Anda di halaman 1dari 22

Keanekaragaman

Hayati
MANFAAT
KEANEKARAGAMAN
HAYATI

PERSEBARAN
TIPE EKOSISTEM
KEANEKARAGAMAN
HAYATI

Darat Laut

PENYEBAB
TINGKATAN HILANGNYA
KEAEKARAGAMAN
HAYATI
Gen Ekosistem
Jenis (Spesies) PETA
KONSEP
MATERI

PENGERTIAN KONSERVASI
a) Keanekaragaman hayati di darat

b) Keanekaragaman hayati di perairan

Gambar 2.2 Berbagai jenis keanekaragaman hayati

PENDAHULUAN
Mengamati Keanekaragaman Hayati
Perhatikan gambar diatas. Kemukakan beberapa pertanyaan kepada guru Anda.
Hal-hal yang ingin Anda ketahui berkaitan dengan keanekaragaman hayati yang ada di
bumi. Misalnya, bagaimanakah keanekaragaman organisme yang terdapat pada
ekosistem hutan hujan tropis?
Keanekaragaman hayati yang terdapat di tiap wilayah berbeda-beda.
Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk kelestarian hidup organisme dan
berlangsungnya daur materi (aliran energi). Namun, kualitas dan kuantitas
keanekaragaman hayati di suatu wilayah atau daerah dapat menurun atau bahkan
menghilang. Keanekaragaman hayati dapat dijaga kelestariannya serta dapat dipulihkan
kembali. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati? Bagaimanakah
keanekaragaman hayati di wilayah Indonesia? Pada materi ini, akan dibahas pengertian
keanekaragaman hayati, tingkat kenanearagaman hayati, keanekaragaman hayati di
Indonesia, dan usaha- usaha pelestariannya.

I. Tingkat Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah variasi
organisme hidup pada tiga tingkatan yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem.
Keanearagaman hayati menurut UU No. 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman di
antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan
ekosistem akuatik lain, serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman spesies, antarspesies dengan
ekosistem.
Menurut Soerjani (1996), keanekaragaman hayati menyangkut
keunikan suatu spesies dan genetik, di mana makhluk hidup tersebut berada.
Keanekaragaman hayati disebut unik karena spesies hidup di suatu habitat
yang khusus atau makanan atau makanan yang dimakannya sangat khas.
Contohnya, Komodo (Varanus komodoensis) yang hanya ada di pulau
Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, Gili Dasami, dan Padar; panda (
Ailuropoda melanoleuca) yang hidup di China hanya memakan daun bambo;
dan koala (Phascolarctos cinereus) yang hidup di Australia hanya memakan
daun Eucalyptus (kayu putih).
Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman
spesies (jenis), dan keanekaragaman ekosistem.

A. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi
dalam suatu jenis atau spesies makhluk hidup. Contohnya, buah durian
(Durio zibethinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah
tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil. Demikian pula
buah pisang (Musa paradisiaca), yang memiliki ukuran, bentuk, warna,
tekstur, dan rasa daging buah yang berbeda-beda. Pisang memiliki berbagai
varietas, antara lainpisang raja sereh, pisang raja uli, pisang raja molo, dan
pisang raja jambe. Varietas mangga (Mangifera indica), misalnya manga
manalagi, cengkir, golek, gedong, apel, kidang, dan bapang. Sementara itu,
keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnta warna rambut pada
kucing (Felis silvetris catus), ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan
cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh
gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom
tersebut diperoleh dari kedua induknya melalui pewarisan sifat. Namun,
ekspresi gen suatu organisme juga dipenngaruhi oleh kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Contohnya, bibit yang diambil dari batang induk manga
yang tidak memiliki sifat genetik berbuah besar, kemungkinan tidak
menghasilkan buah manga yang berukuran besar seperti induknya jika
ditanam pada lingkungan yang berbeda.
Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi
(perkawinan silang) antara organisme satu spesies yang berbeda sifat atau
melalui proses domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh
manusia).
Contohnya, adalah saat hibridisasi tanaman anggrek utnuk mendapatkan
bunga anggrek dengan warna beraneka ragam, hibridisasi sapi Fries Holland
dengan sapi Bali, dan spesias liar utnuk mendapatkan jenis yang taha terhadap
penyakit. Dengan hibridasi, akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-
organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu
spesies disebut varietas atau ras.

a b

c d

Gambar 2.3 Keanekaragaman gen pada buah manga (Mangifera indica): a) manga
gedong gincu, b) manga apel, c)manga gadung, d) manga indramayu.

B. Keanekaragaman Jenis (Spesies)


Keanekaragaman jenis (spesies) adalah perbedaan yang dapat
ditemukan ada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di
suatu tempat. Contohnya, di suatu halaman, terdapat pohon manga, kelapa,
jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung,
kumbang, lebah, semut, kupu-kupu, dan cacing. Keanekaragaman jenis yang
lebih tinggi umumnya ditemukan di tempat yang jauh dari kehidupan
manusia, misalnya di hutan. Di hutan, terdapat berbagai jenis hewan dan
tumbuhan yang lebih banyak disbanding dengan di sawah atau di kebun.
Beberapa jenis organisme ada yang memiliki ciri-ciri fisik yang hamper sama.
Misalnya, tumbuhan kelompok palem (Palmae) seperti kelapa, pinang, aren, dan sawit yang
memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan spesies yang
berbeda, kelapa memiliki nama spesies Cocos nucifera, pinang Bernama Areca catechu, aren
Bernama Arenga pinnata, dan sawit Bernama Elaeis guineensis. Hewan dari kelompok genus
Panthera terdiri atas beberapa spesies, antara lain harimau (Panthera tigris), singa ( Panthe
leo), macan tutul (Pathera pardus), dan jaguar (Pathera onca).

a b
a

c d
Gambar 2.5 Keanekaragaman jenis pada genus Panthera :
b a) harimau (Panthera tigris), b) singa ( Panthe leo), c)
macan tutul (Pathera pardus), dan d) jaguar (Pathera
onca).

C. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok
spesies menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
kemudia terjadi hubungan yang saling mempengaruhi
antara satu spesies dengan spesies yang lain dan juga
antara spesies dengan lingkungan abiotik tempat
hidupnya, misalnya suhu, udara, air, tanah,
c kelembaban, cahaya matahari, dan mineral.
Ekosistem bervariasi sesuai spesies
pembentuknya. Ekosistem alami, antara lain hutan,
rawa, terumbu karang, laut dalam, padang lamun
(antara terumbu karang dengan mangrove, pdang pasir,
dan padang rumput. Adapula ekosistem yang sengaja
dibuat oleh manusia, misalnya agroekosistem dalam
d bentuk sawah, ladang, dan kebun.
Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem
Gambar 2.4 Keanekaragaman berbeda-beda. Ekosistem hutan hujan tropis, misalnya
jenis pada tumbuhan kelompok
Palmae: a) Kelapa, b) Pinang, c) diisi pohon-pohon tinggi berkanopi (seoerti meranti
Aren, dan d) Sawit dan rasmala) rotan, anggrek, paku-pakuan, burung,
harimau, monyet, orang utan, kambing hutan, ular,
rusa, babi, dan berbagai jenis serangga. Pada ekosistem
sungai, terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan
ganggang air tawar.
Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain posisi tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya
matahari, kelembaban suhu, dan kondisi tanah. Contohnya, Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dan terletak di khatulistiwa, memiliki sekitar 47 macam ekosistem di
laut maupun didarat.

II. Tipe Ekosistem


Lingkungan abiotic dan komunitas yang hidup di dalamnya akan menentukan tipe
(bentuk) ekosistem. Ekosistem dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu ekosistem
perairan (akuatik) dan ekosistem darat (terestrial).
A. Ekosistem Perairan (Akuatik)
Ekosistem perairan adalah ekosistem yang komponen abiotiknya Sebagian besar
terdiri atas ait. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
• Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Nekton merupakan organisme
yang bergerak aktif (berenang), misalnya ikan dan katak.
• Neuston merupakan organisme yang mengapung d permukaan air, misalnya
serangga air, Teratai, eceng gondok, dan ganggang.
• Bentos merupakan organisme yang berada di dasar perairan,
• Perifiton merupakan organisme yang melekat pada organisme lain, misalnya
ganggang dan siput.

Ekosistem perairan dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekosistem air tawar dan
ekosistem air lalut.
1. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri abiotic sebagai berikut.
• Memiliki kadar garam (salinitas) yang rendah, bahkan lebih rendah daripada cairan sel
makhluk hidup.
• Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
• Penetrasi atau masuknya cahaya matahari kurang.
Berdasarkan keadaan airnya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi dau macam,
yaitu ekosistem air tawar lentik (tenang) dan ekosistem air tawar lotik (mengalir).
Ekosistem air tawar lentik, misalnya danau dan rawa. Ekosistem air tawar lotik,
misalnya sungai dan air terjun.
Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air tawar
dibagi menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut.
• Zona litoral merupakan daerah dangkal yang dapat ditembus cahaya matahari hingga
ke dasar perairan.
• Zona limnetik merupakan daerah terbuka yang jauh dari tepian sampai kedalaman
yang masih dapat ditembus cahaya matahari.
• Zona profundal merupakan daerah yang dalam dan tidak dapat ditembus cahaya
matahari. Di daerah ini, tidak ditemukan organisme fotosintetik (produsen), tetapi
dihuni oleh hewan pemangsa dan organisme pengurai.
2. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri abiotik sebagai berikut.
• Memiliki kadar garam (salinitas ) yang tinggi.
• Tidak dipengaruhi olek iklim dan cuaca.
• Habitat air laut saling berhubungan antara laut yang satu dengan laut yang
lain.
• Memiliki variasi perbedaan suhu di bagian permukaan dengan di
kedalaman laut.
• Terdapat arus yang pergerakannya dapat dipengaruhi oleh arah angin,
perbedaan densitas ( massa jenis) air, suhu, tekanan air, gaya gravutasi,
dan gaya tektonik batuan bumi.
Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem
air laut dibagi menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut.
• Zona fotik merupakan daerah yang dapat ditembus cahaya matahari,
kedalaman air kurang dari 200 meter. Organisme yang mampu
berfotosintesisi banyak terdapat di zona fotik.
• Zona twilight merupakan daerah dengan kedalaman air 200-2.000 meter.
Cahaya matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
• Zona afotik merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya
matahari sehingga selalu gelap. Kedalaman air lebih dari 2.000 meter.

Macam-macam ekosistem air laut adalah sebagai berikut.


a. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap
karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada ekosistem laut
dalam, tidak ditemukan produsen. Organisme yang dominan, yaitu predator
dan ikan yang ada pada penutup kulitnya mengandung fosfor sehingga dapat
bercahaya di tempat yang gelap.
b. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdapat di laut yang dangkal dengan air
yang jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan
terumbu karang (Coelenterata), hewan spons (Porifera). Mollusca (kerrang,
siput), bintang laut, ikan dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di
Indonesia yang cukup terkenal, misalnya Taman Nasional Bawah Laut
Bunaken.
c. Ekosistem Estuari
Ekosistem estuary terdapat di daerah pencampuran air laut dengan air
sungai. Salinitas air di estuary lebih rendah daripada air laut, tetapi lebih
tinggi daripada air tawar, yaitu sekitar 5-25 ppm. Di daerah estuari, dapat
ditemukan tipe ekosistem yang khas, yaitu padang lamun (seagrass) dan
hutang mangrove.
• Padang lamun merupakan habitat pantai
yang biasanya ditumbuhi seagrass.
Tumbuhan ini memiliki rizom dan serabut
akar, batang, daun, bunga, bahkan ada
yang berbuah. Seagrass berbeda dengan
alga karena mempunyai sistem reproduksi
dan pertumbuhan yang khas. Seagrass
tumbuh menyebar membentuk padang
rumput di dalam air dengan perpanjangan Gambar 2.8 Seagrass
rizom. Jenis hewan di padang lamun,
antara lain duyung (Dugong dugon), bulu
babi (Tripneustes gratilla), kepiting renang
(Portunus pelagicus), udang dan penyu.

• Ekosistem hutan mangrove


terdapat di daerah tropis hingga
subtropic. Ekosistem ini didominasi
oleh tanaman bakau (Rhizophora
sp.), kayu api (Bruguiera sp.).
Tumbuhan bakau memiliki akar
yang kuat dan rapat untuk bertahan
di lingkungan berlumpur yang
mudah goyah oleh hempasan air
laut. Akar napasnya berfungsi untuk
mengambil oksigen langsung dari
Gambar 2.9 Ekosistem hutan mangrove
udara. Tumbuhan bakau memiliki
buah dengan biji vivipar yang
sudah berkecambah dan berakar
panjang saat masih di dalam buah
sehingga langsung tumbuh ketika
jatuh ke lumpur. Hewan-hewan
yang hidup di ekosistem ini, antara
lain burung, buaya, ikan, biawak,
kerang, siput, kepiting, dan udang.
Hutan mangrove banyak terdapat di
pesisir Pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Papua, Bali, dan
Sumbawa.
d. Ekosistem pantai pasir
Ekosistem pantai pasir terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan
ombak air laut. Di tempat ini, angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar kuat
pada siang hari. Vegetasi atau tumbuhan yang dominan adalah formasi pes-caprae dan
formasi barringtonia. Formasi pes-caprae terdiri atas tanaman berbatang lunak dan
berbiji (terna), misalnya Ipomoea pes-caprae, Vigna marina, dan Spinifex lottoreus.
Formasi barringtonia terdiri atas perdu dan pohon, misalnya Barringtonia asiatica,
Terminalia catappa, Erythrina, Hibicus tiliaceus, dan Hernandia. Hewan yang hidup
di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung. Pantai pasir antara lain terdapat di Bali,
Lombok, Papua, Bengkulu, dan Bantul (Yogyakarta).

e. Ekosistem pantai batu


Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak bongkahan batu
besar maupun batu kecil. Organisme dominan di ekosistem ini, yaitu ganggang
cokelat, ganggang merah, siput, kerrang kepiting, dan burung. Ekosistem ini banyak
terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan
Maluku.

B. Ekosistem Darat
Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas yang disebut bioma. Tipe bioma
sangat dipengaruhi oleh iklim, sedangkan iklim dipengaruhi oleh letak geografis garis
lintang dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Sebagian nama bioma disesuaikan
dengan vegetasi (tumbuhan) yang dominan. Terdapat tujuh macam bioma di bumi,
yaitu hutan hujan tropis, savana, padangrumput, gurun, hutan gugur, taiga, dan tundra.

1. Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa, misalnya di lembah Sungai
Amazon, lembah Sungai Kongo, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara (Indonesia,
Thailand, dan Malaysia).
Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri abiotik sebagai berikut:
• Curah hujan sangat tinggi, antara 200-450 cm/tahun
• Matahari bersinar sepanjang tahun dengan suhu lingkungan antara 21-30°C.
2. Sabana
Sabana (savana) merupakan padang
rumput yang diselingi pohon-pohon. Sabana
terdapat di daerah tropis, dengan curah hujan
90-150 cm/tahun, misalnya di Kenya
(Afrika), Australia Utara, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sabana
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sabna
murni (satu jenis pohon) dan sabana
campuran (beberapa jenis pohon). Jenis Gambar 2.10 Sabana
tumbuhan pembentuk bioma sabana, yaitu
padang rumput, Eucalyptus, Acacia, dan
Corypha utan (gebang). Sementara itu jenis
hewannya, antara lain serangga, rayap, kuda,
gajah, kijang, zebra, macan tutul, dan singa.
3. Padang rumput
Padang rumput terdapat di daerah tropis
hingga beriklim sedang, misalnya di Amerika
Selatan, Australia, Hongaria, dan Rusia Selatan.
Di Indonesia, padang rumput terdapat di Nusa
Tenggara. Curah hujan rata-rata 25-50 cm/tahun
(ada yang mencapai 100 cm/tahun) dan hujan
turun tidak teratur. Di daerah yang bercurah Gambar 2. 11 Padang rumput.
hujan tinggi, rumput tumbuh subur hingga
tingginya mencapai 3 m, misalnya bluestem
grasses. Sementara itu, di daerah yang curah
hujannya rendah terdapat rumput yang pendek,
misalnya grama grases dan buffalo grasses.
Hewan yang hidup di padang rumput, misalnya
serangga, hewan pengerat, reptile, ular, burung,
bison, kangguru, jerapah, kijang, serigala, singa,
jaguar, dan cheetah.
4. Gurun
Gurun merupakan padang luas yang tandus karena hujan yang sangat jarang
turun di daerah tersebut. Contohnya, Gurun Gobi di Asia dan Gurun Sahara di Afrika
Ciri-ciri lingkungan abiotik gurun, antara lain sebagai berikut.
• Curah hujan yang sangat rendah; kurang dari 25 cm/tahun.
• Keadaan tanah sangat tandus dan tidak dapat menyimpan air.
• Kecepatan evaporasi (penguapan) sangat tinggi.
• Kelembaban udara sangat rendah.
• Suhu lingkungan di beberapa gurun bisa sangat panas, dengan suhu di siang hari
mencapai 60°C, sedangkan malam hari mencapai 0°C.

Tumbuhan gurun tergolong xerofit (tumbuhan yang hidup di habitat kering)


dengan ciri-ciri beraar panjang, menyimpan air (sukulen), dan batang atau daunnya
memiliki lapisan lilin, misalnya kaktus. Selain itu, terdapat pula tumbuhan kurma dan
semak belukar. Hewan yang hidup di gurun, antara lain semut, kalajengking, kadal,
ular, tikus, burung, dan unta.
5. Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah yang
mengalami empat musim, misalnya di Amerika
Serikat bagian Timur, Chili, Eropa Barat, dan
Asia Timur. Curah hujan di bioma ini merata
sepanjang tahun antara 75-100 cm/tahun.
Tumbuhan yang hidup umumnya berdaun
lebar, misalnya elm, beech, oak, dan maple.
Gambar 2.12 Hutan gugur. Pada musim dingin, air membeku dan tidak
mampu diserap tumbuhan sehingga tumbuhan
tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya,
daun berubah warna menjadi merah lalu
cokelat dan akhirnya gugur.
6. Taiga
Taiga (hutan boreal) yang terdapat di
daerah antara subtropis dan kutub, misalnya
Amerika Utara, Alaska, semenanjung
Skandinavia, dan Rusia. Bioma ini juga terdapat
di pegunungan beriklim dingin. Tumbuhan
dominan berdaun jarum (konifer) yang tampak
hijau sepanjang tahun, misalnya spruce, birvh, Gambar 2.13 Taiga.
alder, juniper, dan cemara. Hewan yang hidup di
ekosistem taiga, antara lain moose, ajak, beruang
hitam, lynx, serigala, serangga, dan burung.
7. Tundra
a
tundra merupakan bioma yang paling
dingin. Bioma tundra dibedakan atas dua macam,
yaitu tundra arktik dan tundra alpin. Tundra
arktik terdapat di daerah kutub utara (Arktik),
Rusia, Siberia, Kanada, dan Finlandia. Tanahnya
ditutupi oleh salju yang mencair di musim panas.
Pada musim dingin, tidak ada cahaya matahari
yang berlangsung selama sekitar Sembilan bulan.
b Matahari baru bersinar di musim panas yang
hanya berlangsung sekitar tiga bulan. Tunda alpin
terdapat di puncak pegunungan yang tinggi,
misalnya di puncak gunung Jaya Wijaya, Papua.
Vegetasi tundra alpin didominasi oleh rumput
alang-alang, perdu, lumut daun, dan liken.

Gambar 2.14 a) Tundra arktik dan


b) tundra Alpin.

III. Keanekaragaman Hayati Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia; terdiri atas 18.110
pulau (LAPAN-2003) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Lebih dari
10.000 diantaranya merupakan pulau-pulau kecil. Pulau-pulau tersebut memiliki
keadaan alam yang berbeda-beda dan menampilkan kekhususan kehidupan di
dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman
flora, fauna, dan mikroorganisme yang tinggi.
A. Kekayaan Flora, Fauna, dan
Mikroorganisme di Indonesia
Indonesia dikenal sebgaia negara
megabiodiversitas, selain Brazil dan
Zaire, karena memiliki kekayaan flora,
fauna, dan mikroorganisme yang sangat
a banyak. Menurut Indonesian Center for
Biodiversity and Biotechnology (ICBB),
meskipun luas daratan Indonesia hanya
1,3% dari total luas daratan di dunia,
tetapi menempati peringkat pertama di
dunia dalam kekayaan spesies
Mammalia (646 spesies dan 36%
endemic) peringkat pertama untuk kupu-
kupu besar dan berwarna-warni
(swallowtail butterflies) dengan total
121 spesies yang sudah teridentifikasi
dari 44% endemik, peringkat ketiga
Reptilia (lebih dari 600 spesies),
keempat untuk burung (1.603 spesies
dan 28% endemic), kelima untuk
Amphibia (270 spesies), ketujuh untuk
b tumbuhan berbunga sekitar 25.000
spesies). Di hutan-hutan Indonesia,
Gambar 2.16 Hewan endemik Indonesia;
a) jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan b)
ditemukan 400 spesies pohon yang
burung maleo (Macrocephalon maleo). bernilai ekonomis tinggi.

Indonesia memiliki sejumlah spesies endemik tertinggi di dunia. Hal ini


disebabkan oleh banyaknya pulau yang terisolasikan dalam waktu yang cukup
lama sehingga perlahan-lahan muncul spesies local yang unik, dan dikenal
sebagai endemik. Namun, saat ini sudah banyak spesies endemik yang berhasil
dipelihara dan dikembangbiakkan di luar daerah asalnya. Spesies endemik
terbanyak terdapat di Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Mentawai di pantai barat
Sumatera. Keanekaragaman hayati tertinggi terdapat di Papua, kemudian
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Contoh hewan endemik,
antara lain Barbourula borneoensis (nuri sayap hitam) yang endemik di Teluk
Cendrawasih, Papua.
B. Penyebaran Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat
menguntungkan. Posisi tersebut memengaruhi pola penyebaran flora dan fauna
Indonesia.
1. Penyebaran Flora Indonesia
Flora di Indonesia termasuk flora Kawasan Malesiana yang meliputi Malaysia,
Filiphina, Indonesia, dan Papua Nugini. Pada tahun 2009, Van Welzen dan Silk,
botanis dari Belanda, melakukan penelitian yang menjelaskan distribusi flora
Malesiana. Menurut keduanya, Flora Malesiana terbagi menjadi flora daratan
Sunda, flora daratan Sahul, dan flora di daerah tengah (Wallace) yang sangat khas
dan endemik.
Flora daratan Sunda, antara lain tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae,
contohnya pohon keruing (Dipterocarpus applanatus) yang kayunya sering
digunakan untuk bahan bangunan; dan tumbuhan famili Nepenthaceae, cotohnya
tumbuhan pemangsa serangga atau kantong kantong semar (Nepenthes
gymnamphora).
Flora sahul, antara lain sagu (Metroxylon sagu) dan tumbuhan dari famili
Myristicaceae, misalnya pa (Myristica fragrans). Flora kawasan Wallace, antara
lain leda (Eucalyptus deglupta) yang memiliki batang berwarna-warni.
Seorang ahli geografi dan botani dari Jerman, Frans Wilhelm Junghuhn,
mengklasifikasikan iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan tumbuhan
yang hidup di iklim tersebut. Klasifikasi ini bisa dijadikan dasar pengelompokan
tumbuhan di Indonesai secara vertikal. Menurut ketinggian tempat dari permukaan
laut, flora Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok berikut.
• Daerah dengan ketinggian 0-650 m merupakan daratan rendah pantai dan hutan
mangrove dengan jenis tanaman pandan, bakau (Rhizophora sp.), kayu api
(Avicennia sp.), bogem (Bruguiera sp.), sagu dan nipah. Semakin jauh ke
daratan, ditemukan kelapa, kelapa sawit, cokelat, padi, jangung, kapuk, dan
karet.
• Daerah dengan ketinggian 650-1.500 m ditumbuhi tanaman rasamala, kina,
aren, pinang, kopi, tembakau, dan the.
• Derah dengan ketingggian 1.500-2.500 m ditumbuhi tanaman cantigi koneng,
cemara gunung, anggrek tanah di pegunungan Papua, dan berri.
• Daerah dengan ketinggian di atas 2.500 m merupakan daerah pegunungan yang
dingin. Di ketinggian ini, ditemukan lumut, dan bunga edelweiss.

2. Penyebaran Fauna Indonesia


Penyebaran fauna Indonesia dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa
geologi benua Asia dan Australia. Para pakar zoologi berpendapat bahwa tipe fauna
di Kawasan Indonesia bagian barat mirip dengan fauna di Asia Tenggara (oriental),
sedangkan fauna di benua Australia (australis). Daerah persebaran fauna Indonesia
dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Indonesia bagian barat, kawasan
peralihan (Wallacea), dan Kawasan Indonesia bagian timur. Kawasan penyebaran
fauna di Indonesia yang dipisahkan oleh garisWallace, garis Weber, dan garis
Lydekker.
a. Kawasan Indonesia Bagian Barat
Kawasan Indonesia bagian barat
meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan
Bali. Kawasan ini dibatasi oleh garis imajiner
Wallace yang terletak di antara Kalimantan
dengan Sulawesi dan antara Bali dengan
Lombok. Meskipun jarak antara Bali dan
a Lombok sangat dekat namun jenis fauna yang
hidup di kedua pulau tersebut berbeda. Garis
Wallace dikemukakan oleh Alfred Russel
Wallace (ahli zoologi berkebangsaan Inggris)
pada abad ke-19. Jenis fauna Kawasan
Indonesia bagian barat, antara lain harimau,
macan tutul, bdak jawa, wau-wau, lutung,
b beruang madu, merak hijau, dan burung jalak
bali.
Gambar 2.18 Fauna Kawasan
Indonesia barat; a) macan tutul dan
b) gajah
b. Kawasan Peralihan
Kawasan peralihan meliputi Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Sumba,
Lombok dan Timor. Kawasan peralihan ini dibatasi oleh garisWallace di
sebelah barat dan garis lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis ini,
terdapat garis keseimbangan Weber yang terletak di sebelah timur Sulawesi.
Garis Weber dikemukakan oleh Max Carl Wilhelm Weber (ahli zoologi
berkebangsaan Jerman). Pada kawasan ini, terdapat peluang percampuran
antara unsur fauna oriental dengan fauna australis. Jenis fauna Kawasan
peralihan, antara lain anoa pegunungan (Bubalus quarlesi), anoa daratan
rendah (Bubalus depressicornis), komodo (Varanus komodoensis), babirusa,
maleo, duyung, kuskus beruang, burung rangkong, kupu-kupu Sulawesi, soa-
soa, dan kakatua putih berjambul merah.

a b

Gambar 2.19 Fauna Kawasan Peralihan (Wallace); a) anoa dan b) komodo.


c. Kawasan Indonesia Bagian Timur
Kawasan Indonesia bagian timur dibatasi oleh
garis Lydekker yang meliputi Papua dan pulau-pulau
kecil disekitarnya. Jenis fauna Kawasan Indonesia
bagian timur, antara lain kangguru pohon, walabi kecil,
burung kasuari gelambir ganda, burung kakatua raja,
burung cendrawasih ekor pita, kasturi raja, kupu-kupu
sayap burung, ular sanca hijau, dan buaya Irian. Burung
di Kawasan ini memiliki bulu berwarna-warni.
3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati
di Indonesia a
Keanekaragaman hayati Indonesia nerupakan
anugerah terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keanekaragaman hayati memiliki berbagai fungsi,
yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber


pangan
Makanan pokok sebagian besar penduduk
Indonesia adalah beras yang diperoleh dari
tanaman padi. Namun di berbagai daerah, makanan b
pokok penduduk adalah jagung, singkong, ubi jalar,
talas, atau sagu.
Selain kaya akan tanaman penghasil baha makanan pokok, Indonesia juga
kaya akan tanamna penghasil buah dan sayuran. Diperkirakan terdapat sekitar
400 jenis tanaman penghasil buah, contohnya sirsak, jeruk bali, rambutan, duku,
durian, manggis, markisa, mangga, dan matoa. Terdapat sekitar 370 jeis tanman
penghasil sayuran, antara lain sawi, kagkung, katuk, kacang pajang, buncis,
bayam, terung, kol, seledri, dan bawang kucai. Ada sekitar 70 jenis tanman
berumbi, misalnya kunyit kuning, jahe, lengkuas, temulawak, wortel, lobak,
talas, singkong, ubi jalar, bawang, dan bawang putih. Indonesia juga kaya akan
tanaman penghasil rempah-rempah yang jumlahnya sekitar 55 jenis, antara lain
merica, cengkih, pala, dan ketumbar.
Sumber makanan juga berasal dari aneka ragam hewan darat, air tawar,
dan air laut. Cotohnya, sapi, kambing, kelinci, burung, ayam, ikan bandeng,
ikan lele, belut, kepiting, kerrang, udang, dan rajungan.

b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber obat-obatan


Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, 940 spesies
diantaranya merupakan tanman obat dan sekitar 250 spesies tanaman obat
tersebut digunakan dalam industri obat herba lokal.
Beberapa tanaman obat beserta kegunaannya adalah sebgaia berikut.
• Buah merah dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati kanker (tumor),
kolesterol tinggi, dan diabetes.
• Mengkudu atau pace untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
• Kina kulitnya mengandung alkaloid kina untuk obat malaria.
Selain tumbuh-tumbuhan, beberapa jenis hewan juga dapat dimanfaatkan
sebagai obat-obatan, antara lain sebagai berikut.
• Madu dari lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
• Ular, bagian daging dan lemaknya dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
(gatal-gatal).

c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber kosmetik


Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetik, antara lain sebagai berikut.
• Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk
wewangian (parfum).
• Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional
untuk menghaluskan kulit.
• Urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan
untuk pelumas dan penghitam kulit.

d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber sandang


Beberapa jenis tanaman diguakan untuk bahan sandang atau pakaian, antara
lain sebagai berikut.
• Rami, kapas, pisang hutan atau abaca, sisal, kenaf, dan jute dimanfaatkan
seratnya untuk dipintal menjadi kain atau bahan pakaian.
• Tanaman labu air dimanfaatkan oleh Suku Dani di lembah Baliem (Papua)
sebagai bahan untuk membuat koteka (horim) laki-laki. Sementara itu, untuk
membuat pakaian Wanita, digunakan tumbuhan wen dan kem.

Beberapa hewan juga dapat dimanfaatkan untuk membuat pakaian, antara lain
sebgai berikut.
• Ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi.
• Kulit beberapa hewan, misalnya sapi dan kambing dapat dimanfaatkan untuk
membuat jaket.
• Kulit sapi digunakan untuk membuat sepatu.
• Bulu burung dapat diguakan untuk membuat aksesori pakaian.

e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber papan


Sebagian besar rumah di Indonesia menggunakan kayu, terutama rumah adat.
Kayu dimanfaatkan untuk membuat jendela, pintu, tiang, dan alas atap. Beberapa
tumbuhan yang dimanfaatkan kayunya, antara lain jati, kelapa, nangka, meranti,
keruing, rasamala, ulin, dan bambu. Di pulau Timor dan Alor, daun lontar dan
gebang digunakan untuk membuat atap dan dinding rumah. Beberapa jenis
tumbuhan palem juga dimanfaatkan untuk membuat rumah di Sumatera dan
Kalimantan. Di pulau Timor, alang-alang dimanfaatkan untuk membuat atap rumah.
f. Keanekaragaman hayati sebgaia aspek budaya
Penduduk Indonesia yang menghui kepulauan nusantara memiliki
keanekaragaman suku dan budaya yang tinggi. Terdapat sekitar 350 etnis (suku)
dengan agama dan kepercayaan, budaya, serta adat-istiadat yang berbeda-beda.
Dalam menjalankan upacara ritual keagamaan dan kepercayaannya,
penyelenggaraan upacara adat dan pesta tradisional seringkali memanfaatkan
beragam jenis tumbuhan dan hewan. Beberapa upacara ritual keagamaan dan
kepercayaan upacara adat, serta pesta tradisonal tersebut, antara lain sebagai
berikut.
• Budaya nyekar (ziarah kubur) pada masyarakat Jawa menggunakan bunga
mawar, kenanga, kantil, dan melati.
• Upacara kematian di Toraja menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang
dianggap memiliki nilai magis saat memandikan jenazah, misalnya limau,
daun kelapa, pisang, dan rempah-rempah.
• Upacara Ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung
minyak atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka,
pandan, sirih, dan cendana. Tebu hitam dan kelapa gading juga digunakan
untuk menghanyutkan abu jenazah ke sungai.
• Umat Islam menggunakan hewan ternak (kambing, sapi, dan kerbau) pada
hari raya Qurban.
• Umat Nasrani menggunakan pohon cemara saat perayaan natal.

Keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah


Plasma nutfah (sumber daya genetik) adalah bagian tubuh tumbuhan,
hewan, atau mikroorganisme yang mempunyai fungsi dan kemampuan
mewariskan sifat. Setiap organisme yang masih liar di alam maupun yang sudah
dibudidayakan manusia mengandung plasma nutfah. Plasma nutfah berfungsi
untuk merakit varietas unggul pada suatu spesies, misalnya spesies yang tahan
terhadap suatu penyakit atau memiliki produktivitas tinggi. Plasma nutfah akan
mempertahankan mutu sifat dari suatu organisme dari generasi ke generasi
berikutnya, misalnya padi Rojolele akan mewariskan sifat pulen dan rasa enak
serta ubi jalar Cilembu dan buah duku Palembang akan mewariskan sifat rasa
manis. Keanekaragaman plasma nutfah dapat tetap terjaga melalui pelestarian
semua jenis organisme.

IV. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya keanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor berikut.

1. Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature)
menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian
dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya
kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan semakin
2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara.
Beberapa polutan berbahaya bagi organisme. Nitrogen oksida dan sulfur oksida
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan
membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Penggunaan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di
atmosfer berlubang. Akibatnya, intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi
meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya
biomasa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
rantai makanan organisme.

3. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas
karbon dioksida yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995),
efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-3°C dalam kurun waktu 100 tahun.
Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur
dan fungsi ekosistem lautan.

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan


Eksploitasi hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan
terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, misalnya kayu
hutan yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang
harganya mahal dan banyak diminati oleh pecinta makanan laut. Eksploitasi
yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi
jika tidak diimbangi dengan usaha perkembangbiakannya.

5. Adanya Spesies Pendatang


Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies
local yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut.
Beberapa spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasive yang menguasai
ekosistem. Ontohnya ikan pelangi yang merupakan spesies endemik Danau
Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena diamangsa oleh
ikan mas yang dibawa dari Jepang dan menjadi spesies invasive di danau
tersebut.

6. Industrialisasi Pertanian dan Hutan


Para petani cenderung menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang
bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang
kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu
lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu jenis tanaman
(monokultur), misalnya the, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.
V. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula
manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat
dicegah dengan cara melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman
hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut.
• Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
• Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali.
• Menyediakan sumber plasma nutfah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan
ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5


Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan tiga azas, yaitu tanggung
jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat. Konservasi keanekaragaman hayati dapat
dilakukan secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu adalah usaha
pelestarian (konservasi) yang dilakukan di habitat aslinya, yaitu dengan
mendirikan cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, taman hutan raya,
dan taman laut. Contohnya, cagar alam Rafllesia di Bengkulu dan suaka
margasatwa Pulau Komodo. Konservasi eksitu adalah usaha pelestarian yang
dilakukan di luar habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan kebun raya, taman
safari, kebun koleksi, atau kebun binatang. Contohnya, Taman Safari Puncak
dan Kebun Raya Bogor.
Dari hasil kerja sama dengan Lembaga konservasi internsional, telah
dilakukan pengembangan kawasan konservasi menjadi cagar biosfer. Cagar
biosfer adalah Kawasan dengan ekosistem terrestrial dan pesisir yang
melaksanakan konservasi biodiversitas melalui pemanfaatan ekosistem yang
berkelanjutan. Cagar biosfer di Indonesia berdasarkan ketetapan UNESCO
(United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization ), antara lain
Kebun Raya Cibodas dan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango, Taman
Nasional Komodo, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Tanjung
Putting, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Siberut, Taman
Nasional Bukit Batu, dan Taman Nasional Wakatobi.
RANGKUMAN

• Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman di antara


makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya
daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks-
kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman spesies,
antarspesies dengan ekosistem.
• Keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan yaitu tingkat
gen, spesies, dan ekosistem.
• Tipe ekosistem pada keanakaragama hayati terbagi atas dua
bagian yaitu ekosistem perairan dan ekosistem daratan.
• Manfaat keanekaragaman hayati yaitu sebagai sumber pangan,
sebagai sumber obat-obatan, sebagai sumber kosmetik, dll.
• Keanekaragaman hayati dapat berkurang bahkan punah
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu hilangya habitat,
pencemaran air, udara, dan tanah, perubahan iklim, serta adanya
eksploitasi
• Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan keankaragaman
hayati adalah dengan konservasi eksitu dan insitu
DAFTAR PUSTAKA

• Alters, S., & Alters, B. (2006). Biology understanding life.


United State of America: John Wiley & Sons, Inc.
• Anggreini, V. A. (2018, Mei 14). Indonesia rumah
keanekaragaman hayati. Retrieved from Good News
from Indonesia: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/0
5/14/indonesia-rumahkeanekaragaman-hayati
• Aristya, G. R., Daryono, B. S., Handayani, N. S., &
Arisuryanti, T. (2015). Karakterisasi tumbuhan dan
hewan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
• Astirin, O. P. (2000). Permasalahan pengelolaan
keanekaragaman hayati di Indonesia. Jurusan Biologi
FMIPA UNS Surakarta, 1(1), ISSN: 1412- 033X, 36-40.
• Herrington, J., Reeves, T. C., & Oliver, R. (2014).
Authentic Learning Environments. New York: Springer.
• Hidayat, R., Rifanjani, S., & Wahdina. (2017). Studi
keanekaragaman jenis burung diurnal di hutan sebadal
taman nasional gunung palung kabupaten kayong utara.
Jurnal Hutan Lestari, 5(3), e-ISSN: 2338-3127 Hoefnagels,
M. (2009). Biology concepts and investigations. New York:
McGraw-Hill.
• Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta:
Erlangga
• Yuwavi, M. Akrom. 2015. Contoh Gambar Keaneka ragaman
hayati tingkat Gen, Ekosistem,dan Jenis. [Online].
Tersedia di :
(http://akromyuwavfi.blogspot.com/2015/09/contohga
mbar-keaneka-ragamanhayati.html, diakses tanggal 15
Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai