Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Aquilla Ratu

KELAS : X MIPA 4

NOMOR : 06

SOAL PRETEST PERUBAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)


Kelas/Semester : X/Genap
Mata Pelajaran : Biologi
Materi : Perubahan Lingkungan
Waktu : 60 menit
Petunjuk:
1. Tulislah nama dan identitas terlebih dahulu pada lembar jawaban
2. Berdo’a terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal
3. Kerjakan pada lembar jawaban yang telah disediakan
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Sungai Bedog yang mengalir di Desa Wijirejo, Pandak, Bantul, terindikasi telah tercemar
oleh berbagai jenis limbah, termasuk limbah cair industri batik. Data Disperindagkop
Kab. Bantul menyatakan bahwa 20 industri batik Desa Wijirejo setiap hari memproduksi
batik. Dengan semakin tingginya tingkat produksi batik, maka akan semakin banyak
volume limbah yang dihasilkan. Air limbah batik di desa ini, umumnya hanya dibuang
begitu saja ke lingkungan sekitar, melalui saluran buangan air terdekat, hingga akhirnya
masuk ke Sungai Bedog. Limbah batik tersebut akan merusak lingkungan apabila
dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. (Sumber: Majalah
Geografi Indonesia, Vol 25, No. 1, Maret 2011). Berdasarkan artikel di atas, berikanlah
analisis Anda, apakah benar bahwa limbah batik dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan di sekitar perairan tersebut! Mengapa?

✓ Berdasarkan artikel diatas, limbah batik dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan


di sekitar perairan tersebut karena warga hanya membuang limbah begitu saja tanpa
disaring terlebih dahulu zat berbahaya yg terdapat di limbah cair industri batik tersebut
dan menyebabkan berbagai macam dampak yaitu, kesuburan tanah terganggu,
mengganggu produktivitas tumbuhan, sungai menjadi kumuh dan tidak sedap
dipandang, banyak hewan air yang mati dan masih banyak lagi.

2. Yogyakarta mendapat predikat sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia
(Word Craft Council) Wilayah Asia Pasifik pada 18 Oktober 2014 di Donyang,
Tiongkok. Saat ini batik tidak hanya sebagai ‘pakaryan dalem’ tetapi sudah banyak
dikenal oleh masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu batik
tidak hanya diproduksi khusus sebagai produk budaya tetapi sudah merupakan produk
industri yang diproduksi dalam skala kecil sampai skala yang besar. Sentra industri batik
di Kota Yogyakarta yang terpusat di daerah kraton, prawirotaman, mergangsan dan
tirtodipuran menjadi industri penyangga bagi peningkatan perekonomian masyarakat
Yogyakarta. Namun demikian dengan peningkatan industri batik juga mengakibatkan
dampak negatif yaitu masalah lingkungan. Permasalahan lingkungan saat ini yang
dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari kegiatan proses pembuatan batik.
Diperkirakan penggunaan air dalam proses pembuatan batik rata-rata kurang lebih 25 –
50 m3 permeter kain batik. Data kementerian perindustrian pada tahun 2017
memperlihatkan bahwa produksi batik di Indonesia rata-rata 500 juta meter pertahun,
berarti 25 juta m3 air pertahun. Persediaan air untuk industri batik pertahun, setara dengan
penyediaan kebutuhan air bersih untuk 2,500 rumah tangga (Sumber: Ecotrophic, Vol 12,
No 2, 2018). Berdasarkan wacana di atas, jawablah pertanyaan berikut ini!
a. Buatlah satu rumusan masalah atau pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan
pada wacana di atas!
✓ apa saja dampak negatif atau masalah lingkungan yang terjadi?
b. Buatlah suatu hipotesis terkait rumusan masalah yang Anda buat!
✓ Produksi batik memiliki masalah dan pengaruh terhadap lingkungan terutama
limbah dan persediaan air
c. Analisislah, apakah produksi batik memiliki pengaruh terhadap banyaknya limbah
batik dan juga pesediaan air?
✓ Ya
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan analisis yang telah Anda lakukan!
✓ produksi batik memiliki pengaruh terhadap banyaknya limbah batik dan juga
pesediaan air
3. Pelaku industri batik yang sebagian besar industri berskala kecil sangat peka mengenai
dana pengolahan limbah. Informasi mengenai biaya untuk suatu pengolahan limbah
masih sangat terbatas, sehingga banyak diantara mereka beranggapan bahwa pengelolaan
limbah industri memerlukan biaya yang sangat tinggi. Hal tersebut tidak sepenuhnya
benar dan tidak sepenuhnya salah. Sehingga masalah biaya merupakan trauma bagi
industri batik berskala kecil. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dengan
menghentikan aktivitas pembuatan batik agar tidak merusak lingkungan akibat limbah
batik (Sumber: Ecotrophic, Vol 12, No 2, 2018). Berikanlah penilaian anda terhadap
keputusan tersebut, apakah langkah tersebut sudah tepat? Berikan penjelasannya!

✓ menurut saya, langkah menghentikan aktivitas pembuatan batik agar tidak merusak
lingkungan akibat limbah batik itu kurang tepat, karena batik adalah warisan budaya yang
tetap harus dilestarikan, yang lebih tepat yaitu dengan cara mengolah limbah tersebut
sebelum di buang ke sungai

4. Perhatikan gambar berikut yang menunjukkan banyaknya desa/kelurahan yang


mengalami pencemaran air!
Jumlah Wilayah Yang Mengalami Pencemaran Air

35 33

30

25
20 21
20
15 16
15 2014
10 8 9 9 8 2018

5 4

0
Kulon progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta
Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta
Gambar 1. Banyaknya desa/kelurahan yang mengalami pencemaran lingkungan berupa
pencemaran air (Sumber: Statistik Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta 2018/2019)

Berdasarkan gambar di atas, buatlah kesimpulan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Berikan alasan anda!

✓ pencemaran air dapat terjadi ada beberapa hal yaitu, banyak warga yang membuang
sampah ke sungai, limbah pabrik yang dibuang ke sungai, pembuangan limbah detergen,
dan yang lain sebagainya. Karena Semua penyebab terjadinya pencemaran air tersebut
merupakan hasil dari tindakan atau akibat dari ulah manusia yang tidak memikirkan
lingkungannya. Pada kecamatan di kabupaten DIY tersebut pencemaran air di tahun 2018
semakin meningkat dibandingkan di tahun 2014

5. Pencemaran lingkungan hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat di atas 250


persen dalam kurun waktu tahun 2011 hingga 2014. Pencemaran yang paling banyak
terjadi pada tahun 2014 berupa pencemaran udara, yaitu terjadi di 415 desa/kelurahan,
sedangkan pencemaran air terjadi di 44 desa/kelurahan dan pencemaran tanah terjadi di 4
desa/kelurahan. Berbagai aktivitas warga ikut berkontribusi terhadap peningkatan
pencemaran, seperti pencemaran air dan tanah akibat pengolahan limbah industri yang
tidak tepat dan pencemaran udara akibat pembakaran pada kendaraan bermotor yang
tidak sempurna. Namun, selain aktivitas manusia, pencemaran lingkungan hidup juga
dapat timbul dari alam seperti gunung meletus, gas beracun, dan lain-lain yang tidak
dapat dihindari. Di sisi lain, pencemaran lingkungan hidup dapat dikurangi dan
dikendalikan melalui peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat. (Sumber CNN
Indonesia, Edisi Minggu, 23 Okt 2016)
Berdasarkan wacana di atas, bagaimana menurut Anda mengatasi pencemaran udara, air
dan tanah terhadap lingkungan dan manusia?

✓ mengatasi pencemaran udara adalah mengurangi kendaraan bermotor, mengatasi


pencemaran air adalah dengan tidak membuang sampah ke sungai, mengurangi
penggunaan deterjen dan obat kimia berbahaya seperti pestisida serta menggunakan air
seperlunya saja, cara mengatasi pencemaran tanah adalah Mengurangi penggunaan
pestisida dan pupuk dalam kegiatan pertanian.

6. Sampah rumah tangga yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti
baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih pakaian, pembersih lantai,
cat, kaleng bertekanan (aerosol), sisa obat-obatan, termometer dan jarum suntik
berpotensi mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Meskipun kuantitas sampah
B3 rumah tangga (SB3-RT) di Kabupaten Sleman hanya 2,44 g/orang/hari atau sekitar
0,488% dari sampah domestik, tetapi karena memiliki karakteristik mudah meledak,
mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius dan/atau korosif maka sangat membahayakan
bagi kesehatan dan lingkungan (air, tanah, udara). Sampai saat ini, SB3-RT di Kabupaten
Sleman masih ditangani seperti layaknya sampah domestik, yaitu dibakar, dibuang ke
sungai, ditimbun di pekarangan, dibuang ke tempat pembuangan sampah ilegal atau
dibuang ke TPA Piyungan. Jenis SB3-RT yang banyak ditemukan adalah sampah
elektronik (24,91%), lampu listrik bekas (18,08%) dan baterai bekas (16,71%). Ketiga
jenis sampah tersebut mengandung berbagai unsur logam berat seperti Cd, Pb, Hg, Cr,
As, Ni, Co, Zn, Cu, Al, Mn, Li, Sb dan Fe yang umumnya bersifat toksik, karsinogenik
dan akumulatif yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara langsung atau melalui
rantai makanan. (Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 23, No. 2 2016) Menurut Anda,
bagaimana solusi alternatif yang dapat dilakukan sebagai salah satu upaya pengolahan
limbah B3 rumah tangga? Berikan alasannya!

✓ •Melakukan daur ulang limbah menjadi bahan /barang yang berguna

•Memberi peraturan khusus pada pabrik/perusahaan

•Membuat organisasi untuk pendaurulangan limbah

7. Limbah batik menghasilkan zat berbahaya karena mengandung zat pewarna tekstil yang
sulit terurai. Banyak pengusaha industri batik skala besar maupun rumah yang membuang
limbah hasil produksinya langsung ke selokan maupun ke sungai tanpa diolah terlebih
dahulu. Sungai di Kota A menjadi korban utama dari limbah batik. Masyarakat
beranggapan bahwa jika sungai berwarna maka kondisi ekonomi masyarakat bagus.
Ekonomi masyarakat yang meningkat harus diimbangi dengan kondisi lingkungan yang
terjaga sehingga sungai tidak menjadi korban limbah batik. Korban dari adanya limbah
batik di Kota A tidak hanya sungai akan tetapi juga sumur-sumur warga, selain itu
selokan air juga menjadi berwarna sehingga drainase tidak bagus dan meresap ke dalam
tanah yang mengakibatkan konflik sosial. Berdasarkan kasus di atas, berikan solusi
penanggulangannya dengan meminimalkan akibat pencemaran lingkungan!

✓ solusinya yaitu sebelum membuang limbah batik ke sungai sebaiknya di olah terlebih
dahalu karena terdapat zat yg mengganggu dan menyebabkan air menjadi keruh atau
berwarna yg tidak bagus untuk meresap ke dalam tanah dan mengurangi penggunaan
bahan sintetis pada pembuatan batik.

8. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman. mencatat pada tahun 2018 sampah plastik di
Sleman tergolong tinggi mencapai 197.268,437 kg perhari. Sebanyak 131.486,83 kg
sampah plastik per harinya dari permukiman dan non permukiman mencapai 65.781,607
kg per hari. Penyumbang sampah plastik terbesar lainnya di Sleman berasal dari sektor
usaha seperti pertokoan dan pasar, sekolah, hingga pendidikan. Sampah plastik ini juga
membuat pekerjaan DLH semakin berat karena timbunan sampah plastik semakin banyak
dan tinggi sebagai akibat sulitnya materi ini terurai. (Sumber: Tribun Jogja, Edisi
September 2019)
a. Menurut Anda, inovasi apa yang dapat anda lakukan untuk menanggulangi
penumpukan sampah plastik? Inovasi tersebut dalam bentuk produk yang dapat
dimanfaatkan kembali.

✓ membuat pot bunga dari botol plastik

b. Tulislah rancangan prosedur pembuatan produknya berupa alat dan bahanyang


digunakan dan langkah kerjanya!

✓ Alat dan Bahan

• Botol plastik bekas

• Pisau pemotong/cutter

• Cat akrilik
• Pensil gambar

Langkah-langkah pembuatan

1. Siapkan pola gambar yang akan di tempatkan pada botol plastik. Misalnya pola
gambar beruang, kelinci atau hewan-hewan lainnya.

2. Setelah itu, gambar pola tersebut pada botol plastik lalu potong mengikuti gambar
polanya.

3. Selanjutnya, cat potongan botol yang telah berbentuk dengan cat akralik dengan
warna dasar putih.

4. Double dengan cat warna yang sesuai dengan karakter pola yang Anda gambar
tadi. Gambarkan mata, hidung ataupun telinga pada polanya agar tampilannya
semakin lucu dan tampak seperti kartun.

5. Terakhir, keringkan sampai catnya tidak melumer dan pot hasil dari botol bekas
sudah siap dijadikan hiasan. Untuk menjadi pot hias gantung bisa diberi gantungan
tali pada kedua sisinya.

Anda mungkin juga menyukai