Anda di halaman 1dari 10

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DALAM INDUSTRI TEKSTIL

Oleh:
IDA LUTFIANI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BATIK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS EKALONGAN
2019
ABSTRAK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DALAM INDUSTRI TEKSTIL
Masalah utama dalam penulisan makalah ini adalah rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang bahaya limbah cair dalam industri tekstil yang jika dibuang
tanpa pengolahan, akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius. Dalam pengolahan
limbah cair industri tekstil perlu mengetahui bagaimana karakteristik limbah tersebut, sehingga
pengolahan limbah ini dapat dilakukan degan metode yang tepat. Penulisan makalah ini
dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan penulisan makah ini adalah untuk
mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) limbah cair dalam industri tekstil;
(2) karakteristik limbah cair dalam industri tekstil; (3) pengolahan limbah cair dalam industri
tekstil. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah karakteristik
limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD, COD, TTS,
senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah; masalah pencemaran air menimbulkan
berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik, maupun kimia; dan proses pengolahan limbah
cair dalam industri tekstil mencakup tiga tahap, yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post
treatment.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas izin dan rida-Nya,
akhirnya penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul
“Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil”. Selawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw.
Makalah sederhana ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ilmu Lingkungan. Pada penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang penulis alami. Namun berkat dukungan, dorongan serta motivasi orang terdekat,
sehingga penulis mampu menyelesaikannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi siapapun
yang membacanya.

Pekalongan, 10 setember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II ISI
A. Karakteristik Limbah Cair dalam Industri Tekstil…............................ 3
B. Bahaya Limbah cair dalam Industri Tekstil terhadap
Pencemaran Lingkungan...................................................................... 5
C. Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil.................................. 5
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dalam beberapa tahun ini merupakan salah satu negara penghasil utama tekstil
dan bahan sejenisnya. Banyaknya industri tekstil di Indonesia ini tentunya dapat membawa
peningkatan devisa bagi kas negara, namun di sisi lain limbah industri ini menimbulkan masalah
peningkatan pencemaran lingkungan yang cukup besar. Limbah cair yang dihasilkan oleh
industri tekstil selain mengandung bahan pencemar organik, juga mengandung bahan pewarna
organik yang cenderung sulit untuk diuraikan dalam proses biologis biasa pada lingkungan. Air
limbah yang dihasilkan mengandung polutan bahan organik zat warna rantai panjang sehingga
diperlukan perlakuan khusus untuk memecah rantai panjang zat warna ini sebelum diumpan ke
dalam proses biologis.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berencana untuk menyusun sebuah makalah yang
berjudul “Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik limbah cair dalam industri tekstil?
2. Bahaya apa yang ditimbulkan oleh limbah cair dalam industri tekstil terhadap pencemaran
lingkungan?
3. Bagaimakah proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan:
1. karakteristik limbah cair dalam industri tekstil;
2. bahaya limbah cair dalam industri tekstil terhadap pencemaran lingkungan; dan
3. pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini penting karena akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut.
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.
2. Bagi pembaca, menumbuhkan kesadaran bahaya limbah cair dalam industri tekstil yang dapat
mencemari lingkungan.
BAB II
ISI
A. Karakteristik Limbah Cair dalam Industri Tekstil
Menurut Effendi (2003), pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar berupa
gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat, sedangkan menurut Simonovic (2006) sumber
pencemar air di dunia yang paling dominan adalah limbah manusia, limbah industri, limbah
bahan kimia, dan limbah pertanian (pestisida dan pupuk).
Limbah cair merupakan bahan-bahan buangan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik yang berwujud cair. Limbah cair pada suatu industri tekstil umumnya akan
diolah terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke alam atau perairan. Namun ada sebagian industri
yang langsung membuangnya tanpa proses pegolahan. Pembuangan limbah secara langsung akan
mencemari lingkungan karena dalam limbah cair industri tekstil terdapat polutan bahan organik
zat warna rantai panjang yang sulit untuk diuraikan dalam proses biologis biasa pada lingkungan.
Pengetahuan mengenai karakteristik limbah cair dalam industri tekstil sangat diperlukan
dalam upaya pengolahan limbah cair dalam industri tekstil untuk mengurangi bahayanya
terhadap pencemaran lingkungan. Limbah cair pada umumnya adalah cairan yang mengandung
polutan. Polutan inilah yang menjadi cairan tersebut dapat atau tidak dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Guna mengurangi bahaya limbah cair bagi lingkungan maka perlu dilakukan
proses pengolahan.
Karakteristik limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD,
COD, TTS, senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah (Hidayat, 2016).
1. Suhu
Suhu berperan pentinng dalam proses pengolahan limbah cair secara biologis. Suhu
berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme berkaitan dengan suhu optimum pertumbuhannya.
Organisme akan bekerja secara optimal jika tumbuh pada suhu optimalnya. Suhu juga
mempengaruhi diversitas atau keragaman organisme yang ada. Semakin rendah suhu maka
diversitas organisme akan semakin kecil (Hidayat, 2016). Akibatnya siklus makann menjadi
terhambat dan mengakibatkan lambatnya pemurnian limbah secara biologis.
2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah analisis yang dilakukan di laboratorium
untuk menguji kualitas limbah khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam
air. Nilai BOD mengindikasikan jumlah bahan organik yang terdegradasi secara biologis dan
oksigen digunakan untuk mengoksidasi bahan anorganik seperti sulfide dan besi (Hidayat, 2016).
3. COD (Chemical Oxygen Demand)
Menurut Hidayat (2016) COD merupakan penentuan kadar oksigen yang dibutuhkan
untuk oksidasi bahan kimia dalam suatu limbah. Pengukuran COD membutuhkan waktu yang
jauh lebih cepat dibandingkan BOD, yakni dapat dilakukan selama tiga jam, sedangkan
pengukuran BOD dpaling tidak memerlukan waktu lima hari. Jika korelasi antara BOD dan COD
sudah diketahui, kondisi air limbah dapat diketahui (Siregar, 2005).
4. TTS (Total Padatan Tersuspensi)
Pengukuran ini terkadang disebut residu yang tidak dapat disaring, ditetapkan dengan
cara menyaring sejumlah volume air limbah melalui filter membran (atau tikar glass fiber) dalam
cawa Gouch (Jenie dan Rahayu, 1993).
5. Senyawa Fenol
Fenol bersifat toksik sehingga batas kadar fenol pada air limbah yang diizinkan hanyalah
-1
1 mgL . Pada proses fisika kimia umumnya fenol dipisahkan dari limbah dengan cara destilasi,
ekstaksi, absorpsi, ionisasi, reserve osmosis, oksidasi dana, dan sebagainya (Hidayat, 2016).

B. Bahaya Limbah Cair dalam Industri Tekstil terhadap Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan akibat industri tekstil adalah berupa pencemaran debu dan limbah
cair yang berasal dari tumpahan dan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses
pewarnaan (Pratiwi, 2010). Penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses industri akan
mempengaruhi sifat kimia air limbah yang dihasilkan (Connell dan Miller, 1995). Beberapa
kelompok organisme yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran air adalah algae,
bakteri, protozoa, makroavertebrata, dan ikan (Sjoo dan Mork, 2009). Organisme aquatik
terutama ikan adalah bioindikator pencemaran yang paling baik (Alkassasbeh et al., 2009).
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandunng 750 mg/L padatan
tersuspensi dan 500 mg/L BOD perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3
: 1 (Risnandar dan Kurniawan, 1998). Kehidupan normal ikan-ikan yang hidup di sungai akan
terganggu jika terjadinya pencemaran pada badan-badan air termasuk sungai. Pencemaran air
mengakibatkan turunnya kualitas perairan, sehingga daya dukung perairan tersebut terhadap
organisme akuatik yang hidup di dalamnya akan turun. Masalah pencemaran air menimbulkan
berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik, maupun kimia. Akibat biologik yang terlihat
jelas di perairan-perairan antara lain berupa kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa
kelainan struktural maupun fungsional ke arah abnormal (alkassasbeh et al., 2009).

C. Pengolahan Limbah Cair dalam Industri Tekstil


Menurut Siregar (2005) proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil mencakup tiga
tahap, yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post treatment.
1. Pretreatment
Dalam proses pengolahan air limbah tekstil, pretreatment yang diperlukan meliputi proses-
proses equalisasi, netralisasi, dan cooling.
a. Equalisasi
Setiap pabrik tekstil yang menggunakan proses finishing harus dengan unit equalisasi untuk
menyamakan volume dan konsentrasinya. Daerah-daerah pengoperasian dengan konsentrasi
tinggi dapat dilengkapi dengan tangki-tangki penampung untuk menjamin aliran yang merata ke
dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

b. Netralisasi
Air limbah dalam bak equalisasi kemungkinan membutuhkan netralisasi. Netralisasi yang
dilakukan terhadap seluruh air limbah lebih murah dibandingkan dengan netralisasi parsial. Hal
ini disebabkan oleh sudah adanya netralisasi antara beberapa sumber air limbah. Pada umumnya,
air limbah bersifat basa sehingga diperlukan penambahan asam. Bila memungkinkan, netralisasi
dapat dilakukan dengan menggunakan CO2, asam karbonat murni, atau stack gas.
c. Cooling
Banyak pabrik tekstil mengeluarkan air limbah dengan temperatur tinggi sehingga harus
didinginkan sebelum dibuang ke badan air penerima. Kapasitas panas dapat dikembalikan
dengan alat-alat penukar panas (heat exchanger) ataupun menggunakan cooling tower sebagai
alternatif.

2. Pengolahan Utama
Dalam pengolahan air limbah tekstil, proses utama meliputi pengolahan biologis dan
pengendapan secara kimia dan flokulasi.
a. Pengolahan Biologis
Dalam pegolahan air limbah dari pabrik tekstil, activated sludge merupakan cara pegolahan
biologis yang paling dapat diterima. Perencanaan harus memperhitungkan waktu yang cukup
karena kandungan zat-zat yang sulit diolah oleh bakteri lebih besar daripada yang terdapat dalam
air limbah domestik. Pengolahan biologis satu tahap (1 stage) dengan tricklig filter terbukti
kurang efektif. Selain itu, dalam pengolahan biologis perbandingan jumlah nutrien juga harus
diperhatikan.
b. Pengendapan secara kimiawi dan flokulasi
Pengendapan secara kimiawi sering diguakan sebagai pengolahan sekunder. Kebanyakan dari
bahan-bahan yang tidak dapat terurai dapat dihilangkan melalui pengendapan secara
kimiawi. Primary precipitation tidak disarankan untuk dilakukan karena bahan-bahan yang
mengendap, yaitu koloid dan materi-materi yang tersuspensi, dapat disaring oleh activated
sludge.

3. Post Treatment
Proses-proses terakhir dalam pengolahan air limbah tekstil adalah filtrasi, adsorpsi, dan
oksidasi.
a. Filtrasi
Proses ini menggunakan multistage filter yayng berupa pasir dan karbon aktif. Dalam
pengolahan ini, kondisi media yang aerobik harus dipertahankan. Oleh karena itu, diperlukan
aerasi sebelum memasuki filter.
b. Adsorpsi
Bahan untuk adsorpsi yang sering digunakan adalah karbon aktif. Namun, karbon aktif tidak
dapat menghilangkan sisa-sisa bahan pewarna dan bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara
biologis. Beberapa bahan kimia dalam air limbah tekstil dapat diendapkan, diuraikan secara
biologis, ataupun diserap, misalnya PVA (polivinil alkohol).
c. Oksidasi
Tahapan oksidasi kimia antara lain dilakukan dengan menggunakan ozon. Ozon memiliki
kemampuan untuk menguraikan beberapa zat organik agar dapat diuraikan oleh bakteri. Dengan
demikian, ozonisasi harus diikuti dengan pengolahan secara biologis. Oksidasi juga diperluakan
jika air limbah mengandung sejumlah besar zat anorganik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan dapat dipaparkan dalam beberapa hal,
yaitu :
1. Karakteristik limbah cair biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter seperti suhu, BOD,
COD, TTS, senyawa fenol, dan substansi lain sesuai sumber limbah
2. Masalah pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik, fisik,
maupun kimia.
3. Proses pengolahan limbah cair dalam industri tekstil mencakup tiga tahap,
yaitu pretreatment, pengolahan utama, dan post treatment.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Pembaca diharapkan memiliki wawasan mengenai pengolahan limbah cair dalam industri tekstil.
2. Seseorang yang peduli lingkungan hendaknya berusaha melakukan yang terbaik bagi
lingkungannya, menjaga kestabilan alam, dan mengurangi pencemaran lingkungan yang akan
berdampak pada masa depan bumi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Alkassasbeh, J. Y. M., L. Y. Heng, dan S. Surif, 2009. Toxicity Testing and The Effect of Landfill
Leachate in Malaysia on Behavior of Common Carp (Cyprinus carpio L., Pisces, Cyprinidae.
American Journal of Environmental Sciences. Volume 5, Issue: 3, pp.: 209-217.
Connell, W. D. dan J. G. Miller, 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, Penerjemah Yanti
Koestoer. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Hidayat, Nur, 2016. Bioproses Limbah Cair. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Winiati Pudji Rahayu, 1993. Limbah Industri Pangan. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Pratiwi, Yuli, 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nurtition
Value Coeficient Bioindikator. Jurnal Teknologi. Volume 3 Nomor 2, pp.: 130.
Risnandar, H. Dan K. Kurniawan, 1998. Penyerapan Zat Warna Tekstil dengan Menggunakan Jerami
Padi. Laporan Penelitian, FT Undip, Semarang.
Simonovic, Slobodan P., 2006. Managing Water Resources Methods and Tools for a Systems
Approach. USA : UNESCO Publishing.
Siregar, Sakti A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
joo, G. L. Dan Mork E., 2009. Tissue Nutrient Content in Ulva spp. (Chlorophyceae)
as Bioindicator for Nutrient Loading Along the Coast of East Africa. The Open Environmental
& Biological Monitoring Journal, Volume 2, pp.: 11-17.

Anda mungkin juga menyukai