PENDAHULUAN
3
BAB II
TELAAH PUSTAKA
4
merupakan limbah bahan yang mengandung lignoselulosa yang tersusun atas unsur karbon.
Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan karbon aktif untuk mengadsoprsi
limbah cair (Sembiring, dkk, 2003).
2.1.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pengikatan molekul dalam suatu fluida baik cair maupun gas ke
permukaan pori benda padat. Sedangkan menurut Alberty dan Daniel (1987) adsorpsi
merupakan phenomena yang terjadi pada permukaan. Bahan yang dipakai untuk melakukan
proses adsorpsi dinamakan adsorben, sedangkan bahan yang dijerap disebut adsorbat. Adapun
karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk proses adsorpsi yang baik diantaranya :luas
permukaan adsorben harus besar, adsorben yang digunakan harus memiliki tingkat kemurnian
yang tinggi, dan jenis gugus fungsi pada adsorben yang dapat berinteraksi dengan molekul
adsorbat. Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada
5
permukaan padatan yang tidak seimbang. Proses adsorpsi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah : jenis adsorbat, jenis adsorben, tempratur, pH, dan waktu kontak.
6
BAB III
PEMBAHASAN DAN APLIKASI GAGASAN
7
Limbah pabrik kelapa sawit terdapat dalam jumlah yang melimpah dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, oleh karena itu sangat diperlukan upaya memanfaatkan limbah untuk
mengatasi pencemaran lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah kepada pabrik
pengolahan kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada
saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis, yaitu limbah
padat, limbah cair, dan limbah gas. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit yang
memiliki presentase cukup besar adalah tempurung kelapa sawit (TKS).
Tempurung kelapa sawit merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal
oleh masyarakat, agar pemanfaatan tempurung kelapa sawit menjadi optimal perlu adanya
penelitian tentang pemanfaatan tempurung kelapa sawit. Dalam industri minyak kelapa sawit
sering kali limbah organik berupa TKS ini dibuang dan lama-kelamaan terus menempuk.
Sejalan dengan meningkatnya limbah batik besurek di Bengkulu maka salah satu alternatif
yang dapat dilakukan atau dimanfaatkan adalah limbah tempurung kelapa sawit dapat diolah
menjadi karbon aktif dan menyerap zat warna indigosol limbah batik besurek.
Pembuatan Karbon aktif dari Tempurung Kelapa Sawit yaitu :
1. Proses Karbonasi
Proses karbonasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah
menguap dalam bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen. Adapun tahapan
proses karbonisasi yaitu :
a. Tempurung kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau kaleng
yang telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan
jarak yang sama pada tutup bagian bawahnya.
b. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.
c. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
d. Selama api menyala ditambahkan tempurung sawit sedikit demi sedikit sampai
setingga permukaan drum atau kaleng.
e. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil
f. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah dan dilapisi
dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
g. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan
semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih rendah
sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar rendemen arang.
2. Proses Aktifasi
8
Proses Aktifasi betujuan untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan
cara menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan
pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan aktifator
HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi dengan garam mineral seperti MgCl2
10% dan ZnCl2 10%. Tahapan proses aktifasi yaitu :
a. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150 m.
b. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang tempurung
kelapa sawit, material direndam dengan HNO3 1% atau MgCl2 10% dan ZnCl2 10%
selama 3 jam.
c. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
d. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
Karbon aktif yang dihasilkan akan digunakan sebagai adsorben untuk menyerap limbah
zat warna indigosol pada batik besurek sehingga akan mengurangi pencemaran lingkungan.
3.2 Aplikasi Penggunaan Karbon Aktif TKS Pada Limbah Industri Batik di Kota
Bengkulu
Air limbah zat warna indigosol blue 04-B dari beberapa industri batik besurek di
Bengkulu diambil, kemudian disaring untuk memisahkan larutan dari padatan yang tidak
larut. Setelah itu diukur konsentrasi awal zat warna sebelum dilakukan adsorpsi menggunakan
karbon aktif tempurung kelapa sawit (TKS). Kemudian karbon aktif TKS dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan masing masing ditambahkan 50 ml air limbah zat warna indigosol
pada pH optimum. Masing-masing campuran tersebut diaduk dengan magnetik stirer selama
waktu optimum, kemudian disaring dan filtratnya dikumpul untuk diukur absorbansinya atau
konsentrasinya dengan Spektrofotometer UV-VIS.
9
BAB IV
PENUTUP
d.1 Simpulan
Tempurung kelapa sawit (TKS) merupakan limbah yang dihasilkan sebagai produk
samping dari industri pengolahan kelapa sawit. TKS ini biasanya hanya dibuang begitu saja
dalam jumlah banyak tanpa pengolahan terlebih dahulu. Padahal TKS mengandung selulosa
yang cukup tinggi. Kandungan selulosa yang tinggi dari TKS ini sangat berpotensi untuk
dimanfaatkan menjadi karbon aktif yang dapat digunakan sebagai adsorben zat warna
indigosol pada limbah industri batik besurek di Kota Bengkulu, Pembuatan karbon aktif dari
tempurung kelapa sawit yaitu dilakukan dengan proses karbonasi dan aktifasi. Karbon aktif
yang dihasilkan akan digunakan sebagai adsorben untuk menyerap limbah zat warna indigosol
pada batik besurek sehingga akan mengurangi pencemaran lingkungan.
d.2 Rekomendasi
1. Badan pemerintah, swasta ataupun rakyat yang mengembangkan industri kelapa sawit
hendaknya tidak membuang limbahnya di sembarang tempat, namun diolah menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat
2. Hendaknya pemerintah menegur bahkan memberi sanksi tegas kepada badan usaha
yang membuang limbah zat warna batik besurek ke perairan
10
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A.,and F. Daniel. 1987. Physical Chemistry,5th ed, SI Version. John Wiley and Sons
Inc. New York
Hidaiyanti, Rahma. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk) Dengan
Kulit Ari Sebagai Koagulan Zat Warna Reaktif Dalam Larutan Model Limbah Cair
Industri Kain Besurek. http://jurnal.unived.ac.id/index.php /agritepa/article/view/296
(diakses 10 Maret 2017)
Herlina, Muria. 2016. Ptek Bagi Produk Ekspor Batik Besurek: Perspektif Pengerajin Lokal
(Tradisional) Bengkulu http://lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017 /01/232-239-
Muria-Herlina-Bengkulu.pdf (diakses 10 Maret 2017)
Sontheimer, J.E. 1985. Activated carbon For Water Treatment. Netherland. El savier, pp. 51-
105
Subandriyo, M. 2003. A generalized Ono-Kondo Lattice Model For High Pressure on Karbon
Adsorben, Ph.D Disertation, Oklahoma State University
Suparno. 2010. Degradasi Zat Warna Indigosol Dengan Metode Oksidasi Katalitik
Menggunaka Zeolit Alam Teraktivasi dan Ozonasi. Jakarta : Tesis Uniersitas Indonesia
11