperti ditunjukkan pada reaksi (2.14) dan tahap kedua
dengan benzena oleh radikal hidroksil menjadi CO2 dan H2O seperti ditunjukkan
pada reaksi (2.15). Seiring bertambahnya waktu proses akan ada proses
pembentukan gugus radikal hidroksil yang lain yakni pembentukan anion
superoksida atau O2- (2.12) yang juga merupakan agen pengoksidasi yang baik
dalam mengoksidasi bahan pewarna yang terlarut dan menguraikan menjadi
senyawa lebih sederhana (Fauzi and Agung, 2018).
13

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian


Penelitian yang dilakukan yaitu Pengolahan Limbah Batik dengan
menggunakan Fenton-Fotokatalis dalam Plug Flow Reactor yang akan dilakukan
di Laboratorium Riset Teknik Lingkungan UPN “Veteran Jawa Timur”. Kerangka
penelitian akan ditampilkan pada Gambar 3.1

Ide Studi
Pengolahan Limbah Batik dengan Fotokatalis
dalam Plug Flow Reactor

Studi Literatur

Uji Pendahuluan air limbah

Pengumpulan Bahan Pembuatan Reaktor

Air limbah batik, TiO2

Running Reaktor

Uji Kandungan COD, warna


dan TSS pada limbah

Kesimpulan dan Saran


14

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian


3.2 Penelitian Batch
3.2.1 Bahan
 Air limbah batik
 TiO2
3.2.2 Alat
 Reaktor berbahan kaca dengan dimensi 18 x 18 x 45.
 Lampu UV
 Aluminium Foil
 Kasa aluminium
 pH Meter
 Timbangan analitik
3.2.3 Cara Kerja
a. Pengambilan sampel
Sampel limbah batik diambil dari proses pewarnaan. Wadah sampel
tertutup dan terbuat dari plastik baru untuk menghindari kontaminasi dari
luar yang dapat mengganggu analisa
b. Pembuatan reaktor dan mengecek lampu UV bekerja dengan baik
c. Menyiapkan media penyangga kasa aluminium dengan melapisi dengan
TiO2 dan dilarutkan ke dalam air dan dilakukan pengadukan, selanjutnya
larutan TiO2 dilapiskan pada kasa dan lalu didiamkan agar TiO2
membentuk lapisan film pada kasa
d. Menyesuaikan pH air limbah dengan peubah yang digunakan
e. Pompa submersible dimasukkan ke dalam reaktor yang berfungsi sebagai
pengganti magnetic stirrer dengan prinsip yang sama yaitu untuk
menghasilkan arus aliran sehingga dapat meratakan proses penyinaran
TiO2. Diletakkan kasa yang sudah dilapisi TiO2 di dinding reaktor.
Dimasukkan limbah sebanyak 8 liter ke dalam reaktor. Selanjutnya
15

menyalakan lampu UV. Pengambilan sampel berdasarkan waktu yang


ditentukan dan diendapkan selama 2 jam sebelum dilakukan analisa
3.2.4 Variabel
a. Variabel Peubah
1. Waktu kontak batch (menit) = 30, 60, 90, 120, 150
2. pH = pH awal limbah, 3, 4, 5, 6
b. Variabel Tetap
1. Kadar TiO2 = 25 gr/l
2. Lampu UV C = 1 x 15 watt
3. Media penyangga katalis = Kasa aluminium
4. Volume reaktor = 8 Liter
3.2.4 Desain Reaktor

cm Katalis TiO2

Lampu UV

Submersible pump

Gambar 3.2 Desain Reaktor Batch Tampak Samping


16

Katalis TiO2

cm
17

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T. E., Bustomi, A. & Manalaoon, J. 2016. Pengaruh Konsentrasi Tio2


Dan Konsentrasi Limbah Pada Proses Pengolahan Limbah Pewarna
Sintetik Procion Red Dengan Metode Uv/Fenton/Tio2. Jurnal Teknik
Kimia Universitas Sriwijaya, 22, 65-72.

Atmaca, E. J. J. O. H. M. 2009. Treatment Of Landfill Leachate By Using


Electro-Fenton Method. 163, 109-114.

Ayanda, D. O., Oputu, O., O. Fatoki, O., Akintayo, C., Emmanuel Gbenga, O. &
Amodu, O. 2015. Water Treatment Technologies: Principles,
Applications, Successes And Limitations Of Bioremediation, Membrane
Bioreactor And The Advanced Oxidation Processes.

Darmadi, D. 2014. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Pupuk Urea Menggunakan


Advanced Oxidation Processes. Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya,
1, Pp. 661-667.

Fauzi, A. R. & Agung, R. T. 2018. Kombinasi Fenton Dan Fotokatalis Sebagai


Alternatif Pengolahan Limbah Batik. Jurnal Envirotek, 10.

Hertiyani, N. 2016. Pemanfaatan Lumpur Aktif Untuk Menurunkan Seng (Zn)


Dalam Limbah Cair Pewarna Indigosol Pada Industri Batik Dengan
Penambahan Bakteri Indigenus. Uajy.

Indrayani, L. & Rahmah, N. 2018. Nilai Parameter Kadar Pencemar Sebagai


Penentu Tingkat Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri
Batik. Jurnal Rekayasa Proses, 12, 41-50.

Palwaguna, G. 2017. Proses Fotokatalisis Tio2 Dan Foto-Fenton Untuk


Penyisihan Patogen Dan Polutan Kimiawi Pada Pengolahan Air.

Poluakan, M., Wuntu, A. & Sangi, M. S. 2015. Aktivitas Fotokatalitik Tio2–


Karbon Aktif Dan Tio2–Zeolit Pada Fotodegradasi Zat Warna Remazol
Yellow. Jurnal Mipa, 4, 137-140.

Purba, B. F. A. 2009. Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2)


Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit
Bleaching Pt. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea.

Setiawan, D. & Sibarani, J. 2013. Perbandingan Efektifitas Disinfektan Kaporit,


Hidrogen Peroksida, Dan Pereaksi Fenton (H2o2/Fe2+). Cakra Kimia.
18

Sholeh, M. & Setyorini, I. A Review On Application Of Advanced Oxidation


Processes (Aops) For Tannery Wastewater Treatment. Prosiding Seminar
Nasional Kulit, Karet Dan Plastik, 2014.

Sucahya, T. N., Permatasari, N. & Nandiyanto, A. 2016. Fotokatalis Untuk


Pengolahan Limbah Cair. Jurnal Integrasi Proses, 6.

Sutanto, S., Widjajanto, D. & Hidjan, H. Pembuatan Air Bersih Dari Air Limbah
Industri Tekstil Dengan Proses Elektrokoagulasi Dan Photokatalitik.
Prosiding Industrial Research Workshop And National Seminar, 2012.
177-185.

Taftiari, M., Subagio, A. & Nurhasanah, I. 2015. Antibakteri Fotokatalis Tio2: Ka


Untuk Sterilisisasi Air Yang Tercemar Bakteri Escherichia Coli. Jurnal
Sains Dan Matematika, 20, 1-4.

Wildan, A., Pramitaningastuti, A. S. & Anggraeny, E. N. 2018. Pengolahan


Limbah Batik Dengan Metode Fotokatalitik Di Desa Gemawang
Kabupaten Semarang. Proceeding Of The Urecol, 135-141.

Yuniarti, Y. & Achadiyani, A. 2016. Penggunaan Pemutih Gigi Mengandung


Hidrogen Peroksida 40% Dibanding Dengan Strawberry (Fragaria X
Ananassa) Terhadap Ketebalan Email, Kadar Kalsium, Dan Kekuatan
Tekan Gigi. Global Medical Health Communication, 4, 7-15.

Anda mungkin juga menyukai