Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK DAN AIR MINUM

Disusun Oleh:

Kelompok VII

1. Febbi Ihza Nurfitriana (1605111229)


2. Julia Wulandari (1805110926)
3. Putri Permata Sari (1605115369)
4. Ridho Ilham Dachi (
5. Rini Atika Dewi (
6. Siska Putri Afriyuni (1805124574)

DOSEN PENGAMPU
Abdullah S.Si,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


segala nikmat-Nya. Dengan segenap ungkapan rasa terimakasih saya sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung seluruh proses
penulisan makalah ini sehingga penulisan makalah dengan judul “Pengolahan
Air Limbah Industri Batik dan Air Minum” selesai dikerjakan tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Begitu banyak hal yang dilalui penulis sampai dengan selesainya makalah
yang menjadi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan disemester IV ini. Mungkin
apa yang telah penulis hasilkan bukanlah yang terbaik, namun penulis berharap
apa yang telah ditulis ini akan bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebaik
mungkin bagi yang membacanya.
Kami sadar bahwa apa yang telah kami peroleh tidak semata-mata hasil dari
jerih payah penulis semata tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab
itu saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah yang tidak secara langsung membantu dalam penulisan
makalah untuk memenuhi salah satu tugas Kimia Lingkungan. Akhir kata,
penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Pekanbaru, 14 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah salah satu objek yang menarik perhatian, hal ini
dikarenakan lebih dari 70% permukaan bumi tertutup air. Dengan demikian
air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital dan mampu
mendukung kehidupan,semua makhluk hidup memerlukan air.Pertumbuhan
penduduk dan kenaikan tingkat ekonomi mengakibatkan masalah pencemaran
semakin meningkat termasuk pencemaran air. Hal ini terjadi apabila dalam
lingkungan air tersebut masuk atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain atau proses alam sehingga kualitasnya turun sampai
tingkat tertentu yang mengakibatkan perairan tidak berfungsi sesuai
semestinya.
Salah satu usaha yang sedang digalakkan pemerintah adalah dengan
meningkatkan sektor industri baik yang berupa industri berat maupun
ringan.Salah satu sektor industri yang sangat kental dengan budaya
Indonesia,yaitu batik. Industri batik dan tekstil merupakan salah satu
penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan
zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-
bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada umumnya polutan
yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat,
padatan tersuspensi, atau zat organik. Setelah proses pewarnaan selesai, akan
dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik
ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu,
maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada
di lingkungan tersebut. Karena potensinya yang cukup besar, maka perlu
adanya usaha pengelolaan limbah dengan menggunakan metode tertentu.
Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi
lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang
perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya
menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
Selain membahas tentang pengolahan limbah industri batik,kelompok VII
juga akan membahas tentang “pengolahan air laut menjadi air tawar yang bisa
untuk diminum”.Penduduk yang bermukim di daerah pesisir dan pulau kecil
umumnya kesulitan dalam memperoleh sumber air tawar untuk kebutuhan
minum dan kebutuhan rumah tangga lainna.Air laut yang melimpah menjadi
satu-satuna sember air terutama saat musim kemarau.Untuk memeperoleh air
bersih dari air laut diperlukan suatu proses pengolahan yang memisahkahkan
antara garam dan airnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Limbah dan Limbah Industri Batik?
1.2.2 Apa tujuan pengolahan limbah cair industri batik?
1.2.3 Apa sumber dan karakteristik limbah batik?
1.2.4 Bagaimana proses pengolahan limbah cair industri batik?
1.2.5 Apa pengertian air laut dan air tawar?
1.2.6 Apakah syarat air layak konsumsi?
1.2.7 Bagaimana proses pengolahan air laut menjadi air tawar yang bisa
diminum?
1.2.8 Bagaimana kualitas air yang dihasilkan dari proses pemisahan air
laut menjadi air tawar?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Mengetahui pengertian Industri Batik dan Limbah Cair.
1.3.2 Menetahui tujuan pengolahan limbah cair industri batik.
1.3.3 Mengetahui sumber dan karakteristik limbah batik.
1.3.4 Mengetahui proses pengolahan limbah cair industri batik.
1.3.5 Mengetahui pengertian air laut dan air tawar.
1.3.6 Mengetahui syarat air layak konsumsi.
1.3.7 Mengetahui proses pengolahan air laut menjadi air tawar yang bisa
diminum.
1.3.8 Mengetahui kualitas air yang dihasilkan dari proses pemisahan air
laut menjadi air tawar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah Cair dan Air Limbah Industri Batik
a. Limbah Cair
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya
dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta
makhluk hidup (Suharto, 2010).
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan
industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga
merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.
Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair,
dan gas.
Limbah cair merupakan air yang telah mengalami penurunan kualitas
karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran
air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air
limbah atau septic tank (Wikipedia).
Dalam hal ini penurunan kualitas air disebabkan oleh limbah industri
batik. Hal ini disebabkan olehpenggunaan bahan-bahan kimia dan zat warna
dalam proses produksi batik. Bahan kimia yang digunakan dalam proses
pembuatan batik antara lain: soda kaustik (NaOH), soda abu (Na2CO3), soda
kue (NaHCO3), asam sulfat (H2SO4), sulfit, dan nitrit (Muljadi dan Muniarti
2013). Sedangkan zat warna yang digunakan antara lain: zat warna asam, zat
warna basa, zat warna direk, zat warna reaktif, zat warna naftol, dan zat warna
bejana. Selain itu komponen dari zat mordan (pengunci warna) yang digunakan
dalam proses fiksasi pada pembuatan kain batik menggunakan beberapa unsur
zat kimia, antara lain: tawas (KAl(SO4)2), tunjung (Fe(SO4)), pijer/boraks, air
kapur (Ca(OH)2), kalsium karbonat (CaCO3), kalsium hidroksida (Ca(OH)2),
asam sitrat (C6H8O7), tembaga(II) sulfat (Cu2(CH3COO)4), besi sulfat
(FeSO4.7H2O), dan kalium dikromat (K2Cr2O7). Apabila air limbah dibuang
ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu, maka dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan terutama ekosistem perairan.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk
menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan
secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi
(Suharto, 2010).

b. Limbah Industri Batik


Industri adalah pengolahan bahan baku atau bahan setengah jadi menjadi
barang yang membawa keuntungan ( wirastuti,2010). Menurut Hasibuan
(2000) industri merupakan kumpulan dari sejumlah perusahaan yang
menghasilkan barang- barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai
sifat saling mengganti sangat erat. Dalam konteks ini menghasilkan barang-
barang homogen dalam suatu industri misalnya industri batik, berarti himpunan
atau kelompok perusahaan penghasil batik.

Industri batik adalah sebuah industri yang menghasilkan barang-barang


yang di olah dengan berbagai macam metode ( lukisan, printing ) dll. Sehingga
menjadikan sebuah produk batik yang menghasilkan nilai ekonomis bagi
perusahaan. peningkatan industri batik juga mengakibatkan dampak negatif
yaitu masalah lingkungan. Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan
salah satunya adalah limbah cair berasal dari kegiatan proses pembuatan
batik. Diperkirakan penggunaan air dalam proses pembuatan batik rata-rata
kurang lebih 25 – 50 m2 permeter kain batik. Data kementerian perindustrian
pada tahun 2017 memperlihatkan bahwa produksi batik di Indonesia rata-rata
500 juta meter pertahun, berarti 25 juta m3 air pertahun. Persediaan air untuk
industri batik pertahun, setara dengan penyediaan kebutuhan air bersih untuk
2,500 rumah tangga (Balai Besar Kerajinan dan Batik, 2010).

Semakin berkembangnya industri batik di Indonesia ditandai dengan


semakin banyaknya jumlah sentra industri batik baru yang bermunculan. Selain
memberi manfaat bagi peningkatan ekonomi, industri batik berpotensi
memberikan dampak pencemaran lingkungan. Hal tersebut terjadi akibat
banyaknya bahan kimia yang digunakan selama proses pembuatan batik. Bahan
yang dapat menimbulkan masalah pencemaran adalah bahan organik, non-
organik, dan logam berat dengan konsentrasi yang dapat melebihi nilai baku
mutu yang diperbolehkan untuk masuk ke lingkungan. Industri batik
merupakan penghasil limbah cair dengan kuantitas yang cukup besar, warna
yang pekat dan berbau menyengat.
Limbah cair batik pada umumnya bersifat basa dan memiliki kadar
organik yang tinggi akibat sisa proses pembatikan. Proses pencelupan yang
dilakukan merupakan penyumbang zat warna yang kuat apabila tidak
diberikannya pengolahan yang tepat. Zat warna yang terkandung dalam limbah
cair batik umumnya sukar untuk terdegradasi dengan baik.

2.2 Tujuan Pengelolaan Limbah Batik


Tujuan dari pengolahan limbah batik adalah agar komponen- komponen
yang masuk kedalam air dapat dihilangkan baik itu zat secara kimiawi maupun
fisika, sehingga limbah tersebut sudah terkategori aman saat di buang kesungai
dan ke tempat lain tanpa memberikan efek negatif akibat dari pembuangan
limbah tersebut. sistem pengolahan limbah dengan beberapa perlakuan secara
fisika, kimia dan biologi. Seluruh proses tersebut bertujuan untuk
menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan
organik yang terlarut. Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisika
antara lain: pengolahan dengan menggunakan screening, sedimentasi, filtrasi,
sentrifugasi, dan flotasi. Proses pengolahan yang termasuk pengolahan kimia
di antaranya: koagulasi, netralisasi, dan elektrokimia. Sehingga diharapkan
limbah cair industri batik yang diolah melaluimodel percontohan. IPAL batik
ini dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga aman apabila
dibuang ke lingkungan.

2.3 Sumber dan Karakteristik Limbah Batik

a. Sumber

Proses produksi merupakan sumber utama penghasil limbah antara lain


pada proses pewarnaan (printing), pencelupan, pencucian dan pengemasan.
Adapun sumber limbah lainya berasal dari pemeliharaan alat, bahan sisa,sisa
bahan bakar, obat obatan.Besaran limbah pada industri batik dipengaruhi oleh
seberapa besar proses produksi dilakukan, proses produksi dilakukan sesuai
dengan kondisi pasar dan kebutuhan pemesanan dari pelanggan.

Bahan baku yang digunakan adalah malam dan pewarna, baik pewarna
alami dan buatan (sintetik). Malam batik terbuat dari campuran bahan organik
sintetis maupun bukan sintetis, sebagai bahan perintang warna pada proses
pembatikan . Bahan baku pembuatan malam batik terdiri dari tujuh macam,
yaitu damar mata kucing, gondorukem/resina colophonium, kote (lilin lebah),
parafin, microwax, kendal dan lilin bekas (residu dari proses pembatikan).
Pewarna alami berasal dari alam baik yang dari tanaman, hewan, maupun
bahan metal. Zat warna dari tumbuhan yang biasanya digunakan antara lain:
indigofera (warna biru), Sp Bixa orrellana (warna orange purple), Morinda
citrifolia (warna kuning). Zat warna yang berasal dari hewan adalah Kerang
(Tyran purple), Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah (Loe).

Pewarna sintesis adalah zat warna buatan dengan bahan dasar buatan yaitu
hirokarbon, aromatik dan naftalena yang berasal dari batubara. Zat pewarna
kimia tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh bahan warna yaitu:
Napthol, Indigosol, Rapide, Ergan Soga, Kopel Soga, Chroom Soga, dan
Procion.
Gambar 1. Struktur kimia indigosol (Sumber: Timar-Balazsy & Eastop, 2011)

Penggunaan pewarna sintetik lebih banyak digunakan karena zat warna


jenis ini mudah diperoleh dengan komposisi yang tetap, mempunyai aneka
warna yang banyak, mudah cara pemakaiannya dan harganya relatif tidak
tinggi. Namun penggunaan zat warna ini seringkali menghasilkan limbah yang
lebih berpotensi mencemari lingkungan.

c. Karakteristik Air Limbah

Karakteristik Limbah Cair Industri Batik Limbah cair merupakan


gabungan atau campuran air dan bahan pencemar yang terbawa oleh air baik
dalam keadaan terlarut maupun suspensi yang terbuang dari sumber domestik
(perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri. Pada industri
batik dihasilkan limbah berupa limbah cair, padat dan gas yang ditunjukkan
pada gambar 2.
Dalam skema yang ditunjukkan pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa
limbah cair industri batik berasal dari kegiatan pengolahan kain, pewarnaan,
dan pelorodan. Proses pengolahan kain dan pewarnaan, menghasilkan limbah
cair yang mengandung zat-zat kimia yang berpotensi meningkatkan nilai
Chemical Oxygen Demand (COD) dan warna air limbah. Sedangkan pada
kegiatan pelorotan, limbah cair yang dihasilkan memberikan kontribusi
meningkatnya Biological Oxygen Demand (BOD) air limbah

Keseluruhan proses produksi batik diindikasi menggunakan bahan kimia


mengandung logam berat, sehingga limbah yang dihasilkan juga masih
mengandung logam berat (Sasongko, 2006). Pada umumnya, air limbah batik
memiliki kadar organik tinggi dan bersifat basa. Zat warna dalam air limbah
batik umumnya sukar terdegradasi karena sifatnya yang mampu menahan
kerusakan oksidatif dari cahaya matahari .

Ada tiga jenis sifat dalam karakteristik Air limbah yaitu :


1. Sifat Fisik
Sifat fisik limbah cair meliputi temperatur, bau, warna, kekeruhan dan
jumlah padatan terlarut.
a) Temperatur
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah. Skala
temperatur yang biasa digunakan adalah Skala Fahrenheit (oF) dan Skala
Celcius (oC). Persamaan dari kedua skala tersebut adalah:

℃= X ( ℉−32)
℉= X ( ℃ ) + 32

Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan


temperature alami. Temperatur merupakan yang penting dalam pengoperasian
unit pengolahan limbah karena berpengaruh terhadap aktivitas kimiawi dan
biologi. Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu dan pengentalan cairan berkurang serta mengurangi
sedimentasi. Tingkat zat oksidasi juga akan lebih besar pada suhu tinggi dan
pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
b) Bau
Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan
karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-
gas seperti Sulfida dan Amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak,
misalnya : bau seperti telur busuk menunjukkan adanya Hidrogen Sulfida
yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organik dalam kondisi Anaerobik.
Bau yang tidak enak dapat disebabkan adanya campuran dari Nitrogen,
Sulfur dan Fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung
limbah. Adanya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator
bahwa terjadi proses alamiah, sehingga dengan adanya bau ini akan lebih
mudah untuk menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh limbah
dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau dikarenakan lebih
sulit diketahui.
c) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus,
plankton, tanaman air dan buangan industri. Selain itu warna juga dapat
disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Meskipun tidak menimbulkan
sifat racun, warna air limbah menjadikan pemandangan lebih jelek.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari
kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat
dalam limbah, sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Adanya
kekeruhan membuat hilang nilai estetika. 
e) Padatan
Zat padat dalam limbah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun
tersuspensi dapat bersifat organis atau sifat inorganis tergantung dari mana
sumber limbah. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel
biasa. Ada juga padatan yang mengendap dikarenakan diameter lebih besar
sehingga dalam keadaan tenang, padatan tersebut mengendap sendiri.
Pengukuran konsentrasi mokroorganisme dalam limbah diukur dengan zat
padat tersuspensi organik sebagai padatan tersuspensi yang menguap (Volatile
Suspensi Solid) pada temperatur tertentu.

2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah meliputi :
a) Chemical Oksigen Demand (COD )
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat dalam air, secara kimia.
b) Senyawa Organik dan Anorganik
Senyawa organik terdiri dari karbon dengan unsur O, N, P, S, H.
Sedangkan senyawa anoranik terdiri atas unsur lain yang bukan tersusun dari
karbon organik. Unsur-unsur yang terdapat dalam jumlah banyak akan bersifat
toksik dan menghalangi proses-proses biologis. 
c) Keasaman Air (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Limbah cair yang
mempunyai pH tinggi atau rendah dapat mempengaruhi organisme dalam air.
Air yang mempunyai pH rendah (pH<7) membuat air menjadi korosif
terhadap bahan konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah cair dengan
keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air
pembilas pada pabrik kawat atau seng.
d) Alkalinitas (basa) nilai pH tinggi, ph>7
Tinggi rendahnya alkalinitas ditentukan senyawa karbonat, garam-garam
hidroksida, kalsium, magnesium, natrium dalam air. Kesadahan dalam air
disebabkan oleh tingginya kandungan zat-zat tersebut. Semakin tinggi
kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
e) Oksigen Terlarut
Oksigen telarut berlawanan dengan BOD, semakin tinggi BOD semakin
rendah oksigen terlarut. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara
alami benyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut.
3. Sifat Bioligis
Sifat biologis meliputi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.
Mikroorganisme ini memiliki jenis yang bervariasi, hampir dalam semua
bentuk air limbah dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml.
Mikroorganisme yang ditemukan banyak dalam bentuk sel tunggal yang bebas
atau berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan. Bahan-
bahan organik yang terdapat dalam air akan diubah oleh mikroorganisme
menjadi senyawa kimia yang sederhana, sehingga dekomposisi zat-zat tersebut
dalam jumlah besar akan menimbulkan bau busuk. Keberadaan bakteri dalam
unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis dan
penting untuk mengevaluasi kualitas air.
2. Proses Pengolahan Air Limbah Industri Batik
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah
dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda
pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara
keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses
pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau
faktor finansial.

a. Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.
1. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.  Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
2. Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki
atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi
lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah
sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah
terus dialirkan untuk proses selanjutnya
3. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke
tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan
utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di    tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel –
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
4.  Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak
atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120
mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak
dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.  
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami
proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan
(perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain
yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab
penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut
perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.

b. Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment)


Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri
aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan
yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur
aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds /
lagoons).
1. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes
melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah
merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu
wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami
proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan.
2. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya
akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut
selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami
proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang
telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut
jika masih dperlukan.
3. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode
yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini,
limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen.Oksigen
tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini,
terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga
akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan
terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut. 
c. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya
melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik
terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan
fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode
saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter,
penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis
bolak-balik.Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk
melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak
ekonomis.  

d. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau
mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat
tertentu, atau dengan perlakuan fisik.
Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Daya racun zat
b) Waktu kontak yang diperlukan
c) Efektivitas zat
d) Kadar dosis yang digunakan
e) Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
f) Tahan terhadap air
g) Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum
limbah dibuang ke lingkungan.

e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun
tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut
tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut.
Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara
diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke
beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
Penjelasan sistem pengolahan secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
Menurut Jurnal Rekayasa Proses (Lilin Indrayani dan Nur Rahmah,2018)
1. Penangkap limbah lilin batik (L1). Bak penangkap lilin batik (wax trap
tank) terdapat di dekat instalasi lorodan. Limbah lilin dari bak pencucian
setelah lorodan dialirkan dan didiamkan pada bak ini. Limbah lilin batik
yang mengapung ataupun yang mengendap secara berkala dikeluarkan
secara manual untuk diolah kembali menjadi lilin. Selain berfungsi sebagai
penangkap limbah lilin batik, bak ini juga berfungsi untuk menangkap
padatan inorganik seperti pasir, tanah, dan lain-lain. Tutup dari bak ini
dibuat dari plat stainless steel supaya ringan, karena frekuensi buka dan
tutupnya cukup sering. Air limbah dari bak wax trap selanjutnya masuk ke
bak ekualisasi (equalitation dan sedimentation tank).
2. Bak ekualisasi dan sedimentasi awal (L2).Bak ini berfungsi untuk
hoomogenisasi kandungan organik maupun anorganik dalam air limbah
dari proses pembatikan. Bak ekualisasi ini dikombinasi dengan bak
sedimentasi untuk mengendapkan padatan organik dalam air limbah,
sehingga total padatan tersuspensi dalam limbah (TSS) akan turun dan
meringankan sistem pengolahan selanjutnya. Bak ini juga berfungsi
sebagai bak tandon. Bila sudah penuh, air limbah dalam bak ini baru
dipompa masuk ke bak pengolahan kimia (coagulation dan mixing tank).
3. Bak pengolahan kimia (coagulation dan mixing tank) (L3).Dari bak
sedimentasi awal, air limbah masuk ke bak koagulasi. Air limbah akan
dipompakan masuk ke bak pengolahan kimia (coagulation dan mixing
tank). Pompa memakai jenis pompa celup untuk air kotor/ sewage pump,
dengan motor 1 /3-1/2 HP dan head >7 m. Dalam bak pengolahan kimia
dilengkapi dengan peralatan pengaduk (mixer) otomatis yang digunakan
sebagai pengaduk untuk menjaga homogenitas limbah. Adapun spesifikasi
mixer yang digunakan adalah motor listrik 1 HP, panjang as mixer 1,1 m,
diameter kipas 30 cm, lebar kipas 8 cm, kemiringan sudut 35°, dan
kecepatan putar 100 rpm. Pengolahan kimia yang dilakukan pada bak ini
meliputi proses netralisasi, koagulasi, dan flokulasi. Air limbah dari
berbagai macam proses setelah dikumpulkan pada bak 4 (pengolahan
kimia) perlu diperiksa pH-nya dan dinetralkan. Jika air limbah bersifat
basa maka perlu ditambah asam, dan sebaliknya jika air limbah bersifat
asam maka perlu diberi basa supaya netral (pH=7).
Koagulasi merupakan tingkat pengolahan dengan cara
menambahkan atau mencampurkan bahan kimia (koagulan) pada air
limbah dan selanjutnya diaduk cepat dalam bentuk larutan tercampur.
Koagulan yang sering dipakai Al2(SO)4.18H2O yang di pasaran lebih
dikenal dengan nama tawas. Pemilihan koagulan ini dengan alasan mudah
didapat dan harganya relatif murah.
4. Bak Pengering Lumpur (Sand bed dryer).Fungsi unit ini adalah untuk
pengeringan lumpur yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
Konstruksinya terdiri dari bak dengan bagian bawah diberi tumpukan batu
(kurang lebih 10 cm) dan di atas batu diberi lapisan pasir kasar, sehingga
kandungan air pada lumpur basah akan diperas secara gravitasi. Air
perasan dimasukkan pada unit pengolahan sedangkan lumpurnya tinggal di
permukaan pasir dan terjemur matahari menjadi kering.
5. Pengolahan secara biologi pada kondisi anaerob.Proses ini
menggunakan teknologi filter anaerobik. Waktu tinggal pada pengolahan
anaerob ini adalah 48 jam, dan terdiri dari 2 buah bak filter anaerobik.
Pada filter anaerobik tumbuh mikroba anaerob yang pertumbuhannya
melekat (attached). Sehingga di dalam bak ini akan dimasukkan media
biofilm (biofilter). Adapun media biofilm yang digunakan adalah tipe DD-
01 dengan specific surface area 160 m2 /m3 dan void ratio nya 95%.

Gambar 3. Degradasi Anaerobik


6. Pengolahan fisika-kimia dengan adsorbsi arang.Pengolahan adsorbsi
arang dimaksudkan sebagai tambahan untuk mengikat logam berat dan zat
pewarna, supaya kualitas lebih baik. Adsorben yang akan digunakan
adalah arang kayu atau arang batok kelapa, dengan bentuk blok 5 cm.
7. Bak kontrol (L4).Fungsi bak kontrol adalah untuk memudahkan
pengambilan sampel air limbah akhir dalam rangka pengujian kualitas air
limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Jadi L4 merupakan sampel limbah
batik yang telah dilakukan pengolahan secara biologi dengan
menggunakan bakteri anaerob dan telah melewati proses absorbsi arang.
8. Sumur resapan.Sumur resapan dibuat untuk membuang air limbah yang
telah diproses kembali ke alam.

2.5 Pengertian Air Laut dan Air Tawar


a. Air Laut
Air laut merupakan air yang berasal dari laut, memiliki rasa asin, da
memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi, dimana rata-rata air laut di
lautan dunia memiliki salinitas sebesar 35. Hal ini berarti untuk setiap satu
liter air laut terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya. Kandungan
garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut antara lain klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%),
dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,
strontium, dan florida, sedangkan air tawar merupakan air dengan kadar
garam dibawah 0,5 ppt.

b. Air Tawar

Air tawar ialah air yang tidak berasa lawan dari air asin. Merupakan air
yang tidak mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di
dalamnya.Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk

ke air dari sumur, danau, sungai, salju, atau es. Air tawar juga berarti air


yang dapat dan aman untuk dijadikan minuman bagi manusia.
Air Samudra dan lautan tersusun dari banyak garam natrium chlorida (NaCl)
hingga menyebabkan air terasa asin, yang tidak bisa dan tidak dapat dijadikan
untuk air minum oleh manusia karena dapat menyerap cairan tubuh dalam
darah manusia lewat lambung.

2.6 Syarat Air Layak di Konsumsi

Air bersih diartikan sebagai air yang digunakan dalam rumah tangga untuk
keperluan sehari-hari, seperti mandi, buang hajat, mencuci baju, minum, dan
memasak. Khusus untuk air minum, kualitasnya harus memenuhi syarat yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 dan
telah lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).Berdasarkan
aturan tersebut, air minum layak konsumsi harus memenuhi ketiga syarat
berikut:

1. Syarat fisik

Syarat ini berkaitan dengan kondisi fisik air yang dapat dikenali oleh
pancaindra manusia. Air yang sehat dan layak konsumsi haruslah bening atau
jernih, tidak meninggalkan endapan, tidak berbau, tidak berasa (tawar), dan
memiliki suhu di bawah suhu udara luar atau suhu ruang, yakni antara 10-25
derajat Celcius.

2. Syarat kimiawi

Syarat ini berkaitan dengan derajat keasaman, kandungan mineral, dan


bahan-bahan kimia lain di dalam air minum. Air minum yang sehat harus
masih mengandung mineral-mineral penting yang dibutuhkan tubuh, di
antaranya Zn (seng), Fe (zat besi), Cu (tembaga), Mn (mangan),
dan Cl  (klorida), dalam kadar yang ditentukan. Air minum yang sehat tidak
boleh mengandung logam berat beracun seperti Hg (merkuri atau air
raksa), Pb (timbal), As (arsen), Cd (kadmium), dan Cr (kromium). Di
samping itu, air yang layak konsumsi harus memiliki pH yang netral, yakni
sekitar 7 dan mengandung cukup yodium. Ada atau tidaknya kandungan
bahan kimia beracun di dalam air sekilas bisa dilihat dari ciri fisiknya. Air
yang beracun atau mengandung logam berat akan berbau menyengat dan
berwarna.

3. Syarat mikrobiologi

Karena digunakan untuk minum, air harus bebas dari segala macam
kuman atau bakteri penyebab penyakit. Utamanya adalah bakteri Escherichia
coli dan Salmonella sp, yang kerap menimbulkan sakit perut dan diare. Ada
atau tidaknya kuman di dalam air minum tidak bisa dikenali dari ciri fisiknya
dan hanya bisa diketahui melalui uji laboratorium

4. Persyaratan Radioaktif

bebas dari zat radioaktif yang membahayakan kesehatan akibat efek


penyinaran dari zat radioaktif tersebut.

2.7 Proses Pengolahan Air Laut Menjadi Air tawar Siap Minum

Penyulingan air laut menjadi air tawar disebut sebagai teknik destilasi.
Destilasi air laut dapat menggunakan berbagai teknologi. Air minum sangat
dibutuhkan untuk menunjang kelangsungan hidup bagi setiap individu.
Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu,
namun tanpa air manusia akan mati dalam beberapa hari. Sebagian besar
masyarakat perkotaan di Indonesia telah mengkonsumsi air sehat walaupun
belum tentu layak minum. Air layak minum memerlukan persyaratan tertentu
khusus.
Kita ketahui , sumber air berasal dari tanah, mata air, air sungai,danau
danair laut. Untuk lebih mudahnya ditinjau dari kandungan air didalamnya
maka air laut amat sedikit digunakan untuk diolah menjadi air layak pakai dan
layak diminum. Hal ini disebabkan karena air laut memiliki kandungan lebih
komplek khususnya garam yang memerlukan peralatan khusus untuk
memisahkannya. Disamping itu kandungan garam (NaCl) cukup banyak
didalam air laut jika dibandingkan dengan air yang berasal dari sumber
lainnya.
Pengolahan air laut menjadi air tawar layak pakai dan minum dikenal juga
dengan istilah desalinasi. Proses ini juga dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam , yaitu :
1. Proses Destilasi ( Penyulingan Air Laut)

Air laut dengan kandungan berbagai zat dipisahkan dengan cara


pemanasan sehingga unsur air akan menguap. Selanjutnya uap air ini
didinginkan menjadi titik air yang selanjutnya dapat ditampung menjadi
sekumpulan air bersih layak dipakai dan minum. Komponen lain seperti
logam atau garam yang ada dalam air laut akan tertinggal dengan
sendirinya berdasarkan kaedah gravitasi.

Pada prinsipnya destilasi merupakan cara untuk mendapatkan air bersih


melalui proses penyulingan air kotor. Pada proses penyulingan terdapat
proses perpindahan panas, penguapan, dan pengembunan. Perpindahan
panas terjadi dari sumber panas menuju air kotor. Jika air terus menerus
dipanaskan maka akan terjadi proses penguapan. Uap ini jika bersentuhan
dengan permukaan yang dingin tersebut. Pada proses destilasi yang
diambil hanyalah air kondensatnya, kuman dan bakteri akan mati oleh
proses pemanasan, dan kotoran akan mengendap didasar basin. Pada
destilasi air laut ini kebanyakan mengggunakan bahan bakar fosil sebagai
sumber panas , sedangkan ketersediaan bahan bakar tersebut semakin
berkurang, maka diperllukansumber energy yang lain. Salah satunya yang
bias digunakan yaitu energi matahari. Pada system destilasi air laut tenaga
surya, plat penyerap sangat berperan penting karena berfungsi sebagai
penyerap intensitas radiasi matahari dan mengkonversikannya menjadi
energy panas.

Radiasi Matahari

Input Air Laut Sistem Destilasi Output Air


Bersih

Gambar 6. Proses Kerja Destilasi Tenaga Surya

Adanya kontaminasi pada air tanah mendorong masyarakat


mengembangkan beberapa metode untuk menghasilkan air bersih baik dengan
menggunakan penyaringan bertahap maupun menggunakan penyulingan
( destilasi ). Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap ( volatilitas)
bahan . Alat destilasi air menggunakan konsep perbedaan titik dididh atau titik
cair zat kimia penyusun air tesebut. Pada system ini terjadi 2 proses penguapan
( evaporation) dan dilanjutkan dengan proses pengembunan ( condensation )
kembali dari uap yang dihasilkan menkadi cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Selama proses destilasi atau penyulingan terjadi, air laut mengalami


penguapan atau evaporasi,dimana proses perubahan molekul di dalam keadaan
cair (air laut) dengan spontan menjadi gas (uap air).Karena adanya proses
pemanasan yang dilakukan. Setelah itu mengalami pengembunanatau
kondensasi adalah proses yang berkebalikan dengan evaporasi, kondensasi
merupakan perubahanmolekul di dalam keadaan gas menjadi butiran butiran
air.Informasi dasar ini sangat layak untuk dikembangkan dan menjadi suatu
bahan kajian dalam langkah kebijakan yang akan diambil untuk menjaga
keberlangsungan ketersedian air bersih.

2. Proses Pertukaran Ion

Proses ini ditemukan Way pada 1852, saat melakukan eksprimen


menghilangkan ammonia dalam larutan air yang meresap melalui tanah.
Dari hasil penemuan ini kemudian dikembangkan proses konversi kimia.
Proses ini kemudian digunakan secara berskala ( industry). Proses
pembuatan air minum dari air laut dengan teknik pertukaran ion
memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkkan garam dalam air. Ion
garam ( Na+ Cl-) ditukar dengan ion seperti Ca+2 dan SO42-. Kedua
komponen ini diperoleh dari bahan alam dan sintesis.Ion alam dapat
diperoleh dari seperti zeolit sedangkan yang ion sintesis dapat diperoleh
dari resin ( resin kation dan resis anion).

Pada proses pertukaran ion merupakan reaksi kimia dengan ion


terhidrata dan sifatnya bergerak didalam zat padat, dpertukarkan atas dasar
ekuivalen dengan ion yang bermuatan sama yang terdapat di dalam
larutan. Zat padat mempunyai struktur seperti jalan terbuka dan ion yang
bergerak itu menetralisir muatan atau muatan potensial. Pertukaran kation
berlangsung bila kation yang bergerak dan bermuatan positif terikat pada
gugus yang bermuatan negatif. Proses pertukaran berlangsung bila anion
bergerak , bermuatan negatif yang melekat pada gugus yang bermuatan
positif dalam resin, penukar kalor saling betukar dengan anion didalam
larutan.

3. Proses Filtrasi

Proses ini lebih dikenal dengan proses Reverse Osmosis ( RO ) yaitu


salah satu teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar yang paling
sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum.
Keistimewaannya adalah mampu menyaring molekul yang lebih besar dari
molekul air.

Dalam penyaringan terdiri dari dua unit, yaitu unit pengolahan awal dan
unit osmosa balik. Unit pengolahan awal terdiri dari pompa air baku, tangki
reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan zeolit, filter untuk
penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 µm.
Sedangkan unit osmosa balik terdiri dari pompa tekanan tinggi, membran
Osmosa Balik, pompa dosing klorine, dan sterilisator ultra violet (UV).
Berikut ini adalah gambaran susunan dari unit reverse osmosis.
Gambar 4. Proses Desalinasi Air laut dengan Reverse Osmosis
1. Air baku (air laut) dipompa ke tangki reaktor (kontaktor), sambil diinjeksi
dengan larutan klorin atau Kalium Permanganat agar zat Besi atau Mangan
yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk senyawa
oksida, Besi atau Mangan yang tak larut dalam air serta untuk membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan biofouling (penyumbatan oleh
bakteri) di dalam membran Osmosa Balik.
2. Dari tangki reaktor, air dialirkan ke saringan pasir cepat agar senyawa Besi
atau Mangan yang telah teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (SS)
yang berupa partikel halus, plankton dan lainnya dapat disaring. Air yang
keluar dari saringan pasir selanjutnya dialirkan ke filter Mangan Zeolit.
Dengan adanya filter Mangan Zeolit ini, zat Besi atau Mangan yang belum
teroksidasi di dalam tangki reaktor dapat dihilangkan sampai konsentrasi <
0,1 mg/l. Zat Besi dan Mangan ini harus dihilangkan terlebih dahulu
karena dapat menimbulkan kerak (scale) di dalam membran Osmosa
Balik.
3. Air dialirkan ke filter penghilangan warna. Filter ini mempunyai fungsi
untuk menghilangkan senyawa warna dalam air baku yang dapat
mempercepat penyumbatan membran Osmosa Balik.
4. Setelah melalui filter penghilangan warna, air dialirkan ke filter cartridge
yang dapat menyaring partikel dengan ukuran 0,5 µm.Air dialirkan ke unit
Osmosa Balik dengan menggunakan pompa tekanan tinggi sambil
diinjeksi dengan zat anti kerak (antiskalant) dan zat anti biofouling.
5. Air yang keluar dari modul membran Osmosa Balik yakni air tawar dan air
buangan garam yang telah dipekatkan.
6. Selanjutnya air tawarnya dipompa ke tangki penampung sambil dibubuhi
dengan klorine dengan konsentarsi tertentu agar tidak terkontaminasi
kembali oleh mikroba, sedangkan air garamnya dibuang lagi ke laut.

Gambar 5.Metode sistem pengolahan air

Ada cara-cara lain juga untuk mengubah air laut menjadi air tawar, seperti
piramida air dan Dimana cara kerjanya adalah sebagai berikut :

c. Piramida Air
Gambar 7. Piramida Air

Cara kerja piramida air sangat sederhana. Piramida air tidak lebih
dari semacam 'ruangan tiup' -tapi berbentuk piramida dan dibuat dari
bahanplastik transparan. Cara kerjanya ,Sinar matahari tembus lewat
plastik dan menaikkan suhu udara di dalam piramida hingga sekitar 70℃ .
Di dasar piramida terletak kolam tidak dalam, berisi air asin. Air
itumenguap akibat suhu panas di dalam tenda. Tetesan air kondensasi
mengembun di dinding tenda. Tetesan air itu adalah air destilasi.

Air Golongan B yang secara umum sebagai air minum dan air
untuk keperluan rumah tangga merupakan bagian yang diteliti dan dipakai
pada penelitian ini. Kualitas air untuk air minum criteria komponen bahan
lain sangat tergantung dari institusi yang memberikan rekomendasi. WHO
memberikan rekomendasi kualitas air minum yang selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel Kriteria Kualitas Air Golongan B.

Parameter Satuan Minimum Maksimum Kete


yang yang rang
dianjurkan diperbolehkan an
FISIKA
Temperatur °C tem.air normal tem.air normal
Residu terlarut mg/L 500 1500

KIMIA
pH 5-9 5-9
Barium (Ba) mg/L Nihil 1
Besi total (Fe) mg/L 1 5
Mangan total (Mn) mg/L Nihil 1
Tembaga (Cu) mg/L Nihil 1
Seng (Zn) mg/L 1 15
Krom heksavalen (Cr) mg/L Nihil 0,05
Cadmium (Cd) mg/L Nihil 0,01
Raksa total (Hg) mg/L 0,0005 0,001
Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,1
Arsen (As) mg/L Nihil 0,05
Selenium (Se) mg/L Nihil 0,01
Sianida ( CN) mg/L Nihil 0,05
Sulfida (S) mg/L Nihil Nihil
Fluorida (F) mg/L 0,5 1,5
Klorida (Cl) mg/L 200 600
Sulfat ( SO4) mg/L 200 400
Amoniak ( NH3) mg/L 0,01 0,5
Nitrat ( NO3) mg/L 5 10
Nitrit (NO2) mg/L Nihil 1
Oksigen terlarut (DO) mg/L Air
perm
ukaa
Kebutuhan oksigen mg/L 6 - n
biologi (BOD) dianj
Kebutuhan oksigen kimia mg/L 10 - urka
(COD) n
Senyawa aktif biru mg/L Nihil 0,5 lebih
metilen besa
Fenol mg/L 0,001 0,002 r/sa
Minyak dan Lemak mg/L Nihil Nihil ma
Karbon kloroform mg/L 0,04 0,05 deng
terekstrak an 6
PCB mg/L Nihil Nihil

BAKTERIOLOGI

Kolifora Group MPM/ 10.000 -


100mL
Kolifera tinja MPM/ 2.000 -
100mL

RADIOAKTIVITAS
Aktivitas Beta total pCi/L - 100
Strontium-90 pCi/L - 2
Radium-226 pCi/L - 1

PESTISIDA
Aldrin mg/L Nihil 0,017
Chlordane mg/L Nihil 0,003
DDT mg/L Nihil 0,012
Dieldrin mg/L Nihil 0,017
Endrin mg/L Nihil 0,001
Heptaklor mg/L Nihil 0,018
Heptaklor apoxide mg/L Nihil 0,018
Lindane mg/L Nihil 0,056
Metxy chlor mg/L Nihil 0,055
Organoposphat dan mg/L Nihil 0,100
karbonat
Toxaphene mg/L Nihil 0,005
DAFTAR PUSTAKA

Muh. Said L., Iswadi.2016. Rancang bangun alat pemurni air laut menjadi air
minum menggunakan system piramida air ( green house effect) bagi masyarakat
pulau dan pesisir di kota Makassar. Jurnal Sains danPendidikan Fisika.12(3):300
-299.

Ketut Astawa, Made Sucipta.2011.Analisa performansi destilasi air laut tenaga


surya menggunakan penyerap radiasi surya tipe bergelombang berbahan dasar
beton.Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.5(1):7-13

Nadia Handayani, Taufik Fajar Nugroho, dan Sutopo Porwono Fitri.2014.Analisa


Kinerja Termal Solar Apparatus Panel pada Alat Destilasi Air Payau dengan
Sistem Evaporasi Uap Tenaga Matahari Menggunakan CFD. Jurnal Teknik
POMITS.2(1):2337-3539

Wahyu Widayat dan Satmoko Yudo.2002.Pengolahan Air Payau Menggunakan


Teknologi Osmosa Balik. Jurnal Teknologi Lingkungan.3(1): 69-81

Yohansli Noya.2014.Seminar Nasional Basic Science VI. Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Pattimura.

Sutrisno ,t. 2004. Teknologi penyediaan air bersih. Jakarta: Binaaksara

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

Haslam, S. M. 1995. Biological Indicators of Freshwater Pollution and


Enviromental
Management. London: Elsevier Applied Science Publisher.

Anda mungkin juga menyukai