Anda di halaman 1dari 24

Nurhayati Zainal

NIM : 18059234

S1 Transfer Manajemen UNP

Critical Review Journal

Marketing Strategy and the Development of Batik Trusmi in the Regency of Cirebon which Used
Natural Coloring Matters

Penulis : Tita Borshalina

Publikasi : Procedia - Social and Behavioral Sciences 169 ( 2015 ) 217 – 226

Abstract :

Tren konsumen yang cenderung kembali ke alam sejauh ini telah meningkatkan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UKM) Batik Trusmi akan mengembangkan inovasi produk baru yang menggunakan bahan
pewarna alami. Penelitian Borshalina (2012) membuktikan hal itu Ada pengaruh orientasi pasar terhadap
inovasi dan ada pengaruh inovasi terhadap kinerja UKM Batik Trusmi dan beberapa pengaruh tidak
langsung orientasi pasar terhadap kinerja melalui inovasi UKM Batik Trusmi. Hasil penelitian Borshalina
(2012) menunjukkan bahwa kinerja UKM Batik Trusmi dipengaruhi oleh inovasi para pelaku dalam
memenuhi orientasi pasar atau kebutuhan konsumennya. Memenuhi tren konsumen dan meminimalisir
permasalahan limbah material akibat pewarnaan sintetis Secara materi, UKM Batik Trusmi berinovasi
menggunakan bahan pewarna alami seperti daun mangga, kulit pohon, kulit kayu mahoni, tembakau, kulit
kayu nila, kulit pohon jengkol. Terlepas dari semua itu, diakui bahwa harga batik diwarnai dengan. Bahan
pewarna alami lebih mahal dari pada batik yang diwarnai dengan pewarna sintetis. Inilah tantangannya.
Ditemui oleh UKM Batik Trusmi, bagaimana cara memproduksi batik yang ramah lingkungan sesuai
dengan konsepnya pembangunan berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jual menjadi
lebih tinggi karena menggunakan bahan pewarna alami yang ramah lingkungan dikelola atau diantisipasi
dalam peningkatan kualitas yang dapat diterima konsumen; faktor pendukung pengembangan Pasar Batik
Trusmi dengan bahan pewarna alami ternyata banyak diminati konsumen dengan Batik Trusmi yang
terbukti sangat diminati ramah lingkungan dan menjadi solusi atas kendala semakin banyaknya tenaga
kerja yang enggan bekerja batik yang diwarnai dengan bahan pewarna alami itu, dalam hal ini UKM
Batik Trusmi berusaha memberikan masukan bagi para pekerja itu Batik dengan bahan pewarna alami
pun dengan cepat laku di pasaran.

Ringkasan Jurnal

Latar belakang jurnal menjelaskan bahwa

Di Indonesia, batik diyakini sudah ada sejak zaman Majapahit, dan paling populer di akhir abad ke-
18abad atau pada awal abad ke-19. Batik yang dibuat adalah “batik tulis” (polanya semuanya digambar
tangan). Batik cap dikenal belakangan setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Meskipun kata
“Batik tulis” berasal dari bahasa jawa, keberadaan batik di jawa sendiri tidak berdokumen. Berbagai ahli,
domestik dan luar negeri, menyarankan pendapat yang berbeda. Sejarawan Belanda, G.P. Rouffaer,
menyatakan bahwa batik kemungkinan diperkenalkan dan berasal dari India atau Srilanka. Namun
pendapat ini tidak didukung oleh literatur sejarah yang otentik. Bahkan Rouffaer sendiri melaporkan
bahwa ia menemukan batik bermotif Gringsing yang berkembang sejak abad ke-12 di Kediri, Timur
Jawa. Ia menyimpulkan bahwa pola seperti itu hanya mungkin terbentuk dengan menggunakan canting
yang ia usulkan canting itu ditemukan di Jawa pada zaman itu.

Pada awalnya perkembangan batik di Solo dan Yogyakarta berpusat di balik tembok Istana
Kerajaan (Keraton). Oleh karena itu, motif batik yang berasal dari kedua daerah tersebut disebut sebagai
motif pedesaan batik. Motif yang ditemukan biasanya mengandung muatan filosofis yang penggunaannya
harus sesuai dengan adat istiadat dan ritual keagamaan yang sedang diadakan. Selain batik pedesaan, di
Indonesia juga dikenal batik tulis batik pesisir. Disebut demikian karena motif yang berkembang di
wilayah pesisir utara Jawa seperti Cirebon,Pekalongan, Indramayu, Lasem, dan Semarang. Ciri-ciri batik
pesisir antara lain ada pola alam hias berupa flora dan fauna, baik darat maupun laut, dan beberapa bentuk
akibat pengaruh berbagai budaya asing (seperti Cina, India, Belanda dan Arab). Batik pesisir menjadi ciri
khas dengan warna-warna cerah. Ada warna merah, kuning, hijau, biru, ungu dan merah muda.
Penggunaan warna-warna tersebut ternyata lebih menarik Minat pembeli karena sebagian besar batik
pesisir adalah komoditas perdagangan.

Motif batik pesisir cenderung dinamis karena adanya budaya asing yang ada di sekitarnya. Ini
memunculkan motif-motif baru yang terus berkembang hingga saat ini. Dengan adanya kebebasan untuk
berinovasi dan untuk Menciptakan kembali, batik pesisir juga muncul dengan corak pewarnaan yang
lebih beragam. Motif batik pesisir pun didapat inspirasi dari setiap bidang. Begitu pula perkembangan
industri batik di wilayah Kabupaten Trusmi-Cirebon; itu juga digunakan motif batik pesisir yang unik di
daerahnya.

Industri Batik Trusmi dikembangkan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam
kasus seperti itu, Perkembangan industri batik Trusmi di Kabupaten Cirebon tidak lepas dari
Meningkatnya jumlah UKM Batik Trusmi. Seiring dengan meningkatnya jumlah Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UKM) Batik Trusmi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat bahwa perkembangan UMKM di industri batik Trusmi
sedang berlangsung terus meningkat. Meningkatnya jumlah UKM batik Trusmi ternyata bisa di
latarbelakangi oleh ekonomikondisi yang semakin kondusif serta melatarbelakangi orientasi pasar UKM,
organisasi pembelajaran UKM, orientasi kewirausahaan UKM, dan inovasi UKM (Borshalina,2012).

Penelitian Borshalina (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap
inovasi; sana Dampak terhadap kinerja UMKM pengusaha Batik Trusmi dan beberapa dampak tidak
langsung orientasi pasar terhadap kinerja melalui inovasi pada UKM pengusaha Batik Trusmi. Hasil Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kinerja UKM pengusaha Batik Trusmi dipengaruhi oleh inovasi para agen
dalam memenuhi orientasi pasar atau kebutuhan konsumennya.

Orientasi pasar internasional dewasa ini, pasar Jepang dan Eropa khususnya, menginginkan produk
batik yang ramah alam (Sancaya Rini, dalam Clean Batik Initiative / CBI, 2013). Ini didasarkan pada
realitas dampak buruk penggunaan bahan kimia berbahan dasar pewarna sintetis secara berlebihan dalam
industri batik. Menurut Badan Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA), empat sungai di Pekalongan sudah
tercemar tidak bisa lagi digunakan sesuai kebutuhan masyarakat atau komunitas. Air sungai tidak bisa
digunakan lagi untuk menyirami sawah atau kolam perikanan di sungai delta. Kasus serupa juga
ditemukan di Cirebon. 18 sungai selama ini hanya digunakan untuk industri. Butuh waktu yang sangat
lama untuk menetralisir air sungai di sini daerah. Mengingat betapa buruknya masalah ini dan kurangnya
pemecahan masalah yang berhasil untuk mengatasinya, CBI menganggap penggunaan bahan pewarna
alami sebagai konsep yang sangat penting untuk mendukung industri kembali akar batangnya, dan akan
mampu menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan banyak
sekali pembelajaran ulang (Inisiatif Batik Bersih / CBI, 2013).

Dalam upaya meminimalisir permasalahan sampah semacam ini, para pelaku UMKM Batik Trusmi
di Kab Cirebon, khususnya dalam pengolahan pewarnaan batik unggulan di desa-desa tersebut,
menggunakan berbagai bagian tumbuhan tersebut seperti daun mangga, kulit kayu pohon mahoni,
tembakau, kulit kayu nila, hingga kulit pohon jengkol. Batik motif yang diwarnai oleh kulit kayu jengkol
nantinya akan berwarna kecoklatan. Semua bagian herbal harus direbus terlebih dahulu selama diminimal
4 jam dengan 10 liter air sampai air menjadi 4 liter. Air itulah yang akan digunakan untuk mewarnai
batik. Warna yang dihasilkan dari bahan alami akan terlihat agak kusam, tidak secerah warna sintetis
sistem. Harus diakui, harga batik tulis yang diwarnai dengan pewarna alami lebih mahal. antara Rp.300
-500 ribuan, sedangkan yang diwarnai dengan sistem sintetik dihargai sekitar Rp. 125.000. Ini menjadi
tantangan bagi para pelaku UMKM Batik Trusmi untuk dapat memproduksi batik ramah lingkungan di
acara berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk
menyarankan beberapa strategi pemasaran dan Perkembangan Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon
dengan menggunakan bahan pewarna alami yang dipertimbangkan ramah lingkungan sejalan dengan
konsep pembangunan berkelanjutan.

Diskusi :

1. Inovasi Pengembangan Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon Menggunakan Bahan Pewarna Alami
Yang Ramah Lingkungan.
Inovasi pengembangan Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon menggunakan bahan pewarna alami
yang ramah lingkungan ditingkatkan dengan sejumlah kelemahan bahan pewarna sintetis,
yang antara lain:
a. Limbah zat pewarna sintetis yang membahayakan kesehatan manusia. Saat menjadi perajin
batik atau batik tulis Industri membuang limbah pewarna sintetis sesuka mereka, kemudian
akan mencemari lingkungan, termasuk manusia.
b. Industri batik tidak sadar, tidak tahu, atau bahkan tidak peduli bahaya yang disebabkan oleh
limbah bahan pewarna sintetis.

Berkenaan dengan sisi negatif dari bahan pewarna sintetis, Batik Trusmi ingin berinovasi
dalam menggunakan bahan pewarna alami bahan pewarna tersedia di lingkungan mereka. Selain
itu juga berinovasi menggunakan bahan pewarna alami, UKM Batik Trusmi berniat memicu
tersangka calon konsumen membeli batiknya. Kejelasan alasan tentang Bahaya bahan pewarna
sintetik menjadi motivasi yang kuat untuk mencari inovasi bersama pewarna alami. Back to
nature tak lepas dari alasan UKM Batik Trusmi membuatnya inovasi dengan produk mereka.

Atas bimbingan Clean Batik Innovative (CBI) tentang penggunaan bahan pewarna alami
disampaikan oleh beberapa orang Diakui para ahli, UKM Batik Trusmi semakin percaya diri
menggunakan bahan pewarna alami dari lingkungan mereka. CBI berharap dapat menghapus
beberapa mitos yang tersebar luas bahwa pewarnaan alami itu sulit untuk membuat dan memiliki
warna terbatas.

Dalam konsumsi yang berkelanjutan, CBI kemudian memberikan perhatian untuk


meningkatkan kesadaran konsumen dan melakukan promosi Batik Trusmi yang ramah
lingkungan, serta memacu UKM Batik Trusmi untuk memasarkannya secara ramah lingkungan
ramah dari Batik Trusmi. Untuk mengaktivasi UKM Batik Trusmi, CBI membimbing UKM
Batik Trusmi pada konsep tersebut pemasaran dengan empat P bauran pemasarannya yaitu
penetapan harga, promosi, distribusi / penempatan, dan produk; harga negosiasi, desain dan
pengembangan serta pameran sebagai promosi produk.

Pembinaan pemasaran ini menjadi pemicu perubahan yang baik untuk memberikan semangat
bagi UKM Batik Trusmi untuk terjun praktek produksi batik yang lebih ramah lingkungan,
khususnya dengan pewarnaan alami materi, sehingga UMKM Batik Trusmi terpaksa menerapkan
strategi pemasaran dalam kemasan, promosi masalah, harga, pemilihan warna dan pola, dan juga
strategi pemasarannya.

2. Faktor Pendukung dan Kendala dalam Penerapan Strategi Pemasaran Batik Trusmi dengan
Pewarna Alami
Perkembangan pasar dilaksanakan karena adanya perkembangan pasar dan Perluasan
jangkauan pasar baru ini diharapkan dapat menjaga kelangsungan hidup UKM Batik Trusmi dan
juga mengembangkan usahanya untuk menghasilkan keuntungan yang nantinya dapat menjamin
kelangsungan usahanya.
Strategi pengembangan produk baru dengan bahan pewarna alami dilakukan oleh UKM
Batik Trusmi punya beberapa alasan sebagai berikut:
1. Sejalan dengan orientasi konsumen yang cenderung back to nature yang dapat
memuaskan sekaligus menarik Konsumen UMKM Batik Trusmi melakukan penyesuaian
dengan trend konsumen.
2. UKM Batik Trusmi berkeinginan menghadirkan produknya di kancah pemasaran dengan
tampilan yang berbeda dibandingkan dengan batik dari daerah lain; Batik Trusmi
memiliki keunikan dengan warna alamnya.

Faktor pendukung pelaksanaan pengembangan pemasaran antara lain:

1. Tersedianya banyak peminat batik trusmi yang terbukti ramah lingkungan.


2. Memiliki stok bahan baku dan pewarna alami yang cukup untuk memudahkan produksi
barang yang seharusnya dibuat menjadi batik.
3. Memiliki sumber daya manusia yang handal untuk menampilkan kreativitas.

Sedangkan pendukung strategi pengembangan produk baru adalah:

1. Memiliki pelanggan tetap yang akan menyerap hasil pengembangan produk.


2. Tersedianya transportasi yang baik.
3. Mekanisme cepat, order oleh pelanggan dapat disediakan dengan cepat sesuai keinginan
pelanggan.

Selain faktor pendukung, juga terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pengembangan
pemasaran strategi, kendalanya adalah:

1. Kebersamaan antar pengrajin batik dimana pengrajin batik dari luar Trusmi juga
memproduksi batik serupa dengan harga lebih murah.
2. Pembayaran yang ditunda oleh pelanggan.
3. Sulitnya mencari area jual.

Beberapa kendala dalam penerapan strategi pengembangan produk baru adalah:

1. Tidak adanya bahan pendukung yang kadang terjadi.


2. Buruh yang enggan membatik yang dinilai terkadang terlalu rumit.
3. Biaya pembuatan produk baru yang relatif tinggi.

3. Solusi Kendala Implementasi Strategi Pemasaran Batik Trusmi Dengan Bahan Pewarna Natural
Adanya kendala dalam implementasi strategi pemasaran UKM Batik Trusmi memaksa para
pengrajin batik untuk mengerjakan batik melalui beberapa tindakan untuk mengatasi masalah
tersebut, antara lain dengan (a) jika Kebetulan bahan penunjang batik tidak tersedia, maka
pengrajin mengganti atau mengganti bahan dengan persetujuan konsumen terlebih dahulu; (b)
Saat pekerja enggan membatik model Dengan bahan pewarna alami, maka para pelaku UKM
Batik Trusmi mencoba memberikan masukan kepada para pembatik tersebut dengan bahan
pewarna alami, batik dengan cepat laku di pasaran; dan (c) ketika biaya pembuatan produk baru
relatif tinggi, maka pelaku UMKM Batik Trusmi akan menghitung biaya produksi dengan
mempertimbangkan kebutuhan pembuatan batik berkualitas tinggi.
Sedangkan solusi atas kendala yang ditemukan dalam implementasi strategi pengembangan
pasar antara lain, adalah:
1. Untuk konkurensi pasar terutama pada harga produk lain yang lebih murah yaitu UKM
Batik Trusmi akan menghitung ulang biaya produksi produk, dan kemudian menetapkan
harga standarnya.
2. Mengetahui area pemasaran dilakukan dengan secepatnya mengirimkan produk baru saat
pesanan ditemukan tidak cukup.

Kesimpulan :

Berdasarkan definisi masalah dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan

berikut:

1. Kecenderungan konsumen yang cenderung back to nature dan itulah yang membuat UKM Batik
Trusmi menjadi menerapkan inovasi dalam mengembangkan produk baru dengan menggunakan
bahan pewarna alami. Harga jualnya menjadi lebih tinggi dan ini dikelola dengan peningkatan
kualitas sehingga dapat diterima oleh pelanggan.
2. Beberapa faktor pendukung perkembangan pasar tersebut antara lain adalah (a) jumlah pelanggan
yang banyak tertarik dengan batik Trusmi yang ramah lingkungan; (b) memiliki bahan baku yang
cukup dan bahan pewarna alami yaitu kemudahan untuk bahan produk yang harus dijadikan
batik; dan C) sumber daya manusia yang memadai, sehingga mudah untuk mendapatkan tangan
dengan kreativitas yang tinggi. Sedangkan untuk faktor pembatas (a) adanya kerukunan antar
pengrajin batik karena pengrajin batik dari luar Trusmi juga memproduksi produk batik sejenis
dengan harga jual lebih murah atau lebih murah; (b) pembayaran oleh pelanggan ditunda; (c)
kesulitan menemukan area pemasaran; (d) kadang bahan pendukungnya tidak tersedia atau sudah
habis; (e) Tenaga kerja terkadang enggan mengerjakan pekerjaan pembuatan batik yang mereka
lakukan dianggap rumit; dan (f) biaya produksi produk baru relatif tinggi.
3. Beberapa tindakan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain (a) bahan pendukung sudah
habis atau belum tersedia, persetujuan dari pelanggan diminta untuk mengganti dengan bahan
lain; (b) jika tenaga kerja Enggan menggarap model batik dengan urusan pewarnaan natural,
maka pelaku UKM Batik Trusmi akan menjelaskan kembali memberi masukan bahwa batik
dengan bahan pewarna alami laku di pasaran; dan (c) jika biaya Jika produksi produk baru relatif
tinggi, maka UMKM Batik Trusmi akan menghitung ulang biayanya mengingat kualitas tinggi

Critical review :
Kelebihan
1. Latar belakang dipaparkan dengan jelas dan lengkap
2. Menyertakan fenomena yang terjadi sebelumya
Kekurangan
1. Metodologi penelitian tidak dijelaskan dengan rinci
2. Hanya mengumpulkan data informasi
3. Kurang memaparkan penelitian – penelitian sebelumnya
Critical Review Journal

Factors affecting marketing strategy of logistics business – Case ofVietnam

Penulis : Pham Van Honga, Thanh-Thuy Nguyenb

Publikasi : The Asian Journal of Shipping and Logistics

Abstrak

Strategi pemasaran yang efisien merupakan kontribusi penting dalam setiap kesuksesan
bisnis termasuk penyedia jasa logistik. Memahami strategi pemasaran yang ada dan pekerjaan
yang didorong di perusahaan logistik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Studi ini bertujuan
untuk menguji berbagai faktor untuk mengetahui faktor mana yang lebih berdampak pada
strategi pemasaran perusahaan logistik di negara berkembang pada umumnya, dan di Vietnam
pada khususnya. Dengan menggunakan wawancara, survei kuisioner, dan kemudian Exploratory
Factor Analysis (EFA) untuk memeriksa unidimensionalitas skala dan nilai struktural
pengukuran, hasil studi membuktikan bahwa faktor internal memiliki pengaruh yang lebih
signifikan daripada faktor eksternal baik dalam pengembangan dan penerapan pemasaran.
strategi perusahaan logistik di Vietnam, seperti jaringan bisnis, sumber daya manusia dan strategi
pemasaran yang ada. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh terbesar terhadap
strategi pemasaran perusahaan, dipertimbangkan oleh perusahaan logistik adalah infrastruktur
logistik.

Ringkasan Jurnal
Latar belakang jurnal menjelaskan bahwa
Komponen penting untuk pencapaian bisnis adalah memiliki strategi pemasaran yang
efisien. Ada cukup banyak penelitian di bidang logistik dan pemasaran dengan kontribusi
tertentu baik teori maupun praktek dari pendekatan yang berbeda. Disebutkan oleh Mentzer dan
Kahn (1995) dan Stock (1990), pentingnya sektor logistik menggarisbawahi perlunya penelitian
dalam penelitian tentang strategi logistik, baik secara teoritis maupun empiris. Semua studi
menemukan perspektif yang berbeda untuk pertanyaan: kriteria kunci mana yang paling
signifikan dan menarik sebagian besar niat perusahaan dalam membangun strategi pemasaran
mereka di berbagai jenis bisnis?
Studi ini membahas pertanyaan-pertanyaan ini namun untuk perusahaan logistik di negara-
negara berkembang dengan Vietnam sebagai kasus studi. Ini meninjau literatur sejarah
pemasaran untuk menginformasikan penelitian dan praktik saat ini dalam pemasaran, yang
menyarankan pendekatan strategis ke dalam kerangka koheren logis yang memungkinkan
manajer di tingkat manajemen yang berbeda untuk memilih strategi yang paling efektif di antara
alternatif yang dapat dicapai, berdasarkan sumber daya perusahaan, untuk mencapai tujuan
manajemen pemasaran (Shaw, 2012). Studi selanjutnya berfokus pada eksplorasi faktor-faktor
atau kriteria fundamental yang mempengaruhi strategi pemasaran dalam industri logistik dan
menganalisis kriteria mana yang dianggap lebih berdampak pada kualitas strategi pemasaran
dalam konteks yang koheren secara positif dari kinerja perusahaan logistik. Oleh karena itu,
kriteria tersebut dikategorikan dalam dua kelompok utama yang disebut faktor eksternal dan
faktor internal. Mereka dihitung berdasarkan bobot dampaknya terhadap strategi pemasaran
perusahaan logistik.

Diskusi :
Studi ini bahkan melangkah lebih jauh untuk memisahkan dan menyelidiki dua jenis
lingkungan yang disebut "lingkungan ekonomi" dan "lingkungan hukum", di mana ditemukan
bahwa hanya yang pertama menambah nilai lebih bagi Marketing strategy dalam industri logistik
Vietnam. Selain itu, penelitian ini setuju dengan bahwa faktor pesaing tidak memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap Marketing Strategy dan oleh karena itu kinerja perusahaan,
di sisi lain, penelitian ini mempromosikan teori dengan menambahkan lebih banyak wawasan ke
dalam faktor-faktor penting lainnya yang mempromosikan kualitas strategi pemasaran di industri
logistik
Penelitian ini menemukan bahwa faktor potensi keuangan & fasilitas dan faktor kapasitas
IT merupakan faktor yang kurang penting dalam Marketing Strategy perusahaan logistik dan
sejauh ini kinerja perusahaan. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur di mana kapasitas IT dan
keuangan berperan sebagai peran terpenting dalam kinerja perusahaan.
Kesimpulan :
Studi ini memberikan dukungan yang cukup besar untuk berbagai faktor yang
mempengaruhi pengembangan strategi pemasaran dalam bisnis logistik. Konsisten dengan studi
lain dalam literatur, temuan studi ini menegaskan hubungan pendukung mendasar antara strategi
pemasaran dan kinerja bisnis logistik secara umum dan dalam konteks Vietnam secara khusus.
Namun, berbeda dengan literatur, studi menemukan bahwa faktor internal memberikan pengaruh
yang sedikit lebih besar daripada faktor eksternal dalam MS industri logistik di Vietnam. Selain
itu, jaringan bisnis dan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling kritis sedangkan
faktor IT dan kapasitas keuangan kurang krusial dibandingkan dengan penelitian lain.
Studi tersebut memuat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan dan menjadi
pertimbangan perlunya penelitian lebih lanjut. Pertama, komposisi faktor internal dan eksternal
dapat didefinisikan sedikit berbeda tergantung pada pemilihan tinjauan pustaka, yang mungkin
mengarah ke arah dan perspektif yang berbeda dari pengembangan strategi pemasaran untuk
perusahaan logistik. Kedua, desain penelitian tidak terlalu longitudinal. Lebih lanjut, karena
informasi diperoleh dari survei kuesioner anonim, mungkin sulit untuk menentukan keaslian
informasi. Oleh karena itu, pekerjaan masa depan harus dipertimbangkan dengan mengadopsi
desain yang lebih longitudinal untuk menguji urutan sebab akibat dari faktor-faktor tersebut.

Critical review :
Kelebihan
1. Metodologi dijelaskan dengan rinci
2. Banyak referensi dari literatur terdahulu
Kekurangan
1. Kurang memaparkan latar belakang secara rinci
2. Tidak dijelaskan fenomena yang terjadi
Critical Review Journal

Marketing Research regarding the Usage of Online Social

Networking Sites by High School Students

Penulis : Mircea Fuciu, Hortensia Gorski

Publikasi : Procedia Economics and Finance 6 ( 2013 ) 482 – 490

Abstract :

Makalah ini bertujuan untuk menyajikan konsep jaringan sosial online (OSN) dan evolusinya
dalam dunia bisnis serta beberapa keuntungan dan kerugian penting menggunakan situs jejaring sosial
online. Kami sedang mempresentasikan penelitian kuantitatif di alasan utama untuk menggunakan situs
jaringan online oleh siswa sekolah menengah dari beberapa kabupaten Rumania. Penulis akan menyajikan
hasil penelitian yang menggarisbawahi: kegiatan pokok yang dilakukan mahasiswa dengan alat
komunikasi baru ini, jumlah rata-rata teman yang dimiliki siswa dan kriteria pemilihan mereka serta
tingkat pengaruh situs OSN kehidupan dan aktivitas (sekolah dan swasta) para siswa.

Ringkasan Jurnal

Latar belakang jurnal menjelaskan bahwa

Dunia tempat kita tinggal berada dalam keadaan perubahan dan perkembangan yang berkelanjutan.
Setiap hari kami mendengar tentang teknologi baru dan penemuan baru yang dapat dan akan
memengaruhi kehidupan kita. Tapi tidak ada teknologi yang memiliki perkembangan lebih besar seperti
teknologi informasi dan komunikasi telah dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan internet dalam
beberapa tahun terakhir, peningkatan penggunaan oleh bisnis dan individu swasta sama-sama telah
melahirkan lingkungan baru dan pemasok.

Dunia bisnis tidak bisa lagi mengabaikan alat komunikasi dan informasi baru ini. Dengan bantuan
mereka, para manajer dan pemasar sama-sama dapat menjangkau konsumen mereka dengan lebih cepat,
lebih baik, dan dengan cara yang lebih personal. Salah satu alat tersebut telah berkembang dalam dekade
terakhir: situs jejaring sosial online atau yang paling sering disebut dengan sosial jaringan. Metode
komunikasi baru ini memiliki dampak yang begitu besar di dunia yang tidak ada organisasi itu respek itu
sendiri bisa dilakukan tanpa. Tentu bukan hanya dunia bisnis yang diuntungkan dari alat ini, yaitu swasta
individu-individu adalah orang-orang yang paling banyak mendapatkan, dan beberapa bahkan mungkin
kehilangan, dari perkembangannya. Mungkin struktur paling sosial yang menerima pengaruh terbesar dari
platform komunikasi baru ini adalah individu muda. Untuk mencapai pikiran kelompok sasaran ini, para
manajer dan spesialis pemasaran mereka perlu untuk memahami alasan utama dan kegiatan utama yang
dilakukan oleh para remaja di situs tersebut dan bagaimana caranya situs-situs ini dapat memengaruhi
perilaku mereka.

Diskusi :

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil angket dengan Program Analisis Statistik SPSS, diperoleh
hasil penelitian kami menunjukkan bahwa 95% siswa sekolah menengah menggunakan jejaring sosial
online dan hanya 5% responden menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan atau memiliki akun
jejaring sosial online. Berdasarkan hasil tersebut kami dapat menyatakan bahwa hipotesis (H1) yang
disajikan sebelum penelitian diterima.

Penelitian ini dikembangkan di sekolah-sekolah menengah dari Kabupaten Sibiu, Salaj dan Satu
Mare. Hasilnya adalah sebagai berikut Situs jejaring sosial online yang paling dikenal adalah Facebook
dan Google+. Metode koneksi yang disukai ke akun OSN adalah komputer pribadi dan laptop. Kriteria
penilaian utama untuk menerima koneksi adalah: orang tersebut diketahui oleh pemilik akun, diikuti
dengan jumlah teman yang sama. Kegiatan utama yang dilakukan siswa saat terhubung dengan akun OSN
mereka adalah: berkomunikasi dengan teman dan memposting foto. Jumlah rata-rata koneksi yang
dimiliki pengguna lebih dari 500. Pesan dari teman / kenalan memengaruhi pengguna dengan cara yang
kuat dan rata-rata. Kampanye periklanan telah mempengaruhi siswa sekolah menengah dan pengguna
yang sama menyatakan bahwa mereka menggunakan OSN menginformasikan diri mereka sendiri tentang
produk / layanan atau acara dan beberapa di antaranya membeli produk atau layanan.

Kesimpulan :

Dalam beberapa dekade terakhir terjadi perkembangan teknologi baru di bidang teknologi
informasi dan komunikasi telah mengubah cara perusahaan, manajer, dan individu berkomunikasi. Kami
telah melihat lompatan besar di metode komunikasi antar individu serta metode interaksi baru telah
muncul. Jadi, sosial baru jaringan telah dikembangkan di lingkungan online. Dalam dekade terakhir, alat
komunikasi baru telah datang untuk hidup dan telah sangat mengubah kehidupan banyak individu dan
banyak organisasi: jaringan sosial online. Kita telah disajikan dalam makalah ini konsep jaringan sosial
online, evolusi alat ini dan kelebihannya dan kerugian untuk menggunakannya dalam bisnis dan dunia
nyata.

Kami telah mengembangkan riset pemasaran kuantitatif untuk memahami alasan utama
menggunakan OSN, yaitu situs online utama yang diketahui oleh siswa sekolah menengah dan kegiatan
utama yang dilakukan oleh mereka saat mengakses situs tersebut Akun. Penelitian ini dikembangkan di
sekolah-sekolah menengah dari Kabupaten Sibiu, Salaj dan Satu Mare. Kami bisa meringkas hasilnya
sebagai berikut:

1. 95% responden memiliki akun situs jejaring sosial online;


2. Situs jejaring sosial online yang paling dikenal adalah Facebook dan Google+;
3. Metode koneksi yang disukai ke akun OSN adalah komputer pribadi dan laptop;
4. Kriteria penilaian utama untuk menerima koneksi adalah: orang tersebut diketahui oleh
pemilik akun, diikuti dengan jumlah teman yang sama.
5. Kegiatan utama yang dilakukan siswa saat terhubung dengan akun OSN mereka adalah:
berkomunikasi dengan teman dan memposting foto.
6. Jumlah rata-rata koneksi yang dimiliki pengguna lebih dari 500;
7. Pesan dari teman / kenalan memengaruhi pengguna dengan cara yang kuat dan rata-rata.
8. Kampanye periklanan telah mempengaruhi siswa sekolah menengah dan pengguna yang
sama menyatakan bahwa mereka menggunakan OSN menginformasikan diri mereka
sendiri tentang produk / layanan atau acara dan beberapa di antaranya membeli produk atau
layanan.

Seperti yang bisa kita lihat, respondennya beragam dan menawarkan kepada kita pandangan
menarik di benak siswa SMA itu memiliki akun situs jejaring sosial online. Alat ini dapat digunakan oleh
manajer dan pakar pemasaran mengembangkan strategi pemasaran atau komunikasi mereka dengan lebih
baik. Kami berharap penelitian ini dapat menjadi langkah maju memahami bagaimana meningkatkan
kelangsungan hidup OSN di dunia bisnis. Tentu penelitian kami hanya a transversal satu dan studi lebih
lanjut di bidang ini secara longitudinal dapat dikembangkan untuk memahami evolusi fenomena jejaring
sosial online dari waktu ke waktu dan menggunakan hasilnya dalam strategi bisnis.

Critical review :
Kelebihan
1. Hasil penelitian sangat rinci dengan menampilkan grafik
Kekurangan
1. Metode penelitian hanya memaparkan sampel
2. Tidak menjelaskan fenomena yang terjadi
3.

Critical Review Journal

Role of airline promotion activities in destination branding: Case ofDubai vis-à-vis


Emirates Airline

Penulis : Rashad Al Saed,∗, Amitabh Upadhya, Mohammad Abu Saleha

Publikasi : European Research on Management and Business Economy

Abstrak

Dubai, Emirat Arab yang dikenal secara global, telah mencapai citranya sebagai tujuan matahari,
pasir, dan laut dengan faktor X tambahan untuk keselamatan dan belanja untuk meningkatkan persepsi
positif pengunjung. Sama-sama dipersepsikan dengan baik oleh konsumen dan dicemburui oleh para
pesaing, maskapai penerbangan nasionalnya, Emirates Airline, telah memberikan kontribusi besar pada
pencitraan merek Dubai sebagai tujuan wisata. Studi ini menyelidiki aktivitas promosi Emirates Airlines
dan pengaruhnya terhadap citra merek Dubai. Studi ini kemudian membuat model konseptual atribut
tujuan, citra merek, dan aktivitas promosi maskapai, yang menjadi dasar untuk analisis empiris. Hasilnya,
sesuai dengan model konseptual, menunjukkan bahwa aktivitas promosi maskapai nasional dan layanan
dalam penerbangan memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap citra merek Dubai. Studi ini
menemukan korelasi yang menarik antara upaya promosi maskapai nasional dan branding destinasi dan
memberikan rekomendasi untuk peningkatan co-branding.

Ringkasan Jurnal

Latar belakang jurnal menjelaskan bahwa

Branding adalah proses dimana merek dapat memperkuat, melindungi dan membedakan diri dari
pesaing (Baker, 2007; Keller & Lehmann, 2006). Namun, citra merek tidak dibuat dengan cepat dan
membutuhkan upaya multipel yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Saat ini, minat yang
tumbuh dalam konsep manajemen merek bersama dengan berbagai persyaratan strategi pemasaran
internasional di antara organisasi lintas sektor (Ökten, Okan, Arslan, & Güngör, 2019).

Citra destinasi sangat penting karena menginspirasi orang untuk mengunjungi tujuan setidaknya
sekali dan mungkin berulang kali (Hafeez, Foroudi, Dinnie, Nguyen, & Parahoo, 2016). Ini adalah proses
yang berupaya membentuk asosiasi tertentu dengan tempat di benak orang. Pencitraan merek destinasi,
subkategori pencitraan merek tempat, menyiratkan perspektif wisata dan oleh karena itu lebih spesifik.
Pencitraan merek tujuan adalah tentang apa yang membuat suatu tempat unik - identitasnya (Parente,
Hancke, Ryabicheva, & Baumhauer, 2019). Manfaat branding strategis destinasi termasuk membangun
citra yang diinginkan yang dapat menarik wisatawan memungkinkan penargetan yang efektif untuk
menarik konsumen potensial, mengkomunikasikan tujuan tujuan ke pasar sasaran, memungkinkan
pengenalan langsung, dan mendidik pengunjung Séraphin, Zaman, Olver, Bourliataux-Lajoinie , dan
Dosquet (2019).

Merek dapat menciptakan identitas dan citra positif untuk suatu tujuan yang mengikat wisatawan
secara emosional (Gnoth, 2007), salah satu mitra yang mungkin memenuhi kriteria tersebut adalah
maskapai regional atau nasional yang melayani tujuan tersebut. Maskapai penerbangan dan bandara
memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian negara secara umum dan pariwisata pada
khususnya. Morgan, Pritchard, dan Piggott (2003) percaya bahwa mitra utama di panggung internasional
untuk organisasi manajemen destinasi mana pun mungkin adalah maskapai penerbangan karena mereka
telah menginvestasikan jutaan dolar dari dana mereka sendiri untuk membangun identitas merek yang
kuat yang dapat menguntungkan destinasi melalui co-branding upaya. Niat pelanggan untuk
menggunakan layanan maskapai penerbangan berarti bahwa pelancong tersebut tertarik pada tujuan
tertentu, baik untuk bisnis atau untuk kepastian. Untuk menjual kursi, maskapai penerbangan juga harus
menjual destinasi. Dengan demikian, dengan melakukan hal tersebut, berkontribusi pada pembentukan
citra destinasi wisata (Frossard, Castro, & Fraga, 2017).

Sektor penerbangan Timur Tengah terus berkembang, dan GCC telah memainkan peran utama
dalam pertumbuhan ini. Sejak 2015, bandara Dubai, Doha, dan Abu Dhabi telah mencapai kapasitas
tahunan 190 juta penumpang, dan diperkirakan pada tahun 2020, Emirates, Qatar, dan Etihad Airways
akan memiliki kapasitas untuk mengangkut hampir 200 juta penumpang - empat kali lipat kapasitas
mereka saat ini. - dengan bandara lima landasan pacu baru Dubai mampu menangani 70 juta pas-sengers
(https://centreforaviation.com/2019). Dalam hal ini, maskapai penerbangan nasional, Emirates Airline,
memiliki peran kunci yang harus dimainkan. Emirates Airlines sudah bertindak sebagai duta merek untuk
Dubai dengan cara yang sama seperti Singapore Airlines telah memainkan peran sentral dalam memacu
pariwisata ke Singapura. Emirates secara luas diakui sebagai merek terkuat di UAE.

Dengan demikian, maskapai penerbangan ini berada dalam posisi yang baik untuk membantu
memacu pencitraan merek Dubai, salah satu pusat GCC utama yang dilayaninya (Stephens Balakrishnan,
2008). Ada penelitian terbatas yang tersedia di domain publik tentang apakah dan bagaimana Emirates.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi dampak kegiatan promosi pesawat
terbang terhadap pengembangan atribut tujuan dan citra merek, berdasarkan studi kasus Emirates of
Dubai dan Emirates Airlines.

Diskusi :

Sesuai dengan model konseptual yang dikembangkan untuk studi ini, aktivitas promosi jalur udara
dan layanan dalam penerbangan memiliki dampak yang cukup besar pada citra merek tetapi tidak
memoderasi hubungan antara pariwisata, termasuk pengemudi ritel dan merek tujuan atau antara
pengemudi tujuan maskapai penerbangan. dan citra merek. Kurangnya moderasi ini berarti bahwa
aktivitas dan layanan ini memiliki pengaruh langsung dalam meningkatkan citra destinasi dan memainkan
peran utama. Penggerak ekonomi, bagaimanapun, mencakup lebih banyak jenis kegiatan ekonomi yang
mungkin tidak perlu terkait dengan branding destinasi; oleh karena itu, terbukti tidak signifikan secara
statistik dalam kasus ini.

Studi menemukan bahwa aktivitas promosi dalam penerbangan Emirates Airlines, seperti majalah,
video dan film serta layanan makan dan bev-erage, dan aktivitas promosi umum, seperti acara, sponsor ,
kampanye kesadaran, iklan dan aktivitas hubungan masyarakat, memiliki dampak langsung dan positif
pada kreativitas dan citra afektif destinasi, sehingga menambah nilai merek.

Kesimpulan :

Hasil studi, terutama dalam kasus Dubai sebagai tujuan wisata dan hubungannya dengan Emirates
Airlines sebagai maskapai penerbangan nasional dan duta merek yang ditunjuk, penting dan dapat
memberikan tip praktis untuk pemasaran dan pengelolaan destinasi. Patut dicatat bahwa pendorong
ekonomi atribut destinasi tampaknya tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada
branding destinasi; namun, sama-sama mengagumkan bahwa pengemudi pariwisata dan ritel secara lebih
luas berkorelasi positif dengan branding destinasi. Namun, aktivitas promosi maskapai tidak harus
mengurangi atribut atau merek pariwisata. Premis studi bahwa aktivitas promosi dan layanan maskapai,
terutama maskapai penerbangan nasional, memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
pembangunan merek suatu destinasi telah terbukti benar, meskipun agak independen. Jelas terdapat
perbedaan konsep antara pemasaran dan branding destinasi karena pemasaran lebih merupakan teknik
push, sedangkan branding adalah strategi tarik karena persepsi yang diciptakan oleh brand menempati
posisi jangka panjang di benak pembeli dibandingkan dengan pemasaran, yang mana lebih bersifat
sementara. Kedua, merek destinasi dikembangkan oleh pengalaman selama suatu periode, dan
pengalaman pariwisata dan ritel di destinasi menambah nilai pada upaya branding.

Kemungkinan penting lainnya yang disajikan penelitian ini adalah tentang co-branding. Ide untuk
mengembangkan kerangka kerja merek yang menyeluruh yang akan mencakup "pohon keluarga merek
tujuan" dan koordinasi kegiatan tujuan di bawah konsep merek yang sama yang akan mencakup logo,
slogan, identitas merek, misi, visi, nilai, dll. dalam konsep perluasan merek dan merek kooperatif. Karena
itu, manajer destinasi disarankan untuk mengembangkan strategi co-branding yang lebih komprehensif
dan menguntungkan Emirates Airlines dan Destination Dubai. Karena aktivitas promosi mereka saling
melengkapi, logo umum, slogan, dan kampanye promosi layak untuk ditelusuri. Terdapat sinergi antara
upaya promosi dan branding dari jalur udara dan tujuan, tetapi upaya terpadu dapat menghasilkan hasil
yang lebih besar.

Terakhir, harus dicatat bahwa ada beberapa batasan untuk studi. Ini mungkin termasuk
pengambilan sampel acak dari responden dan pengecualian beberapa faktor di bawah berbagai pendorong
dalam pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu disarankan bahwa generalisasi menyeluruh berdasarkan
hasil penelitian ini mungkin tidak bijaksana; Namun, studi ini jelas menunjukkan jalan untuk melakukan
studi yang lebih besar dan lebih representatif untuk lebih menguatkan konsep tersebut.

Critical review :

Kelebihan

1. Memiliki banyak referensi penelitian terdahulu


2. Metodologi penelitian dijelaskan dengan rinci

Kekurangan

1. Metodologi penelitian tidak dijelaskan dengan rinci


2. Hanya mengumpulkan data informasi
Critical Review Journal

Examining the effect of customers’ perception of bank marketing communication on


customer loyalty

Penulis : Chinedu Ogbonnaya Zephaniah , Ike-Elechi Ogba , ErnestEmeka Izogo

Publikasi : Scientific African

Abstrak

Meskipun industri perbankan di seluruh dunia telah mengalami transformasi yang luar
biasa terutama digitalisasi, penelitian hampir tidak dapat mengimbangi perubahan ini, terutama
yang berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran. Dengan demikian, makalah ini meneliti
bagaimana persepsi pelanggan terhadap alat komunikasi pemasaran bank mempengaruhi
loyalitas pelanggan. 313 tanggapan yang valid diperoleh dari nasabah bank Nigeria melalui
kuesioner survei. Prosedur pemodelan persamaan struktural kuadrat terkecil (PLS-SEM)
digunakan untuk menguji model pengukuran dan menguji hipotesis penelitian. Hasil
menunjukkan bahwa elemen komunikasi pemasaran bank termasuk periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi adalah prediktor signifikan dari loyalitas
pelanggan, tetapi pemasaran langsung tidak. Studi ini memiliki implikasi untuk pembaruan
komunikasi pemasaran dan perumusan kebijakan loyalitas pelanggan di bank komersial di
Nigeria dan negara berkembang lainnya dengan bisnis serupa dan sejarah ekonomi. Kontribusi
penelitian dibahas.

Ringkasan Jurnal
Latar belakang jurnal menjelaskan bahwa
Bank adalah lembaga mobilisasi tabungan dan alokasi sumber daya keuangan terpenting
dalam setiap perekonomian. Ekonomi modern bergantung pada sistem keuangan yang
berkembang yang diyakini menyumbang sekitar 20% dari PDB [45]. Angka-angka sulit
menunjukkan bahwa tiga sektor jasa keuangan termasuk perbankan ritel menghasilkan sekitar $
6,6 triliun pendapatan tahunan keuangan global dan cenderung tumbuh sebesar 6% selama
dekade sebelumnya [40]. Oleh karena itu, upaya untuk menepati janji menjadikan industri
perbankan sebagai mesin dari setiap perekonomian telah membuat industri perbankan di seluruh
dunia menyaksikan transformasi yang luar biasa karena industri tersebut telah menjadi sangat
kompleks dan kompetitif sementara layanan dan produk yang ditawarkan oleh bank sedikit
berbeda. , membuat diferensiasi menjadi sulit [5].
Khususnya di Nigeria, dampak ekonomi Internet dan digitalisasi di industri perbankan
terlihat dalam peningkatan perpindahan ke perbankan ritel dan penggunaan saluran e-banking.
Hal ini semakin meningkatkan inklusi keuangan. Dengan demikian, tanpa inovasi layanan,
penyedia jasa keuangan khususnya bank jarang bisa berkembang. Ini mungkin alasan mengapa
Barnes dan Howlett [4] sebelumnya berpendapat bahwa pelanggan jasa keuangan tidak mungkin
terlalu terkesan dengan produk inti pada upeti ketika semua perusahaan memberikan penawaran
serupa karena banyak dari layanan tersebut adalah penawaran paritas. Salah satu strategi kunci
yang dapat diterapkan oleh perusahaan jasa keuangan khususnya bank untuk membedakan diri
mereka dari pesaing adalah program komunikasi pemasaran yang diartikulasikan dengan baik
yang sesuai dengan perkembangan saat ini di sektor perbankan.
Namun, penelitian baru-baru ini oleh Mintel menunjukkan bahwa sementara perusahaan
jasa keuangan cerdas semakin berinvestasi dalam komunikasi pemasaran, sebagian besar lainnya
masih terjebak dalam kebiasaan belanja tradisional mereka yang jauh dari cocok untuk
memberikan pengalaman gemilang kepada konsumen jasa keuangan atau memenangkan hati.
yang baru [32]. Lebih buruk lagi, penelitian hampir tidak mengikuti perkembangan terkini di
sektor perbankan. Telah dikatakan bahwa kemampuan komunikasi yang berpusat pada
pelanggan dibantu oleh media sosial mengarah pada loyalitas pelanggan [44]. Selain itu, kualitas
komunikasi yang baik, tepat waktu, relevan, dan dapat diandalkan dapat memfasilitasi loyalitas
pelanggan [37]. Namun, ada penelitian terbatas tentang bagaimana alat komunikasi pemasaran
mempengaruhi hasil pemasaran terutama loyalitas pelanggan. Studi yang masih ada cenderung
berfokus terutama pada Eropa dan Asia (lihat misalnya [5, 14, 20]). Namun, Izogo [25]
berpendapat bahwa loyalitas pelanggan menunjukkan keunikan negara dan industri sementara
bagaimana rasa loyalitas berkembang di benak konsumen tidak cukup dipahami. Tarus dan
Rabach [43] juga berpendapat bahwa faktor penentu loyalitas menunjukkan industri atau
kekhasan konteks sedemikian rupa sehingga anteseden konsep tidak dapat digeneralisasikan di
seluruh konteks.
Hal tersebut di atas menyajikan alasan yang valid untuk meyakini pemikiran Russell-
Bennett, McColl-Kennedy, dan Coote [41] bahwa apa yang memotivasi konsumen untuk setia
relatif tidak jelas. Ketika bauran komunikasi pemasaran diintegrasikan dan dijalankan dengan
sangat baik, pelanggan dapat dipengaruhi untuk menjadi loyal. Ini karena komunikasi telah
dinyatakan sebagai elemen kunci dari setiap hubungan bisnis [20]. Penelitian juga menunjukkan
bahwa saluran media sosial seperti blog, wiki, forum diskusi, dan situs jejaring sosial semakin
menjadi saluran komunikasi pemasaran yang sangat berpengaruh meskipun bukan pengganti alat
digital offline [20].
Namun terlepas dari pentingnya komunikasi sebagai elemen penting dari hubungan
perspektif berbasis nilai, sedikit yang diketahui tentang peran komunikasi pemasaran dalam
hubungan bisnis [20]. Dengan demikian, tanggapan sistematis terhadap kekosongan ini dalam
literatur pemasaran telah lama tertunda. Menanggapi kekurangan pengetahuan dan kebutuhan
untuk lebih jauh pemahaman kita tentang komunikasi pemasaran dalam ruang perbankan yang
berkembang pesat, makalah ini berusaha untuk menyelidiki bagaimana persepsi pelanggan alat
komunikasi pemasaran mempengaruhi loyalitas pelanggan. Sisa makalah ini disusun sebagai
berikut. Bagian selanjutnya menguraikan dasar-dasar teoretis yang mendasari makalah ini dan
mengacu pada literatur konseptual dan empiris untuk mengembangkan hipotesis penelitian.
Metodologi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dijelaskan setelah itu. Bagian
terakhir dari makalah ini menganalisis data, menyajikan temuan, dan membahas implikasi
penelitian.
Diskusi :
Penelitian ini awalnya bertujuan untuk menguji bagaimana persepsi konsumen tentang alat
komunikasi pemasaran bank mempengaruhi loyalitas pelanggan. penelitian ini mengungkapkan
tingkat kinerja praktik komunikasi pemasaran bank terkait dengan loyalitas pelanggan. Secara
umum, temuan kami menunjukkan bahwa alat komunikasi pemasaran membantu bank untuk
membangun dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Secara khusus, temuan menunjukkan
bahwa periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan program penjualan pribadi
bank semuanya mengarah pada loyalitas pelanggan, tetapi pemasaran langsung tidak.
Penelitian menunjukkan bahwa banyak perusahaan jasa keuangan masih terjebak dalam
cara anakronistik mereka memetakan keuangan untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Studi ini
menunjukkan bahwa nasabah bank dapat dibuat loyal dengan mengintegrasikan secara baik dan
optimal periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan pribadi.
Temuan kami menunjukkan bahwa bank dapat menyebabkan loyalitas pelanggan terjadi
ketika mereka menggunakan periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan
penjualan pribadi, akan bermanfaat bagi bank untuk menggunakan berbagai saluran komunikasi
pemasaran untuk menjangkau dan membujuk pelanggan.
Berdasarkan temuan kami, periklanan memiliki pengaruh terkuat pada loyalitas pelanggan
diikuti oleh penjualan pribadi, hubungan masyarakat, dan promosi penjualan.
Kesimpulan :
Di Nigeria, tantangan yang dihadapi industri perbankan terkait dengan pemberian layanan
pelanggan sangat besar. Di tengah persaingan satu sama lain, bank terlibat dalam perekrutan
tangan terbaik dan mengadopsi beberapa praktik komunikasi pemasaran untuk mengakali
persaingan, memenangkan, mempertahankan, dan mempertahankan pelanggan setia. Oleh karena
itu, penelitian ini mengungkapkan tingkat kinerja praktik komunikasi pemasaran bank terkait
dengan loyalitas pelanggan. Secara umum, temuan kami menunjukkan bahwa alat komunikasi
pemasaran membantu bank untuk membangun dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Secara
khusus, temuan menunjukkan bahwa periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan
program penjualan pribadi bank semuanya mengarah pada loyalitas pelanggan, tetapi pemasaran
langsung tidak. Finishing ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Kami memberikan tiga
kontribusi penting. Pertama, penelitian kami mengidentifikasi dan membahas pengaruh persepsi
pelanggan tentang alat komunikasi pemasaran pada loyalitas pelanggan dan faktor yang
mempengaruhi kedua konstruksi. Studi ini juga memberikan petunjuk tentang bagaimana bank
yang beroperasi di ruang perbankan yang sangat kompetitif dapat memanfaatkan alat komunikasi
pemasaran untuk memposisikan keterlibatan pemberian layanan dan pada akhirnya memicu
loyalitas pelanggan. Hubungan antara persepsi pelanggan tentang alat komunikasi pemasaran
(yaitu, periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, hubungan masyarakat, dan pemasaran
langsung) dan loyalitas pelanggan tidak banyak dibahas dalam literatur akademis karena upaya
penelitian sebelumnya terhadap pemasaran terkait alat komunikasi untuk loyalitas pelanggan
sangat terbatas. Penelitian sebelumnya terbatas pada Eropa dan Asia. Studi kami merupakan
upaya pertama dan terbaru untuk secara ekstensif menguraikan alat komunikasi pemasaran dan
memeriksa pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan dalam sektor perbankan ritel dari ekonomi
yang sedang berkembang yang sangat kompetitif. Kedua, penelitian menunjukkan bahwa banyak
perusahaan jasa keuangan masih terjebak dalam cara anakronistik mereka memetakan keuangan
untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Tetapi panduan rinci tentang bagaimana perusahaan
terutama bank dapat mendekati masalah ini dengan cara yang sesuai dengan perkembangan di
sektor perbankan modern tidak ada dalam literatur pemasaran. Secara khusus, Hänninen dan
Karjaluoto [20] mencatat bahwa meskipun diakui pentingnya komunikasi sebagai elemen
penting dari perspektif berbasis nilai dalam hubungan pemasaran, sedikit yang diketahui tentang
peran alat komunikasi pemasaran dalam hubungan bisnis. Studi ini menunjukkan bahwa nasabah
bank dapat dibuat loyal dengan mengintegrasikan secara baik dan optimal periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan pribadi. Selain itu, dan secara manajerial,
makalah ini juga penting dalam beberapa hal. Karena temuan kami menunjukkan bahwa bank
dapat menyebabkan loyalitas pelanggan terjadi ketika mereka menggunakan periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan pribadi, akan bermanfaat bagi bank untuk
menggunakan berbagai saluran komunikasi pemasaran untuk menjangkau dan membujuk
pelanggan. Ini termasuk radio, televisi, surat kabar, majalah, serta saluran media sosial seperti
blog, wiki, forum diskusi, dan situs jejaring sosial. Terakhir, berdasarkan temuan kami,
periklanan memiliki pengaruh terkuat pada loyalitas pelanggan diikuti oleh penjualan pribadi,
hubungan masyarakat, dan promosi penjualan. Dengan demikian, penggunaan insentif untuk
memikat pelanggan agar melakukan transaksi yang lebih besar dengan bank seperti yang
dilakukan oleh sebagian besar bank di Nigeria diperlukan, tetapi tidak cukup untuk memicu
loyalitas pelanggan. Bank harus berinvestasi lebih banyak dalam aktivitas periklanan dan
penjualan pribadi. Menggunakan berbagai saluran periklanan seperti radio, televisi, surat kabar
dan majalah serta saluran media sosial akan membuahkan hasil yang positif. Selain itu, melatih
staf tentang bagaimana klien pemasaran yang tepat juga akan memberikan hasil yang optimal.
Singkatnya, sementara lebih banyak pengeluaran harus dilakukan untuk kegiatan periklanan dan
penjualan pribadi, lebih sedikit pengeluaran yang harus dilakukan untuk hubungan masyarakat
dan promosi penjualan.
Critical review :
Kelebihan
1. Analisis dan hasil analisis di paparkan dengan rinci
2. Metodologi penelitian dijelaskan secara lengkap

Anda mungkin juga menyukai